Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

S DENGAN HT
DAN DM

KOMPETENSI NERS

KEPERAWATAN KELUARGA

PRODI NERS TAHAP PROFESI

STIKES FLORA

MEDAN

2021

1
DATA PRIBADI MAHASISWA

NAMA : Anna Maria Siahaan

NIM : 2014901376

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Sigalingging, Kec Parbuluan Kab Dairi

NO HP : 082273746034

TANGGAL LULUS S.Kep : 19 Maret 2020

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk di Indonesia.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yaitu didapatkan karena menderita penyakit lain,
disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan Diabetes
Mellitus. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala (Sidabutar, 2009). Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar
972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan
50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya
(Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional Health Foundation di Australia
memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15% penduduk dewasa di
Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris,
Selandia Baru, dan Eropa Barat juga tinggi (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat 15% ras
kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi
(Miswar, 2004). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di
Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun
2008 meningkat menjadi 16-18%. Secara nasional Provinsi Jawa Tengah menempati
peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua
umur di Indonesia (Depkes, 2010). Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012,
kasus tertinggi penyakit tidak menular di Jawa Tengah tahun 2012 pada kelompok
penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial, yaitu sebanyak
554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 (634.860 kasus/72,13%).
Berdasarkan data dari Puskesmas Janti pada bulan Januari tahun 2021 tercatat jumlah

3
pasien penderita Hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas janti sebanyak 185 orang,
yang terdiri dari 69 penderita berjenis kelamin laki-laki dan 116 penderita perempuan.
Angka kejadian hipertensi ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menjadi
prioritas utama masalah kesehatan yang terjadi di Kecamatan Sukun tersebut. Penyakit
hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan diobati. Hal ini
dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan pembuluh darah di
otak. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya
hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui
sebagai penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-
diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga
menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika
dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya
hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi
kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Bila
seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin
dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-
kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan
kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh
darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat
mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Hal ini
dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi lansia pendidikannya masih rendah dan
terkadang ada kendala lain untuk berobat. Pendidikan yang rendah pada pasien hipertensi
lansia tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai penyakit hipertensi secara
baik. Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada kebiasaan yang
kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap mengkonsumsi garam berlebih,
kebiasaan minum kopi merupakan contoh bagaimana kebiasaan yang salah tetap
dilaksanakan. Pengetahuan yang kurang dan kebiasaan yang masih kurang tepat pada
lansia hipertensi dapat mempengaruhi motivasi lansia dalam berobat. Motivasi merupakan
dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
4
melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.
Proses untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan perawatan non
farmakologi seperti olah raga, namun juga dilakukan dengan cara pengobatan farmakologi.
Pengobatan farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara melakukan kontrol ke
puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di puskesmas yang rutin sesuai jadwal
kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan darah pasien hipertensi lansia tetap terjaga
dengan normal. Lansia menyatakan hanya merasakan keluhan seperti pusing dan mual.
Pasien juga menyatakan bahwa jarang melakukan kontrol ke puskesmas/ klinik terdekat,
karena pasien merasa sehat dan tidak merasakan pusing-pusing sehingga tidak melakukan
kontrol ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil studi awal tersebut menunjukkan bahwa
ada berbagai masalah yang menyebabkan pasien hipertensi tidak melaksanakan kontrol
darah, diantaranya adalah sebagian besar pasien hipertensi tidak merasakan adanya
keluhan, kurangnya pengetahuan pasien hipertensi tentang bahaya penyakit hipertensi itu
sendiri, aktiiitas atau kesibukan klien hipertensi sehingga sebagian dari mereka kurang
termotivasi untuk melakukan kontrol.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi merupakan penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah
sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah normal.Tekanan darah sistolik
(angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar
bunyi pertama pada alat pengukur tekanan darah.Tekanan darah distolik (angka bawah)
diambil ke ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali (Sheps,SG 2005)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg.Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,ginjal
dan pembuluh darah,makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya (Price 2000).
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan
mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas seseorang.Hipertensi (tekanan darah tinggi) berarti meningkatnya tekanan
darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu atau beberapa
faktor yang berperan mempertahankan darah agar tetep normal.Tekanan darah adalah
tekanan desakan darah ke dinding pembuluh darah (Jain,2011).

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipetensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik kerena tidak diketahui penyebabnya Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :genetik,lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko yaitu obesitas,merokok,alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hepertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

6
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

1) Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan darah sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan distolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas pada dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal <120 <80


2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. EPIDEMIOLOGI

7
Hipertensi merupakan masalah global dunia. Data WHO tahun 2000 menunjukan
di seluruh dunia,sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.Dari 972 juta pengidap hipertensi 333 juta berada
di negara maju dan sisanya 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Siburian (2004) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan SKRT (2001) adalah 19,3%. Penyakit ini banyak diderita oleh berumur >40
tahun (28%), pada perempuan (30,7%), pada penduduk yang yang gemuk (36,7%) dan
pada perokok (13%). Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
penyakit degeneratif seperti gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah
tepi.Hipertensi sering disebut pembunuh yang diam-diam (silent killer), karena penderita
hipertensi mengalami kejadian tanpa gejala (asymtomatik) selama beberapa tahun dan
kemudian mengalami stroke atau gagal jantung yang fatal (Depkes,2008).
Penderita hipertensi sangat heterogen diderita oleh orang banyak yang datang dari
berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor
resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik,
maupun yang bersifat eksogen, seperti rokok, nutrisi,stresor dan lainnya. Hipertensi
merupakan masalah yang besar dan serius,di samping karena prevalensinya yang tinggi
dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,juga karena tingkat keganasan
penyakit yang diakibatkan sangat tinggi seperti jantung,stoke,gagal ginjal dan lainnya, juga
menimbulkan kecacatan permanen dan kematian yang mendadak. Kehadiran hipertensi
pada kelompok dewasa sangat membebani perekonomian keluarga karena biaya
pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang bahkan seumur hidup.

4. KLASIFIKASI
Tekanan darah normal apabila tekanan darah sistolik<120 mmHg dan tekanan
darah diatolik <80 mmHg,hipertensi ringan atau pra hipertensi apabila tekanan darah
sistolik 120-129 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-90 mmHg, hipertensi sedang atau
hipertensi derjat I apabila tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-99 mmHg, sedangkan hipetrtensi berat atau hipertensi derajat 2 apabila
tekanan darah sistolik lebih>160 mmHg dan tekanan darah diastolik >100 mmHg
(Iskandar, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO

8
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.

9
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).

5. PATHOFISIOLOGIS
Syukraini Irza (2009) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi
terjadi karena adanya gangguan dalam sistim peredaran darah.Gangguan tersebut dapat
berupa gangguan sirkulasi darah,gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah
atau komponen dalam darah yang tidak normal.gangguan tersebut menyebabkan darah
tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan lancar.Untuk itu diperlukan pemompaan
yang lebih keras dari jantung.hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalm
pembuluh darah atau disebut hipertensi.
Price dan Wilson (2002) menyatakan tekanan darah adalah fungsi berulang dari
cardiac output karena adanya resistensi perifeal (resitensi dalam pembuluh darah untuk
mengalirkan darah).Diameter pembuluh darah ini sangat mempengaruhi aliran darah.Jika
diameter menurun misalnya pada aterosklerosis,resistensi dan tekanan darah
meningkat.Jika diameter meningkat misalnya dengan adanya terapi obat
vasodilator,resistensi dan tekanan darah menurun.Ada dua mekanisme yang mengontrol
homeostatik dari tekanan darah,yaitu :
a. Short term control (sistem saraf simpatik).
Mekanisme ini sebagai respon
terhadap penurunan tekanan,system saraf simpatik mensekresikan norepinephrin
yang merupakan suatu vasoconstrictor yang akan pada
arteri kecil dan arteriola meningkatkan resistensi peripheral sehingga
tekanan darah meningkat.
b. Long term control (ginjal).
Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara mengontrol volume cairan
ekstraseluler dan mensekresikan renin yang akan mengaktivasi sistem renin dan
angiotensin (Rinawang,2011).

10
Proses terjadinya hipertensi melalui tiga mekanisme,yaitu gangguan
keseimbangan natrium,kelenturan atau elasisitas pembuluh darah berkurang
(menjadi kaku) dan penyempitan pembuluh darah.Pada stadium awal sebagian
besar pasien hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan diikuti
dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenikan tekanan darah
yang menetap,curah jantung dan tahanan perifer dan atrium kanan
mempengaruhi tekanan darah.

11
PATHWAY HIPERTENSI

Faktor predisposisi usia,jenis Aliran darah makin cepat


kelamin,merokok,stress,kurang Beban kerja jantung ke seluruh tubuh
olahraga,genetic,alkohol,konsentrasi meningkat sedangkan nutrisi dalam
garam ,obesitas sel sudah mencukupi
kebutuhan
Kerusakan vaskuler HIPERTENSI Tekanan sistemik
pembuluh darah darah
Metode koping
Peubahan srtuktur Perubahan situasi Krisis situasional tidak efektif

Defisiensi Ketidakefektifan
Penyumbatan Informasi yang minim
pengetahuan koping
pembuluh darah
Ansietas

Vasokonsriksi
Resistensi pembuluh Nyeri kepala
darah otak

Gangguan sirkulasi Otak Resiko


ketidakefektifan
Suplai O2 ke otak
perfusi ke jaringan
Ginjal otak
Retina
Pembuluh darah
Vasokonsriksi
pemb.darah ginjal Spasme arteriol
Sistemik Koroner

Blood flow darah Resiko cedera


Vasokonstriksi Iskemia
miokard
Respon RAA
Penurunan curah
jantung Afterload
Nyeri

Merangsang Kelebihan volume


cairan Fatugue
aldosteron

Retensi Na Edema Intoleransi aktifitas

6. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

12
tekanan darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala tyang paling sering menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya gejala ini yang sering mengenai
kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.
Beberapa tanda pada pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala,pusing
b. Lemas,kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

7. TATALAKSANA MEDIS
a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup (Yugiantoro 2006)
menyatakan penatalaksanaan non farmakologis yaitu tindakan mengurangi faktor
resiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi
seperti menurunkan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol dan
mengurangi asam garam, kalsium dan magnesium, sayuran serta olahraga
dinamik,seperti lari, berenang, bersepeda, salah satu anjuran yang umumnya sulit
dilakukan, anjuran hidup tanpa stress terutama dalam kondisi kehidupan. Terapi
non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lain.
b. Penatalaksanaan farmakologis (Yugiantoro 2006) menyatakan bahwa terapi
farmakologis adalah dengan menggunakan obat antihipertensi. Obat antihipertensi
memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.Berdasarkan uji
klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa :
1. Keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah.
2. Pengelompokan pasien berdasarkan keperluan pertimbangan khusus yaitu
kelompok indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lain.

13
3. Terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara
progresif dalam beberapa minggu,dengan dosis rendah lalu perlahan
ditingkatkan dosisnya.
4. Menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.
5. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi.
Roslina (2008) menyatakan ada 2 prinsip pengobatan hipertensi yaitu :
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan kausal.
Pengobatan hipertensi esensial bertujuan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan dapat memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.
2. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dicapai dengan menggunakan anti
hipertensi dengan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht :untuk mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas,anemia.
 BUN/kreatinin :memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
 Glucosa :hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa :darah,protein,glukosa,mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
2. CT Scan :mengkaji adanya tumor cerebral,encelopati
3. EKG :dapat menunjukan pola regangan,dimana luas,peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP :mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Foto dada :menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

14
B. KONSEP DIABETES MELITUS
1. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung


insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya
mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI)

15
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan
olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun
dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.

3. ETIOLOGI
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
 Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
 Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
 Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
16
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar
yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga
d.      Kelompok etnik

4. PATOFISOLOGIS
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
17
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan 
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat

18
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
PATHWAY DM

DM TIPE I DM TIPE II

Reaksi Autoimun Idiopatik, Usia, gen, dll

Sel ß pankreas hancur Reaksi Autoimun

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme Liposis meningkat


protein meningkat

Fleksibilitas darah Pembatasan diit Penurunan BB


merah

Pelepasan O2 intake tidak Resiko nutrisi


adekuat kurang

Hipoksia perifer Poliuria Defisit vol. cairan

Nyeri Perfusi jaringan


tidak efektif

19
5. MANIFESTASI KLINIS
Diabetes Type I

1. Hiperglikemia berpuasa
2. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3. Keletihan & kelemahan
4. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, bahkan menyebabkan kematian)
2. Diabetes Type II

1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif


2. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
3. Gejala umumnya bersifat ringan mencakup keletihan, gampang tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yg sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.

20
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau
ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

    
      1.      Kurus (underweight)    BBR < 90 %
      2.      Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
      3.      Gemuk (overweight)    BBR > 110%
      4.      Obesitas apabila          BBR > 120%
a. Obesitas ringan      BBR 120 % - 130%

21
b. Obesitas sedang    BBR 130% - 140%
c. Obesitas berat       BBR 140% -  200%
d. Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita   DM
yang bekerja biasa adalah :

      1.      Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari


      2.      Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
      3.      Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
      4.      Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari
2)  Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
  Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
 Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
 Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi
insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya

22
diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
 Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
1. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
o Menghambat absorpsi karbohidrat
o Menghambat glukoneogenesis di hati
o Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatDM tipe II yang pada
saat tertentu tidak dapatguan faal hati yang berat
o DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
o DM dan TBC paru akut
o DM dan koma lain pada DM
o DM operasi
o DM patah tulang
o DM dan underweight
o DM dan penyakit Graves
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik.

8. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik yakni kadar gula darah yg rendah. Kadar gula darah yg normal 60-
100 mg% yg bergantung pada berbagai kondisi. Salah satu bentuk dari kegawatan
hipoglikemik yaitu koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yg tak
diketahui sebabnya sehingga mesti dicurigai sebagai suatu hipoglikemik &
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik kebanyakan
disebabkan oleh overdosis insulin. diluar itu dapat juga disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yg berlebih.

23
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK)
HONK yakni kondisi hiperglikemi & hiperosmoliti tanpa timbulnya ketosis.
Umumnya konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan hingga mencapai
angka 2000, tak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati angka 350 MOsm
perkilogram, tidak terdapat asidosis & fungsi ginjal pada biasanya terganggu di
mana BUN berbanding kreatinin lebih dari 30 : 1, Jumlah kadar elektrolit natrium
berkisar antara 100 hingga 150 MEq per liter kalium bervariasi.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
DM Ketoasidosis yaitu komplikasi akut diabetes mellitus yg ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit & asidosis.
2. Komplikasi kronik
Sebuah komplikasi umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), dapat mengenai sirkulasi
koroner, vaskular serebral & vaskular perifer.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), biasanya mengenai mata
(retinopati) dan pada ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk dapat
memperlambat/menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, dapat mengenai saraf sensorik-motorik & autonomi serta dapat
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

9. PENCEGAHAN
Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan yaitu:

a. Pengendalian berat badan


b. Aktivitas fisik/olahraga
c. Makan dengan menu seimbang/ sehat
Dengan menurunkan berat badan antara 5-7% dari total berat badan disertai olahraga 5 hari
dalam seminggu selama 30 menit dan makan menu yang sehat mampu mengendalikan
terjadinya penyakit DM bagi yang punya riwayat.

24
Setiap orang mulai berusia 45 tahun, terutama yang berberat badan lebih seharusnya
meakukan uji diabetes untuk mengidenifikasi diri terhadap resiko diabetes.

Pencegahan diabetes sepenuhnya meliputi:

1. Pencegahan premordial
Pencegahan ini bagi orang yang sehat untuk berperilaku positif dalam mendukung
kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari resiko DM, misalnya tidak
merokok, diet yang sehat, dan lain-lain.
2. Promosi kesehatan
Penyuluahan ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat yang
beresiko untuk meminimalkan kejadian DM.
3. Pencegahan khusus
Ditujukan kepada kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan
atau upaya sehingga tidak jatuh ke Diabetes Melitus.
4. Diagnoosis awal
Dengan melakukan pemeriksaan gula darah secara dini untuk mendeteksi adanya
penyakit DM sejak dini sehingga cepat dilakukan tindakan.
5. Pengobatan yang tepat
Diupayakan bagi kelompok masyarakat yang sudah terkena DM tetapi belum parah
agar tidak jatuh dalam DM yang lebih berat/ komplikasinya.
6. Disability limitation
Pembatasan kecacatan yang ditujukan kepada upaya maksimal mengatasi dampak
komplikasi DM yang lebih berat.
7. Rehabilitasi
Untuk memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau kecacatan yang
terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjutan DM
yang menyebabkan adanya amputasi.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengertian
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama
sebagai suatu kesatuan atau unit yang terkecil dalam masyarakat, dan biasanya, tetapi tidak
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain, mereka hidup bersama

25
dalam satu rumah (tempat tinggal) biasanya dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
(Depkes RI, 2001)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan salng ketergantungan. (Depkes RI, 2003)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga dan
berinteraksi satu sama laindan didalam peranannya masing-masing menciptakan serta
memperhatikan kebudayaan. (SalviclanG. Bailon dan Maglaya)
Kesimpulan dari ketiga pendapat di atas pengertian keluarga adalah :
1. Unit terkecil dari masyarakat
2. Terdiri dari dua orang atau lebih
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4. Hidup dalam satu rumah tangga
5. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
6. Berinteraksi satu sama lain
7. Setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing

a. Struktur Keluarga
Struktur keluarga bermacam-macam diantaranya adalah:

Struktur Keluarga Pengertian

1. patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah
2. matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri
4. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami
5. Keluarga Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
kawinan pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

26
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami dan istri

b. Ciri-ciri struktur keluarga :


Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut :
1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing
c. Bentuk Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
Bentuk keluarga Pengertian

1. Keluarga Inti Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
(Nuclear family)
2. Keluarga Besar Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
(Extended family) misalnya nenek, kakek, keponakan, paman, bibi, dsb.
3. Keluarga Berantai Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
(Serial family) yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan inti
4. Keluarga Duda/ Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
Janda (single kematian
family)
5. Keluarga Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
berkomposisi dan hidup secara bersama-sama
(Composite)
6. Keluarga Kabitas Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
(Cohabitation) tetapi membentuk suatu keluarga
Tipe keluarga di Indonesia umumnya menganut type keluarga besar
(extended family) karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa
suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat
d. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah

27
2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ibu
3. Equalilitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah
dan ibu
e. Peranan Keluarga
1. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidikan, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakatdari lingkungannya
3. Peranan Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai salah satu kelompok peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung serta sebagai pencari nafkahtambahan dalam
keluarganya
4. Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
f. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga :
1. Fungsi biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
- Memberi kasih sayang dan rasa aman
- Memberi perhaian diantara anggota keluarga
- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
28
- Memberi identitas keluarga
3. Fungsi Sosial
- Membina sosialisasi pada anak
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
- Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
- Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan dimasa akan datang misalnya :
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dsb.
5. Fungsi Pendidikan
- Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliknya
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, yaitu :
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatankepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tubuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya
g. Tahap-tahap perkembangan dalam Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvail adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
29
Tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam pembentukan
rumah tangga
b. Tahap menjelang Kelahiran anak, tugas keluarga untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan, anak merupakan
kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang akan dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga dapat mengasuh,
mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap
ini bayi kehidupan sangat bergantung kepada kedua orangtuanya dan
kondisinya sangat lemah
d. Tahap menghadapi anak pra-sekolah, pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,
tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah muli
menanamkan norma-norma sosial budaya
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga
adalahbagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk memepersiapkan
masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol
tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum pada anak
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini merupakan tahap yang paling
rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas baku dalam
membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara
kedua orangtua dan anak perlu dipelihara dan dikembangkan
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan
anak telah dapat menyelesaikanpendidikannya. Maka tahap selanjutnya
adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupan yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah
tangga
h. Tahap berdua kembali setelah anak besardan menempuh kehidupan
keluarga sendiri-sendiri, tinggalah suami dan istri berdua saja. Dalam
tahap ini keluarga akan merasa sepi dan tidak dapat menerima kenyataan
akan dapat menimbulkan depresi dan stres.

30
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, kedua orangtua
mempersiapkan diri untuk kembali dan dekat dengan Tuhannya.
h. Tugas-tugas Keluarga :
Pada dasarnya tugas-tugas keluarga ada 8 tugas Pokok :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai kedudukan masing-
masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakatyang lebih luas
g. Membangkitkan semangat anggota keluarga
i. Ciri-ciri Kekeluargaan
- Diikat dalam ikatan perkawinan
- Ada hubungan darah
- Ada ikatan batin
- Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
- Ada pengambil keputusan
- Kerjasama diantara anggota keluarga
- Komuikasi interaksi antar anggota keluarga
- Tinggal dalam satu rumah
j. Ciri-ciri keluarga di Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu keputusan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab

2. Proses dan strategi koping keluarga


Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi
proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga
yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat
dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung
proses yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang
diperlukan.
31
3. Keluarga sebagai Klien
Menurut Harmoko (2010) keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berhubungan masyarakat secara
keseluruhan.

1. Alasan keluarga sebagai unitpelayanan


a. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
gambaranmanusia
b. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula
mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah
masalahkesehatan.
c. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap
individu dalamkeluarga
d. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi
tiap individu dalamkeluarga
e. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah
f. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan
mengembangan kesehatan kepadamasyarakat.
2. Siklus penyakit dan kemiskinan dalammasyarakat
Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada keluarga-
keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah. Alasannya adalah keluarga dengan
ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan ketidakmampuan dalam mengatasi
berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat
mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga mereka
terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, dan kebutuhan-kebutuhan
laninnya. Semua ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. PENGKAJIAN
1. Data Umum
1. NamaKK : Ny .S

32
2. UmurKK : 63 tahun
3. Alamat : Desa Sigalingging
4. Susunan Anggota Keluarga :
No Nam Umur Sex Hub Pendidik Pekerjaan
a (L/P Dg an
) KK
1 Ny S 63 th P KK SD IRT
2 Sdr Sd 30 th L Anak SMU Swasta
3 Nn N 24 th P Anak SMP Swasta

33
GENOGRAM :

: Pasien
: Laki-laki : garis pernikahan
:Perempuan : garis keturunan
: Meninggal : Tinggal serumah

34
5. Tipe Keluarga
Nuclear family (keluarga terdiri dari ibu dan 2 orang anak yang tinggal dalam
serumah dalam keluarga mereka )
6. Latar belakang kebudayaan (etnik)
Ny. S dan Alm suaminya merupakan sama-sama berasal dari Medan Komunikasi
dalam keluarga menggunakan Bahasa jawa. Tidak ada kebiasaan khusus mengenai
budaya yang berkaitan dengan kesehatan. Budaya jawa yang kental dalam keluarga
mereka adalah tentang upacara-upacara yang mengiringi kejadian special misalnya
syukuran 7 bulan kehamilan dan “slametan”kematian dan “mudun lemah”. Ny S
pantang dengan makanan yang terlalu panas, dan buah-buahan yang terlalu manis
contohnya nangka, kelengkeng, rambutan semenjak terkena DM. Arsitek rumah
menggunakan adat jawa. Ny S jarang melakukan pengobatan tradisional contohnya
pijat.
7. Identifikasi religius
Ny S dan keluarga besarnya sama-sama beragama Islam, mereka mengatakan
melakukan kegiatan ibadah dengan tekun, artinya shalat dan puasa seperti
kewajiban orang islam pada umumnya. Setiap subuh, maghrib dan isya Ny S selalu
mengikuti solat berjamaah di masjid. Sdr S dan Nn N jarang melakukan shalat di
masjid daerah rumahnya karena selalu melakukan di tempat kerja. Ny S rutin
mengikuti pengajian bersama ibu-ibu sekitar rumah 2x seminggu yaitu hari jum’at
dan senin, serta pengajian bila ada kegiatan bersama warga.
Status kelas sosial Keluarga Sejahtera tahap IKehidupan Ny S sederhana, suaminya
dulu merupakan seorang kuli bangunan dan bisa menghidupi istri dan 10 orang
anaknya. Rumah merupakan milik pribadi yang sebelumnya didapat dari warisan
orang tua Alm suami Ny S. Saat ini perekonomian Ny S didapat dari anak-anaknya
yang menyisihkan rezekinya untuk kebutuhan Ny S dipakai keperluan sehari-hari.
8. Mobilitas sosial
Dari sejak awal menikah sampai dengan sekarang Ny S tinggal dirumah tersebut dan
belum pernah mobilisasi/pindah dari Medan, keluarga mereka memiliki satu sepeda
motor untuk dipakai beraktivitas sehari-hari.

35
B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Gerontic family karena dalam keluarga Ny s berusia lebih dari 60 tahun
2. Tahap perkembangan keluarga yang belumterpenuhi
Ny S sebenarnya mempunyai 10 orang anak, tetapi 1 orang meninggal dunia yaitu
anak yang ke 4 karena sakit panas dan meninggal pada usia 16 bulan. Jadi sekarang
anak Ny S tinggal 9 orang. Sisa 2 orang anak yang belum berumah tangga,
harapannya dari Ny S semua anak-anaknya diberikan kesehatan dan sukses dalam
kehidupannya, dan Ny S merasa cemas memikirkan kedua anaknya agar segera
mendapatkan jodohnya karena melihat usia mereka juga sudah layak untuk
berkeluarga.
3. Riwayat keluarga inti
Ny S dan almarhum suami menikah pada tahun 1980, mereka bertemu karena
perkenalan sendiri karena lokasi rumah mereka tetanggaan dan setelah serius mereka
memutuskan untuk menikah. setahun setelah menikah keluarga dikaruniai anak
pertama. Kemudian 1 tahun berikutnya Ny S melahirkan anak keduanya. Keluarga Ny
S hidup rukun bersama suami. Pada tahun 1983 Ny S melahirkan anak keempat, dan
pada usianya 16 bulan anaknya meninggal dunia, Ny S dan keluarga sangat sedih atas
peristiwa ini. Suami Ny S meninggal sudah 10 tahun tepatnya tahun 2008 karena
sakit.
4. Riwayat keluarga asal
Orang tua Ny S asli Medan dan keluarga besar Alm suaminya juga dari Medan.
Sampai akhirnya mereka menikah memiliki 10 orang anak sisa 9 orang

C. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan


1. Tahap perkembangan keluarga saatini
Gerontic family karena dalam keluarga Ny s berusia lebih dari 60 tahun
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny S sebenarnya mempunyai 10 orang anak, tetapi 1 orang meninggal dunia
yaitu anak yang ke 4 karena sakit panas dan meninggal pada usia 16 bulan. Jadi
sekarang anak Ny S tinggal 9 orang. Sisa 2 orang anak yang belum berumah
tangga, harapannya dari Ny S semua anak-anaknya diberikan kesehatan dan
sukses dalam kehidupannya, dan Ny S merasa cemas memikirkan kedua anaknya
agar segera mendapatkan jodohnya karena melihat usia mereka juga sudah layak

36
untuk berkeluarga.
3. Riwayat keluarga inti
Ny S dan almarhum suami menikah pada tahun 1980, mereka bertemu karena
perkenalan sendiri karena lokasi rumah mereka tetanggaan dan setelah serius
mereka memutuskan untuk menikah. setahun setelah menikah keluarga dikaruniai
anak pertama. Kemudian 1 tahun berikutnya Ny S melahirkan anak keduanya.
Keluarga Ny S hidup rukun bersama suami. Pada tahun 1987 Ny S melahirkan
anak keempat, dan pada usianya 16 bulan anaknya meninggal dunia, Ny S dan
keluarga sangat sedih atas peristiwa ini. Suami Ny S meninggal sudah 10 tahun
karena sakit.
4. Riwayat keluarga asal
Orang tua Ny S asli Medan dan keluarga besar Alm suaminya juga dari Medan,
sama-sama dari daerah di Kelayatan. Sampai akhirnya mereka menikah memiliki
10 orang anak sisa 9 orang
D. Data Lingkungan
Rumah yang ditempati adalah bangunan permanen yang merupakan milik mertua
tua Ny S. Terdapat 3 ruangan , dengan 3 kamar tidur (satu kamar tidur untuk Ny
S dan sdr Sd, satu ruang tidur untuk Nn N) , ruang keluarga, kamar mandi, ruang
tamu dan dapur sekaligus tempat makan. Penataan ruangan cukup bersih,
meskipun tidak ada AC tapi kondisi di dalam rumah sejuk karena ada cukup
ventilasi dan halaman rumah yang cukup luas untuk didaerah perkotaan dengan
ditanami bunga. Terdapat tenis meja untuk bisa digunakan anak-anak/ cucu
disaat senggang ingin berolahraga. Rumah Ny S tanpa keramik namun
kondisinya bersih.
Air bersih berasal dari PDAM, kondisi jernih dan layak untuk dikonsumsi. Kamar
mandi besarnya sedang dan kondisinya bersih, tempat menjemur dan mencuci
pakaian ada di luar rumah, tidak terdapat mesin cuci karena biasa mencuci dengan
tangan. Terdapat TV, kulkas, kipas angin, dan meja di ruang keluarga/ruang tengah.

Denah rumah:

7 6 5

4
37 2
8
3
1

Keterangan:
1.Teras 3,4, 5. Kamar tidur
2.Ruang tamu dan keluarga 6 dapur dan ruang makan
7. Kamar mandi+sumur 8 garasi motor

E. Kondisi lingkungan rumah


Pemukiman sekitar rumah keluarga ny S merupakan daerah yang padat penduduk namun
tertata rapi lingkungannya. Lebar jalan didepan rumah sekitar 2 meteran sudah di aspal.
Sudah terdapat kesadaran warga akan kebersihan, terlihat beberapa tempat sampah di
sepanjang jalan. Kondisi lingkungan juga tidak begitu ramai karena bukan jalan raya
(masuk ke gang Flamboyan). Kondisi jalan dan transportasi sekitar rumah juga dalam
kondisi baik. Kegiatan warga sekitar biasanya adalah pertemuan PKK bagi ibu-ibu dan
pengajian serta arisan. Ny S mengatakan sering ikut kegiatan PKK karena hanya dirumah
untuk mengisi kegiatan, sedangkan kesibukannya mengurus keperluan anak, biasanya ny
S yang pergi ke kegiatan PKK dan pengajianwarga.

F. Struktur Keluarga
Pola dan KomunikasiKeluarga
Keluarga berkomunikasi secara langsung. Keluarga menyatakan bahwa selama ini tidak
ada masalah komunikasi dalam keluarga mereka, bila ada masalah selalu langsung
dibicarakan. Ny S mengatakan bahwa dari awal menikah membiasakan untuk
menyelesaikan masalah denganberkomunikasi sebelum hari itu selesai/sebelum tidur.
Setelah suami Ny S meninggal, Ny S berperan sebagai ibu dan bapak bagi anak-
anaknya,kewajiban sebagai KK. Ny S dan anak-anaknya tinggal berdekatan, namun ada
juga anaknya yang tinggal di Bali dan Ponorogo namun masih tetap bisa mengunjungi
ibunya. Bila ada masalah/selisih pendapat segera diselesaikan melali musyawarah
keluarga.

G. Struktur Kekuatan
Keputusan di dalam keluarga selalu diambil dengan musyawarah, yang melibatkan juga
Ny S untuk dimintai nasehat. Misalnya dalam hal ketika anak Ny S memutuskan untuk
menetap dan tinggal di Bali. Kekuatan dan pengambil keputusan tertinggi tetap dipegang
oleh ny S sebagai kepala keluarga, dan tidak ada masalah bagi Ny S karena anak-anak

38
menganggap Ny S sebagai ibu yang baik dan bisa mengayomi keluarga meski seorang
janda.

Struktur peran formal


Ny S sebagai kepala keluarga tidak bekerja karena dulu yang bekerja adalah Alm
suaminya sebagai buruh Kuli bangunan, Ny S sebagai IRT yang kewajibannya mengurus
rumah dan anak-anaknya. Namun setelah suami ny S meninggal kehidupan
perekonomian di ambil oleh anak-anak Ny S yang saat itu sudah mulai beranjak dewasa
selalu memperhatikan kebutuhan ibunya dirumah. Sdr Sd dan Nn N yang ikut tinggal
bersama Ny S juga ikut membantu ibunya. Untuk tugas keluarga Ny S rutin memasak
setiap harinya untuk keperluan anak-anak dan untuk kegiatan mencuci baju dan
membersihkan rumah anak-anak Ny S yang melakukannya.
Struktur peran informal
Selama ini Ny S berperan sebagai pengasuh bagi cucunya bila anaknya sedang sibuk, dan
merawat bila salah satu anggota keluarganya ada yang sakit, Ny S mengatakan hal itu
sudah biasa karena dia lebih pengalaman dan disana sebagai yang palingtua
Peran mengasuh anak dilakukan oleh Ny S dilakukan dengan senang, namun Ny S
mengatakan bahwa akhir-akhir ini kesehatan Ny Ssedang menurun kemungkinan dari
riwayat penyakit yang diderita oleh Ny S.
Nilai-Nilai Keluarga
Nilai yang digunakan dalam keluarga ini adalah nilai-nilai islam dan Jawa yang memang
diaplikasikan oleh sebagian besar penduduk. Nilai ini dianut secara sadar oleh keluarga
dan keluarga menganggapnya penting. Tidak ada konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga.Keluarga menganggap kesehatan sangatlah penting dan sangat mahal harganya.

H. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Selama ini tidak pernah ada pertengkaran yang besar antara anggota keluarga,
Ny S menyayangi semua anak-anaknya, begitu juga anak-anak sangat
menyayangi ibunya sebagai orangtua satu-satunya semenjak ayah mereka
meninggal dunia. Pada saat kunjungan, Ny Sberada sendirian dirumah karena
Sdr Sd dan Nn N sedang bekerja, dan mereka baru ada dirumah pada petang hari.
Prinsip hidup yang dipegang Ny s adalah saling menghargai, mendukung dan
mengingatkan. Misal saat Ny S sakit, maka semua anak-anaknya datang untuk

39
menjenguk orangtua.
2. Fungsi Reproduksi
Ny S merupakan single parents semenjak suaminya meninggal dan membesarkan
anak-anaknya seorang diri. Pasien seorang wanita dan mempunyai 10 orang
anak, terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan.
3. Fungsi Sosialisasi
Keluarga menanamkan nilai-nilai baik kepada anak mereka dalam bersosialisasi,
ketika perawat datang, Ny S sangat menyambut kedatangan Perawat dan
mempersilahkan duduk.
Hubungan dengan tetangga dan keluarga juga terbina dengan baik.
4. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny S memahami mengenai makanan yang sehat, meskipun
perekonomian tidak berlebihan Ny S mengusahakan ada sayur dan lauk setiap
hari untuk menjaga kesehatan,saat anak-anak masih kecil dapat membuat
makanan sendiri, sehingga tidak membiasakan anak mereka jajan di luar rumah.
Semua anak-anak Ny S selalu diberikan ASI secara eksklusif karena Ny S
termasuk IRT yang sehari-hari bekerja dirumah mengurus anak-anak.
Keluarga juga memiliki kebiasaan untuk tidur maksimal jam 10, bangun pagi
jam 3 sudah bangun karena harus solat subuh dan menyiapkan keperluan
dirumah, Keluarga jarang menyempatkan berolahraga karena alasan kegiatan
olahraga yang dilaksanakan di kampung tidak teratur lama-lama sudah bubar.
Anak-anak mereka diimunisasi lengkap dan selalu rutin datang ke Posyandu saat
anak-anak masih balita, bila keluarga sakit mereka selalu pergi memeriksakan
diri ke puskesmas atau ke dokter. Saat ini Ny S menderita Hipertensi sejak lima
tahun yang lalu dan diabetes mellitus sejak satu tahun yang lalu. Pemeriksaan
kesehatan jarang dilakukan dengan alasan tidak ada yang mengantar ke fasilitas
layanan kesehatan. Jadi obat yang diminum juga tidak teratur, saat ada bisa
minum obat, tetapi bila habis menungu kontrol tidak mesti waktunya. Ny S
sangat menjaga makanan menghindari makanan asin dan tidak makan gula yang
terlalu manis sehubungan dengan hipertensi dan kencing manis yang diderita.
Ny S jarang melakukan pijat karena tidak terbiasa dengan dipijat. Kebiasaan
olahraga dilakukan di rumah oleh pasien sendiri.
Keluarga tidak memiliki tabungan untuk pembiayaan pengobatan, dan kedua
anaknya juga tidak mempunyai kartu bpjs.

40
I. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor
Stressor yang dialami keluarga saat ini adalahmemikirka kesehatan yang sedang
diderita Ny S dan tentang kedua anaknya yang belum menikah padahal usianya
dibilang sudah matang. Ketegangan dalam pernikahan dengan suaminya
dulunya jarang terjadi, semua bisa diselesaikan dengan musyawarah.
2. Kekuatan apa yang menyeimbangkanstressor
Ny S bersyukur tinggal berdekatan dengan anak-anaknya. Namun ada juga 3
anaknya yang tinggal diluar kota jauh dari pasien tepatnya di Bali dan Ponorogo.
Ny S terkadang juga mencemaskan keadaan mereka karena sulit dipantau. Melihat
kondisi Ny S yang sudah tua dan tidak kuat lagi ingin selalu berada didekat anak-
anak dan cucu. Musyawarah adalah jalan yang diambil apabila ada masalah
keluarga yang harus segera diselesaikan. Pasien juga selalu mendekatkan diri
dengan Tuhan dengan rajin beribadah.
3. Sejauh mana keluarga menggunakan kopingeksternal
Ny S menganggap dengan berkumpul bersama tetangga sekitar, terasa harinya
bahagia/bermanfaat, tidak merasa kesepian dan ny S sangat beruntung sakali
anak-anaknya penurut dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan ibunya.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga :

Ny S Sdr Sd Nn N

41
Keadaan umum : Keadaan umum : Keadaan umum : kesadaran baik,
Kesadaran CM, Kesadaran CM, tampak CM
pemeriksaan fisik lelah karen apulang Pemeriksaan fisik :
: bekerja T 100/70 mmHg
TD = 130/70 Pemeriksaan fisik : TD = N 80x/mnt
mmHg 110/70 mmHg Nadi = RR 20x/mnt
Nadi = 82 x/mnt RR = 94x/mnt TB = 154 cm BB = 52 kg
24 x/mnt RR = 18 x/mnt
Klien selalu Tb 160cm
tergantung dengan BB 59 kg
kacamata plus
(presbiopi) 3,5

ANALISA DATA
No DATA SUBYEKTIF DATA OYEKTIF ETIOLOGI MASALAH
.

42
1. DS : -k/u cukup Riwayat Ketidakefektifan
- Klien mengatakan -T= 130/70 mmHg minum obat Manajemen
jarang kontrol dan -Riwayat HT 5 tahun yang tidak Kesehatan
tidak rutin minum yll teratur Keluarga
obat, sering makan -Riwayat DM 1 th yll
gorengan -obat tidak rutin
- Klien mengatakan diminum Kegagalan
berobat jika ada -Obesitas memasukkan
kambuh atau saat regimen
ada yang pengobatan
mengantarnya ke dalam
dokter kehidupan
- Klien mengatakan 3 sehari-hari
bulan terakhir tidak
kontrol / berobat
karena tidak ada Konflik
yang mengantar ke pengambilan
Puskesmas Janti, keputusan
karena anak – anak
sibuk bekerja dan
baru pulang ketika
petang hari.

2. DS : Klien mengatakan -Klien tampak sedih Stresor Ansietas


cemas dengan keadaan bila ditanya anaknya
anaknya yang belum yang belum menikah
menikah -usia anak laki-laki 30
th Kebutuhan
-usia anak wanita 24 yang belum
th terpenuhi
-mengekspresikan
kekhawatiran
- Gangguan pada
perhatian

43
-Kontak mata yang
kurang

SKALA PRIORITAS
MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga :


1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan
N KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN
O
1 Sifat masalah  2/3 x 1 2/3 Klien seharusnya sebelum obat
tidak /ancaman habis harus kontrol
kesehatan
2 Kemungkinan   Dengan kontrol rutin,
masalah dapat   2/2 x 2 2 kekambuhan dapat dicegah
diubah
sebagian 
3 Potensial Klien diperlukan kontrol dan
masalah untuk 2/3 x 1 2/3 minum obat teratur
dicegah cukup
4 Menonjolnya  
masalah- 2/2 x 1 1 Jangan menungggu obat habis
masalah berat baru kontrol, tetapi sebelum obat
harus segera habis sudah disiapkan
ditangani
Jumlah 4,33

2. Ansietas berhubungan dengan Kebutuhan yang belum terpenuhi


N KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN
O
1 Sifat masalah   Masalah ini tidak harus dipikirkan
tidak /ancaman 2/3 x 1 2/3 terlalu kuat
 
kesehatan

44
2 Kemungkinan ½ x 2 1 Bila sudah menemukan jodoh
masalah dapat bagi anaknya
diubah
sebagian 
3 Potensial   Mendoakan yang terbaik jodoh
masalah untuk 2/3 x 1 2/3 bagi anaknya
dicegah cukup
4 Menonjolnya Orangtua jangan terlalu cemas
masalah- dengan hal ini
masalah berat ½ x 1 1/2
harus segera
ditangani
Jumlah 2,84

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA BERDASARKAN


SCORING
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan
2. Ansietas berhubungan dengan Kebutuhan yang belum terpenuhi

45
Rencana Keperawatan
Nama Kepala Keluarga : Ny. S Tanggal : 30 April 2021

No Diagnosa NOC Kriteria Evaluasi NIC


1 Ketidakefektifa Tuk 1 : NOC : Tuk 1:
Knowledge : Disease Process
n manajemen Keluarga mampu Nic:
Indikator Awal 1 2 3 4 5
kesehatan mengenal masalah Pengertian HT 3 tahu Tahu Pengajaran proses
keluarga Noc : sebagian seluruhnya penyakit
Proses 3 tahu Tahu  Jelaskan mengenai
Pengetahuan : manajemen terjadinya HT sebagian seluruhnya proses penyakit
penyakit kronik Faktor 3 tahu Tahu
penyebab HT sebagian seluruhnya  Jelaskan tanda dan
 Faktor penyebab Gejala HT 3 tahu Tahu gejala umum
sebagian seluruhnya  Jelaskan patofisiologi
dan faktor yang
Komplikasi 3 tahu Tahu penyakit
berkontribusi HT sebagian seluruhnya  Jelaskan komplikasi
 Tanda dan gejala Pencegahan 3 tahu Tahu kronik yang mungkin
dan sebagian seluruhnya
penyakit kronis ada
penanganan
HT
 Efek samping
obattanda dan
NOC :
gejala komplikasi
Indikator Awal 1 2 3 4 5
Klien tahu 3 tahu Tahu
Tuk 2 : tentang sebagian seluruhnya Tuk 2:
pengobatan
Keluarga mampu Noc
HT

46
memutuskan Diit pada 3 tahu Tahu Pengajaran proses
Noc pasien HT sebagian seluruhnya penyakit
1. Partisipasi keluarga Aktivitas fisik 3 tahu Tahu  Identifikadsi
dalam perawatan sebagian seluruhnya
kemungkinan
Kontrol rutin 3 tahu Tahu
profesional penyebab
sebagian seluruhnya
 Bekerja sama dalam Efek samping 1 tidak Tahu  Identifikasi perubahan
dalam penentuakan obat tahu seluruhnya fisik
perawatan  Diskusikan pilihan
 Berpartisipasi dalam terapi
tujuan bersama  Diskusikan perubahan
terkait perawatan gaya hidup yang
 Mengidentifikasi mungkin diperlukan
faktor faktor yang untuk mencegah
mempengaruhi komplikasi dimasa
perawatan yang akan datang
2. Pengetahuan Dukungan pengambilan
manajeman penyakit keputusan
kronis
 Strategi untuk  Fasilitasi pengambilan
berhenti merokok keputusan kolaboratif
 Pilihan pengobatan  Kenali kebijakan dan
yang tersedia prosedur
 Pentingnya  Fasilitasi percakapan
kepatuhan terhadap pasien dengan
regimen obat mengenai tujuan
3. Pembuatan keputusan perawatan
 Mengidentifikasi NOC :  Bantu pasien
infoemasi yang mengidentifikasi

47
relevan Family partisipation in professional care keuntungan dan
 Mengidentifikasi Indikator Awal 1 2 3 4 5 kerugian setiap
alternatif ( pilihan ) Berpartisipasi 1 tidak Tahu alternatif
dalam tahu seluruhnya
 Mengidentifikasi
melakukan
sumber daya yang perawatan
dibutuhkan

Tuk 3 Tuk 3
Keluarga mampu Noc
melakukan perawatan Pengajaran proses
Noc penyakit
Pengetahuan : manajemen  Instruksikan pasien
penyakit kronik mengenai tindakan
 Penggunaan yang benar untuk mencegah
dari obat yang /meminimalkan efek
diresepkan samping penangan dari

 Diet yang dianjurkan penyakit

 Tindakan tindakan  Edukasi pasien

yang perlu dilakukan mengenai tindakan

pada saat keadaan untuk mencegah/

darurat meminimalkan gejala

 Strategi mengatasi efek Peningkatan keterlibatan

samping keluarga

48
 Efek samping obat  Identifikasi
 Efek terapeutik obat kemampuan keluarga
 Imunisasi yang untuk terlibat dalam
direkomendasikan perawatan
NOC :
Health behavior  Identifikasi defisit
Indikator Awal 1 2 3 4 5
perawatan diri pasien
Strategi 1 tidak Tahu
manajemen tahu seluruhnya  Tentukan sumber daya
kesehatan
Screening 1 tidak Tahu fisik, emosinal dan
kesehatan tahu seluruhnya edukasidari pemberi
Menetapkan 1 tidak Tahu
perawatan utama.
diit & aktivitas tahu seluruhnya
Tuk 4 fisik pasien
HT
Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan Tuk 4
Noc Nic
Dukungan keluarga Pengajaran proses
selama perawatan penyakit
 Anggpota keluarga  Beri ketenangan terkait
mengungkapkan kondisi pasien
keinginan untuk Peningkatan integritas
mendukung anggota keluarga
keluarga yang sakit  Dukung keluarga dalam

49
 Anggota keluarga meningkatkan hubungan
mempertahankan yang positif
komunikasi dengan  Beritahu keluarga bahwa
anggota keluarga yang boleh menggunakan
sakit ekspresi kasih sayang
 Anggota keluarga
memberi dorongan
NOC :
kepada anggota Heath Promotion
keluarga yang sakit Indikator Awal Target Akhir
Mendiskusikan rencana 3 5 3
Ikilim sosial keluarga
regimen terapeutik dengan
 Menetapakan aturan tenaga kesehatan
Melaporkan perubahan status 3 5 3
keluarga kesehatan ke tenaga
 Menetapkan rutinitas kesehatan
keluarga
 Menjaga kebersihan
rumah berbagi
perasaan dengan satu
sama lain

Tuk 5 :
Menggunakan fasilitas
Tuk 5

50
kesehatan Nic
Noc Pengajaran proses
Pengetahuan : manajemen penyakit
penyakit kronik  Berikan informasi
 Tes laboratorium yang mengenai
dibutuhkan pemeriksaan
 Tahu kapan untuk diagnostik
mendapatkan bantuan  Rujuk pasien pada
dari seseorang kelompok pendukung
profesional kesehatan Peningkatan keterlibatan
keluarga
 Dorong anggota
keluarga untuk
bersikap asertif dalam
berinteraksi dengan
pemberi layanan
kesehatan profesional
 Dorong perawatan
oleh anggota keluarga
selama perawatan.
2 Ansietas TUK 1 NOC TUK 1 (Keluarga mampu
berhubungan Keluarga mampu TUK 1: Kontrol kecemasan diri mengenal masalah)

51
dengan mengenal masalah Indikator NOC 1 2 3 4 5 Nic
Kebutuhan yang Noc : Kontrol kecemasan :Kontrol Pengurangan Kecemasan
belum terpenuhi diri Kecemasan  Bantu klien
Mampu Pengajaran proses Awal
mengidentifikasi
Pengurangan 3 tahu Tahu
penyakit situasi yang memicu
kecemasan sebagian seluruhnya
 Identifikadsi Peningkatan 3 tahu Tahu kecemasan
kemungkinan koping sebagian seluruhnya  Guakan pendekatan
penyebab yang tenang dan
 Identifikasi meyakinkan
perubahan fisik Peningkatan Koping
 Diskusikan pilihan  Kenali latar budaya
terapi dan spiritual klien
 Diskusikan  Sediakan informasi
perubahan gaya hidup aktual
yang mungkin  Bantu pasien untuk
diperlukan untuk mengidentifikasi
mencegah komplikasi informasi yang paling
dimasa yang akan dia tertarik untuk
datang dapatkan
Dukungan pengambilan
keputusan
 Fasilitasi
pengambilan
keputusan kolaboratif
 Kenali kebijakan dan
prosedur
 Fasilitasi percakapan
pasien dengan

52
mengenai tujuan
perawatan
 Bantu pasien
mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian setiap
alternatif
 informasi untuk
mengurangi
kecemasan NOC :
Koping individu
Tuk 2 :
Indikator Awal 1 2 3 4 5 TUK 2 (Keluarga mampu
Keluarga mampu
memutuskan )
memutuskan Pengurangan 3 tahu Tahu
kecemasan sebagian seluruhnya NIC :
Noc : koping
Peningkatan 3 tahu Tahu Pengurangan Kecemasan
 Menyatakan perasaan koping sebagian seluruhnya  Pertimbangkan
akan kontrol diri kemampuan klien
 Menyatakan butuh dalam mengambil
bantuan keputusan
Peningkatan Koping
 Bantu pasien dalam
mengembangkan
penilaian terkait
dengan kejadian

53
dengan lebih objektif
 Dukung penggunaan
NOC : mekanisme koping
Family partisipation in professional care yang sesuai
Indikator Awal 1 2 3 4 5
TUK 3 :
Berpartisipasi 1 tidak Tahu
Keluarga mampu dalam tahu seluruhnya TUK 3 (Keluarga mampu
melakukan perawatan melakukan melakukan perawatan)
Noc : koping perawatan Nic
 Memodifikasi gaya Pengurangan Kecemasan
hidup untuk  Instruksikan klien
mengurangi stres untuk menggunakan
 Menggunakan teknik relaksasi
perilaku untuk  Dorong keluarga
mengurangi stres untuk mendampingi
Noc : Kontrol kecemasan klien dengan cara
diri yang tepat
 Menggunakan strategi
 Puji/kuatkan perilaku
koping yang afektif
yang baik secara cepat
 Menggunakan teknik
Terapi relaksasi
relaksasi untuk  Berikan deskripsi
TUK 4 :
mengurangi NOC Health behavior
detail terkait
Indikator Awal 1 2 3 4 5
kecemasan intervensi relaksasi
Strategi 1 tidak Tahu
manajemen tahu seluruhnya yang dipilih

54
Tuk 4 : kesehatan
Keluarga mampu Screening 1 tidak Tahu Tuk 4 (Keluarga mampu
kesehatan tahu seluruhnya memodifikasi
memodifikasi
Menetapkan 1 tidak Tahu lingkungan)
lingkungan diit & aktivitas tahu seluruhnya
Noc : status kenyamanan Nic
fisik pasien
 Lingkungan fisik HT Peningkatan Keamanan
 Anjurkan keluarga
 Suhu ruangan
untuk meluangkan
waktu bersama
 Anjurkan keluarga
untuk menyediakan
lingkungan yang tidak
mengancam
Manajemen Lingkungan
 Sediakan keluarga
/orang terdekat dengan

TUK 5 : informasi mengenai


NOC : Health promotion membuat lingkungan
Heath Promotion
rumah yang aman bagi
Indikator Awal Target Akhir
klien
Mendiskusikan rencana 3 5 3
regimen terapeutik dengan  Manipulasi
tenaga kesehatan
pencahayaan untuk
Melaporkan perubahan status 3 5 3
TUK 5
kesehatan ke tenaga manfaat terapuetik

55
Menggunakan fasilitas kesehatan Tuk 5 (Menggunakan
kesehatan fasilitas kesehatan)
Noc : koping Nic
 Mendapatkan bantuan Peningkatan Koping
dari profesional  Bantu pasien dalam
kesehatan mengidentifikasi
tujuan jangka pendek
dan dan jangka
panjang termasuk
rencana
pengobatan/konsultasi
ke pelayanan
kesehatan

IMPLEMENTASI :

56
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi
03/05/2021 1 10.00 TUK I Subyektif:
1. Melakukan kontrak dengan keluarga untuk menjadi 1. Klien menyanggupi untuk menjadi keluarga binaan selama 2
keluarga binaan selama 2 minggu minggu
2. Memeriksa TTV 2. Klien mengatakan sudah mengetahui mengenai penyakit HT
3. Mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakit HT 3. Ny. S mengatakan mulai paham tentang HT dan tehnik
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga proses perawatan diri untuk pencegahan komplikasi
penyakit Obyektif:
5. Menjelaskan tanda dan gejala yang muncul 1. Klien mampu menyebutkan pengertian, tanda gejala,
6. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab bersama penyebab, komplikasi dan penanganan HT dengan baik
klien dan keluarga 2. Klien dan keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan
7. Menjelaskan akibat yang dapat terjadi dari penyakit atau tindakan yang dilakukan
8. Memberikan informasi tentang penanganannya Indikator Awal 1 2 3 4 5
dengan tepat Pengertian HT 3 tahu Tahu
sebagian seluruhnya
Proses 3 tahu Tahu
terjadinya HT sebagian seluruhnya
Faktor 3 tahu Tahu
penyebab HT sebagian seluruhnya
Gejala HT 3 tahu Tahu
sebagian seluruhnya
Komplikasi HT 3 tahu Tahu
sebagian seluruhnya
Pencegahan 3 tahu Tahu
dan sebagian seluruhnya
penanganan
HT
Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan TUK 2: Kemampuan mengambil keputusan

57
1 10.30 TUK 2 Subyektif:
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab
Pengajaran proses penyakit 2. Klien mampu mengidentifikasi perubahan fisik
3. Klien mampu mendiskusikan pilihan terapi
 mengidentifikadsi kemungkinan penyebab 4. Klien mendiskusikan perubahan gaya hidup
 mengidentifikasi perubahan fisik Obyektif:
5. Klien dan keluarga tampak kooperatif saat berdiskusi
 mendiskusikan pilihan terapi 6. Klien dan keluarga mampu menyebutkan strategi
 mendiskusikan perubahan gaya hidup yang pengobatan

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi Indikator Awal 1 2 3 4 5


dimasa yang akan datang Macam- 3 tahu Tahu
macam sebagian seluruhnya
Dukungan pengambilan keputusan insulin
 memfasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif Penyuntikan 3 tahu Tahu
insulin secara sebagian seluruhnya
 mengenali kebijakan dan prosedur benar
Jumlah cairan 3 tahu Tahu
 memfasilitasi percakapan pasien dengan mengenai
obat yang sebagian seluruhnya
tujuan perawatan akan di
suntikan/dosi
 membantu pasien mengidentifikasi keuntungan
s
dan kerugian setiap alternatif Lokasi atau 3 tahu Tahu
tempat sebagian seluruhnya
penyuntikan
Efek samping 1 tidak Tahu
injeksi insulin tahu seluruhnya

Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan TUK 3: Kemampuan merawat anggota yang sakit

58
1 10.45 TUK 3 Subyektif:
1. Memunculkan dukungan emosional keluarga 1. Klien mendapat dukungan emosional dari keluarga
terhadap kondisi klien 2. Klien mengatakan mendapat dukungan pengetahuan dari
2. Memberikan pengetahuan kepada keluarga untuk keluarga dalam merawat klien
merawat klien 3. Klien mampu memantau kesehatannya secara terus-
3. Mengajarkan rencana pemantauan kesehatan secara menerus
terus-menerus
Obyektif:
1. Klien dan keluarga tampak kooperatif selama diskusi
Indikator Awal 1 2 3 4 5
Berpartisipasi 1 tidak Tahu
dalam tahu seluruhnya
melakukan
perawatan

Analisa:
Masalah teratasi.
Planing:
Lanjutkan TUK 4: Kemampuan Memodifikasi Lingkungan
1 11.00 TUK 4 Subyektif:
Pengajaran proses penyakit 1. Klien merasa tenang dengan kondisinya
2. Klien berusaha meningkatkan integritas keluarga
 memberi ketenangan terkait kondisi pasien Obyektif:
Peningkatan integritas keluarga 1. Klien dan keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan
atau tindakan yang dilakukan
 mendukung keluarga dalam meningkatkan 2. Klien tampak aktif dan kooperatif saat berdiskusi
hubungan yang positif Indikator Awal 1 2 3 4 5
Strategi 1 tidak Tahu
 memberitahu keluarga bahwa boleh menggunakan manajemen tahu seluruhnya
ekspresi kasih sayang kesehatan
Screening 1 tidak Tahu
kesehatan tahu seluruhnya

59
Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan TUK 5: Kemampuan menggunakan fasilitas
kesehatan
1.
1 11.15 TUK 5 Subyektif:
1. Mengidentifikasi fasilitas transportasi ketempat 1. Klien dan keluarga sekarang sudah ada ojek online yang bisa
pelayanan kesehatan membantu untuk akses ke layanan kesehatan.
2. Mengkaji harapan keluarga dan klien terhadap 2. Klien mengatakan terkadang petugas kesehatan tidak
tenaga kesehatan yang ada memberikan solusi atas penyakit yang dimiliki
3. Menjadwalkan rencana kunjungan ke tempat 3. Klien mengatakan akan mencoba ke rumah sakit untuk
pelayanan kesehatan mengontrol penyakitnya
4. menganjurkan keluarga untuk melakakukan Obyektif:
pemeriksaan gula darah klien secara teratur 1. Klien terlihat aktif dan kooperatif saat berdiskusi
5. menganjurkan keluarga melakukan pemeriksaan Indikator Awal Target Akhir
kesehatan klien secara rutin ke petugas kesehatan Mendiskusikan rencana 3 5 3
terdekat (dokter keluarga / Puskesmas) regimen terapeutik dengan
tenaga kesehatan
Melaporkan perubahan status 3 5 3
kesehatan ke tenaga
kesehatan

Analisa:
Masalah belum teratasi
Planing:
Lanjutkan TUK 5: Lakukan edukasi aktivitas fisik dan rutin
kontrol

07/05/2021 2 09.00 TUK 1 Subyektif:


Pengurangan Kecemasan 1. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang memicu

60
 membantu klien mengidentifikasi situasi yang kecemasan
memicu kecemasan 2. Klien mampu menggunakan pendekatan yang tenang
 menggunakan pendekatan yang tenang dan dan meyakinkan
Obyektif:
meyakinkan 3. Klien mengenali latar belakang budaya dan spiritual klien
Peningkatan Koping 4. Klien mampu menyediakan informasi aktual
 mengenali latar budaya dan spiritual klien
 menyediakan informasi aktual Indikator Awal 1 2 3 4 5
 membantu pasien untuk mengidentifikasi Mengidentifikasi 3 tahu V
informasi yang paling dia tertarik untuk situasi yang sebagian
dapatkan memicu
kecemasan
menggunakan 3 tahu V
pendekatan sebagian
yang tenang
dan
meyakinkan

Mengenali latar 3 tahu V


belakang budaya sebagian
dan spiritual
Menyediakan 3 tahu V
informasi aktual sebagian
Mengidentifikas 3 tahu V
i informasi sebagian
Analisa:
Masalah teratasi sebagian
Planing:
Lanjutkan intervensi TUK 2
2 10.00 TUK 2 Subyektif:
Pengurangan Kecemasan 1. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang memicu

61
 membantu klien mengidentifikasi situasi yang kecemasan
2. Klien Menggunakan pendekatan yang tenang dan
memicu kecemasan meyakinkan
 menggunakan pendekatan yang tenang dan 3. Klien mampu mengenali latar budaya dan spiritualnya
4. Klien mau menyediakan informasi yang aktual
meyakinkan 5. Membantu pasien mengidentifikasi informasi yang
Peningkatan Koping tertarik bagi pasien
 mengenali latar budaya dan spiritual klien Obyektif:
 menyediakan informasi aktual 6. Klien menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
yang dilakukan
 membantu pasien untuk mengidentifikasi 7. Klien tampak aktif dan kooperatif saat berdiskusi
informasi yang paling dia tertarik untuk Indikator Awal 1 2 3 4 5
Pengurangan 3 tahu Tahu
dapatkan kecemasan sebagian seluruhnya
Peningkatan 3 tahu Tahu
koping sebagian seluruhnya
Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan intervensi TUK 3tentang manfaat kontrol rutin dan
jaminan kesehatan

10.15 TUK 3 Subyektif:


1. Mengkaji pengetahun keluarga mengenai cara 1. Keluarga mengatakan mengetahui sedikit tentang bagaimana
memanfaatkan jaminan kesehatan dan cara mendapatkan kartu jaminan kesehatan
mempengaruhi keluarga untuk kontrol 2. Keluarga mengatakan akan berusaha memotivasi klien untuk
2. Mengajarkan cara memanfaatkan jaminan rutin kontrol
kesehatan Obyektif:
3. Mengajarkan kekeluarga teknik teknik pencegahan 1. Klien menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
komplikasi HT yang dilakukan
4. Mengajarkan klien untuk bisa mempraktikan 2. Klien tampak aktif dan kooperatif saat berdiskusi

62
Indikator Awal 1 2 3 4 5
Berpartisipasi 1 tidak Tahu
dalam tahu seluruhnya
melakukan
perawatan
Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan intervensi TUK 4
10.40 TUK 4
1. Mengkaji keinginan klien untuk kontrol Subyektif:
2. Mengkaji hal positif dan negatif dari kontrol 1. Keluarga mengatakan ingin kesehatan keluarga tetap
3. Menginformasikan hal-hal positif dari kontrol terkontrol
4. Melibatkan keluarga dalam memilih strategi yang 2. Klien mengatakan kontrol memiliki manfaat positif
dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku 3. Klien mengatakan akan mencoba membuat Ny S mau untuk
kontrol Ny S kontrol
5. Memberikan motivasi pada klien dan keluarga Obyektif:
untuk tetap kontrol rutin 1. Klien menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
yang dilakukan

2. Klien tampak aktif dan kooperatif saat berdiskusi


Indikator Awal Target Akhir
Menetapkan modifikasi 1 5 5
strategi untuk kontrol
Analisa:
Masalah teratasi
Planing:
Lanjutkan intervensi TUK 5

2 09.30 TUK 5 Subyektif:


1. Mengidentifikasi fasilitas transportasi ketempat 1. Klien mengatakan masih belum pergi ke RS karena Ny. S
pelayanan kesehatan tidak mau

63
2. Mengkaji harapan keluarga dan klien terhadap 2. Klien mengatakan masih mengkonsumsi obat yang diberikan
tenaga kesehatan yang ada dokter 3 bulan yang lalu
3. Menjadwalkan rencana kunjungan ke tempat 3. Klien mengatakan minggu depan akan coba periksa ke
pelayanan kesehatan Puskesmas
4. Menganjurkan keluarga untuk melakakukan Obyektif:
pemeriksaan gula darah klien secara teratur 1. Klien tampak aktif dan kooperatif saat berdiskusi
5. Menganjurkan keluarga melakukan pemeriksaan Indikator Awal 1 2 3 4 5
kesehatan klien secara rutin ke petugas kesehatan Memanfaatkan 1 tidak Tahu
terdekat (dokter keluarga / Puskesmas) layanan tahu seluruhnya
kesehatan di
sekitar tempat
tinggal
Analisa:
Masalah belum teratasi
Planing:
Lanjutkan intervensi TUK 5

64
BAB IV
PEMBAHASAN DAN TEORI PENDUKUNG

Keluarga Ny. S merupakan tipe Nuclear family yang mana terdiri dari Ny. S itu
sendiri sebagai ibu dan dua orang anak yang tinggal serumah dalam keluarga mereka. Ny
S mempunyai 10 orang anak, tujuh anak sudah berkeluarga dan berpisah rumah dari Ny S,
satu orang meninggal dunia waktu masih bayi, dan yang masih serumah dengan Ny S ada
dua orang karena masih belum berkeluarga.
Sekarang Ny. S berusia 63 tahun, itu berarti Ny S sudah memasuki tahap lansia.
Pada tahap lansia, masalah kesehatan menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri. Penyakit
degeneratif seperti Hipertensi dan Diabetes Mellitus menjadi momok menakutkan bagi
lansia. Demikian pula Ny S yang menderita Hipertensi sejak lima tahun yang lalu dan
diabetes mellitus sejak satu tahun yang lalu.
Fungsi perawatan kesehatan di keluarga Ny.S kurang begitu menjadi perhatian
dalam keluarga, hal itu bisa dilihat dari hasil pengkajian selama ini yang mana Ny S
mengatakan bahwa dirinya jarang berobat dan kontrol ke fasilitas kesehatan dikarenakan
tidak ada yang mengantarnya ke fasilitas kesehatan karena kedua anaknya sibuk bekerja,
padahal Ny S mempunyai riwayat Diabetes Mellitus yang perlu pemantauan dan kontrol
kesehatan secara rutin.
Pada bab ini penulis berusaha untuk membandingkan antara teori dengan
tinjauan kasus terhadap Ny. S dengan masalah Gangguan Sistem Kardiovaskuler
“Hipertensi” di Rt 003 Rw 02 Desa Bandung Rejosari Kec Sukun, pada dasarnya
tidak menemukan kendala yang berarti. Hal ini tidak luput dari sifat kooperatif
keluarga serta bantuan dari Pembimbing Lahan/ akademik.
Adapun gambaran yang ingin disampaikan oleh penulis pada bab ini adalah
mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul di keluarga Ny S,
intervensi keperawatan yang sesuai, implementasi dan evaluasi. Berikut deskripsi
singkat per itemnya:

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan data
mengkoordinasikan data yang didapatkan dari berbagai sumber. Dalam pengkajian

65
sebagian data yang ditemukan pada keluarga Ny. S sama dengan data yang ada
pada teoritis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada kasus Ny
S,yaitu :
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan. Hal ini dikarenakan pada kasus keluarga Ny S didapatkan data sebagai
berikut : Klien mengatakan jarang kontrol dan tidak rutin minum obat kalau habis obat
tidak kontrol lagi, sering makan gorengan,klien mengatakan berobat jika ada kambuh
atau saat ada yang mengantarnya ke dokter, hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD :
130/70 mmHg, Nadi = 82 x/mnt RR = 24x/mnt,riwayat HT lima tahun Yang lalu,
riwayat Diabetes Melitus satu tahun yang lalu dengan GDS terakhir 300mg/dl.
2. Ansietas berhubungan dengan Kebutuhan yang belum terpenuhi. Hal ini penulis angkat
karena adanya pernyataan berulang-ulang bahwa Klien mengatakan khawatir dengan
keadaan anaknya yang belum menikah.

C. INTERVENSI
Dalam merumuskan rencana tindakan penulis tidak menemukan kesenjangan yang berarti
antara teoritis dengan kasus. Hal ini disebabkan perencanaan mengacu pada teoritis dan
prioritas masalah yang ada dan disusun berdasarkan TUK satu sampai dengan TUK lima.
Namun ada beberapa intervensi yang ada pada teoritis namun dicantumkan pada kasus
karena penyusun menyesuaikan dengan keadaan keluarga Ny.S.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Implementasi dilakukan setelah rencana tindakan sesuai kebutuhan pasien
dan diharapkan dalam tindakan yang nyata dalam melaksanakan tindakan tersebut,
sedangkan semua tujuan tercapai dengan penempatan waktu yang relative sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian tujuan juga didukung
dengan sikap anak dan keluarga Ny. S yang kooperatif.

66
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Ny S dengan
Hipertensi dan Diabetes maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dalam pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti yang dapat
dikumpulkan diperoleh dengan mudah karena adanya kerjasama antara keluarga
Ny. S
2. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan
keperawatan dengan menetukan rasional dari tindakan tersebut
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama yang baik
antara, keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan tindakan keperawatan
yang berkesinambungan.

B. SARAN
Saran penulis ditujukkan kepada pihak Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Institusi
pendidikan
1. Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Diharapkan agar dapat meningkatkan lagi mutu pelayanan yang sudah tercapai
dengan baik. Dan diharapkan adanya pembentukan Posyandu Lansia agar dapat
memantau kesehatan lansia juga penyuluhan secara berkala mengenai kesehatan
khususnya lansia.
2. Institusi pendidikan
Untuk Dosen semoga tidak pernah bosan mengajari dan membimbing kami
terutama dalam pembuatan serta penyusunan tugas Asuhan keperawatan. Untuk
mahasiswa-mahasiswi semoga dengan adanya tugas ini, dapat menambah ilmu dan
wawasan kita tentang Asuhan keperawatan Keluarga, kerjasama tim, serta lebih
giat belajar.

67

Anda mungkin juga menyukai