Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGANDEFISIT PERAWATAN DIRI

I. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengetian

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi

akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri

ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,

berhias diri secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang

Air Kecil) (Mukhripah, 2008).

Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia

untuk memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan

emosi klien disebut higiene perorangan (perry & poter, 2006).

Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal

yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan

perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai

kondisi kesehatannya (Wartonah, 2006).

Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan

aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting

atau kebersihan diri secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu

mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang


menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-

masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau

higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental)

(Carpenito, 2007).

B. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri


1. Kebersihan Diri
Misalnya mandi adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi / kebersihan diri.
2. Kebersihan Pakaian
Klien memiliki gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan.
3. Kurang memperhatikan makan
Klien memiliki gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktifitas
makan.
4. Kurang perawatan diri terhadap tolleting
Klien memiliki gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktifitas toileting sendiri.

C. Etiologi

Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.


c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang

kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang

dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor

tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik

sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,

pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.


d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya

pada pasien penderita diabetes mellitus dia harus menjaga

kebersihan kakinya.

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri

adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau

perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

menurut Wartonah (2006) yaitu :

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,

gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas

kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai

dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial.


D. Manifestasi Klinik

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria

(2009) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau

aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,

mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh

atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan

untuk mengenakan pakaian dalam.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah

makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,

membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,

mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,

melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang

diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta


mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan

diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau

kamar kecil.

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

1. Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor


b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku

panjang dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan

tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3)

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu

berperilaku sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan

BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu

mandiri.

E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam

menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan

interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial

yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk

mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau

tulisan (Stuart and Sundeen, 1998).

F. Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk kasus

ini adalah :
1. Gangguan pemeliharaan kesehatan.

2. Defisit perawatan diri : mandi, berhias.

3. Menarik diri.

G. Pohon Masalah

Kebersihan diri tidak adekuat

core problem Defisit perawatan diri : mandi, berhias

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial : menarik diri

Klasifikasi
1. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan diri
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas mandi/ kebersihan diri
2. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukan aktifitas makan
3. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri ( toileting ) adalah gangguan kemampuan
untuk menyelesaikan aktifitas toileting sendiri
4. Kurang perawatan diri: berhias/berdandan
Kurang perawatan diri ( berhias/berdandan ) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
(Nurjanah:2004, 79)

H. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien merawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

II. ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengkajian

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa

terjadi akibat adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Deficit diri

tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara

mandiri, berhias diri secara mandiri, dan eliminasi (BAB/BAK)

secara mandiri.

Untuk enetahui apakah pasien mengalami masalah deficit


perawatan diri maka tada dan gejala dapat diperoleh melalui
observasi pada pasien yaitu :
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor kulit berdaki dan bau, kuku panjan dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak
berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara madiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri ditandai
denga defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/berkemih.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK

C. Intervensi Keperawatan
Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil
Nursing Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions
Classification menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut:

1. Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri


Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan
motivasinya untuk memperhatikan kebersihan
diri
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-
tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan
diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti:
mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari
(sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan


perawat.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara


mandiri.
Intervensi
a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,
ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju
dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
mandiri.
Intervensi
a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan
kebersihan diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap
dalam menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

2. Diagnosa 2 : Isolasi sosial


Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori
persepsi
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab


menarik diri
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul.
b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan


dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang
lain.
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan dengan orang lain.
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Intervensi
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu.
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah


berhubungan dengan orang lain
Intervensi
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.

3. Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,


berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan
diri
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):
Kemampuan untuk melakukan tugas fisik paling dasar
dan aktivitas perawatan pribadi. Mandi (kemampuan untuk
membersihkan tubuhnya sendiri), hygiene (kemampuan untuk
mempertahankan hygiene dirinya).

a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.


b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias


Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):
Kemampuan untuk melakukan tugas fisik yang paling
mendasar dan aktivitas perawatan pribadi. Berpakaian
(kemampuan untuk mengenakan pakaian sendiri), berdandan
(kemampuan untuk mempertahankan penampilan yang rapi),
hygiene (kemampuan untuk mempertahankan higienenya).
 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri


Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang paling
dasar dan aktivitas perawatan diri. Makan (kemampuan
untuk menyiapkan dan memakan makanan).
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
setelah makan.

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara


mandiri
Hasil yang disarankan NOC:
Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS):
Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan
pribadi paling dasar. Eliminasi (kemampuan untuk
melakukan aktivitas eliminasi sendiri). Intervensi prioritas
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
d) Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar
klien untuk keperluan terapeutik).
III. STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri
Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri
menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
a. Pada Klien

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

b. Pada Keluarga
Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami
masalah kurang perawatan diri.

B. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit


Perawatan Diri

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri


menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan Merawat Klien

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan

diri.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.
Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat


diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan
kebersihan diri
Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan saya Agung”

”Namanya anda siapa, senang dipanggil siapa?”

”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini
saya yang akan merawat T?”

“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”

” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”

” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja
ya. ”

Kerja:
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini?
Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa
merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan
diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik
seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?”
Betul ada kudis, kutu...dsb.

“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T
menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan
sisiran dan berdandan?”

(Contoh untuk pasien laki-laki)

“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa


gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran
2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya

“Berapa kali T makan sehari?

”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi
setelah makan.

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya...


kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu
jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”.

“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T


melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih..
bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara
merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai
odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T
mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T

sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi
?”. ”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda
bersih dan rapi”

”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan
sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya
T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan
tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak )
tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi
sehabis makan.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.


d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk

klien laki-laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir

rambut, bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi:

Berpakaian, menyisir rambut, berhias.

SP 2 Pasien : : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:


a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Orientasi :
“ Selamat pagi, T!”
“Bagaiman perasaan T hari ini?” Bagaiman mandinya? Sudah dilakukan?
3. Strategi
Sudah ditandai Pelaksanaan
di jadwal 3 (SP3)
hariannya?”
“Hari ini kita akan latihan
a) berdandan, mau
Mengevaluasi dimana
jadwal latihannya.”
kegiatan Bagiamana di
harian klien.
ruang tamu? Lebih kurang 30 menit.”
b) Menjelaskan cara makan yang baik.
Kerja :
c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi? Apakah T sudah ganti baju?”
baik.
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba mari kita lihat simpanan
kegiatan.
pakaiannya. Nah nari dilipat dan dirapikan pakian rumah dan pakaian
berpergian. Bagus. Sekarang mau pilih baju yang mana, Nah siapkan disini
untuk dipakai setelah mandi. Nah sekarang silahkan mandi seperti yang
sudah dilatih. (Pasien melakukan kebersihan diri.) Baik sekarang ganti
pakian Iya, pakai celana dalam, oke pakai celana panjang, di kancing yang
rapi. Nah sekarang pakai singlet, Iya, terus pakai kemeja, lalu kancing.
Bagus sekali!”
“Nah sekarang bersisir, mari kita ke cermin, bagaimana cara bersisir? Coba
kita peraktikkan, lihat ke cermin, bagus... sekali!”
“Apakah T suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali
perminggu.”
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan! Ya.
Bagus!” (Catatan: Janggut dirapikan bila pasien tidak memelihara janggut)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan?”
“Coba Pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi!”
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju
seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadwal kegiatan harian, pagi pukul
berapa, lalu sore pukul berapa?”
“Dua hari lagi saya kemarin, pas makan siang biar kita latihan dmakan yang
baik. Selamat pagi, sampai jumpa!”
SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien wanita berdandan

1. Berpakian
2. Menyisir rambut
3. Berhias

Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan anda saat ini?” Bagaiamana mandinya
sudah ditandai di jadwal harian?”
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik mari
kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya (sisi, bedak, lipstick)”
Kerja :
“Sudah diganti tadi pakaiannya setelah mandi? Bagus...! Nah... sekarang
disisir rambutnya yang rapi, bagus...! Apakah T biasa pakai bedak ? coba
dibedakin mukaknya, yang rata dan tipis. Bagus sekali T punya lipstick, mari
dioles tipis. Nah... coba lihat dikaca, T jadi lebih cantik.”
Terminasi :
“Bagaiman T belajar berdandan?”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari dimasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian, sama jamnya dengan mandi. Dua hari lagi untuk latihan makan yang
baik. Sampai jumpa!”

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:


a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c)Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

SP 3 Pasien: Percakapan melatih pasien makan secara mandiri


1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan yang bersih
3. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
4. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
Peragakan kepada pasangan Anda komunikasi di bawah ini!

Orientasi :
“Selamat siang T?”
“Wow...masih rapi deh T. Bagaiman jadwal mandi dan dandanya?”
Ooo, jadi sudah teratur. Coba saya lihat jadwal hariannya, wih sudah banyak
yang M ya. Bagus.”
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik . Kita latihan
langsung di ruang makan ya...?”
Kerja :
“Bagaimana kebiasaan makan T selama ini? Di mana T makan? Siapa yang
biasa menyiapkan makanan? O, jadi ibu biasanya telah menyiapkan makanan di
meja makan.”
“Sebelum makan harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!
Bagus! Setelah itu duduk, T duduk dimana? Sekarang ambil makanan, lauk dan
sayurnya. Sebelum disantap berdoa dulu. Silakan T yangpimpin! Bagus...”
“Mari silahkan makan...saat makan harus menyuap makanan satu-satu dengan
pelan-pelan. Ya, ayo... sayurnya dimakan. Wah, hebat sekali makannya habis ,
dan tidak berceceran. Setalah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor.
Ya betul. Dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus! Nah sekarang minum
obat (pasien melakukan minum obat sesuai dengan pengetahuan yang telah
dilatih untuk minum obat)”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah latihan m akan yang baik?”
“ “Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan)

“Nah... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadwal? Dua hari lagi saya datang dan T belajar kebersihan buang air besar dan
air kecil (untuk pasien wanita sekalian merawat saat datang bulan). Sampai
jumpa!”

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)


a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan


berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan

BAK.

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

SP4 Pasien: Percakapan mengajarkan pasien melakukan defekasi/berkemih


secara mendiri
1. Menjelaskan tempat defekasi/berkemih yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah defekasi dan berkemih
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat defekasi dan berkemih

Orientasi :
“Selamat pagi T! Bagaimana perasaan T hari ini? Baik...! sudah dijalankan
jadwal kegiatannya...?”
“Kita akan membicarakan tentang cara buang air besar dan air kecil yang
baik.”
“Kira-kira 20 menit ya T, dan dimana kita duduk? Baik di sana deh...!”
Kerja :
Untuk pasien pria:
“ Di mana biasanya T berak dan kencing? Benar T, berak atau kencing
yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutp dan
ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di
sembarang tempat ya. Jadi kita berak dan kencing di lobang WC. Nah
sehabis berak dan kencing apa yang dilakukan? Betul sekali, WC di siram,
cebok dan cuci tangan.”
“Sekarang, coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T cebok?”
“ Sudah bagus ya T, yang perlu diingat saat T cebok adalah T
membersihkan anus atau kemaluan dengan ai yang bersih dan pastikan
tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh T. Setelah T selesai
cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC disiram dengan
bersih. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing tidak tersisa di kakus atau wc. Jika membersihkan
tinja/air kencing seperti ini,berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman
yang berbahaya yang ada pada kotoran atau air kencing.”
“Setelah selesai membersihkan tinja/air kencing, T perlu merapihkan
kembali pakaian sebelum keluar dari wc/kakus/kamar mandi. Pastikan
resleting celana telah tertutup rapi,lalu cuci tangan dengan menggunakan
sabun.”
Untuk pasien wanita :
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air
dari arah depan ke belakang. Janagan terbalik ya,... Cara seperti ini
berguna untuk mencegah masuknya kotoran atau tinja yang ada di anus ke
bagian kemaluan kita.”
“Setelah T selesai cebok,jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di wc
atau di kaskus di bersihkan. Caranya siram tinja atau air kencing tersebut
dengan air secukupnya sampai tinja atau air kencing itu tidak tersisa di
kakus atau wc. Jika T membersihkan tinja atau air kencing seperti
ini,berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang
ada pada kotoran air kencing.”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc atau kakus
lalu cuci tangan dengan mengunakan sabun.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara
berak atau kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara defekasi dan berkemih
yang baik. Bagus ...!
“Untuk selanjutnya T dapat melakukan cara-cara yang telah
di jelaskan tadi.”
“Nah... besok kita ketemu lagi,untuk melihat sudah sejauh
mana T dapat melakukan jadwal kegiatannya. Sampai besok pagi
ya!”

5. Strategi Pelaksanaan 5 (SP5)


a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri
dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri.

SP 5 Kepada Keluarga Pasien : Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga


tentang masaah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang
mengalami deficit perawatan diri

Orientasi :
“selamat pagi, Pak/Bu, Saya D, perawat yang merawat T.”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak.T?”
“Hari ini kita akan erdiskusi tentang apa masalah kebersihan diri yang
dialami T dan bantuan apa yang dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 20 menit?
Mari kita duduk di kantor perawat!”

Kerja :
“Apa saja masalah yang BApak/Ibu rasakan dalam merawat T? perawatan
diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan defekasi
berkemih”
“Perilaku yangditunjukkan T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang
membuat pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sndiri. Baik…
akan saya jelaskan, untuk kebersihan diri, kami telah melatih T untuk
mandi, gosok gigu, keramas, cukuran, ganti baju, dan potong kuku. Kami
berharap Bapak/Ibu dapat menyiapkan alat-alatnya. T juga sudah
mempunyai jadwal untuk berdandan karena anak Bapak/Ibu perempuam,
kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi pakai
beda, dan lipstick. Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga di
rumah, T telah mengetahui langkah-langkahnya: cuci tangan, ambi
makanan, berdoa, makan yang rapi, cuci piring dan gelas lalu cuci tangan.
Sebaiknya makan pas pukul makan obat, agar sehabis makan langsung
makan obat. Dan untuk defekasi dan berkemih dirumah ada WC
Bapak/Ibu? Iya… T juga sudah belajar defekasi/berkemih yang bersih.
Kalau T kurang motivasi dalam merawat diri apa yang BApak/Ibu
lakukan?”
“Bapak juga perlu mendampinginya saat merawat diri sehingga dapat
diketahui apakah T sudah dapat mandiri ataumengalami hambatan dalam
melakukannya.”
“Ada yang Bapak/Ibu ingin tanyakan?”
Terminasi :

“Bagaimana perasaan pak J setelah kita bercakap-cakap?”

“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam

membantu anak bapak. T dalam merawat diri.”

“baik nanti kalau BApak/Ibu besuk dapat ditanyakan pada T.”

“Dan dirumah nanti cobalah Bapak/Ibu memndampingi dan membantu T

saat membersihkan diri”

“dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya damping untuk

memotivasi T dalam merawat diri. Selamat pagi.”


6. Strategi Pelaksanaan 6 (SP6)
a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan
defisit perawatan diri.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien defisit perawatan diri.

SP 6 Kepada Keluarga Pasien: Latih keluarga tentang cara merawat pasien

Orientasi:
“Selamat pagi, Bapak/ibu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi”
“Bagaimana, Bapak/ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya, Pak/”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke T ya?”
“Berapa lama Bapak/ibu ada waktu?”

Kerja:
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktikkan cara memotivasi T
untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya!”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada T?’
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivsi T agar minum obat dan
melakukan kegiatan positif sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata Bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”.
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?’
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien.)

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali bapak dan ibu membesuk T”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya dating untuk mencoba lagi
cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar mealkukannya!”
“Baik, selamat siang, sampai jumpa!”
7. Strategi Pelaksanaan (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah


termasuk minum obat.

b) Menjelaskan follow up dan rujukan.

SP 7 Kepada Keluarga Pasien : Jelaskan perawatan lanjutan kepada


keluarga
Orientasi:

“Selamat pagi, bpak/ibu, hari ini saya mengakhiri kunjungan saya bagaimana
kalau kita bicarakan jadwal T?
“Bagaimana, Pak/ibu, selama ini Bapak dan ibu sudah melatih cara merawat
T?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadwal dirumah”
“berapa lama bapak dan ibu punya waktu?’

Kerja:
“Pak, Bu…, ini jadwal kegiatan T, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan?”
“Pak/bu… jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan dirumah baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh T dirumah. Kalau mis., T menolak terus-menerus untuk makan, minum, dan
mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain, maka segera hubungi Saya di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan baak, ini nomor telepon puskesmas xxxxxx. Saya
masih akan dating sekali seminggu sampai kondisi T baik dan rajin melakukan
keiatan yang telah dilatih”.

Terminasi:
“Bagaimana Pak, Bu… ada yang belum jelas? Ini jadwal harian T. jangan lupa
control ke Puskesmas sebelum obat habis atau jika ada gejala-gelaja yang
tampak. Semoga cepat sembuh!”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta
: EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Damayanti, Mukhripah. 2008. Asuhan Keperawaan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Fatria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. (LP dan SP). Jakarta: PT.
Salemba Medika
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat. B.A.2011. Keperawatan Jiwa Komunias: CMHN (basic course). Jakara:
EGC
NANDA (Budi Santosa: edior). 2006. Panduan Diagnosa Nanda 2005-2006:
Definisi dan Klasifikasi. Jakara : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikosoial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.
Jakarta : Prima Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC
Wartonah, tarwoo. 2006 Kebuuhan Dasar Manusia dan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai