Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

(ASMA)

A. Pengertian
Menurut Sylvia A. Price dalam Amin Huda (2015) asma adalah suatu
keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
karena rangsanngan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat berulang namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible
dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. (Smeltzer, 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-
cabang trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan. (Pierce, 2007).
Definisi asma menurut Global Initiative for Asthma (GINA), asma adalah
gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang rentan inflamasi,
mengakibatkan gejala episode mengi yang berulang, sesak napas, dada terasa
tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan
dengan obstruksi saluran napas yang luas dan bervariasi dengan sifat sebagian
reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga
berhubungan dengan hipereaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma
merupakan penyempitan jalan napas yang disebabkan karena hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu.

B. Tanda dan Gejala


Menurut Halim Danukusumo (2000) dalam Padila tanda dan gejala pada pasien
asma adalah :
1. Stadium Dini
Factor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan atau tanpa pilek
b. Ronci basah halus pada serangan keduan atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorax
e. Ada peningkatan bentuk eosinophil darah dan Ig E
f. BGA belum patologis

Factor spasme bronkiolus dan edema yang lebih dominan :

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


b. Wheezing
c. Ronci basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk/ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak tedengar (silent chest)
e. Thorax seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronkovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
Asidosis
respiratorik

Ketidakefektifan pola
Intoleransi Retensi O2
nafas
aktivitas
C. Pohon Masalah hiperventilasi

Peningka-
Kelemahan dan Peningkatan
tan kerja
keletihan Gelisah = ansietas otot kebutuhan O2
pernafasan meningkat
Penurunan
curah Tekanan darah
Hiperkapnea
jantung menurun Penyempitan
jalan nafas

Penurunan
cardiac Ketidakefektifan Tekanan parsial oksigen di
output bersihan jalan nafas alveoli menurun

Suplai darah
dan O2 ke Mucus berlebih, batuk, wheezing,
Gangguan Asidosis dan sesak nafas
jantung
pertukaran metabolik berkurang
gas
Penyempitan/ obstruksi proksimal dari
Hipoksemia bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi
Konsentrasi dalam darah Spasme otot polos sekresi
O2 menurun kelenjar bronkus meningkat

Edema mukosa, sekresi produktif,


konstriksi otot polos meningkat

Permeabilitas kapiler meningkat

Mengeluarkan mediator :
Histamine, platelet, bradikinin, dll

Antigen yang terikat pada Ig E pada


permukaan sel mast atau basophil

D. Pemeriksaan diagnostic Faktor pencetus :


Menurut Padila (2013) pemeriksaan
Allergen,diagnostic
stres, cuacapada pasien asma adalah :
1. Pemeriksaan spirometri
Biasanya dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika VEP/KVP >20%
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan eosinophil total
5. Uji kulit
6. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum
7. Foto rontgen dada
8. Analisis gas darah

E. Penatalaksanaan medis
Menurut Amin Huda (2015) tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukkan aktivitas sehari-hari.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia program penatalaksanaan asma
meliputi 7 komponen, yaitu :
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality. Edukasi tidak
hanya ditunjukkan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, dan profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai factor antara lain :
a. Gejala dan berat asma beerubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu di review, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai
asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma bertujuan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega
b. Tahapan pengobatan
Table pengobatan sesuai berat asma

Berat Medikasi pengontrol Alternative


Alternative/pilihan lain
Asma harian lain
Asma Tidak perlu - -
Intermiten
Asma Glukokortikosteroid Teofilin lepas
Persisten inhalasi (200-400 ug lambat
Kromolin
Ringan BD/hari atau
Leukotriene
ekivalennya)
modifiers
Asma Kombinasi inhalasi Glukokortikosteroi Diatambah
persisten glukokortikosteroid d inhalasi (400-800 agonis beta-
sedang (400-800 ug BD/ hari ug BD/hari atau 2 kerja
atau ekivalennnya) dan ekivalennya ) lama oral
agonis beta-2 kerja ditambah teofilin atau
lama lepas lambat ditambah
Atau
teofillin
Glukokortikosteroi
d inhalasi (400-800 lepas
ug BD atau lambat
ekivalennya)
ditambah agonis
beta-2 kerja lama
oral
Atau
Glukokortikosteroi
d inhalasi dosis
tinggi (>800 ug DB
atau ekivalennya )
Atau
Glukokortikosteroi
d inhalasi (400-800
ug DB atau
ekivalennya)
ditambah
leukotriene
modifiers
Asma Kombinasi inhalasi Prednisolone/metilprednis
Persisten glukokortikosteroid olon oral selang sehari 10
Berat (>800 ug DB atau mg ditambah agonis beta-2
ekivalennya) dan kerja lama oral, ditambah
agonis beta-2 kerja teofilin lepas lambat
lama ditambah 1
dibawah ini :
Teofilin lepas
lambat
Leukotriene
modifiers
Glukokortikost
eroid oral

c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)


Hubungan penderita-dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi
kepatuhan dan efektif pelaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma
jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistic/ menungkinkan bagi
penderita dengan maksud mengontrol asma.
Table pelangi asma

Monitoring keadaan asma secara mandiri


Hijau Kondisi baik, asma
terkontrol
Tidak ada/ minimal gejala
APE : 80-100% nilai
dugaan /terbaik
Pengobatan bergantung berat asma,
prinsipnya pengobatan dilanjutkan.
Bila tetap berada pada warna hijau
minimal 3 bulan, maka
pertimbangkan turunkan terapi
Kuning Berarti hati-hati, asma tidak
terkontrol, dapat terjadi
serangan akut/ eksaserbasi
Dengan gejala asma (asma
malam, kativiti terhambat,
batuk, mengi, dada terasa
berat baik secara aktiviti
maupun istirahat) dan/atau
APE 60-80% prediksi/nilai
terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis
medikasi atau perubahan medikasi
Merah Berbahaya
Gejala asma terus-menerus
dan membatasi aktivitas
sehari hari
APE<60% nilai dugaan/
terbaik
Pasien membutuhkan pengobatan
segera sebagai rencana pengobatan
yang disepakati dokter-penderita
secara tertulis. Bila tetap tidak ada
respon, segera menghubungi dokter
atau rumah sakit

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut


Table rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan tempat
pengobatan

Serangan Pengobatan Tempat pengobatan


Ringan Terbaik : Dirumah
Aktiviti relative Inhalasi agonis
normal beta-2
Di praktek dokter/
Berbicara satu
Alternative
klinik / puskesmas
kalimat dalam
Kombinasi oral
satu napas
agonis beta-2 dan
Nadi < 100
APE >80% teofilin
Sedang Terbaik : Darurat gawat/RS
Jalan jarak jauh Nebulisasi agonis Klinik
Puskesmas
timbulkan gejala beta-2 tiap 4 jam
Praktek dokter
Berbicara
Alternative :
beberapa kata
Agonis beta-2
dalam satu nafas
subkutan
Nadi 100-120
Aminofilin IV
APE 60-80%
Adrenalin 1/1000
0,3 ml SK
Oksigenasi bila mungkin
Kortikosteroid sistemik
Berat Terbaik : Darurat gawat/ RS
Sesak saat Nebulisasi agonis Klinik
istirahat beta-2 tiap 4 jam
Berbicara kata per
Alternative :
kata dalam satu
Agonis beta-2
nafas
SK/IV
Nadi >120
Adrenalin 1/1000
APE < 60% atau
0,3ml SK
100 l/dtk
Aminofilin bolus
dilanjutkan drip
Oksigen
Kortikosteroid IV
Mengancam Jiwa Seperti serangan Darurat gawat/ Rs
Kesadaran ICU
akut berat
berubah/ menurun Pertimbangkan
Gelisah
intubasi dan
Sianosis
Gagal napas ventilasi mekanis

6. Control secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan
oleh dokter, yaitu :
Tindak lanjut (follow- up ) teratur
Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Peningkatan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise
induced asthma/EIA) , akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang
melakukan olahraga. Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk
olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot
pernafasan khususnnya, selain manfaat lain pada olahhraga umumnya.
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma

F. Pengkajian Keperawatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pola ini kaji pasien mengenai :
1) Apakah pendapat pasien mengenai asma yang dialami?
2) Menurut pasien apa yang menyebabkan pasien mengalami asma ?
3) Apakah pasien memahami tentang asma yang dialaminya ?

2. Pola nutrisi
Pada pola ini kajia pasien mengenai :
1) Pola makan
b. Bagaimana nafsu makan pasien selama asma ?
c. Apakah ada makanan yang menyebabkan asma pasien kambuh ?
2) Pola Minum
a. Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?

3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
a. Buang air besar
1) Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
2) Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
b. Buang air kecil
1) Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air
kecil?
4. Aktivitas dan Latihan
Dalam pola aktivitas dan latihan kaji pasien mengenai:
1) Kebersihan diri
2) Aktivitas sehari-hari
Apakah ada aktivitas pasien yang menyebabkan asmanya kambuh ?
3) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya? Serta apakah
jenis pekerjaan pasien akan mempengaruhi asma pasien ?
4) Rekreasi (tidak menjadi fokus pengkajian)
5) Olah raga
a. Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya,
jenis olah raga apa yang dilakukan pasien?

5. Tidur dan Istirahat


Pada pola tidur dan istirahat kaji pasien mengenai:
1) Apakah saat tidur asma pasien sering kambuh ?
2) Apakah asma mempengaruhi pola tidur pasien ?

6. Sensori, Presepsi dan Kognitif


Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini akan mengkaji pasien
mengenai:
1) Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien saat asma ?
2) Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
P (provoking atau pemacu) :
Q (quality atau kualitas) :
R (region atau daerah):
S (severity atau keganasan) :
T (time atau waktu) :

7. Konsep diri
Pada pola konsp diri kaji pasien mengenai :
1) Body image/gambaran diri
a. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
b. Apakah pasien memiliki perubahan fisik ?
c. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d. Adakah transplantasi alat tubuh?
e. Apakah pernah operasi?
f. Bagaimana proses patologi penyakit?
g. Apakah pasien menolak berkaca?
h. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
i. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
2) Role/peran
a. Apakah pasien mengalami overload peran?
b. Adakah perubahan peran pada pasien?
3) Identity/identitas diri
a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b. Mampukah pasien menerima perubahan?
c. Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d. Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan?
4) Self esteem/harga diri
a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b. Apakah pasien menyalahgunakan zat?
5) Self ideals/ideal diri
a. Apakkah pasien tidak ingin berusaha selama sakit

8. Seksual dan Repruduksi


Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pesien
mengenai:
1) Apakah pasien mengalami gangguan seksualitas saat sakit?

9. Pola Peran Hubungan


Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola peran hubungan kaji pasien
mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?

10. Manajemen Koping Setress


Pola ini menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien mengenai :
1. Apakah stres dapat menyebabkan asma pasien kambuh ?

11. Sistem Nilai Dan Keyakinan


Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana keyakinan serta spiritual klien terhadap penyakitnya
G. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan
deformitas dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas dan
volume sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan
6. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita

H. Rencana Keperawatan

Tujuan dan
Diagnose
No Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(NOC)
1. Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Auskultasi suara 1. Suara nafas
an bersihan asuhan nafas tambahan tambahan yang
jalan nafas keperawatan terdengar saat
berhubungan selama 3x24 jam auskultasi
dengan diharapkan menunjukan
bersihan jalan nafas gangguan pada
efektif dengan sistem pernafasan
2. Monitor status 2. Saturasi oksigen
oksigen pasien yang adekuat akan
memengaruhi setiap
metabolisme tubuh.
3. Keluarkan sekret 3. Pengeluaran sekret
dengan batuk atau dapat
suction membersihkan jalan
nafas
4. Monitor tanda- 4. Tanda-tanda vital
tanda vital pasien menunjukkan reaksi
metabolisme dalam
tubuh pasien
peningkatan NOC 5. Kelola nebulizer 5. Pemberian nebulizer
1. Status
produksi ultrasonic, akan mempermudah
Pernafasan:
mucus sebagaimana pengeluaran sekret
Kepatenan
mestinya karena pemberian
jalan nafas
nebulizer dapat
2. Status tanda
mengencerkan
tanda vital
Kriteria hasil: sekret serta
1. Frekuensi
melonggarkan
pernafasan
bronkospasme
dapat kembali
normal
2. Irama
pernafasan
dapat kembali
normal
3. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
sekret
4. Tidak ada suara
nafas tambahan
5. Dapat batuk
6. Akumulasi
sputum
berkurang
7. Saturasi
oksigen normal
8. Tanda Tanda
Vital normal
2. Ketidakefektif Setelah diberikan 1. Monitor status 1. Saturasi oksigen
an pola nafas asuhan oksigen pasien yang adekuat akan
berhubungan keperawatan memengaruhi setiap
dengan selama 3x24 jam metabolisme tubuh.
2. Monitor tanda- 2. Tanda-tanda vital
keletihan otot diharapkan pola
tanda vital pasien menunjukkan reaksi
pernafasan nafas efektif
metabolisme dalam
dengan
NOC tubuh pasien
1. Respon 3. Berikan 3. dapat memperlebar
Penyapiahn bronkodilator bila luas permukaan
Ventilasi diperlukan bronkus dan
Mekanik: bronkiolus pada
Dewasa paru-paru, dan
2. Status
membuat kapasitas
Pernafasan
serapan oksigen
3. Status
paru-paru
Pernafasan:
meningkat
Ventilasi
4. Posisikan pasien 4.
4. Status Tanda
untuk me-
Tanda Vital
Kriteria hasil: maksimalkan
1. Frekuensi
ventilasi
pernafasan 5. Monitor aliran 5. Aliran oksigen yang
normal oksigen adekuat akan
2. Irama
mendukung
pernafasan
metabolisme tubuh
normal 6. Monitor frekuensi 6. Frekuensi dan irama
3. Kapasital vital
dan irama nafas nafas menunjukkan
adekuat
4. Saturasi adanya gangguan

oksigen normal pada sistem


5. Kedalaman pernafasan
inspirasi baik
6. Tanda Tanda
Vital normal
3. Gangguan Setelah diberikan 1. Posisikan pasien 1. Meningkatkan
pertukaran gas asuhan untuk dorongan pada
berhubungan keperawatan memaksimal-kan diafragma
dengan retensi selama 3x24 jam ventilasi sehingga me-
karbon diharapkan ningkatnya ekspansi
dioksida pertukaran gas dada dan ventilasi
paru
tidak terganggu 2. Monitor status 2. Saturasi oksigen
dengan oksigen pasien yang adekuat akan
NOC:
memengaruhi setiap
1. Respon
metabolisme tubuh.
ventilasi
3. Monitor tanda- 3. Tanda-tanda vital
mekanik:
tanda vital pasien menunjukkan reaksi
Dewasa
metabolisme dalam
2. Status
tubuh pasien
pernafasan:
4. Monitor pola 4. Pola nafas
Pertukaran Gas
3. Status Tanda nafas: bradipnea, menunjukkan

Tanda Vital takipnea, tingkat asam dalam


Kriteria hasil: hiperventilasi, tubuh
1. Tingkat
Cheyne stokes,
pernafasan
biot, dan kussmaul
normal 5. Auskultasi suara 5. Perubahan suara
2. Irama
paru setelah paru menuntukkan
pernafasan
tindakan dilakukan berhasil atau
normal
3. PaO2 (tekanan tidaknya tindakan

parsial oksigen yang diberikan

dalam darah)
baik
4. PaCO2 (tekanan
parsial
karbondioksida
) baik
5. Saturasi
oksigen baik
6. Tidak terjadi
dispnea saat
istirahat
7. Tanda Tanda
Vital normal
4. Penurunan Setelah diberikan 1. Monitor status 1. Saturasi oksigen
curah jantung asuhan oksigen pasien yang adekuat akan
berhubungan keperawatan memengaruhi setiap
dengan selama 3x24 jam metabolisme tubuh.
perubahan diharapkan curah 2. Monitor tanda- 2. Tanda-tanda vital
kontakbilitas jantung kembali tanda vital pasien menunjukkan reaksi
dan volume normal dengan metabolisme dalam
sekuncup NOC: tubuh pasien
3. Evaluasi adanya 3. Nyeri dada
jantung 1. Keefektifan
nyeri dada mengindikasi-kan
pompa jantung
2. Status sirkulasi adanya penumpukan
3. Status Tanda
asam laktat dalam
Tanda Vital
dada
Kriteria hasil: 4. Auskultasi tekanan 4. Normalnya tekanan
1. Tanda Tanda darah pada kedua darah pada tangan
Vital normal tangan kiri kan lebih tinggi
2. Tidak terjadi
daripada tangan
dyspnea pada
kanan, dikarenakan
saat istirahat
3. Tidak ada 2/3 bagian jantung

sianosis berda di sebelah kiri


4. Saturasi 5. Monitor kualitas 5. Kuat lemahnya nadi

oksigen dari nadi mengindikasi-kan


5. Tidak terjadi kemampuan kerja
kelelahan jantung
6. Tidak terjadi 6. Monitor bunyi 6. Bunyi jantung dapat
Edema paru jantung digunakan sebagai
dan perifer indikasi adanya
gangguan pada
jantung
5. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Berikan oksigen 1. Tambahan oksigen
aktivitas asuhan tambahan seperti akan membantu
berhubungan keperawatan yang menyeimbangakn
dengan selama 3x24 jam diperintahkan oksigen yang
ketidakseimba diharapkan kurang dari dalam
ngan antara aktivitas pasien tubuh
suplai dengan dapat kembali 2. Bantu pasien tetap 2. Jika pasien focus
kebutuhan normal dengan focus pada pada kekuatan yang
oksigen kriteria hasil : kekuatan yang dimilikinya maka
NOC :
(hipoksia) dimilikinya akan sedikit
Status
kelemahan dibandingkan mengurangi
jantung
dengan kelemahan kelelahan pasien
paru
Status yang dimilikinnya
3. Lakukan terapi 3. Terapi relaksasi
pernafasan:
relaksasi akan membantu
pertukaran
sebagaimana mengurang rasa
gas
Kelelahan : mestinya lelah pasien
efek yang 4. Dorong adanya 4. Ketika kondisi

meng- peningkatan pasien sudah stabil

ganggu aktivitas bertahap maka keseimbangan


Kriteria Hasil : ketika kondisi oksigenya juga
1. Tidak
pasien sudah mulai stabil dan
mengalami
distabilkan kelelahanya mulai
gangguan pada
berkuranng, dan
rutinitas
2. Tidak terjadi peningkatan

penurunan aktivitas dilakukan

energy untuk mencegah


3. Tidak terjadi terjadinya
Kelelahan intoleransi aktivitas
4. Tingkat 5. Susun waktu 5. Jika latihan
pernafasan latihan dan berlebihan akan
baik istirahat untuk memicu asma
mencegah kambuh
kelelahan
6. Ansietas Setelah dilakukan 1. Tentukan apakah 1. Jika ada intervensi
berhubungan asuhan ada intervensi dimasa lalu dapat
dengan keperawatan dimasa lalu yang digunakan untuk
penyakit yang selama 3x 24 jam sudah memberikan meredakan ansietas
diderita diharapkan ansietas manfaat pasien
pasien dapat 2. Dorong klien 2. Pakaian longgar dan
berkurang dengan memakai pakaian mata yang tertutup
kriteria hasil : yang longgar dan akan memberi rasa
NOC :
mata tertutup rileks bagi pasien
Rasa cemas
3. Minta pasien 3. Jika pasien dapat
yang
rileks dan rileks maka akan
disampai-
merasakan sensasi dapat mengurangi
kan secara
yang terjadi ansietas yang terjadi
lisan
pada pasien
dengan 4. Berada disisi 4. Dengan berada
Peningkatan
pasien untuk disisi pasien akan
tekanan
meningkatkan rasa memeberikan
darah
aman dan kepercayaan diri
dengan
Peningkatan mengurangi pasien bahwa pasien

frekuensi ketakutan akan baik-baik saja

pernafasan

I. Tindakan Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi

J. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif: evaluasi yang dilakukan segera setelah asuhan keperawatan
dilakukan serta analisis respon langsung klien terhadap intervensi keperawatan
2. Evaluasi Sumatif: evaluasi yang dilakukan setelah dilakukannya evaluasi
formatif . Poer(2012)
K. Referensi

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:
definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.
Nurarif, A.H. Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogjakarta : Medi Action
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai