Komunitas Burung
(Avifauna)
I.
Burung,
Keanekaragaman,
I. PENDAHULUAN
VIFAUNA adalah kumpulan komunitas burung yang
hidup di suatu kawasan/daerah [1]. Burung dapat
dijumpai hampir di setiap tempat dan mempunyai posisi
penting sebagai salah satu kekayaan satwa Indonesia [2].
Burung merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang
dapat digunakan sebagai indikator atau parameter lingkungan
[3]. Keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan
sebagai indikator kualitas lingkungan perlu mendapat
perhatian khusus, karena kehidupannya dipengaruhi oleh
faktor fisik, kimia, dan hayati. Faktor fisik dapat berupa suhu,
ketinggian tempat, tanah, kelembaban, cahaya, dan angin.
Faktor kimia antara lain berupa makanan, air, mineral dan
vitamin, baik secara kuantitas maupun kualitas. Faktor hayati
dimaksud di antaranya berupa tumbuhan, satwa liar, dan
manusia [1]. Peran fungsional burung dalam ekosistem
2
ketiga dilakukan pada tanggal 24 April 2016 di PPLH
Seloliman yang merupakan hutan buatan tipe hutan tropis.
16 m
0718.644
11249.426
0717.11.7
11247.45.8
PPLH
Seloliman
374 m
0736.619
11235.224
C. Analisis Data
Praktikum ini menggunakan metode Point Count (titik
hitung). Pada metode titik hitung, pengamat berhenti di
suatu titik dan menghitung burung yang terdeteksi selama
selang waktu tertentu [3]. Lama waktu pengamatan sekitar
30 menit tiap titik dan terdapat tiga titik pada setiap
lokasi .Burung yang berhasil diamati dan diidentifikasi
menggunakan buku identifikasi dimasukkan ke dalam tabel
data. Selanjutnya, dari data jenis dan kelimpahan burung
dapat dicari nilai indeks-indeks ekologi sebagai berikut:
Keterangan:
ni: jumlah individu spesies i
N: jumlah total individu keseluruhan spesies
Nilai C berkisar antara 0-1; semakin tinggi nilai C
(mendekati 1) berarti tingkat keanekaragaman dalam
komunitas adalah semakin rendah.
Keterangan:
H= indeks Diversitas Shannon-Wiener
Ni= jumlah individu spesies i
N= jumlah total individu semua spesies
Keterangan:
J= indeks kemerataan
H= indeks keanekaragaman
S= jumlah spesies dalam sampel
db:
aN: Jumlah individu di komunitas a
bN: Jumlah individu di komunitas b
III.
HASIL PEMBAHASAN
5
keanekaragaman yang paling rendah yaitu pada PPLH
Seloliman.
Tabel 2. Keanekaragaman per Lokasi
Daerah
indeks simpson
Wonorejo
0,04888984
ITS
PPLH
0,083813212
0,28360263
E
0.836377059
0.785189178
0.582627608
0,4972571
Wonorejo
4
0,4443148
0,2592704
PPLH
ITS
PPLH
0,4443148
8
0,2592704
5
Wonorejo
PPLH
0,4972571
4
0,6268923
7
Setiap jenis burung pada dasarnya memiliki potensi habitat
yang berbeda-beda, suatu habitat yang digemari oleh suatu
jenis burung belum tentu sesuai untuk jenis burung yang lain
[15]. Seperti pada pengamatan burung yang telah dilakukan
di 3 lokasi Wonorejo untuk pengamatan burung pantai, ITS
untuk pengamatan burung urban, dan PPLH Seloliman untuk
pengamatan burung pegunungan. Dari ketiga lokasi ini
didapatkan hasil adanya kesamaan komunitas yang
diindikasikan dengan adanya beberapa spesies burung yang
ditemukan sama pada lokasi yang berbeda. Berdasarkan data
dendogram diatass, kesamaan komunitas didaerah ITS dan
Wonorejo memiliki indeks 0,49725714 yang didukung
dengan banyaknya burung yang sama di dua lokasi ini.
Sedangkan pada lokasi PPLH Seloliman jika dibandingkan
dengan lokasi di ITS memiliki indeks 0,4443148. Pada kedua
komunitas ini ditemukan beberapa saja spesies burung yang
sama. Dan yang paling memiliki indeks rendah 0,25927045,
yaitu dari lokasi PPLH dan Wonorejo, hal tersebut karena
keduanya memiliki perbedaan lingkungan seperti di lokasi
PPLH yang cenderung memiliki banyak kanopi dan pohon
yang rimbun sedangkan pada lokasi mangrove wonorejo
6
sebaliknya. Hal ini mengindikasikan perbedaan jenis burung
sesuai dengan adaptasinya.
Tinggi atau rendahnya kesamaan spesies pada suatu areal
disebabkan oleh sebaran vegetasi yang mempengaruhi selera
makan burung yang berbeda, karena sebagian spesies burung
memakan tumbuhan seperti biji-bijian, nektar dan buahbuahan. Sedangkan sebagian spesies burung memakan hewan
seperti serangga dan ikan [16].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis-jenis burung tiap komunitas memiliki
perbedaan. Spesies burung yang mendominasi pada
kawasan wonorejo adalah
Lonchura
punctulata,
Collocalia linchi pada kawasan ITS dan PPLH Seloliman.
Diantara ketiga tempat tersebut yang memiliki
keanekaragaman jenis paling rendah pada PPLH
Seloliman. Indeks kemerataan jenis burung pada lokasi
Wonorejo, ITS tergolong tinggi, sedangkan pada PPLH
Seloliman tergolong sedang. Perbedaan jenis burung sesuai
dengan adaptasi lingkungan karena pada praktikum
didapatkan bahwa ITS dan Wonorejo memiliki kesamaan
komunitas dibandingkan dengan PPLH Seloliman.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]