Disusun oleh :
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah Jalan Rel dalam Pro
gram Studi Teknik Sipil Universitas Tidar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehin
gga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucap
kan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan me
mberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi p
embaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat berguna ke
depannya, dan memberikan hasil yang memuaskan bagi kami.
Bagi kami sebagai penulis makalah ini merasa bahwa masih banyak kekur
angan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan penga
laman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun da
ri pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
4.1.2 Landai....................................................................................................26
5.2 Bantalan........................................................................................................36
5.5 Balas.............................................................................................................39
8.1 Wesel............................................................................................................70
8.2 Emplasemen.................................................................................................73
9.1 Pendahuluan.................................................................................................81
BAB X PENUTUP................................................................................................85
10.1 Kesimpulan.................................................................................................85
10.2 Saran...........................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................87
DAFTAR GAMBAR
Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang di
minati seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia semakin m
aju, hal ini terlihat dari pengembangan-pengembangan yang dilakukan oleh PT Ke
reta Api Indonesia (Persero). Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang
menggunakan jasa kereta api sebaiknya diimbangi oleh fasilitas-fasilitas yang me
madai, peningkatan kualitas pelayanan yang baik agar masyarakat lebih percaya d
an memilih menggunakan jasa transportasi kereta api.
Transportasi di Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam s
endi kehidupan masyarakat. Seiring perkembangan zaman, proses transportasi seb
agai alat angkut mengalami perkembangan. Semua ini berlangsung sejak masa ref
ormasi pembangunan yang digulirkan dan kebutuhan akan moda transportasi keret
a api.
Sebagai sebuah transportasi masal yang mampu mengangkut penumpang d
an barang dalam jumlah banyak, kereta api menjadi salah satu alternatif transporta
si darat. keberadaan stasiun merupakan bagian terpenting sebagaimana terminal p
emberangkatan dan menurunkan penumpang, serta dalam proses interaksi dan akti
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
vitas bagi pengguna transportasi kereta api yang menunggu jadwal keberangkatan
nya.
Pada perencanaan kali ini berlokasi di Kecamatan Nanggulan - Kecamatan
Girimulyo. Nanggulan merupakan wilayah setingkat kabupaten yang dikepalai ol
eh seorang tumenggung. Pada 16 Februari 1927, Nanggulan diturunkan statusnya
menjadi kawedanan dengan 3 kapanewon (kecamatan) yakni Watumurah/Girimul
yo, Kalibawang, dan Samigaluh. Pada tahun 1951, seiring dengan penggabungan
Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Adikarto, maka status Nanggulan turun la
gi menjadi setingkat kecamatan sampai sekarang. Di kecamatan Nanggulan terdap
at berbagai budaya yang dapat di temukan. Untuk seni tari, terdapat Jathilan yang
biasa di pentaskan oleh beberapa dusun di Nanggulan. Girimulyo satu-satunya kec
amatan yang masih bisa dimasukkan sebagai kecamatan dengan zona hijau di Kab
upaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Girimulyo berada di lereng Bu
kit Menoreh. (164-Article Text-493-1-10-20210124, n.d.)
I.2 Tujuan
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Keterangan :
PAGE \* MERGEFORMAT 2
(Sumber: PM No 60 2012)
b. Lengkung Peralihan
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Dimana:
LH = Panjang minimum lengkung peralihan
h = Pertinggian relative antara dua bagian yang dihubungkan (mm)
v = Kecepatan rencana untuk lengkung peralihan (Km/jam)
c. Lengkung S
Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbed
a arah lengkungnya terletak bersambung. Antara kedua lengkung yang ber
beda arah ini harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20 meter dilu
ar lengkung peralihan.
d. Perlebaran Sepur
Perlebaran sepur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati
lengkung tanpa mengalami hambatan. Perlebaran sepur dicapai dengan me
nggeser rel dalam arah dalam. Besar perlebaran sepur untuk berbagai jari-j
ari tikungan adalah seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:
(Sumber: PM NO 60 tahun 2012)
PAGE \* MERGEFORMAT 2
(Sumber: Penulis)
II.5 Penentuan Jarak Antar Titik
Jarak A ke P1
√ 2
d (A-P1) ¿ (−7.7818−(−7.7975) ) + ( 110.1727−110.1665 )2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
¿ 0.01687 x 100
¿ 1.687 km
Jarak P1 ke P2
d (P1-P2) ¿ √ ¿ ¿ ¿
¿ 0.01070 x 100
¿ 1.070 km
Jarak P2 ke B
√ 2
d (P2-B) ¿ (−7.7713−(−7.7725) ) + ( 110.1875−110.1780 )2
¿ 0.00975 x 100
¿ 0.975 km
Jadi jarak kereta api adalah ¿ 1.687 km+1.070 km+0.975 km
¿ 3.732 km
II.6 Perhitungan Sudut
Koordinat
Titik Jarak km Azimut α Sudut
X Y
A -7.7975 110.1665
1,687 68,45
P1 -7.7818 110.1727 8,13
1,070 60,32
P2 -7.7725 110.1780 53,12
0,975 7,20
B -7.7713 110.1875
(Sumber: Penulis_2023)
Kapasitas Angkut : > 20 x 106 ton/tahun
Kelas Jalan Rel :I
Kecepatan Max : 120 km/jam
Jumlah Track : Doubel Track
Perhitungan jari-jari min
Rmin = 0.054 x 1202 = 777.6 m
Diambil Rrencana > Rminimum => 800m
Tikungan 1
Rrencana = 800 m
Peninggian Rel
2 2
5 , 95 ( Vr ) 5 , 95 ( 120 )
h normal= = =107 , 1mm
R 800
2 2
8 , 8 ( Vr ) 8 , 8 (120 )
h minimum= −53 , 54= −53 , 54=104 , 86 mm
R 800
h maxsimum=110 mm
h diambil=109 mm
Panjang lengkung peralihan (Ls)
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
2 2
5 , 95 ( Vr ) 5 , 95 ( 120 )
h normal= = =107 , 1mm
R 800
2 2
8 , 8 ( Vr ) 8 , 8 (120 )
h minimum= −53 , 54= −53 , 54=104 , 86 mm
R 800
h maxsimum=110 mm
h diambil=109 mm
Panjang lengkung peralihan (Ls)
Ls=0 , 01 .h . v =0 , 01. 109 . 120=130 , 8 m
Panjang lengkung lingkaran (Lc)
Sudut spiral
90 Ls 90 130 ,8
θs= × = × =4 , 68 °
π R π 800
Sudut lingkaran
θc=∆ 2−2θs=53.12 °−2. 4 ,68 °=43 , 76 °
θ 43 ,76 °
Lc= ×2 πR= × 2 π 800=610 ,70 m
360
0
360 °
Panjang Lengkung Total
L 2=Lc+ 2 Ls
L 2=610 , 70 m+ 2×130 ,8 m=872, 3 m
2 2
Ls 130 , 8
ys= = =3 , 56 m
6R 6800
K=Ls – R . sin θ s
¿ 130 , 8 – 800. sin 4 ,68 ° =65 ,53 m
Q= ys – R (1 – cos θs)
¿ 3 , 56 – 800 ( 1 – cos 4 , 68 ) °=0,893 ° m
Tt 2=(R+Q)tan ¿) +K
( 800+0,893 )
¿ −800
cos( 53.12 °
2 )
¿ 95 , 39 m
Keterangan Tikungan 1 Tikungan 2
Vr (km/jam) 120 120
∆ 8.13 ° 53.12 °
R (m) 800 800
hn (mm) 109 109
Ls (m) 130 , 8 130 , 8
θc 1 , 23° 43 ,76 °
θs 4 , 68° 4 , 68°
Lc (m) 17 , 17 m 610 , 70
L (m) 278 , 77 872 , 3
Ys (m) 3,56 3,56
W (mm) 0 0
Q (m) 0,893 0,893
K (m) 65,53 65,53
Et (m) 2 , 91 95 , 39
Tt (m) 122 , 45 465 ,89
(Sumber: Penulis 2023)
III.2 Perhitungan Stationing Titik Penting
Sta A = 0+000
TS1=Sta+d1-Tt1
=0+1.687-122,4447
=1564.5553→(1+564)
Sc1=Sta Ts1+Ls1
PAGE \* MERGEFORMAT 2
=1564.5553+130,8
=1695.3553 →(1+695)
Pp1=Sta A+d1
=0+1.687
=1687→(1+687)
Cs1=Sta Sc1+Lc1
=1695.3553 +17,16
=1712.5153→(1+712)
ST1=Sta Cs1+Ls1
=1712.5153+130,8
=1843.3153→(1+843)
TS2=Sta ST1+d2-Tt1-Tt2
=1843.3153+1.070-122,4447 -465,8877
=1256.0753→(2+256)
Sc2=Sta Ts2+Ls2
=1256.0753+130,8
=1386.8753 →(2+386)
Pp2=Sta Pp1+d2
=1687 +1.070
=1688.07→(2+688)
Cs2=Sta Sc2+Lc2
= 1386.8753 +610,69
=1997.5653→(2+997)
ST2=Sta Cs2+Ls2
=1997.5653+130,8
=2128.3653→(2+128)
B =Sta Pp2+d3
=1668.07+0,975
=1669.045→(2+669)
PAGE \* MERGEFORMAT 2
besarnya pelebaran sepur. PT. Kereta Api (Persero) dalam PD. No.10
menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut .
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Dimana :
d=3 mdan 4 m
r =1000 m
f =30 mm
t=130 mm
Pelebaran sepur dapat dihitung dengan persamaan :
¿......................................................................................................................(3.28)
2
(d +u)=2. RU . S−S .......................................................................................(3.29)
Karena:
a.) Nilai S2 sangat kecil dibandingkan dengan nilai RU
b.) Nilai U sangat kecil dibandingkan dengan nilai d
Maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
2 2
d D
S= Atau2 C+ P= (3.30)
2. RU 2 RU
Bila, RU =R ,maka
2
d
P= .2 C ....................................................................................................(3.31)
2. R
Pada persamaan diatas terlihat bahwa besarnya pelebar sepur (P) dipengaruhi
oleh:
a.) Jarak gandar depan dan belakang.
b.) Kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rel pada sepur
lurus.
c.) Jari-jari lengkung horizontal
PAGE \* MERGEFORMAT 2
peninggian rel dilakukan dengan rata melewati suatu jarak (Panjang transisi)
antara 400 sampai 1000 kali peninggian rel.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Keterangan :
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Landai penentu adalah landai pendakian yang ada pada lintas lurus, yang b
erpengaruh terhadap kombinasi gaya tarik lokomotif terhadap rangakaian kereta y
ang di oprasikan.
IV.1.2 Landai
Besarnya landai ditentukan oleh tangens sudut antara jalan kereta api deng
an garis mendatar. Jadi besarnya landai pada umumnya dinyatakan dalam bentuk
pecahan, misalnya 1/25, 1/40, dan sebagainya. Dapat pula dinyatakan dalam bentu
k mm/m atau 0/00 jadi landai 1/25 sama dengan landai 400/00 .
Pengelompokan landai berdasar pada kelandaian dari sumbu dan rel (PD
10 Bab 2 pasal 4 a)
4 25 0/00
5 25 0/00
2
Vk −Vp
Lc=
2 g .(Sp−Sc )
Keterangan:
Ic = panjang maksimum landai curam (m)
Vk = kecepatan maksimum di kaki landai curam Vp: kecepatan minimum di
puncak landai curam
G = percepatan gravitasi
Sp = landai penentu (0/00)
Sc = landai curam (0/00)
Tabel 4.2.11
Data Elevasi
Titik Koordinat Stasioning Elevasi
A -7.7975,
0+ 000 175
110.1665
-7.7818,
PPV1 1+687 150
110.1727
-7.7725,
PPV2 2+757 185
110.1780
-7.7713,
B 3+732 160
110.1875
d 3=0.975 km=975 m
Total=3.732 km=3732 m
Titik A = 0+000
Titik P1 = Sta A + d1
= 0 + 1678
= 1+678
Titik P2 = Sta P1 + d2
= 1+678+ 1070
= 2+746
Titik B = Sta P2 + d3
= 2+746+975
= 3+721
PAGE \* MERGEFORMAT 2
¿ 1678 , 24 m→ 1+678 , 24
e) Titik PLV2 ¿ Sta PTV 1+ ( d 2−xm 2 )
¿ 1678 , 24+(1070−0,468)
¿ 2747 , 77 m→ 2+747 , 77
f) Titik PPV2 ¿ Sta PLV 2+ xm2
¿ 2747 , 77+0,468
¿ 2748 , 23 m→ 2+748 ,23
g) Titik PTV2 ¿ Sta PPV 2+ xm2
¿ 2748 , 23+0,468
¿ 2748 , 7 →2+748 , 7
h) Titik B ¿ PTV 2+ d 3
¿ 2748 , 7+975
¿ 3723 , 7 →3+723 , 7
T
a
b
e
l
4
.
4
.
1
2
H
a
s
i
l
P
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n
A
k
h
i
r
Titik Stationing Jarak Elevasi
A 0 1772 175
PLV1 1+677 , 76 0 , 24 149,99
PPV1 1+678 0 , 24 149,99
PTV1 1+678 , 24 1070 149,98
PLV2 2+747 , 77 0,468 184,99
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
∆ Lx E x A
f=
L
f =E x A x ℷ x Δ T
Keterangan :
F = Gaya pada batang rel
E = Modulus Elastisitas rel
A = Luas penampang
Jalan rel menurut panjangnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Rel Standar
Rel standar mempunyai panjang 25m. Dengan menggunakan rel standar ini,
sebagai pengganti dari rel standar terdahulu yang memiliki panjang 17m,
maka akan mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a. Jumlah sambungan rel dapat dikurangi
b. Berkurangnya jumlah sambungan rel akan mengurangi guncangan
sehingga meningkatkan kenyamanan penumpang kereta api.
2. Rel Pendek
Rel pendek dibuat dari beberapa rel standar yang disambung dengan las dan
dikerajakan ditempat pengerjaan. Pekerjaan pengelasan dilakukan dengan
proses flash welding. Rel pendek memiliki panjang maksimum 100 m.
3. Rel Panjang
Rel panjang dibuat dari beberapa rel pendek yang disambungkan dengan las
dilapangan, dikenal pula dengan nama contiruous welding rall (WR).
Panjang minimum rel panjang tergantung pada jenis bantalan yang
digunakan, dan tipe rel seperti yang tercantum pada tabel berikut :
V.5 Balas
Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar yang terletak
di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas
kereta api pada jalan rel, oleh karena itu material pembentuknya harus terpilih.
Lapisan balas merupakan batuan berukuran kecil yang ditaburkan dibawah rel,
tepatnya disamping dan sekitar bantalan rel.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Alat penambat terdiri dari penambat kaku, penambat elastis, pelat landas
dan rubber pad.
c. Bantalan
Bantalan terdiri dari bantalan beton, batalan kayu, dan bantalan besi.
d. Balas
1. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan
terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar
akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentuknya harus sangat terpilih;
2. Balas harus terdiri dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki kapasitas
ketahanan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan mudah dipadatkan;
e. Sub Balas
1. Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah
dasar dan lapisan balas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik.
Tebal minimum lapisan balas bawah adalah 15 cm.
2. Lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar
yang memenuhi syarat.
3. Material sub-balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau kumpulan
agregat pecah dan pasir;
e. Tanah Dasar
1. Daya dukung tanah dasar yang ditentukan dengan metoda tertentu, seperti
ASTM D 1196 (uji beban plat dengan menggunakan plat dukung
berdiameter 30 cm) harus tidak boleh kurang dari 70 MN/m2 pada
permukaan tanah pondasi daerah galian. Apabila nilai K30 kurang dari 70
MN/m2, maka tanah pondasi harus diperbaiki dengan metode yang sesuai;
2. Tanah yang digunakan tidak boleh mengandung material bahan-bahan
organik, gambut dan tanah mengembang;
3. Kepadatan tanah timbunan harus tidak boleh kurang dari 95% kepadatan
kering maksimum dan memberikan sekurang-kurangnya nilai CBR 6%
pada uji dalam kondisi terendam (soaked).
f. Lapis Tanah Dasar
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Keterangan :
B: 150 cm •Tipe Jalan Rel R54
da: 45 cm
C: 235 cm
K1: 270 cm.
K2: 375 cm
d1 :30 cm
d2: 45 cm
T : 20 cm (daerah 1 m)
T: 21 cm (daerah selain 1 m)
Luas penampang untuk daerah sisi selain 1 m
3
V =400 x 1,925=770 m
Volume balas atas pada bagian lengkung dengan bantalan
Keterangan :
B : 150 cm
C : 235 cm
K1 : 270 cm
K2 : 375 cm
d1 : 30 cm
d2 : 45 cm
h : 10 cm
T : 21 cm
L : 200 cm
S : 1065 cm
PAGE \* MERGEFORMAT 2
M : 40 cm
( 12 ) X hs +T
E= B+
E=(150+
2 ) 106 , 5
200 10
X +21=44 , 47 cm
Mencari nilai a
C−B
a=( E+ d 1 )−( )
2
Lapisan sub ballast terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang sedang, atau pasir
kasar yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Standar Saringan ASTM Presentasi Lolos (%)
1½ 100
¾ 55 – 100
No. 4 25 – 95
No. 40 5 – 35
No. 200 0 – 10
Segmen 1(Galian 1)
Segmen 2(timbunan 1)
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Segmen 3 (Galian 2)
Segmen 4(timbunan2)
Diketahui :
-7.7975,
A 0+ 000 160
110.1665
-7.7818,
PPV1 1+687 160
110.1727
-7.7725,
PPV2 2+757 167,8
110.1780
-7.7713,
B 3+732 175
110.1875
BAB VII
DRAINASE
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Pipa gelombang
0,016 – 0,025
Besarnya debit air harus dibuang dengan sistem drainase permukaan ini
bergantung pada :
a. Luas daerah yang aliran airnya akan menuju jalan rel
b. Intensitas hujan daerah setempat
c. Koefisien pengairan daerah setempat
a. Daerah datar
Q pada daerah datar = 0,15 m3 /s , digunakan bahan beton, kemiringan 1 :
2
Vrencana = 1,0 m/s
Q
A=
Vr
0 , 15 2
A= =0 , 15 m
1,0
Luas tampang
A=( B+ my ) y
0 , 15= ( B+2 y ) y …..1
Syarat tampang ekonomis
B+2 my=2 y √ m 2+1
B=2 √ 5 y – 4y….. 2
Substitusi persamaan 2 ke 1
2
A=By + y
A=( By + y ) y
A=¿ – 4y + y ) y
A=¿ – 3y ) y
PAGE \* MERGEFORMAT 2
0 , 15=¿ – 3y ) y 2
2
y =0,10189
y = 0,319 m
Mencari nilai B
B=2 √ 5 y−4 y
B=2 √ 5 ( 0,319 )−4 ( 0,319 )
B=0,1506 m
Mencari nilai T dan h
T =2 y √ m2 +1
T =2 ( 0,319 ) √ 2 2+1
T =1 , 43 m
h= y +freeboard
h=0,319+0 , 3 y
h=0,319+0 , 3(0,319)
h=0 , 42 m
Mencari nilai I
A ( B+ my ) y
R= =
P B+2 y √ m2 +1
( )
2
V .n
I= 2/ 3
R
( (0 ,16) )
2
1 ×0,013
I= 2 /3
PAGE \* MERGEFORMAT 2
−3
I =1 , 95 ×10
I =1 , 95 ‰
b. Daerah bukit
Q pada daerah bulat = 0,5 m3 /s , digunakan bahan beton kemiringan 1 : 2
Vrencana = 1,0 m/s
Q
A=
Vr
0,5 2
A= =0 , 5 m
1,0
Luas tampang
A=( B+ my ) y
0 , 5= ( B+2 y ) y ….1
Syarat tampang ekonomis
B+2 my=2 y √ m 2+1
B=2 √ 5 y – 4y….. 2
Substitusi persamaan 2 ke 1
2
A=By + y
A=( B+ y ) y
A=¿ – 4y + y ) y
0 , 15=¿ – 3y ) y
0 , 5=¿ – 3y ) y 2
2
y =0 ,34
y=0 ,58 m
Mencari nilai B
B=2 √ 5 y−4 y
B=2 √ 5 ( 0 ,58 )−4 ( 0 ,58 )
B=0 , 27 m
Mencari nilai T dan h
PAGE \* MERGEFORMAT 2
T =2 y √ m2 +1
T =2 ( 0 , 58 ) √ 22 +1
T =2 , 59 m
h= y +freeboard
h= y +0 , 3 y
h=0 , 58+0 , 3(0 , 58)
h=0 , 75 m
Mencari nilai I
A ( B+ my ) y
R= =
P B+2 y √ m2 +1
( )
2
V .n
I = 2/ 3
R
( 1(0×0,013
,29) )
2
I= 2 /3
−4
I =8,804 × 10
I =0 , 88 ‰
Maka diperoleh
VIII.1 Wesel
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
3. Rel Lantak
Rel lantak adalah suatu jenis rel yang di perkuat badannya yang
berguna untuk bersandar lidah wesel.
4. Rel Paksa
Rel paksa berfungsi memaksa roda kereta api agar tidak keluar
kearah mendatar. Pada saat roda berada diujung jarum diatas terputusnya
PAGE \* MERGEFORMAT 2
rel. Oleh karena itu rel paksa di pasang berhadapan dengan ujung jarum
tempat putusnya rel berada.
5. Penggerak atau Pembalik Wesel
Gerakan menggeser lidah dilakukan dengan menggunakan batang
penarik. Kedua lidah bergerak di atas plat gelinar atau balok gelinar yang
dipasang secara kuat di atas bantalan-bantalan wesel.
Panjang jarum pada wesel tergantung pada lebar kepala rel lebar ka
ki rel, besarnya celah antara jarum dan rel serta sudut simpang arah, dalam
perhitungan sebagai berikut :
(B+C)
P= −d
α
2+ g( )
2
Keterangan :
P : Panjang jarum
B : Lebar kepala rel
C : Lebar kaki rel
d : Celah antara jarum dan ujung rel (celah jarum)
Kemudian pada penentuan Panjang lidah. Hal ini didasarkan pada
jenis lidah yang akan dipakai (lidah berputar atau lidah berpegas). Panjnag
lidah pada lidah berputar dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
PAGE \* MERGEFORMAT 2
B+ γ
t>
sin β
Keterangan :
t : Panjang lidah
B : Lebar kepala rel
γ : Jarak antara akar lidah dan rel lantak
β : Sudut tumpu
Pada perencanaan jalan rel ini menggunakan jenis wesel biasa.
Menurut arah beloknya. Terdapat dua jenis wesel biasa. Yaitu :
a. Wesel biasa kiri
b. Wesel biasa kanan
VIII.2 Emplasemen
Emplasemen stasiun terdiri dari 5 jenis yaitu :
1. Emplasemen stasiun kecil
2. Emplasemen stasiun besar
3. Emplasemen stasiun sedang
4. Emplasemen barang
5. Emplasemen langsir
Dalam perencanaan ini menggunakan emplasemen stasiun sedang.
Emplasemen stasiun sedang mempunyai jumlah jalan rel yang lebih
banyak disbanding pada stasiun kecil. Dimana stasiun kecil terdiri dari 2
atau 3 jalan rel.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
kereta.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Sedangkan sinyal geometri sendiri terdiri dari dua jenis sinyal, yaitu :
a. Sinyal Muka
Sinyal muka yang biasanya mempunyai lengan yang ujungnya siku-
siku untuk tanda pada siang hari dan dilengkapi lampu yang
memberikan sinar berwarna untuk tanda pada malam hari. Sinyal ini
memberikan tanda apa yang ditunjukan oleh sinyal utama. Sinyal ini
memberikan dua macam tanda :
Jalan Perlahan : berarti sinyal utama “stop”
Aman : berarti sinyal utama “jalan”
Antara sinyal muka dan sinyal utama harus terdapat jarak minimal 700 m
PAGE \* MERGEFORMAT 2
- Peninggian
- Lebar sepur
- pelebaran
3. Semboyan 3S
Rambu ini dipasang sebelum perlintasan atau pada saat lintas lewat
daerah pemukiman penduduk. Maksudnya agar masinis membunyikan
suling saat melihat rambu ini dengan deminikan diharapkan dapat
mengamankan perjalanan kereta.
4. Patok km/piket
Di Selatan atau ujung utara terdapat patok-patok seperti informasi
tentang km dan hm.
5. Semboyan 8
Untuk mengejutkan masinis apabila mengantuk.
6. Taspat (Pembatas kecepatan)
Terdiri dari taspat tetap dan taspat tidak tetap. Dipasang karena kondisi
lintas, seperti lengkung berjari-jari dibawah jari-jari minimum sehingga
kecepatan kereta api perlu dibatasi.
7. Semboyan 2A, 2B, 2C
Dipasang saat kondisi jalan rel yang tidak begitu baik. Bisa juga karena
perbaikan jalan rel atau jembatan.
8. Semboyan 3
Bila terjadi rintang jalan yang menyebabkan jalan tidak dapat dilewati.
9. Semboyan 1
PAGE \* MERGEFORMAT 2
10. Semboyan 6
Boleh masuk dengan kecepatan terbatas.
11. Semboyan 40 dan 41
Sebelum kereta api berangkan dari stasiun, PPKA akan memberikan ijin
kepada kondektur pemimpin untuk memberangkatkan kereta.
12. Rambu-rambu pada perpotongan jalan rel dan jalan raya.
IX.1 Pendahuluan
Kereta Api merupakan sarana transportasi darat berbasis rel yang memiliki
tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Keefektifan ini terbukti melalui
kapasitas angkut kereta api yang jauh lebih besar, baik untuk transportasi manusia
maupun barang, jika dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Di
Indonesia, kontribusi kereta api terhadap sistem transportasi masih kurang
maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah tingkat teknologi yang
digunakan dalam sektor perkeretaapian yang masih tertinggal dibandingkan
dengan moda transportasi darat lainnya. Grafik Perjalanan Kereta Api, atau sering
disebut Gapeka, adalah jadwal perjalanan kereta api yang mencakup informasi
mengenai jadwal keberangkatan, pemberhentian di stasiun (baik untuk
penumpang maupun keperluan lain seperti persilangan atau penyusulan).
Posisi kereta yang ditampilkan merepresentasikan jarak, kecepatan, waktu
dan lokasi kereta diperjalanan pada GAPEKA. Perhitungan waktu tempuh kereta
api menggunakan interpolasi dengan memanfaatkan data jarak antar stasiun dan
kecepatan rata-rata kereta. (Habibie & Doni Ramdan, n.d.)
IX.2 Landasan Teori GAPEKA
Grafik Perjalanan Kereta Api ( GAPEKA ) merupakan alat untuk
mengendalikan operasi perjalanan kereta api, memuat tentang gerakan sarana
yang menghubungkan asal tujuan sejumlah jenis kereta api sesuai dengan
kemampuan daya angkutnya untuk mendukung kebutuhan pasar dalam kurun
waktu tertentu. (Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, pasal
121 ayat 1).Dalam UU No.23 Tahun 2007 Pasal 121 menjelaskan bahwa
pengoperasian kereta api yang dimulai dari stasiun keberangkatan, bersilang,
bersusulan, dan berhenti di stasiun tujuan diatur dalam Grafik Perjalanan Kereta
Api (GAPEKA). Sedangkan berdasarkan PM No. 121 Tahun 2017 tentang Lalu
Lintas Kereta Api Pasal 3 Setiap pengoperasian kereta api dalam berlalu lintas
dilaksanakan dengan ketentuan antara lain:
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
1. Pada satu petak blok hanya diizinkan dilewati oleh satu kereta api pada
waktu yang sama
2. Menggunakan jalur sebelah kanan pada jalur ganda atau lebih.
Grafik Perjalanan Kereta Api ( GAPEKA ) berisi tentang:
1. Gambar garis perjalanan kereta api
2. Beberapa keterangan penting yang berkaitan tentang urusan perjalanan
kereta api.,
3. Tanggal mulai berlakunya. Didalam pembuatan GAPEKA tentunya harus
memerhatikan beberapa aspek yang dapat memengaruhi hasil dari grafik dan
pengaturan perjalanan yang akan dibuatnya. Adapun aspek-aspek tersebut
diantaranya adalah Headway, Kapasitas Lintas, Waktu Tunggu, dan Waktu
Tempuh. Headway adalah waktu antara dua sarana kereta api untuk
melewati suatu titik perhentian atau stasiun tertentu dengan satuan
menit/KA. Besar kecilnya headway dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Kecepatan Lintas
b. Lereng Penentu (Kelandaian)
c. Panjang Emplasemen
d. Jalur (Tunggal/Ganda)
e. Kapasitas Jalur
f. Percepatan dan Perlambatan.
Relasi Nanggulan-Girimulyo
No Kereta
Stasiun
KA01 KA02 KA03 KA04 KA05 KA06
Nanggulan 6:00 7:10 12:00 13:10 15:00 16:10
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Relasi Nanggulan-Girimulyo
No Kereta
Stasiun
KA01 KA02 KA03 KA04 KA05 KA06
Nanggulan 5:34 6:44 12:34 13:44 15:34 16:44
Samigaluh 5:38 6:48 13:38 13:48 15:38 16:48
Girimulyo 5:51 7:01 13:51 14:01 15:51 17:01
Waktu Wa
Waktu
Jar No Kecep Tempu ktu
Stasiun Jenis Kereta Tempuh
ak Kereta atan h (m
(jam)
(mnt) nt)
Barang dan
KA01 90 0.013889 0.8333 3
Nanggul penumpang
an- 1.2 KA02 Penumpang 100 0.012500 0.75 3
Samigal 5 Barang dan
KA03 90 0.013889 0.8333 3
uh penumpang
KA04 Penumpang 100 0.012500 0.75 3
Barang dan
KA01 90 0.033333 2 3
Samigal penumpang
uh- KA02 Penumpang 100 0.030000 1.8 3
3
Girimuly Barang dan
KA03 90 0.033333 2 3
o penumpang
KA04 Penumpang 100 0.030000 1.8 3
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Pada Grafik tersebut ada 4 kereta dengan kode KA01, KA02, KA03, dan
KA04. Kereta tersebut beroprasi pada jam-jam tertentu yaitu pagi pada pukul
05.00-07.00, siang pada pukul 12.00-14.00, dan sore pada pukul 15.00-17.00.
Seperti yang terlihat pada grafik, pada pagi hari kereta yang beroprasi yakni
kereta dengan kode KA01 dan KA02 yang bergerak dari Stasiun Nanggulan ke
Stasiun Girimulyo, dan kereta dengan kode KA03 dan KA04 bergerak dari
Stasiun Girimulyo ke Stasiun Nanggulan. Pada siang hari, kereta dengan kode
KA01 dan KA02 berangkat dari Stasiun Stasiun Nanggulan ke Stasiun
Girimulyo, dan kereta dengan kode KA03 dan KA04 bergerak dari Stasiun
Girimulyo ke Stasiun Nanggulan Sedangkan untuk sore hari, kereta dengan
kodeKA03 dan KA01 berangkat dari Stasiun Nanggulan ke Stasiun Girimulyo, ,
dan kereta dengan kode KA02 danKA04 berangkat dari Stasiun Girimulyo ke
Stasiun Nanggulan
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB X
PENUTUP
X.1 Kesimpulan
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari m
asyarakat. Transportasi sendiri sebagai alat yang berfungsi untuk mempermuda
h kegiatan masyarakat dalam segala aspek khususnya dari aspek ekonomi yaitu
sebagai alat untuk mengangkut, memindahkan, menggerakkan objek dari satu t
empat ketempat yang lainnya. Kereta api adalah sarana transportasi berupa ken
daraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan denga
n kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api mer
upakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraa
n dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbon
g (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya).
Perencanaan jalan rel yang telah dibuat meliputi daerah kecamata
n gawen, kecamatan bayat, kecamatan cawas, dan kecamatan gedangsari. Per
encanaan jalan rel ini berada di daerah perbukitan dengan ketinggian tanah as
li diantara 130-420mdpl. Dalam melakukan perencanaan jalan rel perlu ditent
ukan trase mana yang akan dibuat. Ada beberapa pertimbangan dalam memili
h trase jalan rel yaitu, titik awal dan titik akhir jalan rel yang direncanakan, ko
ndisi geografis yang akan dilalui, kebutuhan akan transportasi berupa kereta a
pi pada daerah tersebut, dan penyesuaian penentuan dengan dasar hukum per
keretaapian yaitu PM 60 tahun 2012.
X.2 Saran
Demi kesempurnaan dari kepenulisan Tugas Besar Jalan Rel, penulis mencoba
memberikan saran-saran yang bersifat membangun untuk Tugas Besar Jalan Rel
kedepannya. Adapun saran-saran tersebut sebagaimana berikut:
1. Penentuan kecepatan rencana hendaknya disesuaikan dengan peraturan
yang berlaku karena mempengaruhi hasil perencanaan.
2. Untuk alinyemen vertikal sebaiknya memperhatikan bentuk kontur untuk
mengurangi volume galian dan timbunan yang besar.
3. Untuk pemilihan trase hendaknya seminimal mungkin melalui daerah
permukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Doni Ramdan, S. (n.d.). PROYEK FLY OVER SULTAN AGUNG SIMPANG JALAN
KERETA API. In Ilmuteknik.org (Vol. 1, Issue 2).
Habibie, M. B., & Doni Ramdan, S. (n.d.). GRAFIK PERJALANAN KERETA API (Issu
e 2).
Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-XX. (n.d.).
PAGE \* MERGEFORMAT 2
LAMPIRAN
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2