Anda di halaman 1dari 50

ANALISA PERAWATAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG

UNTUK MEMPERTAHANKAN DAYA MOTOR INDUK PADA


KAPAL KM. JUWITA SATU

TUGAS AKHIR

Oleh:

FAJAR HARIADI PRATAMA


NIT 13 618 009

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN KEMARITIMAN
PROGRAM STUDI TEKNIKA
SAMARINDA
2018
ANALISA PERAWATAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG UNTUK
MEMPERTAHANKAN DAYA MOTOR INDUK PADA KAPAL KM. JUWITA
SATU

Laporan Tugas Akhir Ini


Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Ahli Madya (A.Md)
Pada Program studi Teknika
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh :

FAJAR HARIADI PRATAMA


NIT : 13 618 009

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN KEMARITIMAN
PROGRAM STUDI TEKNIKA
SAMARINDA
2018

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fajar Hariadi Pratama

NIM : 13 618 009

Jurusan : Kemaritiman

Program Studi : Teknika

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Analisa perawatan katup isap dan katup buang untuk

mempertahankan daya motor induk pada kapal km.

Juwita satu

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiartisme dalam Laporan

Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, Mei 2018

Fajar Hariadi Pratama


NIT. 13 618 009

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISA PERAWATAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG


UNTUK MEMPERTAHANKAN DAYA MOTOR INDUK PADA
KAPAL KM. JUWITA SATU

NAMA : FAJAR HARIADI PRATAMA

NIM : 13 618 009

JURUSAN : KEMARITIMAN

PROGRAM STUDI : TEKNIKA

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, Mei 2018

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mika Patayang,ST .,MT Maulita,M,Sc.Ak,CA


NIP. 19810642010121005 NIP. 198103012008122001

Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

Lulus UjianTanggal :

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

ANALISA PERAWATAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG


UNTUK MEMPERTAHANKAN DAYA MOTOR INDUK PADA KAPAL
KM. JUWITA SATU

Nama : Fajar Hariadi Pratama

NIT : 13 618 009

Jurusan : Kemaritiman

Program Study : Teknika

Jenjang Pendidikan : Diploma III

Laporan Tugas Akhir ini telah diujikan dan disetujui


Pada tanggal, Mei 2018

Dewan Penguji :

Penguji 1 : Rusman, ST, MT,MM


NIP : 197403212008121002

Penguji 2 : Dr. FX. Arif Wahyudianto, MT


NIP : 1974211199903001

Penguji 3 : M. Adam, S.Kom.,M.Si


NIP : 196407061989031004

Mengetahui :

Ketua Jurusan Kemaritiman Ketua Prodi Teknika

M. Adham, S.Kom, M.Si Rusman, ST, MT, MM


NIP196407061989031004 NIP197403212008121002

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul

“ANALISA PERAWATAN KATUP ISAP DAN KATUP BUANG UNTUK

MEMPERTAHANKAN DAYA MOTOR INDUK PADA KAPAL KM. JUWITA

SATU” .

Penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah merupakan salah satu tugas dan

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Negeri

Samarinda.

Dalam Penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat

akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua

pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan tugas

akhir ini.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam

menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M. Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

2. Bapak M. Adham, S.Kom.,M.Si selaku Ketua Jurusan Kemaritiman

Politeknik Negeri Samarinda.

3. Bapak Mika Patayang, S.T., M.T selaku Sekertaris Jurusan Kemaritiman

Politeknik Negeri Samarinda.

v
4. Bapak Rusman ST.,MT.,MM selaku Ketua Program Studi Teknika jurusan

Kemaritiman.

5. Bapak Mika Patayang, S.T., M.T selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Maulita,Ms,c,Ak,CA selaku dosen pembimbing II, yang telah membantu

penulis dalam melakukan koreksi terhadap Laporan Tugas Akhir (LTA),

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

6. Kepada orang dan keluarga besar saya yang senantiasa memberikan dorongan

moral dan material yang tak terhingga serta selalu mendoakan untuk kebaikan

dan keberhasilan penulis.

7. Seluruh Staf maupun karyawan Gama Bistari SDN,BHD. yang telah

memberikan arahan, bimbingan saat penulis melaksanakan praktek laut.

8. Seluruh Crew kapal KM. Juwita Satu yang telah menerima kehadiran peneliti

dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini selama praktek berlayar

di atas kapal sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

9. Seluruh teman-teman Prodi Nautika, Teknika dan KPNK Angkatan ke XI

khususnya yang telah memberikan dukungan yang tiada henti-hentinya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Samarinda, Mei 2018

FAJAR HARIADI PRATAMA


NIT. 13 618 009

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAL ................................................ . ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ......................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………………. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ..x
ABSTRACK ........................................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 2
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.6 Hipotesis ...................................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Katup ........................................................................ 6
2.2 Sistem Pembuangan ................................................................... 9
2.2.1 Cara Kerja Katup Buang Hidrolik ……….………………14
2.2.2 Komponen-Komponen Sistem Katup…………………….15
2.3 Mekanisme Penggerak Katup ..................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................. 21
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 22
vii
3.3 Jenis Dan Sumber Data ............................................................. .23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................ 25
4.2 Pembahasan ................................................................................ 26
4.2.1 Plant Maintenance System (PMS) ................................... 26
4.2.2 Pelaksanaan atau Organizing ........................................... 30
4.2.3 Langkah-Langkah Pencabutan dan Pemasangan………...31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 34
5.2 Saran-Saran….………………………………………………….34
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Valve Face……………………………………………….……...….5

Gambar 2.2 Valve Gap…………………………..……………………….……...6

Gambar 2.3 Valve Guides………………………………………………..……...6

Gambar 2.4 Valve Head………………………………………..………..…...….7

Gambar 2.5 Valve Lifter…………………………...…………………….....……7

Gambar 2.6 Valve Seat…………………………………………………..……....8

Gambar 2.7 Valve Spring…………………………….………………...….……..8

Gambar 2.8 Nok………………………………………………................…….…18

Gambar 2.9 Poros Nok…………………………………………………...…....…19

Gambar2.10 Katup Pegas………..……………………………………..…….......20

ix
DAFTAR RUJUKAN

Anonim, Instruction Manual Book, Akasaka Diesel, DM 28 AFD - 6


Cylinder, KM. Juwita Satu.

Karyanto, (2002), Pengertian Katup Hisap. Jakarta.

Manulang, (1992) Plan Maintenance System. Jakarta.

NSOS, (1990) , Mengemukakan Tujuan Perawatan Mesin Diesel.

Van Maanen, (1990), Motor Diesel Kapal, Nautech Jilid II.

V.L. Maleev, M.E., DR. AM, (1991) , Operasi dan Pemeliharaan Mesin
Diesel, Erlangga Jakarta.

Yuswardi, (2002) Pengertian Katup Pada Mesin Diesel. Jakarta.


ABSTRAK

FAJAR HARIADI PRATAMA, 2016, “Analisa Perawatan Katup Isap Dan Katup
Buang Untuk Mempertahankan Daya Motor Induk Pada Kapal KM. Juwita Satu,
Dibawah bimbingan Bapak Mika Patayang dan Ibu Maulita.

Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami cara melaksanakan perawatan


Katup Isap Dan Katup Buang mesin induk dan untuk lebih memahami faktor-faktor
yang dapat menunjang perawatan mesin induk sehingga pengoperasian mesin induk
dapat dilakukan sesuai dengan prosedur.

Penelitian ini dilaksanakan pada kapal KM. Juwita Satu selama kurang lebih 1
(satu) tahun yaitu pada tanggal 05 Juni 2016 sampai dengan tanggal 06 Juni 2017.
Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, Sedangkan metode
analisis yang penulis gunakan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif yang
diperoleh dalam bentuk variabel berupa informasi yang berasal dari atas kapal KM.
Juwita Satu.

Hasil yang diperoleh setelah dianalisis menunjukkan bahwa pertama : terjadi


kerusakan pada Katup Isap dan Katup Buang karena kurangnya perawatan dan
terjadinya kerusakan pada Katup Isap dan Katup Buang disebabkan karena tidak
dilaksanakannya perawatan sesuai dengan waktunya.

xii
ABSTRACK

FAJAR HARIADI PRATAMA , 2016. Analisa of Intek manipol


Valve and Exhaust Valve maintenance for main engine operational
ship KM. Juwita Satu. Supervied by Mr. Mika Patayang and Mrs.
Maulita.

This research is purposed to more understand how to


implement maintenance main engine Intek manipol Valve and Exhaust
Valve and to better understand the factors thet can support the
treatment of main engine exhaust valve so that operation of the main
engine can be done in accordance with the prosedure.

Recearch was conducted on the ship KM. Juwita Satu for about
I (one) year on 05 June 2016 until 06 June 2017. Data sources used
are primary data and secondary data, while the analytical methods of
analysis the outhors use quantitative and qualitative analysis
obtained in the form of variable information derived from an board
the KM. Juwita Satu.

The result of the research shows that first damage of Intake


manipol Valve and Exhaust Valve due to lack of maintenance and is
caused due to non performence maintenance in accordance with the
time.

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi yang sangat pesat

khususnya pada sektor transportasi laut, hampir setiap saat terjadi inovasi-inovasi

pada sektor ini, khususnya dibidang perkapalan dimana sistem manual dalam

pengoperasian kapal laut mulai bergeser dengan sistem digital.

Hal ini sangat penting karena transportasi angkutan laut sampai saat ini masih

menjadi primadona oleh para pengguna jasa transportasi. Hal tersebut

dimungkinkan selain murah, efisien dan juga dari segi kuantitas muatan dianggap

sangat optimal.

Berangkat dari fenomena tersebut diatas, maka perusahaan pelayaran sangat

dituntut agar tanggap segala bentuk gangguan dalam sistem operasi kapal yang

mungkin terjadi dan juga mampu menyiapkan sumber daya manusia yang baik

dalam pelayaran kapal agar tidak terjadi gangguan.

Pada kapal tempat melakukan penelitian menggunakan motor diesel 4 tak

diesel engine Akasaka 1200 PS -6 Cylinder, dimana keuntungan dari motor 4 tak

adalah dengan menggunakan katup isap yang jika rusak dapat di perbaiki

tersendiri Karena motor jenis ini adalah motor diesel putaran menengah dan

putaran tinggi yang selalu dilengkapi dengan sebuah katup buang pada katup

silinder.

Pada kapal tempat melakukan penelitian, kondisi mesin diesel sering terjadi

kerusakan pada katup isap dan katup buang yaitu pada saat melakukan pelayaran

dari Samarinda menuju blitung ,pada tanggal 28 oktober 2016 tepatnya pukul
2

04.20 dini hari, pada saat itu penulis sedang melakukan tugas jaga laut dengan

masinis II. Pada saat kejadian tersebut motor induk harus dihentikan secara tiba –

tiba dikarenakan terjadi kebocoran pada katup buang dimana suhu gas buang naik

melebihi temperatur normal dan suplai udara ke ruang bakar tidak normal.

Tindakan yang dilakukan oleh masinis II yaitu segera melakukan penggantian

katup buang dan penetelan ulang terhadap kedua katup tersebut. Setelah dipasang

dengan spare part yang baru dan di setel ulang kondisi mesin dapat beroperasi

normal. Berdasarkan kejadian tersebut penulis tertarik mengangkat permasalahan

tersebut dan menuangkannya dalam bentuk penelitian dengan judul “Analisa

Perawatan Katup Isap Dan Katup Buang Untuk Mempertahankan Daya

Motor Induk Pada Kapal KM. Juwita Satu”.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah sangat diperlukan untuk merinci masalah yang bersifat

umum. Hal ini untuk memudahkan dalam pelaksanaan pembahasan yang akan

penulis kemukakan dalam tugas akhir ini adalah apa dampak dari yang akan

timbul apabila perawatan katup isap dan katup buang pada mesin induk di kapal

KM. JUWITA SATU yang tidak dilaksanakan dengan hati-hati terutama

akibatnya pada pengoperasian kapal ?.

1.3 Batasan Masalah

Guna menghindari terjadinya perbedaan pendapat yang tidak terkendali serta

pembahasan tugas akhir ini tidak keluar dari batasan masalah dan juga

keterbatasan penulisan dalam hal pengalaman dan waktu ataupun biaya, maka

penulisan dengan ruang lingkup yaitu dengan membahas tentang perawatan katup

isap dan katup buang di kapal KM. JUWITA SATU .


3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

a. Untuk lebih memahami cara melaksanakan perawatan katup isap dan

katup buang mesin induk.

b. Untuk lebih memahami faktor-faktor yang dapat menunjang perawatan

katup isap dan katup buang mesin induk.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan perawatan mesin induk

khususnya katup isap dan katup buang.

b. Sebagai bahan literatur dan referensi bagi peneliti yang berminat mengkaji

topik yang sama.

1.5 Hipotesis
1. Karena kurangnya perhatian pada pemakaian jam kerja (running hours) pada

komponen mesin khususnya katup isap maupun katup buang, maka

kerusakan tidak dapat dihindari dan akan menyebabkan kerusakan baru

akibat pengaruh dari komponen yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti.

2. Karena para masinis kurang memahami plan maintenance system (PMS),

sehingga mesin pada kapal tidak dikerjakan sesuai dengan waktu penggantian

atau perawatan pada mesin tersebut.

3. Karena kurangnya kerja sama antara bawahan dan atasan sehingga banyak

pekerjaan yang tertunda. Maka dari itu pada mesin khususnya katup buang

yang seharusnya dirawat tetapi tidak dikerjakan sehingga harus dilakukan

pergantian pada katup buang tersebut.

1.6 Sistematika Penulisan


4

Dalam penulisan tugas ini penulis membagi 5 bab seara sistemtis agar dapat

mudah di mengerti oleh para pembaca dalam mengikuti penyajian tugas ini:

BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan PENDAHULUAN yang menguraikan latar belakang,
Rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan TINJAUAN PUSTAKA yang berisi kajian literatur dan
tinjauan teoritis yang di jadikan dasar acuan dalam olah gerak Kapal
pada saat memasuki perairan sempit dan dangkal. Agar tidak
terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Merupakan pembahasan dari METODE-METODE PENELITIAN
yang akan di gunakan dalam pengumpulan data dan penyusunan tugas
akhir ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Merupakan HASIL PENELITIAN dan ANALISA yang di lakukan
penulis untuk membahas hasil penelitian yang penulis lakukan di
Kapal selama penelitian yang bertujuan untuk membahas tentang judul
yang di angkat oleh penulis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang memuat kesimpulan beserta kritik dan saran
yang sampaikan oleh penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Katup

Menurut Karyanto (2002), katup buang merupakan katup yang dipergunakan

sebagai pintu pembukaan sisa-sisa gas pembakaaran sebagai suatu saluran buang.

Menurut Yuswardi (2002), katup adalah salah satu dari komponen

mekanisme yang terdapat pada motor yang berfungsi untuk mengatur pemasukan

dan pengeluaran bahan bakar, mengatur pemasukan bahan bakar dan udara ke

dalam silinder dan mengatur pembuangan bahan bakar dan ada beberapa hal yang

harus berhubungan dengan katup yaitu :

1. Valve Angle adalah suatu sudut yang dibentuk oleh permukaan katup.

2. Valve Face adalah salah satu dari bagian katup yang berupa permukaan katup

dengan mempunyai sudut khusus dan berhubungan dengan dudukan katup

yang terdapat pada kepala silinder. Adapun gambar di lampirkan di gambar

2.1 .

Sumber : www.dansuskin.com

Gambar 2.1 valve face


6

3. Valve GAP adalah posisi antara ujung batang computer dengan lengan pada

saat katup dalam keadaan renggang. Adapun gambar di lampirkan di gambar

2.2 .

Sumber : www.shutterstock.com

Gambar 2.2 Valve Gap

4. Valve Guide adalah komponen yang berfungsi sebagai tempat batang

membuka dan menutup. Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.3 .

Sumber : www.tractorjoe.com

Gambar 2.3 Valve Guides


7

5. Valve Head adalah salah satu dari bagian katup berupa permukaan katup yang

langsung berhubungan dengan ruang bakar. Adapun gambar di lampirkan di

gambar 2.4 .

Sumber : www.highperformancepontiac.com

Gambar2.4 ValVe Head

6. Value Lifter adalah komponen mekanisme katup yang berfungsi untuk

menerima langsung gerakan naik turun dari bubungan dan meneruskan ke

batang pendorong. Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.5 .

Sumber : www.engineman.co.uk

Gambar 2.5 Valve Lifte


8

7. Valve Seat adalah komponen dari mekanisme katup yang terpasang pada

kepala silinder dan berfungsi sebagai tempat daun katup duduk saat katup

menutup. Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.6 .

Sumber : www.is1tech.com

Gambar 2.6 Valve Seat

8. Valve Spring adalah komponen pada mekanisme katup yang berfungsi untuk

mengembalikan posisi katup ke posisi semula (menutup) setelah terbuka.

Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.7 .

Sumber : www.onalicylinders.com

Gambar 2.7 Valve Spring


9

9. Valve Spring Free High Adalah jarak antara ujung pegas tanpa ada tekanan.

10. Valve Spring pressure adalah jarak antara ujung pegas setelah pegas di pasang

pada katup.

11. Valve Timing adalah masa kerja yang diperlukan katup untuk membuka dan

menutup dengan sempurna sehingga menghindari katup bergerak terlalu cepat

atau lamban.

Untuk mendukung pembahasan mengenai perawatan katup isap dan katup

buang maka perlu diketahui teori-teori penunjang atau juga pengertian-pengertian

yang diambil dari beberapa kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan

Tugas Akhir ini. Katup buang adalah salah satu jenis katup yang terdapat pada

motor disel baik itu 4 tak maupun 2 tak yang berfungsi sebagai katup untuk

membuka jalan keluar dari gas sisia hasil dari pembakaran keluar dari dalam

ruang kompresi ke exhaust manifold.

Menurut NSOS, (1990 : 39) mengemukakan tujuan perawatan adalah sebagai

berikut:

“Adapun yang di maksut perawatan adalah untuk menghasilkan suatu alat

pengelolah yang lebih baik dalam meningkatkan keselamatan pada awak kapal

dan perawatannya”.

Pada dasarnya apa yang diharap dari keberadaan perawatan mesin tidak lain

adalah untuk meningkatkan efektifitas serta porsi keuntungan bagi pemilik

perusahaan. Hal ini bisa dimungkinkan, karena dengan perawatan kapasitas

produksi suatu mesin hingga estimate umur ekonomisnya. Di dalam kenyataan

yang tidak sedikit bisa diamati di lapangan, bahwa keberhasilan pekerjaan


10

perawatan mesin justru menuntut kerja sama yang baik dan kompak serta

terorganisir dalam team work yang baik.

Perawatan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menjaga kondisi yang

diinginkan. Dalam usaha untuk menggunakan mesin secara terus-menerus agar

kelanjutan produksi dapat terjamin maka perlu diadakan perawatan mesin sebaik

mungkin. Perawatan itu meliputi : pengecekan, pelumasan (lubrication) dan

perbaikan atau reparansi atas kerusakan yang ada serta penyesuaian atau

penggantian suku cadang atau komponen-komponen yang terdapat pada mesin-

mesin tersebut. Semua tugas ini merupakan tugas dari bagian perawatan.

Dengan kata lain perawatan mesin-mesin dapat diartikan sebagai kegiatan

untuk memelihara atau menjaga peralatan mesin-mesian dan mengadakan

perbaikan atau penyesuaian, penggantian yang diperlukan agar supaya tercipta

suatu keadaan operasi yang diharapkan.

1. Sistem Perawatan Berencana (Plan Maintenance System)

Menurut Munullang, (1992 : 47) mengatakan, planning is deciding in

advance what is to be done. Jadi perencaan adalah penentuan terlebih dahulu apa

yang akan dikerjakan.

Sistem perawatan mesin induk di kapal juga bisa menerapkan sistem Plan

Maintenance Sistem, dimana tujuan dari sistem ini adalah untuk penyiapan

perangkat manajemen yang lebih baik dan meningkatkan keselamatan, baik awak

kapal maupun peralatan.

Sistem perawatan berencana moderen terdiri banyak elemen seperti rencana

kerja, control penyediaan, informasi dan intruksi. Pelaksanaan yang mudah adalah
11

pertimbangan utama dari sistem ini, sehingga awak kapal secara cepat memiliki

kepercayaan dari dalam menerapkan sistem ini. Seperti alat-alat yang ada dipapan

perawatan. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk menerapkan prosedur

perawatan yang efisien adalah penting untuk memiliki pengaturan fleksibel.

Dengan memperhitungkan perubahan-perubahan kondisi dari komponen-

komponen waktu seperti halnya pengaruh kondisi lingkungan terhadap umum

operasionalnya.

2. Tujuan perawatan

Tujuan suatu sistem perawatan adalah untuk menghasilkan suatu alat

pengelola yang lebih baik dalam meninggkatkan keselamatan. Penerapan yang

mudah merupakan pertimbangan yang penting dari sistem ini sehingga anak buah

kapal dengan cepat menjadi yakin menggunakan sistem tersebut sebagai alat

untuk perawatan di atas kapal. Pengalaman telah menunjukkan untuk

menciptakan suatu prosedur perawatan yang berdaya guna. Perlu adanya suatu

pengaturan yang fleksibel pertimbangan kondisi penggantian komponen-

komponen pada waktunya begitu juga kondisi lingkungan setempat yang sesuai

dengan usia pengoperasian mesin adapun tujuan daripada perawatan komponen

komponen mesin yaitu:

a. Untuk memungkinkan kapal dapat beroperasi secara reguler dan

meningkatkan keselamatan, baik awak kapal maupun peralatan.

b. Untuk membantu perwira dalam menyusun rencana dan mengatur dengan

yang lebih baik, sehingga kinerja kapal meningkat, dan mencapai maksud

dan tujuan yang sudah ditetepkan oleh para manejer dikantor pusat.
12

c. Untuk memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang paling mahal berkaitan

dengan waktu ndan material, sehingga mereka yang terlibat benar-benar

meneliti dan dapat meningkatkan metode untuk mengurangi biaya.

d. Agar dapat melaksanakan pekerjaan secara sistematiks tanpa mengabaikan

hal-hal terkait, dan melakukan pekerjaannya dengan cara paling ekonomis.

e. Untuk memberikan kesinambungan perawatan sehingga perwira yang baru

naik kapal dapat mengetahui apa yang telah dikerjakan dan apalagi yang

harus dikerjakan.

f. Sebagai bahan informasi yang akan diperlukan bagi pelatihan dan agar

seseorang dapat melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

g. Untuk menghasilkan fleksibilitas sehingga dapat dipakai oleh kapal yang

berbeda walaupun dengan organisasi dan pengawakan yang berbeda.

h. Memberikan umpan balik informasi yang dapat dipercaya ke kantor pusat

untuk meningkatkan dukungan pelayanan, desain kapal, dan lain-lain.

3. Perawatan dan perbaikan (spesifikasi, jadwal, dan lain-lain).

Perencanaan perawatan harus mempertimbangkan masukan. Pengalaman dari

pekerjaan perawatan sebelumnya. Oleh karena anak buah kapal sering diganti

pada periode yang singkat maka sangatlah penting agar pengalaman-pengalaman

tersebut dicatat secara sistematis supaya terdapat kesinambungan dalam kegiatan

perawatan. Perawatan dapat diklarifikasikan dalam beberapa bentuk dan

dihubungkan dengan berbagai kriteria pengendalian, seperti :

a. Perawatan insidentil; artinya kita membiarkan mesin bekerja sampai rusak

pada umumnya model ini sangat mahal, oleh karena itu beberapa bentuk
13

sistem perencanaan diterapkan dengan mempergunakan sistem perawatan

berencana, dengan tujuan untuk memperkecil kerusakan dan beban

bekerja dari suatu pekerjaan perawatan yang diperlukan.

b. Perawatan pencegahan terhadap perawatan perbaikan.

Perawatan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan atau

bertambahnya kerusakan dalam tahap ini. Hal ini berarti bahwa harus

digunakan metode tertentu untuk menelusuri perkembangan yang terjadi.

c. Perawatan periodik pemantauan kondisi.

Perawatan pencegahan biasanya terjadi dari pembukaan secara periodik

mesin dan perlengkapan untuk menentukan apakah diperlukan

penyetelan-penyetelan dan pengantian-pengantian. Jangka waktu inspeksi

demikian biasanya didasarkan atas jam kerja mesin atau waktu kalender.

Tujuan dari pemantauan kondisi adalah untuk menemukan kembali

informasi tentang kondisi dan perkembangannya, sehingga tindakan

korektif dapat diambil sebelum terjadi kerusakan. Inspeksi yang sering

dilakukan akan mengurangi ketidaksiapan berlayar dan mengurangi

kesalahan bahaya perakitannya kembali. Dalam praktek, suatu perawatan

dilakukan sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman.

d. Pengukuran terus menerus terhadap periodik pemantauan kondisi

dilakukan baik dengan pengukuran yang terus menerus maupun dengan

penggunaan sistem proses alarm. Disini parameter operasi kritis dipantau

secara terus menerus, dan suara alarm akan berbunyi bila kondisi tertentu

dilampaui Dalam hal ini pemantauan kondisi adalah mengukur kondisi ini
14

dan bukan hanya menjaga batas kritis yang sudah dicapai. Maksud utama

pengukuran periodik adalah untuk memberikan pengamanan yang cukup

atas terjadinya kerusakan yang terus bertambah atau terjadi kemunduran

kondisi. Pengukuran yang demikian dapat dilakukan pada jangka yang

lebih singkat bila jam kerja meninggkat.

2.2 Sistem Pembuangan

2.2.1 Cara Kerja Katup Buang Hidrolik

Menurut Van Maanen, (1990) torak dari pompa actuator (penggerak

pompa) digerakkan oleh nok. Katup tekanan baik mencegah aliran balik minyak

ke system suplai selama langkah ke atas dari torak. Minyak yang dipindahkan

oleh torak mengalir keluar dari silinder OE1 melalui saluran ke silinder OE2

diatas katup buang.

1. Pembuangan Katup

Bila minyak dalam ruang OE2 tidak menerima tekanan, maka katup buang

ditahan dalam keadaan tertutup oleh tekanan udara dalam silinder. Bila oleh

torak minyak ditekan ke silinder dengan torak, maka katup akan membuka

melawan tekanan udara oleh tekanan udara hidrolik. Kecepatan katup dan dan

tinggi angkatnya akan ditentukan oleh bentuk nok dan tinggi nok.

Bila katup buang terbuka, maka gas buang akan mengalir dengan kecepatan

tinggi melalui sayap. Akibatnya adalah terjadi sebuah kopel pada batang katup

sehingga katup akan berputar dari sebuah putaran. Oleh karena pegas udara

tidak mengalami gangguan banyak, maka katup akan berputa dengan sebuah
15

kopel kecil. Dengan rotasi katup tersebut maka akan dihasilkan pembagian

suhu yang merata pada katup dan batang katup sehingga perubahan bentuk dari

katup dan penutupan yang tidak sempurna dapat dicegah. Dengan adanya rotasi

tersebut maka tempat duduk katup juga tetap akan bersih.

2. Penutup Dari Katup

Bila rol telah melalui titik tertinggi nok, maka torak akan menurun lagi

sehingga tekanan dalam system hidrolik akan hilang. Tekanan udara dalam

silinder, dijaga pada harga 5,5 atau 6 bar menekan silinder dengan katup buang

dan torak hidrolik kearah atas lagi (pegas udarah). Sewaktu penutupan dari

katup, maka oleh pena peredam dicegah katup memukul tempat duduk dengan

gaya yang besar.

2.2.2 Komponen-Komponen Sistem Katup

Menurut V.L Meleev, (1991) sistem katup adalah gabungan antara alat yang

dilalui gas untuk pembakaran mesin. Kegunaan utama dari sistem katup adalah

untuk membawa gas masuk dan keluar selinder mesin ke udara dan untuk

melakukan hal tersebut dibantu dengan tahanan aliran yang minimum. Selain itu

sistem katup dapat juga melakukan satu atau lebih dari fungsi yaitu:

1. Meredam kebisingan.

2. Melindungi lingkungan terhadap gas agar tidak berlebih ataupun kurang.

3. Memadamkan bunga api yang kadang-kadang timbul dan mengeluarkannya

dari gas buang.


16

Menurut Karyanto (2002), bagian-bagian mekanisme katup dapat diuraikan

menjadi beberapa bagian yaitu:

a). Valve Disc

1). Sebagai bidang penutup katup, berguna untuk merapatkan penutupan katup

dengan dudukan katup

2). Tebal valve disc sebagai penentu masa pakai katup

3). Diameter valve disc dibutuhkan menurut kebutuhan motor.

b). Spindle valve

Berguna untuk tempat dudukan pegas, pegas pembantu, cincin pelat

penahan pegas serta mendapat tekanan untuk pembukaan katup.

c). Valve Spring

Berguna untuk mengembalikan katup pada dudukannya semula setelah

katup bekerja (membuka).

d). Locking

Berguna untuk menahan atau mengunci pegas tekanan dengan

penahannya.

e). Seating Valve

Berguna sebagai tempat dudukan kepala katup dan terbuat dari baja dan

membentuk sudut kerucut pada dudukannya dikepala silinder.

f). Push Rod

Berfungsi untuk meneruskan gerakan valve lifter ke ujung rocker arm,

dan terbuat dari baja.

g). Conical Ring


17

Berfungsi untuk spindle valve agar tidak bergerak dan terlepas.

h). Locking Plate

Merupakan komponen dari katup buang yang berfungsi untuk menahan

conical ring yang berada pada bagian tensioning disc agar tidak

terangkat dan bergeser dari dudukannya.

i). Tensioning disc

Merupakan komponen dari katup yang berfungsi untuk mengembalikan

katup ke posisi semula (menutup) dengan bantuan pegas.

Katup-katup yang diatur terlalu sempit akan mengakibatkan katup

tersebut tidak akan menutup dengan baik setelah setelah mesin bekerja pada

temperature normal dan pada bagian batang katup akan memuai secara

berlebihan. Menjalankan mesin pada keadaan ini akan menjadikan katup

terbakar akibat gas panas yang melewati katup setelah pembakaran. Katup

yang celahnya terlalu longgar akan terlambat membuka dan tertutup terlalu

capat. Hal ini akan menurunkan daya mesin sehingga mesin tersebut akan

mengeluarkan tenaga, bahan bakar boros dan emisi buangan yang tinggi.

2.3 Mekanisme Penggerak Katup

Menurut V.L Manleev, opersi dan pemeliharaan mesin diesel (1991), istilah

penggerak katup digunakan untuk menunjukkan kombinasi dari seluruh bagian

yang mengendalikan pemasukan udara pengisian dan pengeluaran gas buang

dalam mesin 2 langkah. Penggerak katup dari mesin diesel sangat bervariasi

dalam konstruksinya, tergantung pada jenis, kecepatan dan ukuran mesin. Adapun

mekanisme dari penggerak katup yaitu :


18

1. Nok

Yaitu sebuah alat yang diunakan dalam motor diesel untuk menjalankan satu

katup yang terdiri dari batang silinder, Nok membuka katup dengan menekan

penggerak katup yang selanjutnya diteruskan ke katup, atau dengan

mekanisme bantuan lainnya ketika cam shaft berputar.Hubungan antara

perputaran cam shaft dengan perputaran crak shaft sangan penting. Karena

dalam beberapa rancangan Cam shaft juga menggerakkan putaran distributor

minyak dan pompa bahan bakar. Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.8 .

Sumber : www.nokarm.com

Gambar 2.8 nok

2. Poros nok

Poros nok digerakkan dari poros engkol mesin dengan cara digerakkan

dengan sederet roda gigi lurus atau roda gigi heliks lurus, penggerak rantai,
19

penggerak dengan dua panjang roda gigi paying dan poros vertical perantara.

Dalam mesin dan langkah poros nok berputar pada kecepatan yang sama

seperti poros engkol, sedangkan mesin 4 langkah poros nok beputar dengan

kecepatansetengah dari poros engkol. Adapun gambar di lampirkan di gambar

2.9 .

Sumber : www.thinglink.com

Gambar 2.9 Poros Nok

3. Pengikut nok

Pengkut nok adalah bagian mesin yang menggunakan dengan nok dan

meneruskan aksi dari nok ke batang dorong. Pada motor diesel moderen

menggunakan beberapa jenis pengikut nok.

a. Pengikut jenis rol, yang digunakan dalam mesin ukuran sedang dan besar

dalam kombinasi dengan nok tangensial atau nok cembung.

b. Pengikut datar atau jamur, yang digunakan dalam mesin kecepatan tinggi

dan mesin kecil dan dioperasikan oleh nok cembung.

c. Pengikut berengsel yang dapat digunakan dengan nok dari berbagai

bentuk.

d. Pengikut berengsel yang dikombinasikan dengan rol. Pengikut berengsel,

gerakannya menyerupai pengikut rol. Keuntungan utamanya adalah bahwa


20

sisi dorong nok yang diambil oleh engsel dari lengan tuas hanya

meninggalkan dorongan kecil yang bekerja pada pengikut luncur yang

disebabkan jejak lengkungan dari ujungnya

4. Pegas katup

Pegas katup bertugas untuk menutup katup. Pegas katup yang digunakan pada

motor diesel terbuat dari kawat baja.Pegas pada katup mempunyai satu gaya

yang berbanding langsung dengan besarnya penekanan pegas. Hanya

sebagian kecil dari daya pegas katup maksimum yang diperlukan untuk

mempertahankan katup tetap pada dudukannya. Tugas pokok dari katup

pegas seperti telah disebutkan adalah memberikan gaya yang cukup selama

proses pengengkatan katup untuk mengatasi inersia dari penggerak katup dan

memelihara persinggungan nok. Adapun gambar di lampirkan di gambar 2.10

Sumber : www.onalicylinders.com

Gambar 2.10 Valve Spring


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

A. Tempat penelitian

Lokasi tempat penelitian yang digunakan penulis didalam melakukan

pengamatan tentang peranan perawatan Katup isap dan katup buang mesin induk

untuk menunjang pengoperasian kapal pada katup isap dan katup buang mesin

induk yang terjadi pada KM. JUWITA SATU.

B. Waktu Penelitian

Watu penelitian ini di laksanakan selama 12 bulan di mulai dari tanggal 20

Juli 2016 sampai tanggal 20 Juli 2017 tepatnya pada saat penulis melaksanakan

prakrek laut yang digunakan dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan

data-data yang diperlukan diatas kapal KM. JUWITA SATU. Berikut akan di

uraikan mengenai data-data kapal tempat penulis mengadakan penelitian :

Nama Kapal:Km.Juwita Satu

Gt : 1258

Loa : 69,40 M

Nama Pemilik : PT. DWIJAYA SAMUDRA

Call Sign : YGPU

Klasifikasi : BKI

Tipe Kapal : Cargo

Imo Number : 8202173


22

Port Of Register : Surabaya

Bendera : Indonesia

Mesin Induk : Akasaka 1x1200 HP

Mesin Bantu : Yanmar 2x600 HP

Tanda Selar : GT.1258 No.1402/Ka

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh didalam pengumpulan data untuk menyusun kertas kerja

ini adalah dengan mencari data-data dan mengumpulkan data yang berhubungan

dengan masalah yang diangkat pada kertas kerja ini selain mengumpulkan data

juga diperoleh dari usaha penelitian langsung di lapangan.

Dalam penyusunan kertas kerja ini digunakan beberapa metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan secara langsung di

lapangan untuk mengamati sesuatu hal yang dijadikan sebagai objek. Dalam

hal ini penulis melakukan pengamatan terhadapKatup isap dan katup buang

mesin induk dan sistem perawatannya di atas kapal KM.JUWITA SATU .

Namun penulisn menyadari bahwa penelitian yang dilakukan diatas kapal

belum terlalu mendalam disebabkan karena faktor kegiatan yang dilakukan

tidak terfokus padaKatup isap dan katup buang mesin induk diatas kapal dan

hasilnya penulis dapat mengetahui sedikit demi sedikit tentang cara

perawatan mesin induk.


23

2. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu metode data yang ditempuh dengan cara membaca dan

menelaah buku-buku atau dokumen-dokumen baik yang ada diperpustakaan

atau pun dokumen yang diperoleh dari tempat lain yang relefan dengan

permasalahan yang diangkat dengan maksud untuk memahami teori yang

berkaitan dengan permasalahan yang diambil. Buku-buku atau dokumen-

dokumen tersebut penulis baca dan dapatkan diperpustakaan Politeknik

Negeri Samarinda, Referensi dari luar dan dari kapal tempat penulis

melakukan praktek Laut.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni data kualitatif yaitu

data yang diperoleh berupa informasi-informasi sekitar pembahasan secara

tulisan dalam perawatan katup isap dan katup buang mesin induk.

2. Sumber data

Adapun sumber data yang penulis gunakan yaitu :

a. Data Primer yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, dalam hal ini penulis memproleh data primer dengan acara

metode survei yaitu dengan mengamati dan mengukur secara langsung di

lokasi peneitian.

b. Data Sekunder yaitu data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh

peneliti, data-data ini diperoleh dari buku yang berkaitan dengan obyek

penelitian kertas kerja ini yang disampaikan pada saat kuliah, Kajian

Pustaka dan buku-buku dari perpustakaan.Metode Penelitian


24

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dimana

kegiatan yang dilakukan dengan memulai langkah mengamati objek yang diteliti

dan mencatat data-data yang menunjang sewaktu melaksanakan praktek laut di

atas kapal KM. JUWITA SATU, kemudian membahas objek tersebut untuk

dipaparkan secara rinci. Data yang diperoleh dengan tujuan untuk memberikan

informasi mengenai perencanaan terhadap masalah yang timbul berhubungan

dengan materi pembahasan skripsi ini.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Katup buang dan katup isap merupakan komponen utama pada motor diesel

baik itu empat tak maupun dua tak yang berfungsi sebagai katup untuk membuka

dan menutup aliran udara masuk maupun udara keluar dari dalam silinder atau

ruang pembakaran.

Pembukaan katup buang terjadi akibat tekanan dari rocker arm (lengan

penumbuk pelatuk katup) pada ujung batang katup dan pada saat rocker arm

melepaskan tekanan pada ujung katup, maka secara otomatis pegas akan kembali

ke posisi semula dan kembali menutup katup sehingga tetap duduk pada

dudukannya.

Dimana rocker arm ini berfungsi sebagai penghantar tekanan dorong dari

batang penumbuk katup (push road). Sedangkan batang penumbuk katup ini

bergerak turun naik akibat adanya tekanan gerak putar nok dari poros hubungan

yang berhubungan langsung dengan gigi reduksi, dan gigi reduksi digerakkan oleh

crank shaft motor diesel tersebut.

Berdasarkan data-data yang penulis dapatkan, maka yang akan dibahas dalam

tugas akhir ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan pada katup isap

dan katup buang khususnya pada dudukannya.

Adapun tanda-tanda terjadinya kerusakan atau kebocoran pada katup buang

dan katup isap yaitu :


26

Adapun tanda-tanda terjadinya kerusakan atau kebocoran pada katup buang

dan katup isap yaitu :

1. Temperatur gas buang naik dari temperatur normal

2. temperature air pendingin naik dari temperatur normal

3. timbulnya bunga api pada cerobong

4. tekanan indicator berkurang pada silinder yang bocor

5. putaran motor turun.

6. Exhaust Manifold Berwarna Merah

7. Adanya surging

8. Adanya ketukan pada piston

9. Timbulnya getaran

Tabel perbandingan suhu gas buang yang normal dan tidak normal

Tabel 4.1 Suhu normal gas masuk dan buang berkisar antara 340 – 370

Cylinder 1 2 3 4 5 6

Gas buang 390ºc 345ºc 360ºc 370ºc 340º 360ºc

Tabel di atas menunjukkan bahwa silinder no.1 suhu gas buangannya melebihi

dari temperatur normal.

4.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini terbagi atas tiga bagian yaitu:

4.2.1 Plan Maintenance System (PMS)

Suatu bahan atau material mempunyai batas kerja yang maksimal, begitu

pula pada komponen-komponen katup buang mempunyai batas kerja . Jadi apabila
27

seating katup buang telah melebihi jam kerja dan belum dilakukan penggantian,

maka lama kelamaan seating tersebut akan mengalami kelelahan bahan maka dari

itu untuk menghindari kerusakan akibat kelelahan bahan dianjurkan untuk

mengganti seating tersebut sesuai dengan jam kerjanya.

Mengadakan jadwal inspeksi yaitu pekerjaan pemeliharaan agar efektif maka

harus dilakukan secara menyeluruh. Suatu jadwal pelayanan pemeliharaan harus

diuraikan dalam setiap instalasi dan jadwal ini harus diikuti untuk mengadakan

operasi. Dalam jadwal inspeksi harus disisipkan jumlah batas maksimum dari jam

operasi diantara inspeksi dari bagian yang terdaftar.

Berikut ini jadwal perawatan / pemeriksaan serta cara penanganan sesuai

dengan komponen yang dibahas :

Tabel 4.2 Jadwal Perawatan dan Pemeriksaan Serta Penanganannya

Jenis pengecekan Waktu pengecekan Cara penanganan

Katup Isap 1500 – 2000 jam Mengganti dudukan

katup isap

Katup Buang 1500 – 2000 jam Mengganti dudukan

katup buang

Setiap perawatan melakukan suatu manajemen perawatan yang terdiri dari

perencanaan (organizing), pelaporan (actualing), analisa (controlling), sehingga

dalam menyusun suatu manajemen perawatan ini perlu mengerti tentang plan

maintenance system, karena plan maintenance system ini adalah semua yang kita
28

kerjakan harus dicatat atau ditulis sehingga sesuai dengan prosedur dalam plan

maintenance system.

Sistem perawatan mesin induk di atas kapal juga bisa menerapkan plen

maintenance system, dimana tujuan dari sistem ini adalah untuk menyiapakan

perangkat manajemen yang lebih baik dan meningkatkan keselamatan, baik awak

kapal maupun peralatan.

Sistem perawatan berencana modern terdiri banyaknya elemen seperti

rencana kerja, control penyediaan, informasi dan instruksi. Pelaksanaan yang

mudah adalah pertimbangan utama dari sistem ini, sehingga awak kapal secara

cepat memiliki kepercayaan dari dalam menerapkan sistem ini. Seperti alat-alat

yang ada di papan perawatan. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk

menunjukkan prosedur perawatan yang efisien adalah penting untuk memiliki

pengaturan fleksibel, dengan memperhitungkan perubahan-perubahan kondisi dari

komponen-komponen waktu seperti halnya pengaruh kondisi lingkungan terhadap

umur operasionalnya.

Adapun tujuan sistem ini adalah:

1. Untuk memungkinkan kapal dapat beroperasi secara regular dan

meningkatkan keselamatan, baik awak kapal maupun peralatan.

2. Untuk membantu perwira dalam menyusun rencana dan mengatur

dengan lebih baik, sehingga kenerja kapal meningkat, dan mencapai

maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan oleh para manajer di kantor

pusat.
29

3. Untuk memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang paling mahal berkaitan

dengan waktu dan material, sehingga mereka yang terlibat benar-benar

meneliti dan dapat meningkatkan metode untuk mengurangi biaya.

4. Agar dapat melaksanakan pekerjaan secara sistematis tanpa mengabaikan

hal-hal terkait dan melakukan pekerjaannya dengan cara paling

ekonomis.

5. Untuk memberikan kesinambungan perawatan sehingga perwira yang

baru naik kapal dapat mengetahui apa yang akan dan yang harus

dikerjakan.

6. Sebagai bahan informasi yang akan diperlukan bagi pelatihan dan agar

seseorang dapat melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.

7. Untuk menghasilkan fleksibilitas sehingga dapat dipakai oleh kapal yang

berbeda walaupun dengan organisasi dan pengawakan yang berbeda.

8. Memberikan umpan balik informasi yang dapat dipercaya ke kantor pusat

untuk meningkatkan dukungan pelayanan desain kapal, dan lain-lain.

Dengan tingkat pendidikan setiap engineer yang berbeda-beda dalam

setiap kapal akan mempengaruhi penerapan prosedur perawatan dan

pemeliharaan, karena para engineer ada yang mengikuti prosedur dari plan

maintenance system (PMS) ataupun sebaliknya yang telah dirancang oleh

setiap perusahaan.

Dengan latar belakang yang berbeda maka akan berbeda juga pemikiran

yang diterapkan dilapangan.

Hal-hal yang mempengaruhi setiap engineer tidak mengikuti prosedur

plan maintenance system (PMS) yang telah dirancang oleh setiap perusahaan.
30

a. Ketidak tahuan tentang apa itu plan maintenance system (PMS),

sehingga dengan demikian prosedur perawatan itu tidak dijalankan

dengan optimal.

b. Ada sebagian engineer yang sudah tahu tentang plan maintenance system

(PMS), tetapi pura-pura tidak tahu sehingga tidak dijalankankan.

c. Ada yang menganggap bahwa plan maintenance system (PMS), itu

adalah sebuah formalitas dari setiap perusahaan.

Adapun beberapa cara untuk meningkatkan pemahaman plan

maintenance system (PMS) terhadap anak buah kapal khususnya di

departemen mesin adalah sebagai berikut:

1) Pengarahan

Dalam hal ini pengarahan bertujuan mengarahkan kepada kru kapal

khususnya masinis untuk melaksanakan perawatan dan perbaikan secara

rutin dan terarah sesuai dengan intruktion manual booknya agar tidak

terjadi kerusakan tiba-tiba pada mesin, serta kemungkinan akibat yang

ditimbulkan dari kerusakan mesin induk terhadap kelancaran operasional

kapal.

2) Sosialisasi

Sosialisasi yang dimaksud adalah sosialisasi antara kru dan perusahaan

mengenai PSM (plan maintenance system), di atas kapal, tujuan

sosialisasi ini adalah agar para masinis-masinis di atas kapal memahami

dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang sering terjadi

menganai kondisi mesin tersebut. Sosialisasi ini dapat disampaikan pada

safety meeting yang dilaksanakan setiap sebulan sekali.


31

4.2.2 Pelaksanaan atau Organizing

Pelakasanaan perawatan exhaust valve pada kapal penulis didasarkan pada

PMS dari perusahaan yaitu pada interval 4000 jam atau 15 bulan running hours

dengan asumsi rata-rata kurang lebih 266,6 jam pongoperasiaan perbulan, pada

bulan april 2009 sesuai PMS telah sampai pada interval 15 bulan yang mana

perawatan terakhir dilakukan pada bulan januari 2008 yang mana pada saat itu

total running hours exhaust valve ketika di overhaul yaitu 3983 jam

pengoperasian. Kenyataan di atas kapal pekerjaan perawatan/overhaul exhaust

valve pada bulan april 2009 tidak dilaksanakaan padahal running hours telah

melampaui jam kerja yang direkomendasikan 4000 jam atau 15 bulan, seperti

terlihat di running hours exhaust valve mesin induk pada bulan april 2009

mencapai 4163,4 jam pengoperasiaan atau lebih interval 15 bulan seperti yang

telah direncanakan di plan maintenance system (PMS) diatas kapal penulis.

Untuk melaksanakan pekerjaan perlu diperhatikan alat-alat keselamatan kerja

yang tersedia. Alat-alat yang diperlukan harus dipersiapkan sehinnga dalam

pelaksanaan pekerjaan perawatan sesuai dengan buku petunjuk.

4.2.3 Langkah-Langkah Pencabutan dan Pemasangan

Dalam suatu perawatan mesin induk perlu memperhatikan langkah-

langkah dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan instruction manual book,

begitu juga dalam perawatan exhaust valve dengan maksud agar tidak terjadi

kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaannya dan pekerjaan dapat selesai dengan

hasil memuaskan, berikut ini adalah langkah-langkah pencabutan dan pemasangan

exhaust valve dari mesin induk.

1. Pencabutan
32

Adapun langkah-langkah pencabutan yaitu:

a. Tutup air pendingin yang masuk dan keluar, dan kemudian cerat katup

buangnya.

b. Lepaskan pipa tekanan tinggi yang untuk penggerak katup hidrolik.

c. Lepas pipa air pendingin keluar dari katup buang.

d. Lepas retum oil pipe dan sealing air pipe dari katup buang.

e. Lepaskan pipa-pipa udara pada susunan sealing air dan untuk penutupan

pneumatic katup buang.

2. Peringatan

Adapun peringatan yang perlu kita tau yaitu:

a. Jangan melepas suplai udara ke sealing air sampai setelah pompa

minyak camshaft telah di stop.

b. Lepaskan lapisan pelindung dengan isolasi dari pipa intermediate, dan

lepas ring klemnya.

c. Pindahkan topi-topi pelindung pada studs katup buang dan pasang empat

hidrolik jacketnya.

d. Sambung pompa tekanan tingginya ke jacket dengan dengan memakai

blok pembagiannya dan empat high pressure hoses.

e. Pompa sistem hidroliknya dan naikkan sampai menunnjukkan tekanan

yang sesuai dangan data, kemudian kendorkan dan lepas baut-bautnya.

f. Kaitkan crane pada mata pengait katup buang untuk mengangkat katup

buang tersebut.

g. Hati-hati pada saat membersihkan lubang katup buang cylinder cover dan

jika memungkinkan untuk melakukan skir dudukan dan permukaan sekat

di lubang.
33

3. Pemasangan

Adapun cara pemasangannya yaitu:

a. Angkat katup buang yang telah di overhauld, dilengkapi dengan O-ring

yang baru pada seating, kendorkan sekrup untuk sambungan air

pendingin dan pasang dengan O-ring yang baru.

b. Minyaki semua O-ring dengan Molybdenum disulphide (Mos2).

c. Perhatikan sebelum memasang katup buang pada mesin, sambungkan

udara bertekanan ke pneumatic piston untuk menjaga katup buang tetap

tertutup selama pemasangan.

d. Posisi katup buang pada lubang cylinder cover, disesuakan flens

pembuangan dan sambungan air pendingin.

e. Pasang baut-baut dan hydraulic jack, naikkan tekanan sampai

indikarornya menunjukkan tekanan sesuai di data dan kencangkan

bautnya. Buang tekanan di system, lepaskan pompa dan pipa tekanan

tingginya, dan pasang topi-topi pelindungnya.

f. Ketika memasang klem sambungan compensator dan pipa intermediate

katup buang memungkinkan dalam beberapa kasus memerlukan untuk

menggunakan alat “compensator extender”.

g. Pasang sekrup dan baut pada segi tiga besi di flens compensator, bersama

dengan compensator extender, dan gunakan alat ini untuk memasang

compensator di alurnya dengan pipa intermediate katup buang.

h. Ikatkan isolasi pelindungnya, pasang pipa keluar air pendingin, dan

kencangkan sambungan air pada sisi pembuangan, pasang retum oil pipe,
34

dan pipa udara untuk penutupan pneumatic katup buang. Buka suplai

minyak lumas dan suplai air pendingin ke katup buang.

i. Lepaskan udara bertekanan dan sambungan suplai udara yang normal.

j. Perhatikan suplai udara ke katup buang harus selalu tersambung sebelum

pompa minyak camshaft dijalankan, hal ini sangat penting karena, kalau

tidak katup akan terbuka lebih dari normal.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan yang berkaitan dengan pembahasan di dalam tugas akhir ini antara

lain :

1. Karena kurangnya perhatian pada pemakaian jam kerja (running hours) pada

komponen mesin khususnya katup isap maupun katup buang, maka kerusakan

tidak dapat dihindari dan akan menyebabkan kerusakan baru akibat pengaruh

dari komponen yang seharusnya diganti tetapi tidak diganti.

2. Karena para masinis kurang memahami plan maintenance system (PMS),

sehingga mesin pada kapal tidak dikerjakan sesuai dengan waktu penggantian

atau perawatan pada mesin tersebut.

3. Karena kurangnya kerja sama antara bawahan dan atasan sehingga banyak

pekerjaan yang tertunda. Maka dari itu pada mesin khususnya katup buang

yang seharusnya dirawat tetapi tidak dikerjakan sehingga harus dilakukan

pergantian pada katup buang tersebut.

5.2 Saran-Saran

Mengingat pentingnya exhaust valve pada motor diesel maka harus

diperhatikan :

1. Selalu memperhatikan pemakaian jam kerja (running hours) pada katup

buang motor induk

2. Harus memahami apa itu plan maintenance system dan harus dilaksanakan.
36

3. Atasan dan bawahan harus dapat bekerja sama dengan baik.


SHIPS PARTICULARS KM.JUWITA 1

VESSEL’S KM. JUWITA 1


CALL SIGN YGPU
NATIONALITY INDONESIA
PORT OF REGISTER SURABAYA
TYPE OF VESSEL CARGO
GROSS TONAGE 1258 T
NETTONAGE 636 T
CLASIFICATION BKI
OWNER PT. DWIJAYA SAMUDRA
LENGTH OVER ALL 69,40 M
NUMBER OF CARGO 1
DECK CRANE 1 UNIT
MAIN ENGINE 1 UNIT AKASAKA DIESEL 1200 HP.
GENERATOR 2UNIT YANMAR DIESEL 95 KVA.
COMPRESSOR 2 UNIT
OIL WATER SPARATOR 1 UNIT TAIKO KAI
SERVICE SPEED MAX 12 KNOT / NORMAL 10 KNOT

Anda mungkin juga menyukai