Anda di halaman 1dari 55

SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN VARIASI AIR PENDINGIN


PADA SISTEM PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR
ENGINE TOYOTA AVANZA 1.3 G M/T

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin
Universitas Kristen Indonesia Paulus

Disusun Oleh :

Nama : DENIUS RANTEBORONG


NIM : 6160515170067

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN VARIASI AIR PENDINGIN
PADA SISTEM PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR
ENGINE TOYOTA AVANZA 1.3 G M/T

Denius Ranteborong
Pembimbing I Dr. Atus Buku, S.T., M.T.
Pembimbing II Agustina Kasa’, S.T., M.T.
Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Indonesia Paulus
e-mail deniusrante@gmail.com

ABSTRAK

Mobil Toyota Avanza 1.3 G M/T memiliki banyak sistem pendukung, salah
satunya adalah sistem pendingin engine. Sistem pendingin (cooling system)
merupakan suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating pada mesin
agar mesin dapat bekerja secara optimal dan membuat umur kendearaan lebih
lama. Maka dari itu pada penelitian ini, perlu dikaji berbagi variasi jenis fluida
pendinginan pada sistem pendinginan terhadap laju perpindahan panas atau
kapasitas radiator yang mana untuk, mengetahui efektivitas kinerja radiator mobil
Toyota Avanza 1.3 G M/T. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis fluida
pendinginan terhadap laju perpindahan panas kapasitas radiator mesin Toyota
Avanza 1.3 G M/T. Variasi jenis fluida pendinginan yang digunakan yaitu coolant
prediluted 33%, coolant 30/70 premixed dan air biasa. Dalam proses pengujian
dilakukan secara bertahap dan mencatat hasil pengujian tersebut. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa laju perpindahan panas atau kapasitas radiator terendah
dicapai pada jenis fluida coolant prediluted 33% pada perubahan temperatur
dengan rata – rata 14,13°K yaitu sebesar 18.224,27 W, sedangkan laju
perpindahan panas jenis fluida coolant premixed 30/70, pada perubahan
temperatur dengan rata - rata 13,18 OK yaitu sebesar 27.033,76 W dan laju
perpindahan panas tertinggi adalah jenis fluida air biasa pada perubahan
temperatur dengan rata – rata 15,25 OK yaitu sebesar 31.519,70 W.

Kata kunci : Toyota Avanza 1.3 G M/T, Jenis fluida pendingin dan kapasitas
radiator.

ABSTRACT

The Toyota Avanza 1.3 G M / T has many support systems, one of which is
the engine cooling system. The cooling system (cooling system) is a series to
overcome the occurrence of overheating in the engine so that the engine can work
optimally and make the vehicle life longer. Therefore, in this study, it is necessary
to study the various types of cooling fluid in the cooling system to the heat
transfer rate or the capacity of the radiator, which is to determine the effectiveness
of the performance of the radiator for the Toyota Avanza 1.3 G M / T. This
research is using experimental method. This study aims to determine the effect of

iii
different types of cooling fluid on the heat transfer rate of the engine radiator
capacity of the Toyota Avanza 1.3 G M / T. The variations of the cooling fluid
used were 33% prediluted coolant, 30/70 premixed coolant and plain water. In the
testing process, it is carried out in stages and records the test results. The results of
this study indicate that the lowest heat transfer rate or radiator capacity is achieved
in the coolant fluid type prediluted 33% at changes in temperature with an average
of 14,13°K which is 18.224,27 W, while the heat transfer rate for the coolant fluid
type is 30 70, at an average temperature change of 13,18 OK namely 27.033,76 W
and the highest heat transfer rate is the type of ordinary water fluid at temperature
changes with an average of 15,25 oK namely 31.519,70 W.

Keywords: Toyota Avanza 1.3 G M / T, type of cooling fluid and radiator


capacity.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan kasih kurnia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir

yang berjudul “Analisis Dampak Penggunaan Variasi Air Pendingin Pada Sistem

Pendingin Terhadap Temperatur Engine Toyota Avanza 1.3 G M/T” dengan baik

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteril sehingga

proposal dan hasil penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis

tunjukkan kepada :

1. Dr. Atus Buku, S.T., M.T., selaku pembimbing I yang senantiasa

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir

ini.

2. Agustina Kasa’, S.T., M.T., sebagai dosen Pembimbing II yang senantiasa

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir

ini.

3. Dr. Agus Salim, S.H., M.H., selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Paulus.

4. Dr. Ir. Musa B. Palungan, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Kristen Indonesia Paulus.

5. Benyamin Tangaran, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik

Mesin Universitas Kristen Indonesia Paulus.

6. Karel Tikupadang, S.T., M.T., selaku Sekretaris Program Studi Teknik

v
Mesin Universitas Kristen Indonesia Paulus.

7. Segenap Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen

Indonesia Paulus yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan segenap

pegawai Program Studi Teknik Mesin yang secara tidak langsung juga

telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan studi.

8. Kepada Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan

doa sehingga tugas akhir ini dapat selesai.

Tidak lupa penulis meminta maaf jika dalam pembuatan Tugas Akhir ini

terdapat kesalahan yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

Tugas Akhir ini.

Semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi penulis dan bagi pihak-pihak

yang memerlukan.

Makassar, 21 Januari 2021

Denius Ranteborong

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Radiator ................................................................................... 10

Gambar 2.2 Tutup Radiator.......................................................................... 12

Gambar 2.3 Pompa Air ............................................................................... 13

Gambar 2.4 Termostat ................................................................................. 14

Gambar 2.5 Kipas Pendingin ...................................................................... 15

Gambar 2.6 Reservoir Tank ........................................................................ 16

Gambar 2.7 Selang Radiator ........................................................................ 17

Gambar 2.8 Water Temperatur Swith .......................................................... 19

Gambar 2.9 Engine Coolant Temperature Sensor........................................ 20

Gambar 2.10 Skema Pada Saat Engine Masih Dingin ................................. 21

Gambar 2.11 Skema Pada Saat Engine Mencapai Suhu Kerja ................... 22

Gambar 3.1 Diagram Alir ........................................................................... 28

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 tabel spesifikasi mobil avanza 1.3 M/T ....................................... 26

viii
NOMENKLATUR

Simbol Keterangan Satuan

Laju perpindahan panas/Kapasitas


𝑸 W
Radiator
𝒎̇ Laju Aliran Massa kg/s
∀ Debit aliran fluida liter /menit
𝝆 Massa Jenis kg/m3
𝑪𝒑 Kalor jenis J/kg.K
∆𝑻 Perubahan suhu K

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................I

LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................. II

KATA PENGANTAR ..........................................................................................III

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... IV

DAFTAR TABEL .................................................................................................V

NOMENKLATUR ............................................................................................. VII

DAFTAR ISI ......................................................................................................VIII

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
BAB II

DASAR TEORI ......................................................................................................4

2.1 sistem pendingin (cooling system) ......................................................... 4


2.2 Pengertian temperatur kerja mesin ......................................................... 4
2.3 Hubungan water coolant dengan temperatur mesin ................................ 5
2.4 Prinsip sistem pendingin ........................................................................ 6
2.5 Jenis – jenis sistem pendingin ................................................................ 7
2.5.1 Sistem pendinginan udara ..................................................................7
2.5.2 Sistem pendingin air (coolant) ...........................................................7
2.6 Kompen – kompen pada sistem pendingin ........................................... 10
2.6.1 Radiator ............................................................................................10

x
2.6.2 Tutup Radiator .................................................................................12
2.6.3 Pompa air .........................................................................................13
2.6.4 Termostat (Alat Pengatur Panas) .....................................................14
2.6.5 Kipas Elektrik...................................................................................15
2.6.6 Tangki Cadangan (reservoir tank) ...................................................16
2.6.7 Selang radiator .................................................................................17
2.6.8 Water Temperature Switch ..............................................................18
2.7 Media pendingin atau cairan pendingin ................................................ 19
2.7.1 Air mineral .......................................................................................19
2.7.2 Cairan anti beku (coolant) ................................................................19
2.8 cara kerja sistem pendingin .................................................................. 21
2.9 Perpindaha Panas Konveksi ................................................................. 22
2.10 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
BAB III

METODE PENELITIAN ....................................................................................26

3.1 Waktu Dan Tempat .................................................................................26


3.2 Alat Dan Bahan .......................................................................................26
3.3 Spesifikasi mobil Toyota Avanza 1,3 G M/T 2011 ............................... 27
3.4 Tahapan Persiapan Penelitian............................................................... 25
3.5 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan data .............................................. 26
3.6 Diagram alir penelitian ........................................................................ 28
3.7 Data Pengujian Variasi jenis pendingin ................................................ 30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................30

4.1 Perhitungan data pengujian .................................................................. 30


4.2 Tabel nilai laju perpindahan panas didalam radiator (Q)...................... 32
4.3 Analisa dan pembahasan ...................................................................... 31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................35

5.1 Kesimpulan ..............................................................................................35

xi
5.2 Saran ........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37

LAMPIRAN TABEL ...........................................................................................39

LAMPIRAN DOKUMENTASI ..........................................................................40

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini khususnya di bidang otomotif, perkembangan teknologi dari

waktu ke waktu semakin pesat, dan masyarakat didorong untuk terus mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam dunia otomotif, dalam

bidang mesin pembakaran dalam, terdapat berbagai sistem yang bekerja. Sistem-

sistem tersebut bekerja sama satu sama lain, sehingga jika salah satu sistem

mengalami gangguan maka mesin di dalam mobil akan mengalami kerusakan dan

tidak akan bekerja secara maksimal. Mesin dapat secara sederhana digambarkan

sebagai sistem yang terdiri dari beberapa sistem pendukung yang bekerja secara

bersamaan dan terintegrasi bersama. Ada beberapa mesin yang mendukung sistem

untuk bekerja pada waktu yang bersamaan. Sistem tersebut meliputi sistem

kelistrikan, sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem pendingin, serta sistem

intake dan exhaust (Sutrisno Dkk, 2020).

Sistem pendinginan (cooling system) ialah suatu rangkaian untuk

menanggulangi terjadinya overheating pada sesuatu engine supaya engine bisa

bekerja secara maksimal. Sistem pendinginan berperan sebagai absorber panas

yang dihasilkan oleh engine yang berasal dari proses pembakaran dalam silinder,

panas ini pastinya sangat mengusik bila dibiarkan begitu saja karena akan

memunculkan overheating, perihal tersebut jadi sesuatu atensi sebab temperatur

yang kelewatan akan cenderung merubah sifat dan bentuk dari komponen mesin

tersebut. Apabila watak dan bentuk komponen sudah berganti ditentukan kinerja

mesin akan tersendat sehingga kinerja mesin tidak akan bekerja secara optimal,

1
yang pada gilirannya umur mesin tidak akan lama. Kerap kita amati peristiwa di

jalur, radiator suatu mobil berasap sehingga menyebabkan mobil tersebut mogok,

pula banyak sekali peristiwa water pump serta radiator bocor, blok mesin serta

cylinder head keropos, ataupun gasket hancur diakibat sebab tidak memakai fluida

pendingin dengan baik. (Sutrisno dkk., 2020).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh cara kerja sistem pendingin (cooling system)

terhadap laju aliran massa fluida pada mesin Toyota Avanza 1,3 G M/T ?

2. Apakah ada pengaruh temperatur dengan variasi fluida pendingin terhadap

mesin Toyota avanza 1,3 G M/T ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh cara kerja sistem pendingin (cooling system)

terhadap laju aliran massa fluida pada mesin Toyota Avanza 1,3 G M/T ?

2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur variasi fluida pendingin terhadap

mesin Toyota Avanza 1,3 G M/T

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini akan banyak permasalahan – permasalahan yang akan

muncul, oleh karena itu penulis membatasi penelitian ini dan mengajukan

pernyataan sebagai berikut:

1. Unit toyota avanza 1,3 G M/T

2. Fluida pendingin yang digunkan adalah coolant predilute 33%, coolant

30/70 pre- mixed dan air biasa.

2
1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai persyaratan untuk meneyelesaikan Studi demi memperoleh gelar

sarjana Teknik, pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen

Indonesia Paulus.

2. Mengetahui pengaruh cara kerja sistem pendingin (cooling system)

terhadap laju aliran massa serta mengatahui pengaruh variasi air pendingin

terhadap mesin Toyota Avanza 1.3 G M/T

3. Dapat dijadikan sebagai bahan media pembelajaran atau sumber referensi

terkhusus pada Program Studi Teknik Mesin.

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem pendingin (cooling system)

Cooling system secara umum berfungsi untuk mendinginkan suhu pada

engine agar kondisi engine tetap prima dan mobil bisa digunakan dengan baik

tanpa terjadi kerusakan atau gangguan. Salah satu faktor yang mendukung

panjangnya umur pakai pada suatu engine adalah terjaga baiknya (Cooling

System) sistim pendingin mesin. Paling utama buat mesin besin ataupun diesel

yang bekerja pada rasio kompresi yang sangat besar sehingga panas mesin

menggambarkan hal yang krusial dalam kestabilan operasinya. Semacam yang

kita ketahui, mesin bensin ataupun diesel pada aplikasi otomotif mengenakan air

sebagai medium pendingin, dimana air ditampung didalam radiator serta dibantu

oleh water pump ataupun pompa air sebagai fitur pembantu sirkulasinya

(Soebiyakto, 2012).

2.2 Pengertian temperatur kerja mesin

Temperatur saat mesin bekerja merepresentasikan nilai kalor atau nilai

pendinginan yang dapat diperoleh atau diketahui dengan menggunakan alat yang

disebut thermometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

dan menampilkan suhu. Tujuan pengukuran suhu adalah untuk mencegah

kerusakan pada alat-alat tersebut, memperoleh kualitas produksi / kondisi operasi

yang dibutuhkan dan mengontrol prosesnya (Ariga dkk., 2015).

4
2.3 Hubungan water coolant dengan temperatur mesin

Hubungan antara air pendingin dan temperatur mesin merupakan kemampuan

sistem pendingin mesin untuk menggunakan fluida cair coolant, tergantung dari

kemampuan zat pendingin untuk menyerap sejumlah panas dari mesin dan

melepaskannya ke udara bebas melalui radiator. Perpindahan panas meningkat

dengan meningkatnya perbedaan suhu antara masuk dan keluar radiator, dan

panas jenis yang ditransfer dan kapasitas pendingin meningkat.

Pendingin coolant dicoba dengan mengalirkan hawa diantara pipa- pipa aliran

coolant pada radiator. Pendingin yang mengalir lewat mesin serta pipa ledeng

terkait mesti sanggup menahan temperatur di dasar nol tanpa pembekuan. Itu pula

mesti sanggup menanggulangi temperatur mesin lebih dari 250oC tanpa mendidih.

Urutan yang paling besar buat cairan apapun, tetapi itu belum seluruhnya. Cairan

pula mesti memiliki penghambat karat serta pelumas (Sutrisno dkk, 2020).

Pendingin mesin kususnya pada kendaraan masa saat ini merupakan

kombinasi etilen glikol( anti beku) serta air. Rasio yang direkomendasikan

merupakan 5 puluh 5 puluh. Dengan kata lain, satu bagian antibeku serta satu

bagian air. Ini merupakan jumlah minimum yang dianjurkan buat digunakan pada

mesin mobil. Antibeku menurun serta titik didih hendak sangat rendah. Di hawa

tertentu di mana temperatur dapat jauh di dasar nol, diperbolehkan mempunyai

sebanyak 75% antibeku serta 25% air, namun tidak lebih dari itu. Antibeku murni

tidak akan bekerja dengan baik serta bisa menimbulkan bisul. Isi pada radiator

coolant sangat mempengaruhi terhadap temperatur kerja mesin. Sebab viskositas

antara air serta coolant berbeda pada struktur kimianya, oleh sebab itu ada

5
perbandingan keahlian dalam mendingan temperatur kerja mesin pada saat mesin

panas (Sutrisno dkk, 2020).

2.4 Prinsip sistem pendingin

Panas yang ditimbulkan oleh pembakaran yang berlebihan dapat

menyebabkan kenaikan temperatur yang berlebihan (overheating) pada komponen

mesin. Untuk mengatasi masalah tersebut maka komponen seperti piston dengan

dinding silinder akan macet dan kepala silinder akan retak, oleh karena itu

diperlukan sistem pendingin pada mesin (Sulaiman, 2014).

Fungsi sistem pendingin adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi panas yang dihasilkan oleh hasil pembakaran campuran

udara dengan bahan bakar yang ada didalam ruang bakar, yang dapat

mencapai temperatur yang cukup tinggi dan dapat melelehkan logam atau

komponen – komponen engine lainnya, yang dapat menggangu kinerja

sistem pendinginan.

2) Mempertahankan temperatur ideal mesin agar selalu pada temperatur kerja

yang optimal.

3) Memindahkan panas dari mesin keluar atau untuk heater system dan

membantu mendistribusikan panas mesin secara merata. Sebaliknya bila

mesin bekerja pada kondisi dingin maka dapat menyebabkan:

a) Terjadinya keausan lebih cepat pada engine

b) Boros dalam menggunakan bahan bakar

c) Tumpukan air dan kotoran yang terjadi endapan pada rumah engkol

(crank case)

6
Itulah sebabnya temperatur mesin dalam beroperasi mesti dikendalikan sesuai

dengan ketentuansehingga menciptakan efisiensi yang besar. Pada saat mesin

dipanaskan dengan cepat, serta pada saat beban puncak besar, mesin mesti

didinginkaan dengan segera (Sulaiman, 2014).

2.5 Jenis – jenis sistem pendingin

Jenis – jenis sistem pendingin pada mesin dapat dibedakan berdasarkan

media pendinginan maka ada dua macam sistem pendingin pada engine

kendaraan. Banyak kendaraan mengunakan sistem pendingin air, setiap jenis

sistem pendingin tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing

yang disesuaikan dengan tujuan pengunaan engine kendaraan tersebut (Sulaiman,

2014).

2.5.1 Sistem pendinginan udara

Sistem pendingin udara merupakan mekanisme pendingin pada mesin, yang

mengunakan udara atau angin yang terdapat pada bagian luar kendaraan.

Pendingin udara biasanya digunakan pada mesin satu silinder / dua silinder dan

biasanya terdiri dari sirip yang terletak di kepala silinder dan blok silinder. Udara

yang menyerap panas dari heat sink harus dalam bentuk aliran udara, atau udara

harus mengalir, agar suhu udara di sekitar heat sink tetap rendah, sehingga

penyerapan panas tetap optimal (Sulaiman, 2014).

1) Kelebihan pada sistem pendingin udara antara lain:

a) Desainnya ringkas dan tidak memakan banyak ruangan.

b) Proses pendinginan cepat karena letak mesin yang ada di luar.

c) Tidak memerlukan perawatan yang tidak terlalu rumit.

7
2) Kekurangan pada sistem pendingin udara antara lian:

a) Proses pendinginan dipengaruhi oleh kelajuan pada sebuah kendaran,

bukan pada suhu mesin tersebut.

b) Berpotensi overheating apabila posisi dalam keadaan jalan macet.

2.5.2 Sistem pendingin air (coolant)

Sistem pendingin air merupakan suatu pendingin yang menggunakan zat cair

sebagai media pendingin, zat cair ini bisa berubah apakah pada media air mineral

atau cairan khusus pada sistem pendingin (coolant). Sistem pendingin sangat

mudah digunakan, karena sebagian panas yang dihasilkan oleh ruang bakar

diserap oleh dinding silinder dan kepala silinder, namun perawatannya lebih

rumit, hanya saja biaya perawatan sistem pendingin lebih banyak daripada udara.

sistem pengkondisian. (Sulaiman, 2014).

Panas ditransfer atau dialihkan ke air di sekitar ruang bakar dan silinder.

Panas yang diserap oleh air pendingin akan menyebabkan suhu air pendingin di

mesin naik. Panas dari air dipindahkan ke heat sink, kemudian panas

disemprotkan ke udara bebas, dan kemudian air kembali ke mesin. Kegunaan

dasar faktor yang menentukan tingkat pendinginan air adalah sebagai berikut,

yaitu perbedaan temperatur air dan udara, perbandingan aliran air, luas permukaan

kisi radiator, dan perbandingan aliran udara. (Irfan, 2007).

1) Kelebihan dari sistem pendingin air atau cairan khusus (coolant)

a) Mampu mempercepat mesin mencapai temperatur kerja yang optimal.

b) Pada mobil moderen, sistem ini mampu mendorong pengunaan bahan

bakar yang lebih baik dan tidak irit.

8
c) Sistem pendinginannini berlangsung tanpa dipengaruhi posisi suatu

kendaraan.

2) Kekurangan dari pada sistem pendingin air atau cairan khusus (coolant)

a) Perlu pengecekan air pendingin secara berkala.

b) Konstruksi pada sistem ini lebih rumit, sehingga jika ada satu

komponen tidak berfungsin maka mesin akan terjadi overheating atau

kenaikan temperatur yang sudah melampaui batas.

3) Cara kerja pada sistem pendingin air

a) Air pendingin dalam water jacket pendingin yang, menyelubungi

silinder-silinder yang ada dalam cylinder block dan cylinder head

akanmenyerap panas yang dihasilkan oleh mesin selama beroperasi.

b) Mantel pendingin silinder berhubungan dengan tangki radiator bagian

atas dan mantel pendingin cylinder block berhubungan dengan tangki

radiator bagian bawah.

c) Air yang telah panas didalam water jacket akan dialirkan ke radiator

untuk didinginkan.

d) Pendinginan dilakukan oleh udara yang mengalir melalui kisi-kisi pada

radiator. Aliran udara diperoleh dengan bantuan kipas yang digerakkan

oleh motor listrik atau dengan memanfaatkan putaran mesin melalui

pulley dan belt.

9
2.6 Kompen – kompen pada sistem pendingin

2.6.1 Radiator

Radiator merupakan komponen utama pada suatu sistem pendingin engine

yang memiliki peran krusial. Radiator memiliki fungsi sebagai alat untuk

mendinginkan air pendingin, yang menyerap panas dari mesin dengan cara

membuang panas tersebut melalui sirip- sirip radiator. Air dari radiator tersebut

dikirim ke bagian yang didinginkan melalui selang radiator, baik dari radiator ke

blok cylinder ataupun dari blok cylinder ke radiator (Sulaiman, 2014).

Radiator memengang peran yang sangat penting dalam mesin pembakaran

internal bahan bakar, mengubah energi panas menjadi tenaga rotasi di silinder

mesin. Namun energi panas dari bahan bakar tidak sepenuhnya diubah menjadi

energi listrik. Pembakaran bahan bakar di dalam cylinder menghasilkan panas

yang tinggi, jika pendinginan tidak dilakukan maka temperatur tiap bagian

(terutama bagian cylinder ) akan naik. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan

pada dinding ruang bakar akibat tekanan termal, kerusakan katup, lonjakan piston,

penyumbatan ring piston, dan penguapan oli pelumas sehingga menyebabkan

keausan cepat pada dinding cylinder (Mustafa,2016).

10
Gambar 2.1 radiator
Sumber :(Arifin, 2006)

Beberapa koonstruksi pada radiator yang terdiri dari:

1) Tangki atas

Tangki atas merupakan suatu menampung air panas dari engine. Tangki ini

juga dilengkapi dengan lubang pengisian, Saluran pembuangan dan

saluran air mesin. Pipa pembuangan disambungkan ke tangki

penyimpanan air untuk membuang kelebihan air, sehingga tidak ada lecet

pada sistem.

2) Tangki bawah

Tangki bawah memiliki fungsi untuk menampung air yang telah

didinginkan oleh inti radiator dan selanjutnya disalurkan ke engine melalui

kerja pompa. Selain itu, saat mengalirkan air radiator, tangki air bawah

juga disambungkan ke saluran pembuangan.

3) Inti radiator

Inti radiator memiliki fungsi untuk membuang panas dari air ke udara

agar suhu menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Inti radiator terdiri dari

11
saluran air untuk mengalirkan air dari tangki atas ke tangki bawah dan

sirip-sirip pendingin untuk membuang panas air yang ada pada selang

radiator.

2.6.2 Tutup Radiator

Semua kendaraan dipasang dengan menggunakan tutup radiator

bertekanan. Sehingga memiliki fungsi tutup radiator adalah sebgai berikut :

1) Sebgai penutup radiator agar tidak terjadi kebocoran pada radiator.

2) Membuat system menjadi bertekanan sehingga dapat mencegah terjadinya

penguapan air dalam system pendingin. fungsi relief valve dan

mempercepat pencapaian temperatur kerja mesin. Untuk mengurangi

tekanan apabila tekanan di dalam system berlebihan.

3) sehingga dapat mencegah kerusakan pada bagian sistem pendingin.

4) Mengalirkan air dari radiator ke water tank atau water tank, lalu

kembalikan air tersebut saat tekanan radiator turun (fungsi dari vacum

valve).

Gambar 2.2 tutup radiator


Sumber : (Arifin,2006)

12
2.6.3 Pompa air

Pompa air water pump berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dari

radiator kesilinder mesin. Pompa air yang digunakan pada sistem pendingin

Toyota Avanza merupakan pompa sentrifugal dan akan dipasang di bagian depan

blok silinder. Gerakan rotasi pompa diperoleh dari putaran poros engkol melalui

katrol yang terhubung ke sabuk. Keunggulan pompa air mesin Toyota Avanza

adalah tekanan tinggi. Kerugiannya jika ada kerusakan maka unit pompa harus

diganti, sehingga pompa jenis ini tidak bisa dibongkar. Saat pompa dipasang di

kepala silinder, maka dilengkapi dengan paking untuk mencegah kebocoran air

pendingin (Irfan, 2007).

Gambar 2.3 pompa air


Sumber : (Feriansah, 2019)

2.6.4 Termostat atau alat pengatur temperatur

Termostat dapat dengan cepat menghangatkan mesin dan mengaturnya ke

suhu yang sesuai. Ini dapat menghasilkan bentuk mesin yang lebih baik dan umur

mesin yang lebih lama. Termostat terletak di ruang outlet mesin. Saat katup

ditutup, sirkulasi air melalui radiator terhambat. Kepala katup terhubung ke

13
elemen yang mudah dipanaskan, yang dipanaskan oleh air. Ketika elemen menjadi

panas, ia mengembang dan membuka katup; ketika elemen menjadi dingin, ia

menyusut dan menutup katup. Selama katup tertutup, siklus air akan terus

berlanjut ( Arifin,2006).

Fungsi thermostat adalah untuk mengontrol suhu mesin hingga mencapai

suhu kerja. Jenis thermostat yang digunakan pada mesin Toyota Avanza adalah

jenis wax pellet. Lilin yang digunakan dalam pelet lilin ini mengembang saat

dipanaskan dan menyusut saat dingin.

Gambar 2.4 termostat


Sumber :(Arifin,2006)

2.6.5 Kipas pendingin

Pada saat temperatur air pendingin tinggi, pada kipas pendingin yang

digerakkan oleh motor listrik, temperatur air pendingin tersebut dikirim ke motor

listrik melalui sinyal pada kepala silinder. Saat suhu naik, sinyal akan merangsang

motor relai untuk menggerakkan motor, kemudian motor menggerakkan kipas

14
pendingin. Kipas angin listrik bekerja saat dibutuhkan dan membantu mengurangi

kebisingan yang dihasilkan oleh kipas pendingin (Sulaiman, 2014).

Untuk memastikan aliran udara yang benar melalui core/inti pada radiator

dan sekitar mesin, kipas dipasang tepat didepan radiator dengan menggunakan

motor listrik untuk penggerak oleh sebuah tombol yang peka temperatur dalam

sistem pendinginan, adapun beberapa keuntungan dari kipas elektrik antara lain

sebagai berikut:

1) Pengoperasiannya hanya ketika diperlukan atau pada saat air pendingin

sudah panas.

2) Bunyi gaduh dapat dikurangi karena tidak beroperasi secra terus menerus.

3) Tenaga tidak terus-menerus mengalir dari mesin

4) Kipas elektrik sering di pasang sebagai pengerak tambahan pada mesin

ketika kendaraan digunakan secara ekstensif dalam kondisi panas.

Gambar 2.5 kipas pendingin


Sumber :(Feriansah, 2019)

2.6.6 Tangki Cadangan (reservoir tank)

Tangki penyimpanan air (water storage tank) dihubungkan ke radiator

melalui selang pelimpah. Saat suhu dan tekanan air pendingin meningkat, cairan

pendingin akan mengembang. Ketika tekanan dan volume melebihi kapasitas

15
kerja penutup radiator, maka kelebihan cairan pendingin akan dikirim ke tangki

penyimpanan. Saat suhu turun, cairan pendingin di tangki cadangan akan kembali

ke radiator. Ini untuk mencegah pemborosan cairan pendingin jika diperlukan

untuk menjaga jumlah yang stabil. Toyota Avanza menggunakan tangki plastik

berwarna putih untuk memudahkan pengecekan jumlah air pendingin di radiator

(Irfan, 2007).

Gambar 2.6 reservoir tank


Sumber :(Kurniawan 2015)

2.6.7 Selang radiator

Selang radiator membuat hubungan yang fleksibel antara mesin dan

radiator atau komponen lainnya,seperti pemanas dan AC. Pemasangan saluran

pendingin membutuhkan saluran yang fleksibel, seperti saluran utama di bagian

atas dan bawah radiator, saluran bypass dan saluran lain yang dapat digunakan

untuk memindahkan pendingin masuk atau keluar mesin..

Saluran radiator membentuk sambungan yang fleksibel dengan mesin dan

radiator, sehingga dapat beredar dan meredam getaran mesin yang sedang

bergerak. Pipa atau selang tersebut terbuat dari karet untuk menjaga kestabilan

suhu dan tekanan dalam sistem. Bagian luar selang dibungkus dengan penjepit

selang yang mengikat permukaan, menjaga tekanan dalam sistem dengan menjaga

16
kelenturan selang, dan menjadi peredam suhu pada sistem pendingin. (Irfan,

2007).

Macam – macam selang pada sistem pendingin antara lain:

1) Selang Radiator atas

Selang radiator atas memliki fungsi untuk menghubungkan bagian atas

dari radiator kepengeluar (outlet) ruang pengukur panas dan menyalurkan

air panas dari mesin ke radiator.

2) Selang bypass (ketika dipasang)

Selang bypass (ketika dipasang) berfungsi untuk menghubungkan bagian

lebih rendah pada ruang thermostat ke sisi jalan masuk pompa air dan

menyediakan sirkulasi ke pompa ketika thermostat tertutup.

3) Selang penjepit

Selang penjepit digunakan untuk melindungi kerapatan selang untuk

macam-macam hubungan (pada ujung selang).

4) Selang radiator bawah

Selang radiator bawah menghubungkan bagian bawah ruang termostat ke

sisi saluran masuk pompa air dan mendistribusikan air panas dari radiator

ke mesin.

17
Gambar 2.7 selang radiator
Sumber :( kurniawan, 2015)

2.6.8 Water Temperature Switch

Water Temperature Switch terpasang pada saluran inlet sebelum

thermosta.Fungsi dari komponen ini yaitu mengukur suhu temperatur mesin. pada

saat coolant mencapai temperatur tertentu yaitu diatas 93oC water temperatur

switch ini akan menjadi isolator atau titik kontaknya akan terbuka sehingga kipas

akan berputar pada temperatur ini, yaitu untuk membantu pendinginan dari

coolant dan setelah coolant tersebut menjadi turun temperaturnya water

temperatur switch tersebut akan kembali menjadi konduktor atau menutup

sehingga akan menghantarkan arus langsung menuju ke massa (Arifin,2006).

Pengetesan water temperatur switch:

1) Pada kondisi coolant dingin jika water temperatur switch connector

dicabut, dan kunci kontak di ON kan, maka kipas akan berputar. Jika hal

ini terjadi berarti kerja dari water temperatur switch masih bagus.

2) Pengetesan juga dapat dilakukan dengan melepas water temperatur switch

kemudian dimasukkan dalam air yang panasnya mencapai temperatur

18
diatas 93o C. Kemudian dengan ohm meter cek ada tidaknya hubungan

berarti water temperatur switch tersebut rusak dan harus diganti.

Gambar 2.8 water temperatur switch


Sumber :( kurniawan, 2015)

2.7 Engine coolant temperatur sensor

Engine Coolant Temperature Sensor adalah sensor yang digunakan untuk

mengetahui suhu mesin melalui cairan pendingin mesin. Informasi ini kemudian

diberikan pada Electronics Control Module (ECM) dan data ini dijadikan sebagai

salah satu acuan untuk menentukan berapa banyak bahan bakar yang diinjeksikan,

menentukan ignition timing, variable valve timing, transmission shifting dan

beberapa fungsi lainnya (Setiawan dkk, 2017).

Gambar 2.9 Engine coolant temperatur sensor


Sumber : (Setiawan dkk, 2017).

19
2.8 Media pendingin atau cairan pendingin

Pendingin memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga temperatur

pengoperasian mesin. Jika cairan pendingin di radiator tidak mencukupi, dapat

menyebabkan mesin menjadi terlalu panas atau panas berlebih. Disarankan

mengganti cairan pendingin radiator setiap 40.000 kilometer dan memeriksa pipa

cadangan air radiator seminggu sekali. Beberapa media pendingin atau cairan

pendingin mesin adalah sebagai berikut:

2.8.1 Air mineral

Air mineral merupakan fluida radiator yang paling umum digunakan pada

kendaraan, bisa berupa air ledeng atau air mineral. Titik didih air biasa paling

rendah 100oC, sehingga kapasitas penguapannya tinggi. Ketika suhu lingkungan

tinggi, air biasa akan terbebani untuk menjaga suhu mesin, misalnya mobil

terjebak dalam lalu lintas yang buruk, yang akan lebih cepat habis karena

penguapan.

2.8.2 Cairan anti beku (coolant)

Coolant adalah suatu alat atau media pendingin yang digunakan untuk

menyerap panas mesin. Pendingin adalah cairan yang mengandung bahan kimia

yang digunakan untuk mendinginkan campuran air berbasis glikol. Jika terpapar

langsung ke organ manusia, kurang lebih 70 mg / kg berat badan, zat kimianya

akan sangat toksik dan sangat berbahaya (Sulaiman, 2014).

Beberapa keuntungan pendingin dengan menggunakan fluida coolant yaitu :

1) Fluida pendingin tidak dapat membeku.

2) Coolant bebas zat kapur, sehingga pipa - pipa selalu bersih.

20
3) Mencegah terjadi korosi pada komponen-komponen sistem pendingin.

4) Melumasi thermostat dan pompa air sehingga tidak macet.

5) Mencegah overheating pada mesin.

2.9 cara kerja sistem pendingin

Prinsip kerja sistem pendingin toyota avanza 1.3 G M/T Ini adalah sirkulasi

air pendingin dari radiator, kemudian air dikompresi oleh pompa air dan dikirim

ke kantong kain (water jacket) pada silinder mesin.Pompa dihubungkan ke bagian

depan mesin dan digerakkan oleh poros engkol. melalui sabuk-V. Air di water

jacket digunakan untuk mendinginkan mesin. Drainase pada water jacket harus

selalu penuh, dan tidak boleh ada gelembung yang bisa menyebabkan penguapan.

Saat mesin bekerja (dalam kondisi dingin), air pendingin di radiator tidak

dapat bersirkulasi karena aksi thermostat. Keadaan ini akan mempercepat proses

peningkatan temperatur operasi mesin. Ketika suhu air mencapai kurang lebih

80oC-90oC, suhu kerja mesin, katup termostat akan terbuka penuh. Pembukaan

katup termostat memungkinkan air pendingin bersirkulasi dan mendinginkan

mesin, serta menjaga suhu pengoperasian mesin. Air yang telah menyerap panas

mesin dialirkan ke radiator melalui selang atas dan didinginkan dengan

menyambungkan udara yang melewati sirip yang menutupi pipa air. Jika tekanan

pada sistem pendingin mesin terlalu tinggi, tutup radiator akan mengalirkan air ke

tangki penyimpan air reservoir tank (Irfan, 2007).

21
1. skema pada saat engine masih dingin

Sal.by-pas

Clylinder head Thermostat


Radiator Water pump
& block
cliynder

Gambar 2.10 skema pada saat engine masih dingin

2. skema pada saat engine mencapai suhu kerja

Sal.by-pas

Radiator Water pump Clylinder head Thermostat


&block cliynder

Gambar 2.11 skema pada saat engine mencapai suhu kerja

Air pendingin di radiator ditekan kembali ke water jacket di silinder oleh

pompa air, dan menyerap panas dari mesin, mengalirkannya ke kepala silinder,

kembali ke thermostat, dan kemudian kembali ke inlet, dimana radiator

mendinginkan kipas pendingin. Secara analogi, siklus kerja sistem pendingin

mesin Toyota Avanza menjaga temperatur operasi antara 82oC hingga 90oC

sehingga dapat dihasilkan tenaga terbaik dari mesin tersebut.

2.10 Perpindaha Panas pada mesin

Menurut (Arifin, 2006). Perpindahan Panas Pada Mesin Panas merupakan

bentuk tenaga yang dapat berpindah atau mengalir dari suatu zat ke zat yang

lainnya, bila kedua benda tersebut memiliki perbedaan temperatur. Panas mengalir

22
dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Perpindahan panas gas melalui

dinding atau bagian yang dikontak oleh gas terjadi dalam dua arah. Selama

pembakaran ekspansi, pembakaran gas buang awal dan kompresi akhir, suhu gas

lebih tinggi dari suhu silinder. Oleh karena itu, panas mengalir ke dinding dan

kemudian berlanjut ke pendingin. Kemudian, panas yang diterima refrigeran

dibuang dari sistem pendingin. Selama tahap pengisian dan awal kompresi,

sebagian panas dinding akan kembali ke gas hingga suhu mencapai

kesetimbangan. Perpindahan panas selama pembakaran dan pemuaian merupakan

salah satu aspek kehilangan panas. Kehilangan panas yang diserap oleh dinding

silinder selama langkah kompresi pertama sebenarnya sama dengan panas yang

diserap pada langkah kompresi berikutnya. Dengan kata lain, panas yang diterima

sama dengan panas yang ditransfer. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi

besar kerugian panas ke dinding silinder terutama tergantung pada :

1) Lama waktu pembakaran berlangsung.

2) Bentuk ruang bakar dan ukuran silinder Temperatur pembakaran yang

terantung pada jenis pembakaran, perbandingan kompresi dan beban

motor.

3) Kecepatan motor dan pada saat penyalaan muatan Perpindahan panas

secara konveksi terjadi oleh adanya perpindahan massa yang panas dari

tempat yang bertemperatur tinggi.

Perpindahan panas tersebut dapat berlangsung secara paksa dengan

menggunakan pompa atau secara bebas oleh adanya perbedaan berat jenis. Sistem

23
pendingin motor khususnya mobil menggunakan gabungan dari ketiga cara

perpindahan panas tersebut, yaitu :

1) Perpindahan panas Radiasi pada mesin yaitu, panas dari mesin akan

memancar disekeliling ruang mesin, jadi perambatan panas secara

langsung walaupun tanpa media panas bisa merambat.

2) Perpindahan panas Konduksi pada mesin yaitu,Perpindahan panas dari

dinding silinder bagian dalam ke dinding silinder bagian luar.

3) Perpindahan panas Konveksi pada mesin yaitu Perpindahan panas dari gas

pembakaran ke dinding silinder bagian dalam dan perpindahan panas dari

dinding silinder bagian luar ke air dalam mantel air.

2.11 Teknik Pengumpulan Data

Menurut ( Hersandi, 2018) Pengambilan data akan dilakukan pada alat uji

kapasitas radiator sistem pendingin yaitu laju aliran perpindahan panas konvektif

(Q) pada radiator, dengan rumus sebagai berikut:

ṁ =∀xρ ............................................................................................... (1)

Q = ṁ . Cp (Tin - Tout ) ..........................................................................(2)

𝑄 = Laju perpindahan panas/Kapasitas Radiator (watt=J/s)

𝑚̇ =Laju Aliran Massa = kg/s

∀ = Debit aliran fluida (Liter/Menit)

𝜌 = Massa Jenis kg/m³

𝐶𝑝= Kalor jenis (J/kg.K)

∆𝑇= Perubahan suhu (K)

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Toyota Hadji Kalla, Jln. Urip

Sumaharjo km 7, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90232.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

1) Engine Scanner

Merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa kondisi operasional

mesin yang sudah menggunakan sistem Elektric Full Injection (EFI). Alat ini

dapat mengetahui kerusakan yang ada pada mobil seperti kerusakan pada

sensor-sensor mesin dan pengapian. Alat ini akan bekerja dengan

mendapatkan input data dari Electronic Control Unit (ECU).

2) Stop Watch

Alat ini digunakan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dalam

pengujian perbandingan temperatur pada Radiator.

3.2.2 Bahan

Bahan - bahan yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Unit Toyota Avanza

Pada bahan ini merupakan bahan yang paling utama yang digunakan

sebagai media tugas akhir yaitu unit Toyota Avanza 1,3 G M/T.

2) Fluida pendingin ( air biasa, coolant 30/70 Pre-mixed dan coolant

Predilute 33%).

25
3.3 Tabel spesifikasi mobil avanza 1.3 G M/T

Tabel 3.1 spesifikasi mobil avanza 1.3 G M/T (Ariga dkk, 2015).

No. Spesifikasi Keterangan


1. Tipe mesin IL,4Cly,16V,DOHC,VVT-i
2. Isi silinder 1,298cc
3. Daya maksimum 92/6,000
4. Torsi maksimum 11,9/4,400
5. Kapasitas tangki 45 liter
6. Panjang 4,140meter
7. Lebar 1,660 meter
8. Tinggi 1,695 meter
9. Jarak poros roda 2,655 meter
10. Tipe 4 speed M/T

3.4 Tahapan Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan pengujian, peralatan serta komponen yang akan diuji

harus diperiksa agar dapat dioperasikan dengan baik. Hal-hal yang harus

dilakukan sebelum pengujian adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan alat-alat yang digunakan yaitu engine scanner,

thermometer infrared thermal, tool box dan stopwatch.

2) Fluida pendingin yang akan diuji sudah tersedia.

3) Meneliti dan memastikan peralatan dan perangkat percobaan semua dalam

kondisi siap pakai.

4) Memeriksa kondisi radiator dan sistem pendingin dalam keadaan baik,

tidak mengalami kendala.

5) Memeriksa kondisi mesin dalam keadaan normal

26
6) Memeriksa alat ukur engine scanner, thermometer infrared thermal dan

stopwatch dalam kondisi baik.

3.5 Tahapan Pelaksanaan Pengambilan data

Pengujian dilakukan satu persatu dengan jeda waktu 5 menit untuk

mendapatkan kondisi yang sama untuk tiap-tiap media yang diuji (coolant).

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan data pengujian untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan adalah sebagai berikut:

1) Memeriksadan mengisi sistem pendingin dengan coolant yang akan diuji

sampai batas yang disarankan termasuk pada reservoir tank.

2) Menghidupkan mesin hingga mencapai temperatur kerja mesin

3) Naikkan putaran mesin 800 - 2500 (Rpm )sesuai data yang ingin diambil

4) Monitor temperatur mesin pada engine scanner dan ukur temperatur

coolant. Pengukuran menggunakan thermometer infrared thermal, pada

bagian hose atas dan hose bawah radiator, proses ini dilakukan untuk

membandingkan antara temperatur coolant yang diuji yaitu coolant 30/70

Pre-mixed, air biasa dan coolant Predilute 33%

5) Mencatat Temperatur Inlet dan Outlet Radiator serta temperatur pada

Engine Scanner

6) Jaga putaran mesin tetap stabil.

7) Pertahankan kondisi putaran mesin selama waktu yang sudah ditentukan

dan catat perubahan temperatur yang terjadi. Semua data yang diambil

dimasukkan ke dalam tabel data.

27
3) Setelah pengambilan data selesai, langkah selanjutnya penggantian coolant

yang dilakukan setelah mesin mobil dalam kondisi total dingin

4) Mengisi sistem pendingin dengan coolant prediluted 33%

5) Setelah pengambilan data selesai langkah berikutnya ganti dengan media

air biasa.

6) Ulangi lakukan langkah di atas untuk tiap kali pengambilan data tiap

perbedaan putaran mesin.

28
3.6 Diagram alir ( flowchart ) penelitian

Proses atau langkah – langkah dalam melaksanakan penelitian dapat dilhat

pada diagram alir ( flowchat ) sebagai berikut:

Mulai

Literatur engine & coolant

Coolant Prediluted 33% Air biasa Coolant 30/70 Pre-


mixed

Pengaturan putaran mesin


pada (800,1500,2000 dan
2500) Rpm

Pengugujian
coolant dan air
biasa Tidak,
jika
Ket : kata Tidak dan
Ya Ya, Dikatakan
“tidak” apa bila
Hasil dan pembahasan pengujian belum
memperoleh hasil
yang maksimal
Kesimpulan dan saran sedangkan kata “Ya”
apa bila pengujian
sudah maksimal dan
memperoleh hasil dari
Selesai pengujian .

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan data pengujian

1) Mencari nilai dari perpindahan panas didalam radiator (Q) dengan rumus =

(ṁ .Cp (Tin -Tout ) dan laju aliran massa fluida dengan rumus ṁ =∀xρ

a) Menghitung laju aliran massa fluida dan laju perpindahan panas

didalam radiator, berikut contoh perhitungan dari data 1 pada coolant

prediluted 33%

Jenis coolant prediluted 33% Tin = 88,21oC = 361,21 K dan

Tout = 74,12 oC = 347,12 K

Massa jenis (ρ) = 1113,2 kg/m3

Kalor jenis (Cp) = 2420 J/s

Debit aliran fluida = 0,011 L/s

ṁ =∀xρ

1113,2 kg/m3 x 0,011m3


=
menit (s)

1113,2 kg . 0,011
=
60 s

12,245 kg
=
60 s

kg
ṁ = 0.204
s

∆T = Tin -Tout

∆T = 367,21 K - 347,12 K

∆T = 14,09 K

30
Q = ṁ . ∁p . ∆T

kg J
Q = 0,204 . 2420 .K . 14,09 K
s kg

Q = 6 955.9512 W

4.2 Analisa dan pembahasan

Berdasarkan hasil tes dan perhitungan tersebut di atas, maka akan diperoleh

data dalam bentuk digital yang belum dipahami, sehingga data tersebut akan

dideskripsikan dalam bentuk grafik dan dideskripsikan untuk memudahkan

pembelajaran dan pemahaman. Berikut ini adalah data hasil pengujian pengaruh

putaran mesin (Rpm) terhadap perubahan temperatur (oK), Laju aliran massa

(Kg/s) dan laju perpindahan panas didalam radiator (Q) atau kapasitas radiator

pada sistem pendinginan mesin Toyota avanza 1.3 M/T dalam bentuk grafik

sebagai berikut :

17
perubahan temperatur (K)

16.5 Coolant Predilute 33%


16 Coolant 30/70 pre-mixed
15.5
15 Air biasa
14.5
14
13.5
13
12.5
12
11.5
11
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
putaran mesin Rpm

Gambar 4.1 grafik pengaruh putaran mesin (Rpm) terhadap perubahan

temperstur inlet pada radiator.

31
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa dari setiap fluida pendingin, yang

masuk kedalam radiator dengan putaran mesin yang berbeda - beda berpengaruh

terhadap perubahan temperatur inlet dan outlet pada radiator, yaitu pada fluida air

biasa diputaran 800 Rpm dengan perubahan temperatur 14,49 oK mengalami

kenaikan sekitar 0,42% pada putaran 1500 Rpm dengan perubahan temperatur

14,91 oK kemudian pada putaran 2000 Rpm masih mengalami kenaikan sekitar

0,63% dengan perubahan temperatur bernilai 15,54oK dan pada putaran 2500

Rpm tetap mengalami kenaikan dengan perubahan temperatur yang bernilai

16,07oK. Pada fluida air biasa ini mengalami kenaikan Perubahan temperatur

disetiap Rpmnya diakibatkan karena, pada air biasa tidak mengandung zat kimia

atau konsentrat coolant yang mengakibatkan mesin cepat panas, sehingga

berpengaruh pada temperatur inlet radiator.

Pada coolant prediluted 33% dapat dilihat pada grafik diatas diputaran 800

Rpm dengan nilai perubahan temperatur 14,09ok mengalami penurunan sekitar

1% pada putaran 1500 Rpm diakibatkan karena pada temperatur inlet radiator

bernilai 89,60oC sehingga berpengaruh pada nilai perubahan temperatur yang

bernilai 13,75 oK, Kemudian pada putaran 2000 Rpm mengalami kenaikan

dengan nilai perubahan temperatur 14,16 oK kembali stabil pada putaran 2500

Rpm dengan nilai perubahan temperatur 14,51 oK sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada fluida coolant predulited 33% dapat menyerap panas secara optimal

karena di setiap putaran mesin selalu stabil. Sedangkan Pada coolant 30/70

premixed dapat jelaskan bawah diputaran 800 -2500 Rpm mengalami kenaikan

perubahan temperatur dengan rata – rata 15,25 oK, dapat di simpulkan bawah pada

32
coolant 30/70 premixed stabil dalam menghantarkan panas yang di hasilkan oleh

hasil pembakaran, Semakin tinggi putaran engine yang dihasilkan, semakin

besarnya pembakaran diruang bakar, maka semakin besar pula panas yang harus

diserap oleh air pendingin. Dari ketiga fluida pendingin yang baik dalam

mengahantarkan panas yaitu coolant 30/70 premixed dan coolant prediluted 33%

karena di pengaruhi oleh komposisi dari kedua fluida pendingin tersebut.

0.6
Coolant Predilute 33%
laju aliran massa kg/s

0.5
Coolant 30/70 pre-mixed
0.4 Air biasa

0.3

0.2

0.1

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
putaran mesin Rpm

Gambar 4.2 grafik pengaruh putaran mesin (Rpm) terhadap perubahan laju

aliran massa.

Pada grafik pengaruh putaran mesin terhadap perubahan laju aliran massa

diatas, dapat dijelaskan bawah fluida coolant prediluted 33% di setiap putaran

mesin dari 800 -2500 Rpm mengalami kenaikan dengan rata – rata 0,366 kg/s.

kenaikan nilai pada coolant prediluted 33% di pengaruhi oleh nilai massa jenis

1113,2 kg/m3. Sedang pada coolant 30/70 premixed juga mengalami kenaikan

disetiap putaran mesin, mulai dari 800 – 2500 (Rpm) dengan nilai rata – rata

0.330 75 kg/s. kenaikan nilai pada fluida coolant 30/70 premixed dipengaruhi oleh

33
nilai massa jenis 1006,7 kg/m3. Kemudian pada fluida air hampir sama dengan

coolant 30/70 premixed, yang mempunyai nilai laju aliran massa pada setiap

putaran mesin mulai dari 800 – 2500 Rpm, dengan rata – rata 0,329 25 kg/s pada

fluida air yang dipengaruhi oleh nilai massa jenisnya 1000kg/m3.

35,000
laju perpindahan panas (Q)

Coolant Predilute 33%


30,000 Coolant 30/70 pre-mixed
25,000 Air biasa

20,000

15,000

10,000

5,000

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
putaran mesin (Rpm)

Gambar 4.3 grafik pengaruh Rpm terhadap laju perpindahan panas dalam radiator

(Q) dengan berbagi jenis fluida pendingin.

Dari grafik diatas dapat menunjukkan bahwa dari berbagai jenis fluida yaitu

coolant predilute 33%, coolant 30/70 pre-mixed dan air biasa. Dapat dilihat pada

coolant predilute 33% dengan perubahan temperatur 14,09 oK dan laju aliran

massa bernilai 0,204 kg/s pada Rpm 800 kapasita radiator bernilai 6.955,95 W .

Hal ini menunjukan bahwa katub termostat sudah mulai membuka pada sistem

pendingin maka aliran atau debit air yang masuk ke dalam radiator sudah mulai

mengalir, sehingga laju aliran massa fluida juga berpengaruh di termperatur inlet

dengan variasi 800, 1500, 2000, 2500, Rpm maka laju aliran massa juga ikut naik

dan nilai perpindahan panas (Q) didalam radiator di setiap Rpmnya semakin

34
meningkat. Pada laju aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan 0,296 kg/s di

temperatur 89,60oC dengan 1500 Rpm kapasitas radiator bernilai 9.849,40 W dan

laju aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan 0,445 kg/s di Tinlet 90,45 dengan 2000

Rpm kapasitas radiator bernilai 15.248,90 W kemudian laju aliran massa fluida

(𝑚̇) menunjukkan 0,519 kg/s ditemperatur inlet 90,97 oC dengan 2500 Rpm

kapasitas radiator bernilai 18.224,27 W ini menunjukkan pada coolant predilute

33%.

Pada coolant 30/70 pre-mixed hampir sama seperti fluida air mengalami

peningkatan perpindahan panasnya (Q) dialam radiator di setiap Rpmnya, laju

aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan angka 0,184 kg/s di Tinlet 85,44 oC dengan

Rpm 800 kapasitas radiator bernilai 9.952,36 W dan laju aliran massa fluida (𝑚̇)

menunjukkan angka 0,268 kg/s di Tinlet 86,65 oC dengan 1500 Rpm kapasitas

radiator bernilai 14.847,77 W kemudian laju liran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan

angka 0,402 kg/s di Tinlet 87,46 oC dengan 2000 Rpm kapasitas radiator bernilai

22.457,77 W selanjutnya laju aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan angka 0,469

kg/s di Tinlet 88,52 oC dengan 2500 Rpm kapasitas radiator bernilai 27.033,76 W

ini menunjukkan pada coolant 30/70 pre-mixed .

Pada fluida air hampir sama pada fluida coolant 30/70 pre-mixed tersebut

mengalami peningkatan perpindahan panasnya (Q) di dalam radiator disetiap

Rpmnya, laju aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan angka 0,183 kg/s di Tinlet

88,15oC dengan Rpm 800 kapasitas radiator bernilai 11.076,16W dan laju aliran

massa fluida (𝑚̇) menunjukkan angka 0,267 kg/s di Tinlet 89,75 oC dengan Rpm

1500 kapasitas radiator bernilai 16.720,07 W kemudian laju aliran massa fluida

35
(𝑚̇) 0,4 kg/s di Tinlet 90,89 oC dengan Rpm 2000 kapasitas radiator bernilai

26.107,20 W selanjutnya laju aliran massa fluida (𝑚̇) menunjukkan angka 0,467

kg/s di Tinlet 92,32 oC dengan Rpm 2500 kapasitas radiator bernilai 31.519,70 W

ini menunjukkan pada fluida air biasa .

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan cara kerja sistem pendingin pada laju aliran massa fluida

berpengaruh tehradap kapasitas radiator (Q). Hal tersebut ditunjukkan

perubahan laju aliran massa fluida maka kapasitas radiator juga ikut

berubah. kapasitas radiator (Q) terendah yaitu 18.224,27 W pada coolant

predilute 33% dan tertinggi yaitu 31.519,70 W pada air biasa . Pada Tinlet

terjadi perpindahan panas secara signifikan akibat dari termostat yang

sudah mulai membuka maka laju aliran massa fluida naik dan kapasitas

radiator juga ikut naik.

2. Pengaruh temperatur (Tinlet) yang masuk ke fluida akan mempengaruhi

kapasitas radiator (Q) Semakin besar nilai Tinlet maka semakin besar pula

nilai (Q). Laju aliran massa fluida selalu sebanding dengan kapasitas (Q)

radiator. Dairi tiga jenis fluida tersebut, coolant predilute 33%, dan

coolant pre-mixed 30/70 yang paling baik dalam menyerap panas secara

optimal dilihat dari hasil perhitungan pada mesin avanza 1.3 M/T,

sedangkan pada air biasa dalam menyerap panas kurang optimal terlihat

pada hasil perhitungan.

37
5.2 Saran

1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan fluida

pendingin yang berbeda, untuk membandingkan temperatur inlet dan

outlet pada radiator dan menentukan nilai (Q). Agar dapat mengetahui

fluida pendingin yang paling baik dan mampu menyerap panas secara

optimal.

2) Perlu dipertimbangkan dengan baik dalam pengunaan fluida pendingin

pada sistem pendingin, lebih baik menggunakan coolant anjuran pabrik

agar kondisi mesin tetap stabil dan membuat umur kendaraan lebih lama.

38
DAFTAR PUSTAKA
Ariga D. R., Martias dan Sugiarto T., 2015. Perbandingan Penggunaan Aditif
Pada Sistem Pendingin Air Terhadap Tingkat Panas Mesin Mobil Toyota
Avanza 1.3 G M/T. Volume 1 No.2.
Arifin, 2006. Analisis Gangguan Dan Cara Mengatasi Sistem Pendingin Pada
Mesin Daihatsu Charade.
Feriansah A., Budiyono dan Musa., 2019. Analisi Gangguan Sistem Pendingin
Pada Mesin Avanza 1300cc. Surya Teknik. Vol.4 No. 1 ISSN : 2598 - 6198.
Hersandi Dwi Arighi Daniar., 2018. Pengaruh Jenis Fluida Pendingin Terhadap
Kapasitas Radiator Pada Sistem Pendingin Mesin Daihatsu Xesian.Volume
06 Nomor 03, 41-52
Irfan S. A., 2007. Analisis Sistem Pendinginan Pada Mesin Isuzu Panther.
Https://Lib.Unnes.Ac.Id/2574.
Kurniawan A., R.,2015. Identifikasi Dan Service Sistem Pendingin Toyota Kijang
Innova 1 TR- FE.
Mastur dan Aji N.,2015. Pengaruh Variasi Sudu Kipas Radiator Terhadap
Performasi Mesin Pendingin Pada Mobil K3-VI , 1300 CC. Edisi 7 No 2
Nopember 2015 ISSN 1978-2497.
Setiawan M. Y., Putra D. D., Sugiarto T. Dan Purwanto W., 2017. Analisa
Rekarakterisasi Sensor Engine Coolant Temperature (ECT) Jurnal JIT– Vol.
1, No. 2 November.
Soebiyakto G., 2012. Pengaruh Penggunaan Water Coolant Terhadap
Performance Mesin Diese. l. Vol.20 No.1, Maret 2012 ISSN 1411 – 0660 :
44 - 48.
Sulaiman F. dan Legiman., 2014. Perawatan Dan Perbaikan Sistem Pendingin
Mesin Mitsubishi Galant 2500 CC. Volume 01, Nomor 1, 2014, 26 - 34 ISSN
: 2355-701X.
Sutrisno D., Hariadi, Halim Adb. dan Suparno., 2020. Pengaruh Penggunaan
Coolant 30 / 70 Pre-Mixed Dan Coolant Predilute 33 % Pada Sistem
Pendingin Terhadap Temperatur Engine Toyota Avanza Tipe-E 1300 CC M /
T. Vol. 12, No. 1, Juni 2020, pp. 23~32 ISSN:2723-6099ISSN:1214-3819
http://ejournal.polnes.ac.id/index.php/mediaperspektif/index.

39
LAMPIRAN 1. TABEL HASIL PENGAMBILAN DATA

Temperstur ( oC ) Debit
Jenis
RPM In Out aliran
pendingin Engine
radiator radiator fluida
800 88,21 74,12 92,65 0.011
Coolant 1500 89,60 75,85 93,34 0.016
Predilute 33% 2000 90,45 76,29 94,17 0.024
2500 90,97 76,46 95,85 0.028
800 85,44 72,65 90,07 0.011
Coolant 30/70 1500 86,65 73,55 91,74 0.016
pre-mixed 2000 87,46 74,25 92,87 0.024
2500 88,52 74,89 94,15 0.028
800 88,15 73,66 93,54 0.011
1500 89,75 74,84 94,35 0.016
Air biasa
2000 90,89 75,35 95,04 0.024
2500 92,32 76,25 95,95 0.028
LAMPIRAN 2. TABEL HASIL PERHITUNGAN

𝐶𝑝
T.in 𝑚̇ ∆𝑇 Q internal
Jenis fluida RPM o ( J/kg.K
C 𝑘𝑔/𝑠 K J/s
)
800 88,21 0,204 2420 14,09 6.955,95
Coolant 1500 89,60 0,296 2420 13,75 9.849,40
Predilute
33% 2000 90,45 0,445 2420 14,16 15.248,90
2500 90,97 0,519 2420 14,51 18.224,27
800 85,44 0,184 4229 12,79 9.952,36
Coolant 1500 86,65 0,268 4229 13,1 14.847,17
30/70 pre-
mixed 2000 87,46 0,402 4229 13,21 22.457,77
2500 88,52 0,469 4229 13,63 27.033,76
800 88,15 0,183 4200 14,49 11.076,16
1500 89,75 0,267 4200 14,91 16.720,07
Air biasa
2000 90,89 0,4 4200 15,54 26.107,20
2500 92,32 0,467 4200 16,07 31.519,70
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1 Gambar 2
pada gambar 1 diatas menunjukkan proses pemeriksaan komponen dan
gamabar 2 menunjukkan alat engine scanner.

Gambar 3 gambar 4
Pada gambar ke 3 diatas menunjukkan proses pengambilan data leawat engine
scanner dan gamabar ke 4 menunjukkan data dilihat pada labtop.
Gambar 5. Gambar 6
Pada gambar 5 dan 6 adalah dokumentasi bersama supervisor toyota hajid
kalla urip sumaharjo kota makassar dan pembimbing lapangan.

Anda mungkin juga menyukai