Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312282805

Deformasi pada Formasi Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa


Tengah

Article · January 1996

CITATIONS READS

3 3,326

2 authors:
Agus Handoyo Harsolumakso Dardji Noeradi
Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
22 PUBLICATIONS 121 CITATIONS 23 PUBLICATIONS 163 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Uranium-Mamuju View project

Melange formation and its tectonic implications View project

All content following this page was uploaded by Agus Handoyo Harsolumakso on 13 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


. Deformasi pada Formasi Karangsambung,
di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah

. AGUS H. HARSOLUMAKSO dan DARDJI NOERADI


Jurusan Teknik Geologi FI'M, hlstitut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10 Bandung 40132. Tel. (022) 250 2197, Fax. (022) 250 2201
/

(Naskah diterima tanggal 29 Maret 1996)

Sari - Fonnasi Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Jawa Tengah, merupakan sedimen berumur Eosen yang
menutupi batuan Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur Kapur Akhir-Paleosen. Karakter litologi dan struk•
tur dari formasi ini, yang berupa batulempung bersisik, dengan kandungan blok batugamping dan konglomerat,
serta perlapisannya yang tak teratur, mendorong beberapa ahli untuk menafsirkannya sebagai olistostrom.

Pengamatan lapangan pada formasi ini menunjukkan bahwa, di samping sifat yang bersisik, batuan ini telah terli•
pat dan tenesarkan dengan jalur tergerus serta perlapisan yang terganggu dan terfragmentasi. Gejala struktur ini
menunjukkan suatu akibat dari defonnasi semi-lentur pada proses perlipatan dan anjakan yang sangat intensif dan
bukan dari proses sedimentasi dan pelengseran. Hasil pengukuran perlapisan, bidang gerus, bidang belahan, dan
sumbu lipatan minor rilenunju.lckan arah umum ENE-WSW. Rekonstruksi struktur yang diasumsikan pada saat
deformasi meoghasilkan suatu sistem anjakan dengan arah tektonik SSE.

Formasi Karangsambung merupakan basil sedimentasi yang dipengaruhi gejala pelengseran dengan melibatkan
material dari tepi celamgan, yang kemudian mengalami deformasi akibat tektonik anjakan yang diduga berlang•
sung antara kala Oligo-Miosen - Miosen Awai.

Abstrad - Karangsambung Formation of the Luk Ulo area, Central Java, is the Eocene sediment overlaying the
Luk Ulo Melange Complex ofLate Cretaceous to Paleocene. The lithologic and structural character ofthis fonna•
tion which consist ofscaly clay with limestone and conglomerate blocks whose bedding are disturbed, led some
authors to interpret as an olistostrome.

Field study in this formation shows that, beside its scaly feature, the rocks ofthis formation have been folded and
thrusted resulting a sheared z.one. Futhennore, the bedding planes have been deformed and fragmented. These
structural features indicate a semi-ductile deformation during folding and thrusting rather than sedimentary <r
sliding processes. The bedding planes, shear zones, cleavage and minor fold axis show a ENE-WSW structural
trending. Structural reconstruction indicates a SSE vergence thrust system.

The Karangsambung Formation is a sedimentary deposit involving materials from the basin which were further
deformed by thrust tectonic probably during Oligo-Miocene to Early Miocene.

PENDABULUAN an asing yang tercampur di dalamnya, yang


dianggap sebagai Olistostrom (Asikin, 1974;
Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Asikin et al., 1992). Hasil penelitian terakhir
Tengah (Gambar l) dikenal sebagai salah satu menyimpulkan bahwa kedua formasi ini
tempat tersingkap satuan batuan campuran, mempunyai kisaran umur Eosen Tengah•
yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang Akhir hingga Oligo-Miosen (Harsolumakso et
berumur Kapur Akhir sampai Paleosen al., 1995, Kapid dan Harsolumakso, 1996),
(Asikin, 1974; Wakita et al., 1994). Satuan yang penyebarannya berubah secara lateral
batuan ini dianggap sebagai produk dari dari utara ke selatan (Gambar 3).
proses subduksi antara lempeng lndo-Aus•
tralia yang menunjam di bawah lempeng Hadimya endapan Paleogen ini, yang dikenal
benua Asia Tenggara (Asikin, 1974). Satuan sebelumnya sebagai "Eosen" (Harloff, 1933;
batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Tjia, 1966), terutama di daerah Karangsam•
Paleogen, yaitu Formasi Karangsambung dan bung, telah mengundang berbagai diskusi bagi
Formasi Totogan (Gambar 2). Kedua satuan beberapa peneliti. Secara umum satuan batuan
batuan ini terdiri dari batulempung dengan ini menunjukkan keadaan perlapisan yang ti•
fragmen-fragmenatau bongkah-bongkah batu- dak teratur, hadirnya bongkah asing ( olistolit)

BULETIN GEOLOGI, Vol.26, No.1,1996 45


KP

,
G. BIIUJUL

� l.okasi pengulcutrln
0 1 2Km

Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian


yapg beragam, dan mempunyai sifat yang Keadaan ini disimpulkan oleh Tjia ( 1966),
benl'sik (scaly) atau _tergerus (sheared). bahwa diatrofisme pada Tersier yang

46 BULEITNGEOLOGI, Vol.16, No.1,1996


melibatkan sedimen Eosen sebagai pelumas. Mempertimbangkan karakter dari fonnasi ini,
Asikin (1974) menafsirkannya sebagai olis• penel itian ini dimaksudkan untuk mempelajari
tostrom, yang merupakan percampuran dari lebih jauh tentang aspek struk:tur dan sifat
proses sedimentasi pelongsoran akibat gaya defonnasinya
berat, pada suatu cekungan yang aktif secara
tektonik.

o.·. · .1.· .· -l· .· .·J·. ·


,: : :,:Ci
........ . i..: .:·-:·
.

PETA GEOLOGI DAERAH LUK ULO

FormasiTot
� Aluvial � (Batagampmg�)

f :T�:� Fonnasi HaJang



Formasi I<arangsambang
Em Dia bas

t:=�=� "Brebi kemangguan" KOMPLEKS LUK ULO


Batupasir
� Batulempung & Fragmen batuan
kvr� vJ
�:+�1
Formasi Penosogan
ml Sekis Basalt & Batugamping-Rijang

00• Fonnasi Waturanda


1111 Serpe:ntinit Gabro & Basalt

• "'1ri Astit et tll., 1992)

Gambar 2 Peta geologi daerah Luk Ulo, Jawa Tengah

BULE11NGEOLOG/, Vol.26, No.1,1996 47


MIOSEN BA WAH

OLI�MIOSEN

OLIGOSEN·

EOSEN

KOMPLEKS MELANGE
LUKUW PALEOSEN

KAPURATAS
(Harsolumalcso et. td, 1995)

Gambar 3 Bagan tektono-stratigrafi daerah Luk Ulo


LITOLOGI DAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN Setempat ditemukan sisipan batulanau dan
BATUAN batupasir gampingan yang berlapis buruk,
memperlihatkan gejala seperti struktur pe•
Dua formasi yang mempunyai kisaran umur lengseran (slump structure) atau struktur ali•
dari Eosen Akhir hingga Oligo-Miosen, yaitu · ran (flowage structure) dan perlapisan yang
F ormasi Karangsambung dan F ormasi To• tak menerus ( disrupted bedding). Beberapa di
togan mempunyai sifat yang mirip, yaitu ter• antaranya menunjukkan struktur perlapisan
diri dari batulempung yang sebagian bersisik. bersusun dan laminasi sejajar. Sifat perlapisan
Perbedaan yang mencolok dari Formasi To• juga ditunjukkan dengan adanya laminasi ser•
togan adalah sifat litologinya yang dominan, pih di antara sifat lempung yang bersisik.
terdiri dari breksi dengan fragmen-fragmen Fragmen berukuran beberapa meter hingga
batulempung, batupasir, batugamping, batuan ratusan meter, berupa batugamping foramini•
beku basaltis berukuran centimeter sampai fera dan konglomerat dianggap sebagai olis•
, meter. Di dalam tulisan ini pembahasan hanya tolit pada formasi ini.
pada sifat litologi dari satuan batuan yang di•
anggap sebagai F ormasi Karangsambung. Batugamping foram yang dijumpai di be•
Singkapan yang terbaik terutama dijumpai berapa lokasi, seperti di Desa Karangsam•
disekitar Desa Karangsambung, Kali Jebug bung, Karanglo dan · lembah Kali Welaran,
dan Kalisana. yang berupa singkapan bongkah lepas tak
teratur memberikan kesan seolah-olah batuan
Batulempung bersisik dengan oltstolit ini merupakan fragmen yang berukuran bera•
gam di dalam batulempung. Pada beberapa
Secara umum litologinya terdiri dari batulem• lapisan yang ta.k teratur atau pada bidang ser•
pung garnpingan hingga napal, berwama abu- · pihan dijumpai batugamping foram yang
abu gelap kehijauan. Konkresi batulempung mempunyai struktur imbrikasi. Hasil penga•
dengan oksida besi sering dijumpai dan sifat matan terinci di lokasi K. Welaran, di Desa
lempungnya pada umumnya bersisik (scaly). Ka!isana, menunjukkan bahwa batugamping

48 BULETIN GEOLOGI, Vo/.26, No.!.1996


ini berupa lensa di dalam batulempung. Ke• Totogan). Kedudukan tubuh batuan beku ini
beradaannya berupa perselingan dengan clan hu-bungannya satu sama lain masih
batulempung pasiran clan napal, perlapisan• menjadi masalah. Batuan basaltik dengan
nya buruk, setempat dijumpai · sisipan kong• tekstur diabasik dan lava bantal ditemukan
lomerat polimik di bagian alasnya yang ,pada lokasi yang berdekatan, walaupun belum
berupa lentile seperti basil suatu alur pemah keduanya dijumpai dalam satu tubuh
(channel). Di lokasi dekat Kampus, pada satu batuan yang sama. Singkapandi daerah antara
singkapan yang terbatas, dapat diamati Trenggulun clan Kedunglo menunjukkan
hubungan langsung antara batugamping di atas adanya fragmen batuan fanerik, sebagian
konglomerat. bertekstur diabasik, yang hadir sebagai inklusi
di dalam batuan basal. Sebagian dari batuan
Singkapan konglomerat yang paling baik basal memperlihatkan struktur vesikuler. Di
. adalah di Bukit Pesanggrahan, di tepi S. Luk bagian selatan, dari G. Parang kearah timur,
Ulo. Litologi umumnya terdiri dari kong• kontak dengan batulempung dapat diamati
lomerat polimik dengan massadasar batupasir, dengao baik terutama di sekitar Desa Watu•
tumpang. Kontak ini berupa biclang sesar
clan perselingan batupasir clan serpih. Bagian
pada diabas dengan cermin sesar yang baik,
bawah dari singkapan ini diawali dengan
dan batulempung yang telah mengalami de•
lapisan konglomerat berukuran butir kerikil
terdiri dari rijang, kuarsa, clan mineral silika
formasi. Jalur ini dapat diikuti pada cabang•
yang lain, basal, sekis, mempunyai ketebalan cabang K. Jebug, yang mempunyai arah barat•
sampai 3 m berubah berangsur menjadi batu• timur. Gejala yang mirip juga dijumpai di
pasir sangat kasar, clan diikuti dengao per• lokasi bekas galian tambang rakyat disekitar
selingan batupasir, batulanau clan serpih pada Desa Totogan.
bagian ini setempat terdapat lempung
kerikilan. Ke arah atas berubah menjadi
konglomerat, clan berulang kembali sebagai UMUR
sekuen perselingan batupasir clan serpih.
Setempat dijumpai fragrnen kayu terkersikan Formasi Karangsambung secara umurn mem•
clan karbon. Pada beberapa lapisan dijumpai punyai kisaran umur dari Eosen Tengah•
struktur perlapisan bersusun clan laminasi Akhir (NP 16-17) sampai Eosen Akhir
sejajar, perlapisan bersilang planar clan gelem• (NP20-21) (Harsolumakso et al., 1995). Pada
bur gelombang. Pada serpih dijumpai laminasi Jensa batugamping ditemukan kandungan
karbon clan bioturbasi. Kedudukannya ter• foraminifera Nummulites cf pengaronensis,
hadap batuan Iain tidak pemah teramati Nummulitesjogjakartae, Discocyclina cf om•
dengan jelas. Pada beberapa singkapan phala, Discocyclina sp. menunjukkan umur
bongkah, seringkali dijumpai bersama dengan Eosen Akhir (Tb). Hasil penelitian pada
batugamping foram. lokasi di sekitar kontak dengan tubuh batuan
beku diabas menunjukkan umur NP20 (Kapid
Batuan volkanik (Diabas dan Basal) clan Harsolumakso, 1996). Sedangkan penta•
rikhan radiometri dengan metoda K-Ar pada
Batuan beku basaltik hadir sebagai singkapan• diabas di daerah Totogan ( Gunung Parang)
singkapan yang terpisah disekitar lembah menghasilkan umur 39 sampai 26 juta tahun
Karangsambung clan di bagian utaranya. atau Eosen Akhir-Oligosen (Soeria-Atmadja
Singkapan utama, di sekitar Desa Dakah clan et al., 1994).
G. Parang berupa batuan diabas. Di bagian
utara, batas singkapan batuan ini ke arah
timur sulit diamati dengan baik, seolah ber- KARAKTER STRUKTUR DAN DEFORMASI
. campur dengan batuan beku basaltik lain,
basalt, lava dengan struktur bantal dan seba• Melihat sifat litologi dari formasi ini yang
gainya, yang umum dijumpai sebagai fragmen mengandung fragmen atau blok dengan ukuran
breksi pada satuan breksi lempung (Formasi yang sangat beragam, sifat tekstur clan struk-

BUIE11NGEOLOGI, Vol.26. No.1,1996 49


tur sedimen yang berkembang, jelas dapat di• Struktur lipatan, belahan (cleavage) dan
katakan bahwa formasi ini terbentuk oleh jalur tergerus (sheared zone)
proses sedimentasi. Hadimya sebagian blok .
dengan ukuran yang cukup besar dapat di• Struktur lipatan · yang berkembang dan
jelaskan dengan mekanisme longsoran ( olis- . berhubungan dengan sesar-sesar minor,
tostrome), 'slump' atau sedimentasi turbidit umumnya dapat diamati pada sisipan batu•
(Hsu, 1974, Raymond, 1984). Walaupun pasir atau batulanau. Gejala yang umum di•
demikian, sifat yang bersisik (scaly) atau jumpai adalah kedudukan yang tidak teratur,
tergerus ( sheared), terutama pada massadasar lapisan yang hilang dan teJah berubah menjadi
lempung atau pada kontak antara fragmen dan fragmen.. Struktur lipatan yang baik dapat
massadasamya, menandakan bahwa satuan ini diamati di lokasi sekitar Desa Kemendung,
pemah mengalami deformasi yang kuat, teru• Karangsambung, dan pada cabang-cabang K.
tama tipe ductile atau semi-ductile (Harso• Jebug, dekat kontak dengan tubuh . batuan
lumakso et al., 1995). Lapisan batulempung diabas (Foto 2). Struktur sesar minor dicer•
bersisik yang menonjol di lapangan karena minkan oleh jalur gerusan ( sheared zone), baik
wamanya yang gelap, kadangkala kemerahan, yang memotong atau sejajar dengan lapisan.
pada singkapan-singkapan yang diamati,
dapat berupa lapisan yang menerus atau Sifat bersisik atau scaly , yang merupakan
sering terpotong-potong sesar. Lapisan gejala yang paling umum dari satuan batulem•
serupa juga teramati pada singkapan di kaki pung formasi ini, sebenamya merupakan bi•
selatan G Parang, yang bahkan memper• dang belahan berlembar (slaty-cleavage),
lihatkan gejala boudinage. Walaupun demi• dicirikan. oleh lembaran . planar berukuran
kian perlapisan yang baik dan normal masih kurang dari I mm. Struktur ini terbentuk se•
sering dijumpai di antara bagianyang bersisik. bagai akibat proses deformasi pada batulem•
pung dengan tingkat rekristalisasi umumnya
Pengamatan seksama dilakukan pada lokasi · sangat lemah (Henry, 1983, Gidon, 1987).
singkapan di sekitar K Jebug, Desa Karang• Selain itu gejala yang umum pada bidang be•
sambung, Kemendung dan Kalisana. Litologi lahan ini adalah sifat permukaannya yang
yang umum dijumpai terdiri dari batulempung mengkilat dan menunjukkan gores-garis
bersisik, berwama abu-abu kehijauan, se• (striation), yang merupakan ciri dari perge•
tempat berwama ungu dan hitam (F oto I). seran pada bidang tersebut. Seringkali jalur•
Sisipan batupasir dan batulanau dengan kete• jalur gerusan ini hampir sejajar dengan bidang
balan bervariasi dari 5 cm hingga 30 cm. belahan.
umumnya menunjukkan perlapisan yang bu•
ruk karena sebagian besar telah terdeformasi. Gejala perlipatan ketat juga tampak pada bi•
Sisipan tipis serpih juga seringkali dijumpai, dang-bidang belahannya yang telah terputar
dengan jejak perlapisannya yang masih dapat mengikuti perlipatan pada bidang perlapisan
diamati. Gejala umum yang tampak adalah (Foto 3 dan 4). Hal ini mengakibatkan
singkapan-singkapan nu memperlihatkan kedudukan bidang belahan akan terorientasi
struktur perlipatan, sesar-sesar dan jalur ter• membentuk lengkungan berbentuk s (crenu•
geruskan, pada lapisan-lapisan yang pada lation), yang tampak seperti struktur aliran
bagian lempungnya selalu menunjukkan sifat atau pelengseran Keadaan ini sebenamya
yang bersisik. Hal ini jelas menunjukkan basil adalah akibat dari tahap lanjut dari suatu per•
proses deformasi pada suatu masa batuan lipatan yang diikuti dengan penyesaran. Sulit
yang sebelumnya telah mengalami litifikasi, untuk dapat memisahkan fasa-fasa perlipatan
dan bukan struktur basil suatu pelengseran yang terjadi dari struktur-struktur karena be•
pada proses sedimentasi. lum dilakukan pengukuran sistematik dan
keterbatasan data yang lebih terpilih.

50 BULETINGEOLOGI. Vol.26. No.l,/996


Fotol
Singkapan batulempung
bersisik yang tersayat oleh
bidang-bidang gerus.

Foto2
Kontak antara batulempung
bersisik dengan diabas.
(kanan atas)

Foto3
Struktur perli patan pada
sisipan batulanau.

Foto4
Struktur perlipatan yang
tersayat oleh bidang•
bidang gerus.

BULE17N GEOLOG!, Vol.26, No.l, /996 51


N N

A BIDANG PERLAPISAN
B. BIDANG & JALUR GERUS
N

C. SUMBU LIPATAN D. PHI & BETA DIAGRAM DARI PERUPATAN


N

E. HASIL REKONSTRUKSI ARAH TEKTONIK.


PADA SAAT DEFORMASI FM. KARANGSAMBUNG
Garnbar 4 Hasil pengukuran struktur dan interpretasi arah defonnasi.

52 BULE11NGEOLOGI, Vol.26, No.J,1996


Pengukuran pendahuluan di lokasi yang ter• dapat diartikan sebagai sifat deformasi semi
batas, yaitu di sekitar K. Jebug clan beberapa lentur. Sifat dari massadasar dan komponen•
cabangnya, dilakukan pada bidang perlapisan, nya yang tergerus yang ditafsirkan bahwa ·
termasuk orientasi yang masih dapat diamati material tersebut berasal dari suatu daratan
sebagai perlapisan, jalur tergerus yang utama yang aktif secara tektonik (Asikin, 1974),
clan sumbu perlipatan minor. Hasil yang dida• sulit menjelaskan hubungan aritara massadasar
patkan ditunjukkan pada Gambar 4. Dari dan komponennya yang juga tergerus. Hal
pengukuran ini diperoleh arah umum struktur yang perlu didiskusikan di sini, apakah
E-W hinggaENE-WSW, dengan arah tektonik deformasi ini berlangsung bersamaan dengan
(tectonic vergencet SSW. Dengan demikian proses sedimentasi.
dapat disimpulkan bahwa kedua formasi ini
telah mengalami deformasi akibat tektonik, Melihat struktur dari kedua formasi ini, ter•
kemungkinan berupa anjakan yang mengarah utama sifat tergerus, perlipatan dan jalur-jalur
ke selatan. tergerus, diinterpretasikan bahwa deformasi
ini berlangsung pada suatu tubuh batuan yang
Kontak anta.ra Formasi Karangsambung padat, artinya batuan tersebut telah meng•
dan Melange Lale Ulo alami litifikasi. Dengan kata lain proses
deformasi terjadi setelah sedimentasi, dan
Kontak antara kedua fonnasi ini dengan tidak berhubungan dengan gejala pelengseran
Kompleks Melange Luk IBo pada umumnya atau penggerusan yang sejalan dengan
tektonik. Di bagian barat kontak sesar
sedimentasi. Fragmen atau blok mungkin telah
diperkirakan berbatasan dengan blok basal, mengalami defonnasi akibat tektonik sebe•
sekis clan rijang di sekitar K. Gebang. Di I umnya, akan tetapi ini tidak dapat
utara, di K. Muncar, dijumpai kontak antara menjelaskan sifat massadasar yang tergerus.
breksi lempung dengan batugamping rijang
clan lava bantal. Kontak satuan ini pada Gejala deformasi yang teramati pada sing•
umumnya memperlihatkan jalur tergerus yang kapan yang sifatnya masih terbatas ini
sangat kuat, yang dalam komple.ks melange terletak tidak: jauh dengan kontak dengan
dapat bertindak sebagai massadasar dengan batuan volkanik (basal dan diabas) di sekitar
blok-blok batuan asing (Harsolumakso et a.I., K. Jebug, yang jelas merupakan blok yang
1996). Dalam bal ini perlu dipertimbangkan tersesarkan ke arah selatan. Pada lokasi yang
apakah massadasar ini termasuk dalam satuan lain seperti di sekitar Kemendung dan Ka•
melange atau F ormasi Karangsambung dan rangsambung juga tidak jauh dengan kelom•
Totogan. pok batuan basaltik ini. Kedudukan kelom•
pok batuan ini memang masih menjadi
Usaha untuk membedakan sifat massadasar masalah (Harsolumak:so et al., 1996). Hal ini
telah dicoba. Pada F ormasi Karangsambung juga telah dikemukakan oleh Asikin (1974),
clan Totogan pada umumnya hanya memper• yang keberadaannya diduga merupakan
lihatkan cleavage dan belum memperlihatkan lempengan yang disesarkan ke atas meJalui
rekristalisasi, atau masih samar, sedangkan sesar sisik. Kemungkinan besar bahwa
pada kompleks melangetelah memperlihatkan kelompok batuan volkanik ini merupakan
gejala metamorfosa (Harsolumak:so et al., bagian dari muka anjakan (thrust sheet) yang
1996). melibatkan deformasi pada Formasi
Karangsambung dan Totogan.

INTERPRETASI DAN DISKUSI Melihat sifat deformasi pada formasi ini yang
khas berbeda dengan batuan yang lebih muda,
Interpretasi Tjia (1966), bahwa diatrofisme misalnya bagian atas dari Formasi Totogan
atau deformasi pada Tersier yang melibatkan atau bagian bawah F onnasi · Waturanda yang
sedimen Eosen sebagai pelumas, kemungkinan relatif berlapis baik, kemungkinan deformasi

BULEllNGEOLOG!, Vol.26, No.1,1996 53


ini berlangsung sebelum pengendapan For• van Java, 1 : JOO 000, Diens van den
masi Waturanda (Oligo-Miosen - Miosen Mijnbouw, Nederland lndische.
Awal). Hasil rekonstruksi struk:tur menghasil• Harsolumakso A. H., Suparka M. E., Zaim
kan suatu sistem anjakan ke arah SSW. Y., Magetsari N. A., Kapid R., Dardji
', Noeradi, clan Chalid I. Abdullah ( 1995),
Membandingkan defonnasi pada Kompleks Karakteristik Satuan Melange dan Olis•
Melange Luk mo, terdapat kesamaan arah tostrom di daerah Karangsambung.: Jawa
umum yaitu ENE-WSW (Harsolumakso et Tengah: suatu tinjauan ulang. Dalam Pro•
al., 19%), walaupun kejadiannya tidak dapat siding Basil Penelitian Puslitbang Geo•
dihu-bungkan secara langsung. teknologi LIPJ (ed. Y. Kumoro., A. M. Ri•
yanto, danE. Z. Gaffar), 190-215.
Harsolumakso A. H., Suparka M. E., J;)ardji
KESIMPULAN Noeradi, Kapid R., Zaim Y, Magetsari N.
A., dan Chalid I. Abdullah (1996), Karak•
Formasi Karangsambung merupakan basil teristik Struktur Melange di daerah Luk
percampuran dari bongkah di dalam suatu mo, Jawa Tengah. Dalam Prosiding Hasil
massadasar sebagai proses sedimentasi, yang Penelitian Pus/itbang Geoteknologi LIPI
kemudian mengalami defonnasi tektonik yang (ed J.Sopaheluwakan dan E. Z. Gaffar),
diduga berlangsung antara kala Oligo-Miosen 422-441.
- Miosen Awai. Henry M. J. (1983), Methodes Modernes de
Geologie de Terrain, Manuel D 'analyse
Structurale Methodes D 'observation de
Ucapan terima kasih Mesure et de Notation, Editions Technip,
183 hal.
Maka/ah ini adalah bagian dari basil kerjasama Hsu K.J. (1974) Melange and their distinc•
penelitian antara Jurusan Teknik Geologi JIB tahun tion from Olistostrome, Soc. of Economic
1994-1995 dan Puslitbang Geoteknologi UPI. Uca•
pan terimakosih disampai/am lrepada pimpinan dan
Paleontologist and . Mineralogist, Spec.
staf atas keperCaJ'!lOTl'IYO /cepada tim untuk me/alawm Publication 10-19, 321 - 331. ·
penelitian ini. Ke/ancaran pekerjaan tekms dan Kapid R. dan Harsolumakso A. H. ( 1996)
odmimstrast herkat bontuan staf dan karyawan UPT
Studi fosil nanoplankton pada F onnasi
Laboratorium Alam Geologi Karangsambung.
Karangsambungdan Totogan. Buletin Geo•
logi 26, 13-43.
PUSTAKA
Raymond L.A. (1984) Classification of me•
Jange. Dalam Melanges : Their Nature,
Asikin S. (1974) Evolusi geologiJawa Tengah Origin and Significance (ed. L. A. Ray•
dan sekitamya ditinjau dari segi teori mond) , Geo/. Soc. Am. spec. paper 198, 1-
tektonik dun.ia yang baru Desertasi 5.
Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak Soeria-Atmadja R., Maury RC., Bellon H.,
dipublikasikan, 103 hal. Pringgoprawiro H., Polve M. and Priadi B.
Asikin S., Handoyo A., Busono H., dan (1994) Tertiary magmatic belts in Java.
Gafoer S. (1992), 'Geologic Map of Ke• Journal ofSoutheast Asian Earth Sciences,
bumen Quadrangle, Java, scale 1 : · 100 9, 13-27
000. Geological Research and Develop• Tjia H.D. (1996) Structural analysis of the
ment Center, Bandung. Pre-Tertiary of the Luk-Ulo area, Central
Gidon M. (1987) Les Structures Tectoniques, Java, Disertasi Doktor, Institut Teknologi
Bureau de Recherches Geologiques et Bandung, tidak: dipublikasikan,
Minieres, 206 hal. Wakita K., Munasri & Widoyoko B. (1994)
Harloff Ch.E.A. (1933) Toelichung bij blad Cretaceous radiolarian from the Luk Ulo
67 (Bandjarnegara) - Geologische kaart melange Complex in the Karangsambung
area, Central Java, Indonesia. Journal of
Southeast Asian Earth Sciences 9, 29-43.

54 BULE11N GEOLOGJ, Vol.26, No.1,1996

Anda mungkin juga menyukai