Anda di halaman 1dari 12

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


Perusahaan PT. Allied Indo Coal jaya adalah pemegang Kuasa Pertambangan
(KP) Eksploitasi Batubara berdasarkan Surat Keputusan Walikota Sawahlunto
No. 05.67.PERINDAGKOP.TAHUN 2008 (KW 1373 AIC 038l2) tanggal 07 Juli
2008 di Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Propinsi Sumatera
Barat dengan luas areal 372.40 hektar di sebagian wilayah Ex. PKP2B PT.
Allied Indo Coal.
Pelaksanaan reklamasi daerah bekas tambang disesuaikan dengan kondisi
awal areal Kuasa Pertambangan yaitu kawasan pinjam pakai kawasan hutan antara
Departemen Kehutanan dan Direktorat Batubara bernomor 205 I/ II/KANWIL –
5/89 tertanggal 28 November 1989 dengan peruntukan hutan Produksi dan Hutan
Reboisasi Inpres.
Operasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan dengan pola
tambang terbuka (Open Cut Mine) skala kecil dengan produksi 4.000 ton per
bulan dan Tambang Bawah Tanah (Underground Mining) dengan produksi 3.000
ton per bulan.
Kegiatan tambang terbuka dilakukan dengan mengupas lapisan tanah dan
lapisan batuan penutup secara berjenjang membentuk teras. Lapisan tanah dan
batuan tersebut diangkut, ditimbun dan ditata ke daerah disposal yang sudah
direncanakan. Pengupasan dimulai dengan penebasan vegetasi dan pengumpulan
top soil setebal 40 cm serta pengupasan lapisan tanah (sub soil tanah merah)
sampai ketebalan 1 m untuk keperluan penghijauan (revegetasi). Selanjutnya
dilakukan pengupasan Iapisan batuan dimana lapisan yang keras diledakkan
(blasting). Setelah seluruh lapisan penutup terkupas, berikumya dilakukan
pengambilan batubara.

2.2 Lokasi Kesampaian Daerah


PT. AIC Jaya terletak di Parambahan, Kec. Talawi, Kota Sawahlunto,
Propinsi Sumatera Barat. Wilayah tersebut terletak di sebelah Timur Laut Kota
Padang. Secara geografis wilayah KP PT. AIC Jaya berada pada posisi
El00046'48" – E1000 48'47" dan S 000 35'34" – S000 36'59", dengan batas lokasi
kegiatan sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Wilayah desa Batu Tanjung dan desa Tumpuak


Tangah, Kecamatan Talawi. Kota Sawahlunto
 Sebelah Utara : Wilayah desa Batu Tanjung dan desa Tumpuak
 Sebelah Timur : Wilayah Jorong Bukit Bua dan Koto Panjang
Nagari V Koto Kecamatan Koto VII, Kabupaten
Sijunjung
 Sebelah Selatan : 1. Wilayah Jorong Koto Panjang Nagari V Koto.
2. Wilayah desa Salak. Kecamatan Talawi.

Lokasi pertambangan PT. AIC Jaya berada di Parambahan, Kota Sawah


lunto Provinsi Sumatera Barat (Gambar 2.1). Dari kota Medan (Kualanamu
Internasional Airport ) kita naik pesawat selama 55 menit menuju Minang Kabau
Internasional Airport. Dari sana kita beerkendara sejauh 100 km kearah Timur
Laut. Apabila ditempuh dengan kendaraan roda empat akan memakan waktu
perjalanan kurang Iebih 3 jam. Untuk lebih jelasnya lokasi kesampaian wilayah
Kota Sawahlunto dapat dilihat pada gambar berikut ini.

LOKASI
KEGIATAN

Sumber : Google Earth

Gambar 2.1 Peta kesampaian wilayah KP PT.AIC Jaya

II - 2
2.3 Morfololgi
a) Geologi Regional

Wilayah kerja PT. AIC Jaya berada pada Cekungan Ombilin yang
terbentuk sebagai akibat langsung dari gerak mendatar manganan system Sesar
Besar Sumatera pada masa Paleosen Awal (Marhaendrasworo, 1999) seperti pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Skema evolusi tektonik cekungan tarik pisah Ombilin, Sumatra Barat
menurut Hastuti, dkk (2001). (A)Kapur-Tersier Awal (B)Paleosen
(C)Miosen Awal (D)Plio-Pleistosen.

Kondisi geomorfologi wilayah KP PT.AIC jaya berupa perbukitan terjal rendah


sampai terjal, dengan kemiringan lereng berkisar 100 – 500 dan ketinggiandaerah
antara 250m-530m diatas permukaan laut .

Secara stratigrafi, seperti tampak pada Gambar 2.2, Cekungan Ombilin


tersusun dari beberapa formasi batuan, berurut dari yang tertua adalah Formasi
Brani berupa breksi dan konglomerat yang menjemari dengan Formasi
Sangkarewang berupa perselingan batupasir dan batulempung yang menunjukkan
lingkungan pengendapan kipas alluvial - danau. Kedua formasi ini berumur
Paleosen Awal - Eosen Akhir. Pada Oligosen Awal - Miosen Akhir terjadi fase
kompresi di Cekungan Ombilin .

Sehingga terjadi pengangkatan yang mengakibatkan diendapkannya secara


tidak selaras Formasi Sawahlunto berupa perselingan batulempung dan batupasir

II - 3
dari lingkungan darat (meander sungai) di atas Formasi Brani dan Sangkarewang.
Di atas Formasi Sawahlunto secara tidak selaras diendapkan Formasi Sawah
Tambang berupa perselingan batupasir dan batulempung dari lingkungan darat
(sungai bradded system) pada Oligosen Akhir. Pada Miosen Akhir - Poliosen
terjadi fase ekstensi di Cekungan Ombilin yang mengakibatkan terbentuknya
terban Sinamar, berpindah sumber endapan dari barat laut ke tenggara cekungan
dan diendapkannya Formasi Ombilin berupa perselingan batulempung, batupasir
dan lanau serta anggota batu gamping Ombilin. Menjelang akhir Pliosen hingga
Kuarter terjadi fase kompresi kembali yang mengakibatkan terbentuk gunung api
kuarter dan terendapkannya Formasi Ranau berupa endapan tufa gunung api
secara tidak selaras. Lapisan batubara terdapat pada Formasi Sawahlunto.

Gambar 2.3 Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)

Cekungan Ombilin terbentuk akibat langsung dari gerak mendatar


menganan sistem sesar Sumatra pada masa Paleosen awal
(Marhaendrasworo,1999) . Akibatnya terjadi tarikan yang dibatasi oleh sistem
sesar normal berarah Utara - Selatan. Daerah tarikan tersebut dijumpai di bagian

II - 4
utara cekungan pada daerah pengundakan mengiri antara sesar Sitangkai dan sesar
Silungkang yaitu terban Talawi. Sedangkan bagian selatan cekungan merupakan
daerah kompresi yang ditandai oleh terbentuknya sesar naik dan lipatan (terban
Sinamar) seperti pada Gambar 2.2. Ketebalan batuan sedimen di cekungan
Ombilin mencapai ±4.500 m terhitung sangat tebal untuk cekungan berukuran
panjang ± 60 km dan lebar ±30 km.

Secara umum endapan batubara terdiri dari tiga lapisan, diantaranya :

 Lapisan A, ketebalan I - 3 meter. kemiringan 30 -230. dengan ketebalan


overburden sekitar 40 - 300 meter.
 Lapisan B, ketebalan 0,6 - 1, 5 meter, kemiringan 30 – 230. dengan
ketebalan interburden antara lapisan A dengan lapisan B sekitar 10 - 20
meter.
 Lapisan C, ketebalan 1,5 - 7 meter, kemirirgan 30 – 230, dengan
ketebalan interburden antara lapisan B dengan lapisan C sekitar 14 - 20
meter.

b) Tanah

Tanah diklasifikasikan dari sifat dan ciri tanah menunjukkan bahwa jenisnya
tergolong ke dalam Podzolik Merah Kuning, ciri utama tanah Podzolik adalah
penumpukan butir liat pada horizon B.

Bahan induk tanah Podzolik merupakan campuran dari butiran liat dan
batuan pasir. Bahan induk tersebut dapat diamati dengan jelas pada beberapa
singkapan di Parambahan. Menurut Buol. Sanches, Cate dan Granger : "Bahan
induk tanah Podzolih akan menghasilkan tanah yang tidak subur dan umumrrya
bereaksi asam".

Dari segi fisika tanah, jenis tanah Podzolik pada umumnya memiliki
drainase di bagian atas adalah baik dan di lapisan bagian bawah agak terlambat.
Hal ini ditunjukkan oleh warna tanah yang bervariasi dari coklat,merah dan
kuning dibagian atas serta warna pucat di lapisan bawah. Drainase yang baik
memungkinkan terjadinya proses oksidasi. sehingga senyawa fero bisa berubah

II - 5
menjadi senyawa feri dan menimbulkan warna merah atau kuning pada tanah.
Sebaliknya pada kondisi drainase terhambat akan menciptakan tanah yang
kelabu atau putih.

Tekstur tanah di lapisan atas didominasi oleh lempung, dengan variasi


lempung berdebu atau lempung berpasir. Di bawah lapisan ini terjadi penimbunan
liat. sehingga teksturnya didominasi oleh liat dengan variasi berpasir, berdebu.
atau berlempung. Semakin kebawah presentase liat berkurang kembali. Keadaan
tekstur tanah yang demikian menunjukkan ciri suatu pembentukan tanah podzolik.
Tingginya kadar Iiat pada tanah mcnujukkan bahwa tanah telah mcngalami
pelapukan iklim yang lanjut (Grim. 1980).

Tanah pada umumnya bertekstur gumpal dengan konsisten gembur di


lapisan atas agak teguh di lapisan bawah. Keadaan tekstur tersebut menciptakan
ruang pori yang banyak di lapisan atas dan sedikit lapisan bawah. Hal itu pulalah
yang menyebabkan drainase baik di lapisan atas dan agak terhambat dilapisan
bawah (Braver, 1958).

Semakin padatnya tanah dan semakin sedikitnya ruang pori, dengan


semakin dalamnya lapisan tanah, tampak diikuti oleh perkembangan akar yang
semakin terhambat. Pada lapisan yang sedemikian ternyata jumlah akar sedikit
dan bahkan tidak ada perakaran. Hambatan perkembangan akar ini dapat
disebabkan oleh padatnya tanah, sehingga akar tidak mampu menembus dan dapat
pula karena berkurangnya O2 yang menyebabkan akar tidak bisa bernafas (Taylor,
Huck dan Klepper, 1972). Ditinjau dari segi teknik penambangan, tanah yang
padat ini malah menguntungkan karena mendukung tekanan alat-alat berat.

Selanjutnya bila diperhatikan penyebaran hara seperti Nitrogen (N) dan


Phospor (P), terlihat bahwa kedua unsur tersebut semakin sedikit dengan semakin
dalamnya Iapisan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua unsur ini berasal dari bahan
organik yang ada dilapisan atas. Kandungan N tanah tiap lapisan tergolong sangat
rendah (0,10%), kecuali pada lapisan atas profil tanah di Bukit Surian tergolong
rendah (0 - 0,15%). Sedangkan kadar P termasuk rendah untuk semua lapisan
(kecil dari 50 ppm). Kandungan kation basa yang dapat ditukar seperti kalsium

II - 6
(Ca) berada tidak terukur hingga 2,3 me/100 g, magnesium (Mg) antara tidak
terukur sampai 0.9 me/100 g, kalium antara 0,1 sampai 0,2 /me100 g dan natrium
(Na) antara 0,2 hingga 0,4 me100 g.

Kandungan basa yang demikian termasuk kategori sangat rendah hingga


rendah (TOR Pemetaan Tanah dan Survai Lingkungan Hidup, 1980). Penyebaran
basa ini disetiap Iapisan tidak memperlihatkan pola tertentu, tetapi ada
kecendrungan berkurang dengan semakin dalamnya Iapisan. Kandungan
Aluminium (AI) berkisar antara 4,1 sampai 13,2 me/100 g, dengan kejenuhan Al
antara 51% sampai 94%. Kadar dan kejenuhan Al yang demikian termasuk
kategori tinggi sampai sangat tinggi dan merupakan faktor penghambat atau
racun bagi tanaman pada umumnya (Pearson dan Adams, 1967, Kamprath, 1970,
Nurhayati Hakim, 1983).

Kondisi tanah daerah KP PT. AIC Jaya yang ditambang secara Tambang
Terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dapat diuraikan sebagai berikut yaituTanah
di daerah Parambahan bereakasi asam dengan tingkat keasaman (pH) setiap
lapisan berkisar antara 4,4 hingga 4,8 (TOR Pemetaan Survei Lingkungan Hidup,
1980), karena jenis-jenis tumbuhan seperti paku resam (pteridium aguilinum),
alang-alang (imperata cylendrice), karamunting (rhodomyrtus tomenlosa) yang
juga merupakan indikator tanah yang bereaksi asam. Tanah tersebut relatif berat
mengalami erosi akibat hubungan yang erat antara sifat-sifat tanah dengan
topograi dan curah hujan serta vegetasi penutup.

c) Biota Akuatik dan Teresterial

1. Biologi Akuatik

Biologi akuatik disekitar Kecamatan Talawi pada umumnya terdapat ikan dan
bentos (hewan penghuni dasar perairan). Jenis-jenis ikan yang ditemukan
sebanyak 14 jenis dan yang bernilai ekonomis hanya 6 jenis

yaitu : baung (macro microcanthus), umbuik-umbuik (dangila sumatrana),


gariang (labeobarbus tambroisdes). kulari (labeo pleurocaenia), tilan (masteo
cembulu sp), dan mujair (tilapia mozambica).

II - 7
Keanekaragaman jenis ikan terdapat adanya variasi diantara sungai-sungai, yang
bermuara ke Batang Ombilin yaitu : Sungai Parambahan, sungai Ulu Air, sungai
Kandi dan sungai Lunto.

Sungai Parambahan mengalirkan air yang berasal dari anak-anak sungai di


daerah hulunya yaitu : sungai Hulu Air,sungai Bayeh dan sungai Sapan. Jenis
ikan ditemukan di sungai Parambahan ada 9 species yaitu : baung, ikan kalang
(calarias batracus). poweh (osteochilus). pantau (rasbara trilineata), mansai
(mastaco-leucus marginatus). baok (ophiocephalus striatus), umbuik-umbuik dan
gariang. Jenis ikan yang terdapat pada sungai Ulu Air hampir sama jenisnya
dengan sungai Parambahan.

2. Biologi Teresterial

Keadaan habitat di Kota Sawahlunto agaknya berkaitan erat dengan


keadaan topografi bergelombang yang terdiri dari bukit-bukit yang mengapit
lembah sempit. Daerah punggung bukut dan sebagian besar lerengnya ditumbuhi
belukar yang didominasi oleh paku resam (glichenia) dan tumbuhan kalamunting
(rhodomyrtus tomentosa).

Pada daerah KP PT. AIC Jaya memiliki biologi teresterial terbatas karena
daerah-daerah edar dari fauna hanya ada pada daerah lembah, yang masih
ditutupi oleh hutan sekunder yang sebagian besar terdiri atas pohon setinggi 20
meter, selain itu terdapat juga hutan sekunder yang tidak Iuas terletak di sebelah
Timur Bukit Sigalut. Keanekaragaman jenis fauna pada umumnya memiliki jenis
fauna yang kecil sekali, untuk kelas mamalia hanya 9 species pada hutan
sekunder daerah rendah, jumlah species yang paling kecil adalah terdapat pada
habitat belukar, begitu pula untuk kategori kenekaragaman burung berada
diantara 5 - 9 species pada habitat hutan, sedangkan keadaan yang ditempati
fauna terdapat suatu perubahan lingkungan, misalnya adanya kegiatan baru atau
campur tangan manusia yang bersifat menurunkan kualitas habitat alami dan
secara tidak langsung akan mendorong terjadinya perubahan keanekaragaman.

Kecilnya keanekaragaman species dan populasinya tidak hanya


disebabkan oleh adanya perburuan di daerah tersebut, hal ini terlihat dari

II - 8
perubahan populasi fauna, seperti fauna yang berfungsi sebagai hama (babi),
sering menjelajahi areal yang Iuas dan hidup diberbagai habitat dan juga mencari
makan di ladang-ladang penduduk. Disamping itu terdapat jenis tapir (tapirus
indicus) dan rusa yang dilindungi menurut Ordonansi dan Peraturan Perlindungan
Binatang Mamalia tahun 1931 No. 134 dan No. 266 dan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 66/KPTS/UM 2/1973.

Sedangkan jenis burung yang terdapat di daerah KP PT. AIC .laya


berdasarkan pengamatan adalah 11 species. Dari daftar jenis burung yang
terbatas yang diketahui, bahwa 6 species yang menyukai hutan, yaitu :

 Sikatua (magalaima australis);


 Taguak-taguak (micropterus);
 Ayam Hutan (galus gallus);
 Burung pemakan kumbang (merops viridis);
 Punai (treron fulvicolis);
 Malkoha (phaenicopharus cunirostris)

Dan 5 species terdapat hidup di belukar, yaitu

 Kikiak (anthracoceros malayanus);


 Murai (copsyscus saularis);
 Balam (streptopelia chinensis);
 Bubuik (cerllropus sinensis);
 Pipit (lonchura leocogaster)

Semua jenis species burung diatas banyak ditemukan di daerah Kumanis,


namun hanya sedikit karena topografi bergelombang dengan kemiringan tinggi.

Kerapatan polulasi burung yang diperkirakan paling tinggi adalah burung


pipit yang menempati habitat belukar dan sekitar permukiman, kemudian disusul
oleh burung perkutut yang menempati belukar pepohonan dan selanjutnya burung
murai yang Iebih sering dijumpai di daerah pemukiman. Jenis-jenis burung lain
yang jarang terlihat berpasangan ialah burung pelatuk, ayam hutan, sitakua dan
bubuik mempunyai jumlah terendah.

II - 9
sumber:PT AIC Jaya

Gambar 2.4 Rona awal daerah parambahan yang masih bervegetasi

d) Sosial dan Masyarakat

l. Demografi

Karakteristik demografi penduduk yang akan dikemukakan meliputi penduduk


menurut jenis kelamin, golongan umur dan penyebaran penduduk.

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Sawahlunto pada tahun 2009 sebesar


49% dari jumlah penduduk mayoritas berumur 0 - 19 tahun, sedangkan jumlah
penduduk yang minoritas berumur antara 50 - 54 tahun (7%). Dengan mayoritas
penduduk Sawahlunto berkisar umur 0 - 19 tahun, hal ini akan mempengruhi
penyediaan sarana pendidikan terutama Sekolah Dasar, sehingga menimbulkan
besarnya pengeluaran keluarga karena untuk keperluan pendidikan dan
pengeluaran lainnya bagi anak- anak yang berusia muda.

2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat yang berada di wilayah KP PT. AIC Jaya


pada umumnya berada dalam bidang pertanian terutama pertanian bahan
makanan dan perkebunan rakyat. Untuk menjual hasil pertanian tersebut telah
tersedia pasar yang terdapat di Sawahlunto, Talawi dan Silungkang. Pasar
Sawahlunto dan Pasar Talawi cukup besar sebagai pusat perekonomian karena

II - 10
hari pasar tiap minggu sebanyak 2 kali yaitu Rabu dan Sabtu, dan Selasa dan
Jumat untuk Kota Talawi, dan Silungkang hari pasarnya tiap minggu hanya satu
kali.

3. Kesehatan

Kegiatan suatu proyek akan memberikan pengaruh terhadap


lingkungan, dalam hal ini aktifitas penambangan KP AIC Jaya akan mengeluarkan
limbah, baik berupa cair, padat maupun gas. Limbah ini akan menyebabkan
pencemaran kualitas Iingkungan karena unsur lingkungan memegang peranan
dalam pemindahan penyakit menular. Untuk mengatasi akibar dampak proyek
tersebut di Sawahlunto tetah berdiri sebuah Rumah Sakit Umum dan Puskesmas
sebanyak 5 buah serta Puskesmas Pembantu sebanyak 20 buah. Sesuai dengan
sejarah berdiri Tambang Ombilin, Rumah Sakit Umum tersebut dibangun pada
zaman belanda dan merupakan hak milik PTBA - UPO yang telah diserahkan
Pemerintah Kota Sawahlunto pada tahun 1970 an.

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan dari penduduk atau masyarakat suatu daerah akan


dipengaruhi oleh perkembangan sosial ekonomi, fasilitas pendidikan dan
lingkungan daerah tersebut. Kota Sawahlunto sudah memiliki fasilitas pendidikan
paling tinggi Diploma III dari Universitas Negeri Padang untuk program studi D3
Teknik Pertambangan sejak tahun 2005 di Balai Diklat Tambang Bawah Tanah
Sungai Durian Sawahlunto. Untuk pendidikan dan pelatihan juga tersedia,
fasilitas pendidikan tersebut diberi nama Balai Diklat Tambang Bawah Tanah
yang pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi Mineral dan Batubara (P3TMB) Bandung.

Indikator kecerdasan atau perkembangan suatu masyarakat tidak saja


dilihat dari tingkat dan distribusi status pendidikan. serta kegiatan yang
dikerjakan oleh penduduk jika dibandingkan antara jumlah penduduk yang masih
sekolah dengan jumlah penduduk Kota Sawahlunto. propinsi Sumatera Barat.

II - 11
2.4. Kegiatan Lain di Sekitar Tambang

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar wilayah konsensi


KP PT. AIC .laya adalah :

a) Bidang Pemerintahan,

b) Bidang Pertanian;

c) Bidang Peternakan;

d) Bidang Industri Kecil;

e) Bidang Perdagangan, dll

Dari semua kegiatan tersebut merupakan sarana pendukung dan penunjang


untuk kegiatan penambangan PT. AIC Jaya.

II - 12

Anda mungkin juga menyukai