GEOLOGI REGIONAL
6
Gambar 2.1. Lokasi Cekungan Ombilin (modifikasi dari
Koesoemadinata dan Matasak, 1981, dalam Situmorang dkk., 1991).
Van Bemmelen (1949) membagi pulau Sumatra secara fisiografi menjadi empat
zona, yaitu Zona Pegunungan Barisan, Zona Sesar Semangko, Pegunungan
Tigapuluh dan Dataran Rendah & Dataran Bergelombang. Fisiografi Sumatra
Tengah (Tobler, 1922, dalam van Bemmelen, 1949) dapat dibagi menjadi tujuh zona
fisiografi, yaitu Zona Dataran Aluvial Pantai Timur, Zona Dataran Rendah
Bergelombang dan Pegunungan Tigapuluh, Zona Depresi Sub-Barisan, Zona
Pegunungan Barisan Depan, Zona Sekis Barisan, Zona Pegunungan Barisan, dan
7
Zona Dataran Aluvial Pantai Barat. Gambar 2.2 memperlihatkan pembagian
fisiografi Sumatra menurut Tobler dan van Bemmelen. Berdasarkan pembagian
fisiografi menurut van Bemmelen (1949), daerah penelitian termasuk dalam Zona
Pegunungan Barisan.
8
Gambar 2.2. Peta Fisiografi Regional Sumatra Tengah (van Bemmelen, 1949).
9
Gambar 2.3. Stratigrafi Cekungan Ombilin (modifikasi dari Kosoemadinata dan Matasak,
1981 dalam Yarmanto, 1995).
10
yang mempunyai dua anggota yaitu Anggota Rasau dan Anggota Poro dan Formasi
Ombilin.
Anggota Selo dan Anggota Kulampi merupakan bagian dari Formasi Brani.
Perbedaan antara Anggota Selo dengan Formasi Brani yaitu anggota ini tersusun oleh
konglomerat masif berwarna violet coklat dengan fragmen seluruhnya berupa granit
berukuran 8 – 75 cm, perlapisan buruk, massadasar berupa pasir dengan lingkungan
pengendapan berupa fanhead yang merupakan bagian dari kipas aluvial. Perbedaan
Anggota Kulampi dengan Formasi Brani, anggota ini tersusun oleh perselingan
konglomerat dan batupasir. Konglomerat berwarna coklat hingga violet,
memperlihatkan perlapisan yang baik, besar butir berukuran kerikil, bentuk butir
menyudut tanggung hingga membulat tanggung dengan lingkungan pengendapan
adalah distal yang merupakan bagian dari kipas aluvial (Koesoemadinata dan
Matasak, 1981).
11
dkk., 1995). Formasi ini diduga berumur Oligosen Awal dengan lingkungan
pengendapan point bar pada sungai berkelok (Koesoemadinata dan Matasak, 1981).
12
2.3.2 Struktur Geologi
13
yang keduanya paralel terhadap sistem Sesar Sumatra (Gambar 2.4). Peta gravitasi
terbaru menunjukan bahwa Cekungan Ombilin membentuk sinklin yang menunjam
ke arah baratlaut dengan bagian terdalam adalah daerah dekat Sesar Silungkang dan
Sitangkai.
Secara umum, Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua graben utama yang
berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh Sesar Tanjungampalu yang berarah
utara-selatan. Pada arah baratlaut terdapat Sub Cekungan Payakumbuh yang terpisah
dari Cekungan Ombilin dengan batas jalur volkanik yang berarah barat-timur oleh
Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Gunung Malintang. Sub Cekungan
Payakumbuh dapat diinterpretasikan sebagai bagian graben yang berumur Paleogen
dari Cekungan Ombilin.
Secara lokal terdapat tiga bagian struktur yang bisa dikenal pada Cekungan
Ombilin (Gambar 2.4) :
2. Sistem sesar dengan arah umum utara-selatan terlihat dengan jelas pada
bagian timurlaut cekungan. Sesar tersebut membentuk (dari utara ke selatan)
Sesar Kolok, Sesar Tigotumpuk dan Sesar Tanjungampalu. Perkembangan
dari sesar ini berhubungan dengan fase tensional selama tahap awal dari
formasi cekungan dan terlihat memiliki peranan utama dalam evolusi
cekungan. Pola struktur keseluruhan dari Cekungan Ombilin menunjukan
sistem transtensional duplex atau pull-apart duplex yang terbentuk di antara
offset lepasan dari Sesar Sitangkai dan Sesar Silungkang. Menurut Woodcock
dan Fischer (1986, dalam Situmorang dkk., 1991) geometri penunjaman ke
arah dalam dari sesar di bawah pull-apart menunjukkan bahwa duplex dapat
bertumbukan menjadi zona shear tunggal pada kedalaman. Lebih jauh lagi,
pada penampang vertikal menunjukkan negative flower structure. Pada kasus
ini sistem sesar yang berarah utara-selatan dapat berbaur dengan sistem Sesar
Sitangkai yang berarah baratlaut-tenggara (Gambar 2.4). Pada batas tenggara
14
terdapat sistem sesar transgressional yang disebut sistem Sesar Takung yang
terletak pada lengkungan restraining dari sesar Tigojangko.
Cekungan ini mengalami pergantian fasa extensional pada satu sisi yang
dibarengi oleh pemendekan pada sisi yang lain
15
Gambar 2.4 Peta Struktur Cekungan Ombilin (Situmorang dkk., 1991)
16