Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

EVALUASI PRODUKSI PENGUPASAN


OVERBURDEN DI PIT MAHAYUNG TAMBANG AIR
LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG
ENIM SUMATERA SELATAN

DENNY EKA PUTRA


03121002006

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2016
SKRIPSI
EVALUASI PRODUKSI PENGUPASAN
OVERBURDEN DI PIT MAHAYUNG TAMBANG AIR
LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG
ENIM SUMATERA SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

OLEH
DENNY EKA PUTRA
03121002006

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2016
HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN


DI PIT MAHAYUNG TAMBANG AIR LAYA
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh:

DENNY EKA PUTRA


03121002006

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan


Oleh:

Pembimbing I

Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME


NIP. 194112181965091001

Pembimbing II

Dr. Ir. Restu Juniah, M.T.


NIP. 196706271994022001
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Denny Eka Putra


NIM : 03121002006
Judul : Evaluasi Produksi Pengupasan Overburden Di Pit Mahayung
Tambang Air Laya PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim
Sumatera Selatan

Menyatakan bahwa skirpsi saya merupakan hasil karya sendiri didampingi


tim pembimbing bukan hasil penjiplakan / plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan / plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima saksi
akademik dari universitas Sriwijaya.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Inderalaya, 18 Oktober 2016

Denny Eka Putra


NIM. 03121002006

iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Denny Eka Putra


NIM : 03121002006
Judul : Evaluasi Produksi Pengupasan Oveburden Di Pit Mahayung
Tambang Air Laya PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim
Sumatera Selatan

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya. Dalam
kasus ini saya setuju untuk menempatkan pembimbing sebagai penulis
korespondensi (correspondent author).
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan.

Indralaya, 18 Oktober 2016

Denny Eka Putra


03121002006

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

‫ْسب‬
ِ ِِ ‫م ِسبرِب ِهللا حَِّ ِرب ِهللا‬
‫ِِ ح‬
Artinya : “Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”

‫يَ ْرفَ ِع هللاُ الَّ ِذ ْي َن آ َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ ْي َن أُ ْو تُ ْواا ْل ِع ْل َم َد َرجت‬


Artinya : “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

‫ حِ ِه حي ِبس ِِد ِهي حْ ِبع ا ِ ُّن حدْد ار ْرحب‬، ‫ِِد حِ ِه حي ِبس ِهي حْ ِبع ار ا حاا َِهللارب ْْرحب‬، ‫ْْرحب‬
‫ِِد حِ ِه حي ِبس ِهي حْ ِبع ار ااََّد‬
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka
wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka
wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Shalawat serta salam saya haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan umat muslim hingga akhir zaman

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ibunda Nurjanah dan Ayahanda Danny HN yang selalu memberi nasihat dan
motivasi, selalu menanggung kehidupanku sejak dari kecil, dan selalu berada di
sisiku saat bahagia maupun sedih dan keluarga yang selalu mendukungku

Terima kasih kepada:


 Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu Juniah, M.T. yang
telah membimbing saya dalam penyelesaian skripsi

 Seluruh dosen Jurusan Teknik Pertambangan beserta staff administrasi

 Staff dan karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk

 Almamater Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya

 Teman-teman REDMINER Tambang 2012


vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Evaluasi Produksi
Pengupasan Overburden di Pit Mahayung Tambang Air Laya PT Bukit Asam
(Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan”. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 22 Februari 2016 – 24 Maret 2016.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih diberikan kepada Prof. Ir. H.
Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu Juniah, M.T. selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II Tugas Akhir, serta tak lupa juga ucapan terima kasih diberikan
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Subriyer Nasir, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2. Hj. RR. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
3. Bochori, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.
4. Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Dosen dan staf Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
6. M. Syobri dan Nurlian selaku Pembimbing Lapangan beserta seluruh staf
karyawan dan non staf PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
7. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan
8. Semua pihak yang sudah membantu selama Tugas Akhir ini berlangsung.
Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak untuk perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.

Inderalaya, Oktober 2016 Penulis

vii
RINGKASAN

EVALUASI PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN DI PIT MAHAYUNG


TAMBANG AIR LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM
SUMATERA SELATAN
Karya Tulis Ilmiah berupa Skripsi, Oktober 2016

Denny Eka Putra; Dibimbing oleh Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu
Juniah, M.T.

Evaluation of Stripping Overburden Production at Mahayung Pit Air Laya Mining Divition
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim South Sumatera

xii + 90 halaman, 19 gambar, 35 tabel, 11 lampiran

RINGKASAN

Penggalian overburden bekas disposal di Pit Mahayung bertujuan untuk membuat jalur
instalasi belt conveyor yang nantinya akan terhubung dengan alat shovel electric di front
Mahayung. Lokasi disposal berada di pit Muara Tiga Besar Utara. Lokasi disposal nanti akan
dipasang alat spreader sebagai ujung pembuangan dari alat shovel electric. Target produksi
pengupasan overburden untuk jalur instalasi belt conveyor di Pit Mahayung Bulan Januari
2016 hingga Juni 2016 adalah sebesar 2.400.000,00 BCM. Realisasi produksi Bulan Februari
2016 hanya 189.300,74 BCM. Target produksi yang tidak tercapai ini perlu dievaluasi apa
penyebabnya. Berdasarkan hasil penelitian, produksi pengupasan overburden Bulan Februari
2016 seharusnya dapat mencapai 210.199,66 BCM. Selisih dengan realisasi produksi sebesar
20.898,92 BCM. Penyebab tidak tercapainya target produksi terdapat tiga buah faktor, yaitu
a) banyaknya delay cycle time disebabkan dump truck mengantri baik di front, disposal,
maupun di jalan angkut b) geometri jalan yang tidak sesuai ketentuan c) dan efisiensi kinerja
operator rendah. Cara untuk meningkatkan produksi agar tercapai target produksi 400.000,00
BCM/bulan adalah dengan a) menghilangkan penyebab delay cycle time dengan mengatur
posisi front penambangan di front ±1.600 m, pembuatan jalur khusus di front ±1.200 m, dan
lebar jalan untuk maneuver alat angkut pada saat mengambil posisi ingin dimuat maupun
men-dumping timbunan minimal sebesar 8.100,00 mm b) memperbaiki geometri jalan yaitu
lebar jalan angkut keadaan lurus minimal 9,45 m dan tikungan minimal 13,72 m, superelevasi
0,65 m, pembuatan cross slope dan cutting grade jalan yang >8%, c) meningkatkan kinerja
operator alat dengan pelatihan (training) dan memperkuat pengawasan terhadap kinerja
operator. Perbaikan ini diperhitungkan akan mampu mencapai target produksi pengupasan
overburden sebesar 425.555,86 BCM.

Kata Kunci : Overburden, Disposal, Evaluasi Produksi

viii
SUMMARY

EVALUATION OF STRIPPING OVERBURDEN PRODUCTION AT MAHAYUNG


PIT AIR LAYA MINING DIVISION PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG
ENIM SOUTH SUMATERA
Scientific Paper in the form of Skripsi, October 2016

Denny Eka Putra; Supervised by Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu
Juniah, M.T.

Evaluasi Produksi Pengupasan Overburden di Pit Mahayung Tambang Air Laya PT Bukit
Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan

xii + 90 pages, 19 pictures, 35 tables, 11 attachments

The purpose of stripping ex-disposal overburden in Pit Mahayung is to make belt conveyor
track installation which connected with shovel electric in front Mahayung. Disposal area
located in Muara Tiga Besar Utara Pit. Spreader, as the end of disposal which connected with
shovel electric in front mahayung, will be place in Muara Tiga Besar Utara disposal. The
target of stripping overburden for belt conveyor track installation at Mahayung in January
2016 until June 2016 is 2,400,000.00 BCM. However, the realization stripping overburden in
February 2016 is 189,300.74 BCM. We need to evaluate the cause why the stripping
overburden target production didn’t reach. Based on research, actually stripping overburden
in February 2016 can reach 210.199,66 BCM. There is difference approximately 20.898,92
BCM with stripping overburden realization. There are three factors that caused stripping
overburden target production never reach is by a) there are so many delay cycle time which
caused by crowded dump truck in front, disposal, and haul road b) wrong haul road geometry
measurement c) low efficiency operator performance. To reach stripping overburden target
production 400,000.00 BCM, we must a) decrease delay cycle time factor by arrange mining
front especially in front ±1,600 m, make haul road branch in front ±1,200 m, and haul road
for dump truck to turn must be 8,100 mm b) make a repair for haul road geometry that is
straight haul road width must be 9.45 m, bend haul road width 13.72 m, superelevasi must be
0.65 m, make cross slope planning and cutting for haul road grade >8% c) increase operator
skill with training and control operator works. This repair planning will increase stripping
overburden target production as 425.555,86 BCM.

Keyword : Overburden, Disposal, Production Evaluation

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS ............................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
RINGKASAN ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Keadaan Umum Mahayung...................................................... 2
1.3. Perumusan Masalah ................................................................. 4
1.4. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

2. DASAR TEORI
2.1. Ketersediaan Alat Mekanis ...................................................... 6
2.2. Produktivitas Alat Gali Muat ................................................... 8
2.3. Produktivitas Alat Angkut ....................................................... 9
2.4. Produktivitas Bulldozer ............................................................ 10
2.5. Match Factor ............................................................................ 11
2.6. Geometri Jalan Angkut ............................................................ 11

3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 16
3.2. Tahapan Penelitian ................................................................... 18
3.3. Metode Penyelesaian Masalah ................................................. 22
3.4. Bagan Alir Penelitian ............................................................... 23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Produksi Pengupasan Overburden yang Seharusnya Tercapai 26
ix
4.2. Penyebab Target Produksi Pengupasan Overburden Pit
Mahayung Tidak Tercapai ....................................................... 26
4.3. Cara Meningkatkan Produksi Pengupasan Overburden Pit
Mahayung ................................................................................. 35

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan................................................................................ 45
5.2 Saran .......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Grafik Nilai Grade Jalan ............................................................ 10
2.2. Lebar Jalan pada Keadaan Lurus ............................................... 12
2.3. Lebar Jalan Tikungan ................................................................. 13
3.1. Peta Kesampaian Daerah............................................................ 16
3.2. Foto Udara Pit Mahayung .......................................................... 17
3.3. Overview Tambang Mahayung .................................................. 17
3.4. (i) Meteran Fujima 50 m, (ii) Leica Flexline TS02plus Total
Station, (iii) mengukur lebar jalan, (iv) peralatan tulis, kamera
HP dan stopwatch ....................................................................... 20
3.5. Segmen Jalan Hasil Data Total Station dengan Surpac 6.4.1. .... 22
3.6. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 24
4.1. (i) Excavator CAT 329 sedang Loading Nissan CWB 45 (ii)
Volvo PC 700 sedang memberaikan overburden sambil
menunggu DT ............................................................................. 27
4.2. (i) dan (ii) DT Hino 700 mengantri untuk dimuat (Crowded) .... 28
4.3. (i) Lebar Jalan Front yang Tidak Sesuai dan Tergenang
Air (ii) Penurunan Kondisi Jalan karena Lembek (iii) Genangan
Air Akibat Tidak Ada Cross Slope dan Drainase (iv) Lebar Jalan
Ideal dengan Kondisi Cukup Terawat ........................................ 33
4.4. (i) Bulldozer amblas di ujung front (ii) Bulldozer CAT D8R
Maintenance ............................................................................... 34
4.5. Skema Keadaan Jalan di Front ±1,600 m, (i) Tampak samping
kiri DT sedang mengantri (ii) Tampak Samping kanan (iii)
Tampak atas. ............................................................................... 35
4.6. Skema Rencana Pembuatan Jalur Khusus ke Front 2 ................. 36
4.7. Skema Pengambilan Posisi Yang Baik ....................................... 37
4.8. Skema Pengambilan Posisi yang Kurang Baik Menyebabkan
Crowded ..................................................................................... 37
4.9. Superelevasi Jalan Tikungan ....................................................... 39
4.10. Ketinggian Aktual dan Ketinggian Rencana Jalan..................... 40

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Bucket Factor Backhoe dan Shovel .......................................... 8


2.2. Nilai Efisiensi Operator ........................................................... 9
2.3. Gear Shifting Time Bulldozer ................................................... 10
3.1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ......................................... 18
3.2. Ringkasan Metode Penyelesaian Masalah dalam Penelitian ... 23
4.1. Data Produksi Overburden Bulan Februari 2016..................... 26
4.2. Rata-Rata Rincian Cycle time Hino 700 (Jarak Angkut
± 1,600 m)................................................................................. 28
4.3. Rata-Rata Rincian Cycle time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut
± 1,200 m dan ± 1,600 m) ........................................................ 29
4.4. Lebar Segmen Jalan Aktual ....................................................... 31
4.5. Nilai Cross slope Setiap Segmen Jalan ...................................... 38
4.6. Grade Jalan Rencana yang Telah di Cut .................................... 40
4.7. Matriks Penelitian ...................................................................... 41
4.8. Produksi Sebelum dan Setelah Proses Evaluasi ......................... 44
A.1. Repair Hours Alat Februari 2016 .............................................. 50
B.1. Cycle Time Volvo Pc 700 ......................................................... 56
B.2. Rata-Rata Cycle Time Volvo EC 700 ....................................... 57
B.3. Cycle Time CAT 329 ................................................................ 57
B.4. Rata-Rata Cycle Time CAT 329 .............................................. 58
D.1. Cycle Time Hino 700 (Jarak Angkut ±1600 m)........................ 61
D.2. Rata-Rata Cycle Time Hino 700 ............................................... 63
D.3. Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ±1200 m) ............. 64
D.4. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut
± 1200 m).................................................................................. 66
D.5. Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ±1600 m) ............. 67
D.6. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut
±1600 m)................................................................................... 68
F.1. Cycle Time Dozer CAT D6R .................................................... 73
xii
F.2. Rata-Rata Cycle Time Dozer D6R ............................................ 74
F.3. Cycle Time Dozer D8R ............................................................. 74
F.4. Rata-Rata Cycle Time Dozer D8R ............................................ 75
I.1. Curah Hujan Februari 2016 Pit Mahayung ................................. 80
J.1. Grade Jalan Aktual Pit Mahayung .............................................. 87
J.2. Grade Jalan Rencana Pit Mahayung ........................................... 88
K.1. Spesifikasi Volvo EC 700 ......................................................... 89
K.2. Spesifikasi CAT 329 ................................................................. 89
K.3. Spesifikasi Hino 700 ................................................................. 90
K.4. Spesifikasi Nissan CWB 45 ...................................................... 90
K.5. Spesifikasi Bulldozer CAT D6R ............................................... 91
K.6. Spesifikasi Dozer CAT D8R ..................................................... 91

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Efisiensi Alat Mekanis ....................................................................... 50


B. Cycle Time Alat Gali Muat ................................................................ 56
C. Produktivitas Alat Gali Muat ............................................................. 59
D. Cycle Time Alat Angkut..................................................................... 61
E. Produktivitas Alat Angkut ................................................................. 69
F. Cycle Time Bulldozer ......................................................................... 73
G. Produktivitas Bulldozer...................................................................... 76
H. Match Factor Alat .............................................................................. 78
I. Curah Hujan ....................................................................................... 80
J. Geometri Jalan Angkut ...................................................................... 82
K. Spesifikasi Alat Berat ........................................................................ 89

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hasil interpretasi pemboran eksplorasi Mahayung pada tahun 1990-an,
dengan kedalaman 100 m, menyatakan bahwa cadangan batubara di Mahayung
miring menerus jauh ke dalam permukaan bumi. Oleh karena itu, tambang di
Mahayung direncanakan akan menggunakan tambang bawah tanah. Namun
melihat kondisi faktor teknis khususnya kemampuan tenaga kerja dan faktor
keamanan, cadangan batubara di Mahayung diputuskan belum akan ditambang.
Mahayung pun berubah menjadi areal disposal karena PT BA kekurangan lokasi
disposal baik overburden dari tambang air laya (TAL) maupun muara tiga besar
(MTB). Lokasi Mahayung pun tepat berada di tengah-tengah antara TAL dan
MTB sehingga sangat cocok untuk dijadikan lokasi disposal dari kedua tambang
tersebut.
Cadangan batubara di TAL pun menipis sehingga dilakukan eksplorasi
ulang di daerah Mahayung yang telah menjadi lokasi disposal dengan kedalaman
pemboran inti >100 m. Hasil interpretasi eksplorasi awal dan eksplorasi akhir
sungguh mengejutkan karena cadangan batubara di Mahayung tidak miring
menerus ke bawah permukaan bumi, namun melengkung sehingga pada
kedalaman >100 m ditemukan cadangan batubara yang flat atau relatif horizontal.
Mahayung pun diputuskan akan ditambang secara tambang terbuka.
Pekerjaan di Pit Mahayung sekarang berada pada tahap pengupasan
lapisan tanah penutup (stripping overburden) yang bertujuan untuk konstruksi
jalur instalasi belt conveyor dengan lebar 30 m yang mengarah ke front tambang
yang nanti akan terhubung dengan alat gali-muat shovel electric. Target produksi
pengupasan overburden untuk jalur instalasi belt conveyor Bulan Januari 2016
hingga Bulan Juni 2016 adalah sebesar 2.400.000,00 BCM
Target produksi pengupasan overburden sejak dimulai pada Bulan Januari
2016 hingga sekarang belum pernah tercapai. Pada bulan Februari 2016, target
produksi pengupasan overburden adalah sebesar 400.000,00 BCM. Namun
1
2

realisasinya hanya 189.300,74 BCM. Target produksi yang tidak tercapai ini perlu
dievaluasi penyebabnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui penyebab tidak tercapainya produksi tersebut.

1.2. Keadaan Umum Mahayung


Cadangan batubara di Mahayung terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu
Mangus, Suban, dan Petai. Tiga lapisan ini terdiri dari Seam A1, Seam A2, Seam
B1, Seam B2, dan Seam C. Berdasarkan hasil eksplorasi rinci satuan kerja
eksplorasi rinci PT BA, jumlah cadangan tertambang di Mahayung adalah sebesar
425 Juta ton. Rank batubara Mahayung berkisar antara sub-bituminous hingga
semi antrachite dengan kalori 5.000 – 8.000 Kcal. Volume overburden yang akan
dikupas sebesar 2.147 Juta BCM. Nilai stripping ratio adalah 5,05 BCM/ton.
Berdasarkan perhitungan satuan kerja perencanaan jangka panjang PT BA,
stripping ratio 5,05 BCM/ton masih memberikan keuntungan dan Break Even
Stripping Ratio tambang Mahayung > 1, hal ini menandakan keuntungan kotor
hasil penambangan Mahayung (hasil pengurangan harga batubara per ton dengan
biaya penggalian/operating cost batubara per ton dikali jumlah cadangan
batubara) masih lebih besar dari biaya pengupasan overburden-nya, sehingga
masih memberikan keuntungan apabila ditambang secara tambang terbuka.
Berdasarkan hasil pemboran Satker Eksplorasi Rinci PT BA dapat dilihat tiga
hasil titik bor di mahayung, yaitu:
a. Mahayung 14
 Koordinat:
X = 363459,84
Y = 9588807,70
Z = 119,56
 Hasil kedalaman
Timbunan = 25,80 m
Overburden insitu = 122,48 m
Seam A1 = 8,28 m
Interburden 1 = 2,4 m
3

Seam A2 = 12,06 m
Interburden 2 = 16,48 m
Seam B1 = 9,12 m
b. Mahayung 15
 Koordinat:
X = 363112,23
Y = 9588632,50
Z = 187,50
 Hasil Kedalaman
Timbunan = 29,4 m
Overburden Insitu = 174,24 m
Seam A1 = 8,06 m
Interburden 1 = 2,68 m
Seam A2 = 12 m
Interburden 2 = 17,76 m
Seam B1 = 12.24 m
c. Mahayung 19
 Koordinat
X = 363717.69
Y = 9589079.75
Z = 120.00
 Hasil Kedalaman
Timbunan = 24,25 m
Overburden Insitu = 91,75 m
Seam B1 = 11,60 m
Interburden 1 = 2,40 m
Seam B2 = 6,4 m
Interburden 2 = 32,60 m
Seam C = 9,00 m
Luas wilayah Mahayung 400 Ha. Ketebalan material old dump Mahayung
± 25 m. Material old dump akan dikupas secara konvensional yaitu menggunakan
4

shovel and truck. Overburden insitu Mahayung memiliki ketebalan ±100 m. PT


BA merencanakan penggunaan alat shovel electric untuk mengupas overburden
insitu di Mahayung. Alat shovel electric ini akan mulai beroperasi pada saat
material old dump telah dikupas yaitu direncanakan awal operasi Tahun 2018.
Dengan target produksi pengupasan overburden 15 juta BCM dan batubara 3 juta
ton atau nilai stripping ratio 5 BCM/ton.

1.3. Perumusan Masalah


Permasalahan utama yang dihadapi adalah target produksi pengupasan
overburden di Pit Mahayung yang sejak awal operasi Bulan Januari 2016 hingga
Bulan Februari 2016 tidak pernah tercapai. Selisih target produksi dengan realisasi
produksi terlalu jauh padahal jumlah alat gali-muat, alat angkut, dan alat
penunjang tambang banyak. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar produksi pengupasan overburden Pit Mahayung yang
seharusnya dapat tercapai pada Bulan Februari 2016?
2. Apa penyebab target produksi pengupasan overburden Pit Mahayung selama
ini tidak tercapai?
3. Bagaimana cara meningkatkan produksi pengupasan overburden Pit
Mahayung agar target produksi Bulan April 2016 hingga Juni 2016 tercapai?

1.4. Pembatasan Masalah


Masalah pada kajian dibatasi pada kondisi front penambangan, jalan angkut,
dan disposal area yang dikaitkan dengan produktivitas alat angkut, yaitu dump
truck Hino 700 dan Nissan CWB 45, produktivitas alat gali muat, yaitu excavator
Volvo PC 700 dan CAT 329, serta produktivitas bulldozer, bulldozer CAT D6R
dan D8R. Waktu operasi pada Bulan Februari 2016 dijadikan patokan karena
waktu operasi pada Bulan Januari 2016 baru dimulai hampir pertengahan Bulan
Januari 2016 sehingga belum optimal.

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian adalah:
5

1. Mengetahui besar produksi pengupasan overburden Pit Mahayung yang


seharusnya dapat tercapai pada Bulan Februari 2016
2. Menganalisis penyebab target produksi pengupasan overburden Pit
Mahayung tidak tercapai
3. Mengetahui cara meningkatkan produksi pengupasan overburden Pit
Mahayung agar target produksi Bulan April 2016 hingga Juni 2016 tercapai

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai evaluasi produksi
pengupasan lapisan tanah penutup di Pit Mahayung Penambangan Air Laya 3
Tanjung Enim PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah:
1. Dapat diketahui besar produksi pengupasan overburden Pit Mahayung yang
seharusnya dapat tercapai pada Bulan Februari 2016
2. Dapat dianalisis penyebab target produksi pengupasan overburden Pit
Mahayung selama ini tidak tercapai
3. Dapat diketahui cara meningkatkan produksi pengupasan overburden Pit
Mahayung agar target produksi Bulan April 2016 hingga Juni 2016 tercapai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketersediaan Alat Mekanis


Ketersediaan alat mekanis juga sering disebut dengan availability suatu
alat mekanis. Beberapa jenis availability alat yang dapat menunjukkan keadaan
alat mekanis dan keefektifan penggunaannya antara lain :
2.1.1 Mechanical Availability
Mechanical availability adalah faktor availability yang menunjukan
kesiapan (available) suatu alat dari waktu suatu alat yang hilang dikarenakan
kerusakan atau gangguan alat (mechanical reason).

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
MA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑟𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100% ……………………..……………(2.1)
Sumber: Indonesianto, 2005

Hours worked atau operation hours dimula dari operator berada di satu alat
dan alat tersebut dalam keadaan operateable (mesin dan bagiannya siap
dioperasi). Hours worked ini termasuk delay time yang meliputi:
a. Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja
b. Moving time
c. Waktu lubrikasi, pengisian bensin dan pemeliharaan alat
d. Kehilangan waktu dikarenakan kondisi cuaca
e. Waktu-waktu untuk safety meeting
Sedangkan repair hours adalah waktu yang dipergunakan untuk:
a. Actual repair
b. Waiting for repair
c. Waiting for sparepart
d. Waktu yag hilang untuk maintenance

6
7

2.1.2 Physical Availability


Physical avaibility adalah faktor availability yang menunjukan berapa jam
(waktu) suatu alat dipakai selama jam total kerjanya (schedule hours). Jam kerja
total meliputi working hours + repair hours + stanby hours.
Stanby hours adalah waktu dimana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi
karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang
berlangsung. Perlu diingat bahwa off shift tidak diperhitungkan sebagai stanby
time. Schedule hours adalah waktu dimana tambang dikerjakan (the pit is worked).
Dan hal ini meliputi hours worked + repair hours + stanby hours.

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠


PA = x 100% ..…………………………………...(2.2)
𝑠𝑐ℎ𝑒𝑑𝑢𝑙𝑒 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
Sumber: Indonesianto, 2005

Physical avaibility akan menunjukan catatan sejarah alat. Dan menunjukan


apa yang sudah dilakukan selama selang waktu yang lampau. Physical availability
merupakan faktor availability penting untuk menyatakan unjuk kerja mechanical
alat dan juga sebagai petunjuk terhadap efisiensi mesin dalam program
penjadwalan. Nilai physical availability biasanya lebih besar daripada nilai
mechanical availability, tetapi nilai keduanya bisa sama, apabila stand by hours
sama dengan 0. Jika nilai physical availability mendekati nilai mechanical
availability, berarti efisiensi operasi meningkat.
2.1.3 Use of Availability
Dari use of avaibility (UA) akan dapat diketahui apakah suatu pekerjaan
(operation) berjalan dengan efisien atau tidak. Selain itu dapat juga diketahui
apakah pengelolaan alat (tools of management) berjalan dengan baik atau tidak.

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
UA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100 ……...…………………………...(2.3)
Sumber: Indonesianto, 2005

2.1.4 Effective Utilization


Effective utilization sangat mirip dengan used of availability dan berbeda
hanya dalam hubungan hours worked dengan total hours dibandingkan dengan
available hours.
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EU = x 100% ………………………………………………...(2.4)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
Sumber: Indonesianto, 2005
8

2.2. Produktifitas Alat Gali-Muat


Menurut Tenriajeng (2003), produktifitas alat gali-muat dapat dihitung
dengan rumus:

𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
𝑇𝑃 = ....................................................................................... (2.5)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Bucket (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor (dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah ini)
- Skill Operator (Tabel 2.2.)
CT = Cycle Time = Digging Time + Swing Full Time + Loading Time + Swing
Empty Time (menit)

Tabel 2.1. Bucket Factor Backhoe dan Shovel


Backhoe
Kondisi Operasi/ Penggalian Bucket Factor
Mudah Tanah clay, agak lunak 1,20 – 1,10
Sedang Tanah asli kering, berpasir 1,10 – 1,00
Agak sulit Tanah asli berpasir dan berkerikil 1,00 – 0,80
sulit Tanah keras bekas ledakan 0,80 – 0,70
Shovel
Mudah Tanah clay, agak lunak (biasa) 1,10 – 1,00
sedang Tanah Gembur campur Kerikil 1,00 – 0,95
Agak Sulit Batu keras bekas ledakan ringan 0,95 – 0,90
Sulit Batu keras bekas ledakan 0,90 – 0,85
Sumber: Tenriajeng, 2003
9

2.3. Produktifitas Alat Angkut


Menurut Tenriajeng (2003), produktifitas alat angkut dapat dihitung
dengan rumus:

𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
𝑇𝑃 = .......................................................................................... (2.6)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
C = Kapasitas vessel
C = n x KB x BF
n = jumlah rit pengisian, KB = Kapasitas Bucket (m3), BF = Bucket Factor
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
- Skill Operator

Tabel 2.2. Nilai Efisiensi Operator


Kinerja Operator Efisiensi
Baik 0,90 – 1,00
Normal 0,83
Jelek 0,50 – 0,60

CT = Cycle Time = Stf + Lt + Htf + Std + Dt + Hte


- Stf = Set Time full
- Lt = Loading Time
- Htf = Hauling Time
- Std = Set time dumping
- Dt = Dumping time
10

- Hte = Hauling Time empty


2.4. Produktifitas Bulldozer
Menurut Tenriajeng (2003), produktifitas bulldozer dapat dihitung dengan
rumus:

𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾 𝑥 𝑒
𝑇𝑃 = ................................................................................... (2.7)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Blade (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Gear shifting time bulldozer (dapat dilihat pada table 2.2. berikut ini)
- e = Grade Factor (dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini)
- Skill Operator (Tabel 2.2.)
CT = Cycle Time (menit) = Dozing Time + Reversing Time + Gear Shifting Time

Tabel 2.3. Gear Shifting Time Bulldozer


Gear Shifting Time
Direct drive 0.10
Torque Flow 0.05
Sumber: Tenriajeng, 2003
11

Sumber: Tenriajeng, 2003


Gambar 2.1. Grafik Nilai Grade Jalan

2.5. Match Factor


Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan
dengan menggunakan Match Factor yang dirumuskan :
𝑛𝐻 𝑥 𝑛.𝐶𝑡𝑚
𝑀𝐹 = ...................................................................................... (2.8)
𝑛𝑀 𝑥 𝐶𝑡ℎ
Sumber: Indonesianto,2004
dimana :
nH = jumlah alat angkut
n = banyak pengisian bucket hingga vessel penuh
Ctm = Cycle time alat muat (menit)
nM = jumlah alat muat
Cth = Cycle time alat angkut (menit)
Adapun cara menilainya adalah :
- MF < 1,terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang
belum datang.
- MF = 1,tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF >1,terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

2.6. Geometri Jalan Angkut


Salah satu kegiatan yang termasuk penting dalam usaha di bidang
penambangan adalah pengangkutan. Pengangkutan dalam hal ini dimaksudkan
untuk mengangkut batubara dari front penggalian menuju stockpile ataupun
overburden dari front penggalian menuju ke disposal (Suwandi, 2004).
Ada beberapa parameter dalam rancangan teknis jalan angkut yaitu :
konstruksi jalan angkut dan geometri jalan angkut. Dalam suatu rancangan jalan
angkut baik konstruksi maupun geometri disesuaikan dengan alat angkut yang
akan digunakan (Suwandi, 2004).
Rencana alat angkut merupakan alat angkut dengan ukuran terbesar yang
ada dan dipergunakan untuk merencanakan geometri jalan. Lebar jalan
dipengaruhi oleh jumlah jalur dan lebar alat angkut yang digunakan, rancangan
12

tikungan dipengaruhi oleh sifat membelok alat angkut sedangkan kelandaian jalan
(grade) akan dipengaruhi oleh daya alat angkut itu sendiri. Dengan rancangan
teknis jalan angkut yang sesuai dengan alat angkut yang direncanakan, maka
diharapkan fungsi, umur dan pelayanan jalan akan maksimum (Suwandi, 2004).
Pada pembuatan perencanaan geometri jalan tambang pada umumnya
hampir sama dengan pembuatan jalan raya pada umumnya, beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah lebar jalan, tanggul keselamatan, jari-jari tikungan,
superelevasi, kemiringan jalan (grade) dan cross slope.
2.6.1 Lebar Jalan
Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat kegiatan pengangkutan lancar
dan aman. Pada perencanaan pembuatan jalan, jalan belokan harus memiliki lebar
yang lebih daripada jalan lurus karena pada saat membelok kendaraan
membutuhkan ruang gerak yang lebih luas akibat jejak ban depan dan belakang
yang ditinggalkan pada jalan melebar.
2.6.1.1 Lebar jalan pada keadaan lurus
Menurut aturan “rule of thumb” yang dikemukakan oleh “AASHTO Manual
Rural Hihgway Design” pada tahun 1990, pada jalan lurus dengan jalur ganda
atau lebih harus ditambah setengah lebar alat angkut pada tepi kiri kanan jalan.
Artinya jumlah jalur kali lebar truck ditambah setengah lebar truck untuk tepi kiri
dan kanan jalan, juga jarak antara dua truck yang saling melewati. Berikut
Gambar 2.2. ilustrasi lebar jalan pada keadaan jalan lurus.

% %

½ Wt Wt ½ Wt Wt ½ Wt

Lm

Gambar 2.2. Lebar Jalan pada Keadaan Lurus (Suwandi, 2004)


13

Lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada jalan
lurus adalah sebagai berikut:

 
Lm  n.Wt  n  1 1 .Wt ………………………………………….…………….(2.9)
2
(Sumber: Suwandi, 2004)

Keterangan :
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (m)
2.6.1.2 Lebar jalan pada tikungan
Lebar jalan pada tikungan berbeda dengan lebar jalan lurus hal tersebut
tergantung dari lebar jejak ban, lebar overhang depan dan belakang, jarak antar
alat angkut saat bersimpangan, dan jarak kedua tepi jalan. Perhitungan lebar jalan
pada tikungan dapat dilihat pada (Gambar 2.3) dibawah ini:

Fa
U Fb

Fa W
U

Fb

Gambar 2.3. Lebar Jalan Tikungan (Sumber: Suwandi, 2004)

Lebar jalan pada tikungan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Suwandi, 1994):
W  nU  Fa  Fb  Z   C ……………………………………..….…(2.10)
C  Z  0,5(U  Fa  Fb) …..……………………………………….….(2.11)
Keterangan :
W = lebar jalan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur
14

Fa = lebar juntai (over hang) depan (m)


Fb = lebar juntai (over hang) belakang (m)
U = jarak jejak roda (centre to centre tyre) (m)
Z = jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan (m)
2.6.2. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan
melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan
4%-10% dari lebar tikungan.
Dengan adanya lintasan yang berbentuk lingkaran (Rc), maka kendaraan yang
melintas akan mendapatkan gaya sentrifugal; arahnya keluar lingkaran. Gaya
sentrifugal ini akan diimbangi oleh gesekan samping antara ban kendaraan dan
permukaan jalan (f) dan kemiringan melintang permukaan jalan / superelevasi (e).
v2
e+f= (2.12)
127 R
Dimana :
e = Superelevasi maksimum pada tikungan jalan (m/m)
f = Koefisien gesekan samping maksimum (Tabel 2.2)
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Radius lengkung minimum tikungan (m)
2.6.3. Cross slope
Untuk menghindari agar disaat hujan, air tidak tergenang pada jalan, maka
pembuatan kemiringan melintang (cross slope) dilakuakan dengan cara membuat
bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan. Nilai yang umum dari
kemiringan melintang (cross slope) yang direkomendasikan adalah sebesar 40
mm/m dari jarak ketinggian bagian tepi jalan ke bagian tengah/pusat jalan
(Suwandi, 2004). Berikut merupakan perhitungan cross slope :
p = ½ x lebar jalan ................................................................................. (2.13)
q = p x 40 mm/m .................................................................................... (2.14)
Dimana :
p = setengah lebar jalan angkut, m
q = beda tinggi antara sisi tengah jalan dengan sisi samping jalan, m
15

2.6.4 Grade
Kemiringan jalan berhubungan dengan kemampuan alat baik dalam
pengereman maupun dalam mengatasi tajakan. Kemiringan jalan maksimum yang
dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut adalah berkisar antara 7-10%.
Δh
Grade(%)  x100% .................................................................. (2.15)
Δx
Dimana :
h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


PT Bukit Asam (Persero) Tbk terletak pada kecamatan Lawang Kidul
Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Secara
geografis Wilayah IUP (WIUP) PT Bukit Asam terletak pada posisi 10345’ BT –
103 50’ BT dan 3 42’ 30’’ LS – 3 47’ 30’’ LS atau garis bujur 9.583.200,00 –
9.593.200,00 dan lintang 360.600,00 - 367.000,00 dalam sistem koordinat
internasional. Jarak yang dapat ditempuh untuk mencapai daerah ini adalah sekitar
186 km barat daya dari Kota Palembang dengan waktu perjalanan ± 5 jam. (dapat
dilihat pada Gambar 3.1.).

Gambar 3.1. Peta Kesampaian Daerah (Sumber :Satker Eksplorasi Rinci PT. BA, 2016)

16
17

Lokasi penelitian berada di wilayah Pit Mahayung, Penambangan Air Laya


3, PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan dengan koordinat berada di garis bujur 9.587.234,81 –
9.588.503,16 dan lintang 360.600,13 – 362.160,83 dalam sistem koordinat
internasional (dapat dilihat pada Gambar 3.2. dan Gambar 3.3.).

Gambar 3.2. Foto Udara Pit Mahayung (Sumber: Satuan Kerja Pemetaan PT BA, 2016)

Gambar 3.3. Overview Tambang Mahayung (Sumber: Satker Perencanaan Jangka Panjang, 2016)
18

Target produksi pengupasan overburden untuk jalur instalasi belt conveyor


hingga Bulan Juni 2016 adalah 2.400.000,00 BCM. Overburden ini akan ditimbun
di areal disposal Muara Tiga Besar Utara yang memiliki luas 70 Ha dengan
kedalaman mencapai dibawah 0 mdpl. Panjang lintasan belt conveyor dari front
tambang Mahayung ke disposal MTBU adalah 2.400 m. Posisi pengupasan
overburden untuk jalur instalasi belt conveyor sekarang adalah di titik 1.200 m
dan 1.600 m. Jalur belt conveyor telah dipastikan tidak ada cadangan batubara
dibawahnya melalui hasil eksplorasi karena arah penyebaran batubara (strike)
mengarah ke tambang air laya.
Waktu penelitian dimulai dari Tanggal 22 Februari 2016 hingga 24 Maret
2016. Adapun tahapan kegiatan selama 1 bulan lebih dapat dilihat pada Tabel 3.1.
berikut ini.

Tabel 3.1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian


Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5
1 Safety Induction dan Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Laporan

3.2. Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian merupakan urutan cara yang akan digunakan dalam
pelaksanaan penelitian. Suatu rencana dan struktur penelitian untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi dengan mengetahui dan menganalisa berbagai
variabel yang berpengaruh terhadap penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini ada beberapa variabel tahapan penelitian yang dilakukan yaitu studi literatur,
survey lapangan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data.
19

3.2.1 Studi Literatur


Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book maupun berbagai
referensi laporan penelitian yang berhubungan dengan produktivitas alat berat, sepertti
alat gali muat, alat angkut, bulldozer dan geometri jalan angkut tambang. Pengambilan
data-data yang digunakan dalam pembuatan laporan, seperti data-data curah hujan,
spesifikasi alat berat, cycle time dan jam kerja alat.

3.2.2 Survey Lapangan


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab di lapangan yang membuat
target produksi pengupasan overburden Bulan Februari 2016 tidak tercapai. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan cycle time alat berat yang beroperasi baik alat gali
muat, alat angkut, dan bulldozer kemudian memperhatikan kondisi aktual jalan angkut
overburden, lalu dibandingkan dengan geometri jalan angkut overburden yang
direncanakan sesuai dengan perhitungan dan teori-teori yang ada sehingga akan
didapatkan solusi untuk permasalahan ini.

3.2.3 Pengumpulan Data


Teknik pengumulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
adalah data yang diambil dari pengamatan dilapangan dengan mencatat
secara sistematis, data tersebut meliputi :
a. Data Cycle time Alat Angkut
Data cycle time alat angkut didapat dari hasil pengukuran dengan stopwatch
di lapangan secara langsung pada dua jenis alat angkut yaitu Hino 700 20 unit dan
Nissan CWB 45 18 unit. Hino 700 beroperasi di front ±1.600 m sedangkan Nissan
CWB 45 dapat beroperasi di front ±1.200 m dan front ±1.600 m. Namun lokasi
utama operasi Nissan CWB 45 adalah di front ±1.200 m. Nissan CWB 45
beroperasi di front ±1.600 m ketika kondisi front ±1.200 m tergenang air. Dalam
mengambil data cycle time alat angkut, tahapan variabel yang digunakan adalah
set time load (Stl), loading time (Lt), hauling time full (Htf), set time dump (Std),
dan hauling time empty (Hte). Kemudian memisahkan waktu delay cycle time dari
20

setiap variabel agar diketahui pada tahapan yang mana dominan terjadi delay
cycle time dan mengetahui cycle time alat angkut tanpa delay cycle time.
b. Data Geometri Jalan
Data geometri jalan didapat dengan menggunakan alat yaitu total station.
Total station merupakan peralatan elektronik ukur sudut dan jarak yang menyatu
dalam 1 unit alat. Jenis total station yang digunakan oleh PT Berkah Prima
Persada (PT BPP) adalah Leica Flexline TS02plus (gambar 3.4.). Secara umum
cara kerja alat total station sama dengan theodolit, bedanya pada total station
tidak mempunyai pengunci limbus. Hasil yang didapat dari alat ini berupa
koordinat (x, y, z) suatu tempat. Data lebar jalan diambil manual dengan
menggunakan meteran Fujima 50 m.

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 3.4. (i) Meteran Fujima 50 m, (ii) Leica Flexline TS02plus Total Station,
(iii) mengukur lebar jalan, (iv) peralatan tulis, kamera HP dan stopwatch

2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari
perusahaan dan buku-buku handbook atau laporan perusahaan yang mendukung :
a. Data Curah Hujan, Foto Udara dan Peta Sekuen Penambangan
21

Data curah hujan yang diambil adalah data curah hujan Bulan Februari 2016
yang diperoleh dari satuan kerja rencana sipil dan hidrologi (Rensihid). Foto udara
diperoleh dari satuan kerja pemetaan dan peta sekuen penambangan dari
kontraktor yaitu PT Satria Bahana Sejahtera (PT SBS).
b. Data Spesifikasi Alat
Data spesifikasi alat ini berupa data lebar alat, tenaga penggerak, berat
kosong alat, kapasitas bahan bakar, jarak antar roda dan sebagainya. Data ini
didapatkan dari handbook alat.
c. Data Jam Perawatan Alat
Data jam perawatan alat diperoleh dari laporan bulanan PT. SBS selaku
kontraktor yang memiliki wewenang langsung dengan PT BPP di bidang
penambangan dan penyediaan alat berat untuk PT. Bukit Asam (Persero) tbk. Data
jam kerja alat ini terbagi menjadi tiga variabel yaitu waktu kerja aktual alat
(working hours), waktu stand by alat, dan waktu reparasi alat.

3.2.4 Pengolahan Data


Data yang didapatkan pada tahapan pengumpulan data, selanjutnya data
akan diolah sehingga menghasilkan informasi untuk menjawab permasalahan.
Pengolahan data yang dilakukan meliputi :
1. Cycle time Alat dan Produktivitas Aktual Overburden
Data cycle time alat didapat sebanyak 30 sampel selanjutnya diolah
menggunakan software SPSS 16.0, sehingga didapatkan besarnya data cycle time
alat berat rata-rata baik disetiap tahapan variabel, total cycle time, maupun cycle
time tanpa delay. Kemudian akan dianalisis perbedaan produktivitas yang didapat
dari perbedaan total cycle time dan total cycle time tanpa delay.
2. Geometri Jalan Angkut Overburden
Data geometri jalan angkut overburden aktual didapat dari hasil pengolahan
data dari total station dengan menggunakan software surpac 6.4.1. Setelah data
di-import ke software supac 6.4.1 akan dapat dilihat berbagai titik hasil tembak
dengan total station yang dapat dilihat pada Gambar 3.5. berikut ini.
22

Gambar 3.5. Segmen Jalan Hasil Data Total Station dengan Surpac 6.4.1. (Sumber: PT
Berkah Prima Persada)

3.2.5 Analisis Data


Analisis data merupakan tahapan pengamatan hasil pengolahan data baik
primer maupun sekunder yang menghasilkan informasi untuk menjawab
permasalahan, maka didapatkan analisis terhadap data hasil pengolahan sebagai
berikut :
1. Perbandingan kemampuan produksi teoritis dengan patokan kondisi yang sama
yang seharusnya tercapai Bulan Februari 2016 dengan total produksi aktual
overburden pada Bulan Februari 2016.
2. Mengevaluasi penyebab tidak tercapainya target produksi pengupasan
overburden untuk jalur instalasi belt conveyor Mahayung.
3. Mencari pemecahan masalah dari kasus tidak tercapainya target produksi
pengupasan overburden untuk jalur instalasi belt conveyor Mahayung.
3.3. Metode Penyelesaian Masalah
Metode penyelesaian masalah yang digunakan berfungsi untuk menjelaskan
perumusan masalah yang disusun, tujuan yang ingin dicapai serta metode apa
23

yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Ringkasan metode penyelesaian


masalah dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2. Ringkasan Metode Penyelesaian Masalah dalam Penelitian


No Rumusan Masalah Tujuan Metode
1 Berapa produksi Menentukan produksi 1. Menghitung cycle time rata-
pengupasan overburden pengupasan overuburden rata alat berat.
yang seharusnya dapat yang seharusnya dapat
tercapai pada bulan tercapai pada bulan
Februari 2016? Februari 2016.
2. Menghitung effisiensi kerja
alat aktual.

3. Menghitung produksi
overburden teoritis bulan
Februari 2016.
2 Apa penyebab tidak Mengetahui penyebab 1. Membandingkan produksi
tercapainya target tidak tercapainya target teoritis dengan produksi aktual
produksi pengupasan produksi pengupasan pengupasan overburden yang
overburden untuk jalur overburden untuk jalur tercapai.
instalasi belt conveyor? instalasi belt conveyor.

2. Mengamati penyebab
adanya delay cycle time

3. Mengamati kondisi
geometri jalan angkut

4. Mengamati kinerja operator


secara kualitatif

3 Bagaimana cara Tercapainya target 1. Menghilangkan delay cycle


meningkatkan produksi produksi pengupasan time
pengupasan overburden overburden Pit Mahayung
agar dapat mencapai Bulan April hingga Juni
target produksi Bulan 2016
April hingga Juni 2016?
2. Memperbaiki geometri jalan
angkut

3. Meningkatkan kinerja
operator dengan pelatihan dan
pengawasan terhadap kinerja
operator

3.4 Bagan Alir Penelitian


Berikut tahapan-tahapan proses penelitian yang dilakukan yang dapat dilihat
pada gambar 3.6. :
24

EVALUASI PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN DI PIT MAHAYUNG


PENAMBANGAN AIR LAYA 3 PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

Studi Kepustakaan

Survey/Pengamatan Lapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder: Data primer:


1.Data jam perawatan alat Bulan 1. Cycle time alat
Februari 2016 2. Lebar dan grade jalan angkut
2.Spesifikasi alat berat
3. Curah Hujan Februari 2016

Pengolahan Data

1. Menghitung effisiensi kerja alat


2. Menghitung produksi pengupasan overburden yang seharusnya dapat
tercapai
3. Menghitung match factor alat
4. Menghitung lebar jalan
5. Menghilangkan delay cycle time
6. Perbaikan geometri jalan angkut

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Rekomendasi

Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian


25

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Mahayung dahulunya merupakan area bekas lahan tambang yang berubah


fungsi menjadi area disposal. Hal ini disebabkan oleh kesalahan interpretasi hasil
pemboran cadangan batubara di Mahayung. Namun sekarang cadangan batubara
di Mahayung telah direncanakan oleh PT Bukit Asam (Persero) Tbk untuk digali
kembali meskipun harus menggali material old dump (material bekas galian
tambang) dengan kedalaman ±25 m dan overburden insitu ± 100 m.
Tahapan kegiatan pertambangan sekarang adalah konstruksi jalur instalasi
belt conveyor yang akan terhubung dengan alat shovel electric di front
penambangan nantinya. Jadi nanti penggalian di pit mahayung dilakukan secara
mekanis untuk pengupasan overburden insitu. Lokasi disposal berada di pit muara
tiga besar utara. Lokasi disposal juga nanti akan dipasang alat spreader sebagai
ujung pembuangan dari alat shovel electric. Penggalian overburden untuk
konstruksi jalur belt conveyor ini dilakukan oleh kontraktor PT Satria Bahana
Sarana (PT SBS), kemudian PT SBS melimpahkan tugas ini ke PT Berkah Prima
Persada (PT BPP).
Kinerja pengupasan overburden ini ditopang oleh alat gali muat, alat
angkut, dan alat penunjang tambang. Alat gali muat yang dimiliki oleh PT BPP
ada empat buah unit, yaitu dua unit Excavator Volvo 370 dan dua unit Excavator
CAT 329. Actual bucket capacity untuk Excavator Volvo 370 dan Excavator CAT
329 masing-masing yaitu 4,20 m3 dan 1,50 m3. Alat angkut yang dimiliki oleh PT
BPP ada dua jenis unit yaitu DT Hino 700 20 unit dan DT Nissan CWB 45 18
unit. Actual bucket capacity untuk DT Hino 700 dan DT Nissan CWB 45 masing-
masing yaitu 13,00 BCM dan 8,86 BCM. Actual bucket capacity ini merupakan
hasil uji petik kesepakatan antara PT BA, PT SBS, dan PT BPP. Alat penunjang
tambang ada dua jenis bulldozer, yaitu CAT D6R 4 unit dan CAT D8R 1 unit, dua
jenis grader, yaitu Volvo MG970 2 unit dan CAT 120K 1 unit. Adapun
pembahasan pada laporan saya ini hanya membahas peralatan alat gali muat, alat
angkut dan bulldozer D6R dan D8R.
25
26

4.1. Produksi Pengupasan Overburden yang Seharusnya Tercapai


Data produksi Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Data Produksi Overburden Bulan Februari 2016


PRODUKSI SEBELUM EVALUASI
TARGET PRODUKSI
REALISASI REALISASI TEORITIS
400.000 BCM 189.300,74 BCM 210.199,66 BCM

Perhitungan realisasi teoritis tersebut telah mencakup nilai mechanical


availability (MA) dan effective utilization (EU) berdasarkan kondisi alat pada
Bulan Februari 2016 (Dapat dilihat pada Lampiran A) serta faktor koreksi skill
operator secara kualitatif yaitu 0,60 (Jelek).
Menurut Indonesianto (2005), faktor-faktor teknis yang mempengaruhi
produksi ada 10, yaitu Digging Resistance, Rolling Resistance, Grade Resistance,
Coefficient of Traction, Rimpull, Acceleration, Altitude, Operator Efficiency,
Swell Factor, Cycle Time. Faktor-faktor ini dapat digunakan untuk pemilihan alat
yang akan digunakan. Pada kasus evaluasi produksi di Pit Mahayung, alat berat
telah ditentukan jenisnya. Oleh karena itu, hanya 3 faktor dari 10 faktor tersebut
yang dapat diperbaiki dengan cara perbaikan pada lingkungan kerja bukan
dengan mengganti alat, yaitu cycle time, geometri jalan, dan efisiensi operator.

4.2. Penyebab Target Produksi Pengupasan Overburden Pit Mahayung Tidak


Tercapai
Kegiatan pengupasan overburden di Mahayung bertujuan untuk jalur
instalasi belt conveyor (Dapat dilihat pada Gambar 4.1.). Berdasarkan pengamatan
ketika survey lapangan, kondisi front Mahayung banyak terjadi antrian dump
truck yang menunggu untuk dimuat. Berdasarkan hasil perhitungan nilai match
factor alat pada Lampiran H, seharusnya hanya pasangan CAT 329 dan Nissan
CWB 45 untuk jarak angkut ±1.200 m yang akan terjadi antrian truk yang akan
27

dimuat di front karena angka match factor menunjukkan > 1. Match factor
pasangan alat Volvo PC 700 dengan Hino 700 < 1 sehingga seharusnya tidak
terjadi antrian dump truck Hino 700 (seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.). Hal
ini menjadi indikasi awal bahwa terdapat suatu permasalahan pada kondisi front
pengupasan overburden Mahayung untuk jalur instalasi belt conveyor. (Dapat
dilihat pada Gambar 4.1.)
Target produksi pengupasan overburden Pit Mahayung mulai dari Bulan
Januari 2016 hingga Bulan Februari 2016 tidak pernah tercapai disebabkan oleh
beberapa alasan, yaitu:

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.1. (i) Excavator CAT 329 sedang Loading Nissan CWB 45 (ii) Volvo
PC 700 sedang memberaikan overburden sambil menunggu DT

4.2.1. Banyaknya Delay Cycle Time


Istilah delay cycle time digunakan untuk menyatakan besaran waktu yang
hilang disebabkan alat angkut mengantri baik pada tahapan set time load (stl),
loading time (lt), hauling time full (htf), set time dump (std), dumping time (dt),
dan hauling time empty (hte). Rincian angka cycle time dan delay cycle time alat
angkut dapat dilihat pada Lampiran D. Pada lampiran D dapat dilihat bahwa delay
cycle time sering terjadi dan nilai terlalu besar pada tahapan stl dan std. Kondisi
28

ini sangat bertolak belakang dengan nilai match factor alat secara teoritis. (Dapat
dilihat pada Gambar 4.2.)

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.2. (i) dan (ii) DT Hino 700 mengantri untuk dimuat (Crowded)

Rincian cycle time dari berbagai alat berat yang beroperasi di pit mahayung
dapat dilihat pada Lampiran B, Lampiran D, dan Lampiran F. Adapun rata-rata
cycle time tiap alat di pit mahayung.
o Alat Gali muat
Volvo PC 700 = 23,22 detik
CAT 329 = 19,16 detik
o Alat Angkut
Hino 700 = 1.168,04 detik (jarak ± 1.600 m)
Nissan CWB 45 = 776,39 detik (jarak ± 1.200 m), 1.085,86 detik (jarak ±
1.600 m)
o Bulldozer
CAT D6R = 41,86 detik
CAT D8R = 58,48 detik
Cycle time alat angkut jenis Hino 700 dan Nissan CWB 45 tanpa delay
cycle time seharusnya dapat hanya berkisar 834,99 detik (jarak ± 1.600 m) untuk
Hino 700 dan 611,99 detik (jarak ±1.200 m) serta 894,46 detik. (jarak ± 1.600 m)
untuk Nissan CWB 45. Rincian cycle time alat angkut dapat dilihat pada Lampiran
D. Rata-rata rincian cycle time dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan 4.2. berikut ini.
29

Waktu delay cycle time didominasi di variabel Set time loading (Stl) dan Set
time dump yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2.. Hal ini
menunjukkan terdapat masalah pada saat dump truck ingin mengambil posisi akan
dimuat di front maupun membuang material timbunan di disposal. Padahal nilai
match factor alat < 1, sehingga seharusnya tidak ada waktu antri dump truck untuk
dimuat.

Tabel 4.2. Rata-Rata Rincian Cycle time Hino 700 (Jarak Angkut ± 1.600 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean

Stl 30 14,53 56,67 998,96 33,29


Loading 30 25,46 46,65 986,53 32,88
Htf 30 253,48 443,09 10.658,00 355,26
Std 30 1,00 73,83 1227,1 40,90
DT 30 22,12 43,48 882,81 29,43
Hte 30 263,98 403,18 10.201,10 340,04
DelaySTL 25 9,01 581,01 5.363,10 178,77
DelaySTD 29 16,09 528,39 4.639,32 165,69
DelayHTE 4 13,47 52,23 86,73 2,89
TotalCT 30 690,71 1.655,78 35.041,13 1.168,04
CTNONDELAY 29 689,08 938,72 24.214,93 834,99
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Total delay cycle time Hino 700 adalah sebesar 10.826,20 detik atau 3 jam,
Nissan CWB 45 untuk jarak angkut ±1.200 m adalah sebesar 4.931,86 detik atau
1,37 jam, Nissan CWB 45 untuk jarak angkut ±1.600 m adalah sebesar 5.741,95
detik atau 1,60 jam.
Maka kerugian pengupasan overburden yang disebabkan oleh delay cycle
time adalah sebesar
o Untuk Hino 700 20 unit
= 490,4 BCM/jam x 3 jam = 1.471,2 BCM
o CWB 45 18 unit jarak angkut ±1.200 m
30

= 319,32 BCM/jam x 1,37 jam = 437,47 BCM


o CWB 45 18 unit jarak angkut ±1,600 m
= 189,54 BCM/jam x 1,60 jam = 303,26 BCM

Tabel 4.3. Rata-Rata Rincian Cycle time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.200
m dan ± 1.600 m)
o Jarak Angkut ± 1.200 m
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stl 30 17,58 83,05 1.321,18 44,04
Loading 30 25,57 76,24 1.462,34 48,75
Htf 30 133,65 262,72 6.304,24 210,14
Std 30 14,88 215,83 1.288,48 42,95
Dt 30 14,11 223,73 1.502,10 50,07
Hte 30 170,87 261,83 6.481,44 216,05
DelayStl 27 16,22 533,52 3.557,35 118,58
DelayLt 4 12,85 53,08 141,30 4,71
DelayHtf 2 198,86 244,05 442,91 14,76
DelayStd 15 21,17 78,76 699,70 23,32
DelayDt 3 12,35 37,94 80,44 2,68
DelayHte 1 10,14 10,14 10,14 0,34
TotalCT 30 589,84 1.147,63 23.291,64 776,39
CTNonDelay 30 493,02 837,07 18.359,78 611,99
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

o Jarak Angkut ± 1.600 m


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stl 30 12,04 54,32 832,05 27.74
Loading 30 67,83 124,12 2.765,50 92.18
Htf 30 279,47 422,15 10.538,70 349.14
Std 30 26,71 57,48 1.155,50 38.52
Dt 30 32,25 60,01 1.346,50 44.88
Hte 30 233,67 388,76 10.260,70 342.02
DelayStl 20 27,10 375,34 3.037,83 101.26
DelayHtf 4 19,45 30,16 95,22 3.17
DelayStd 26 20,30 422,39 2.608,90 100.34
TotalCT 30 821,74 1.747,80 32.575,70 1085.86
CTNonDelay 30 712,24 1.036,01 26.833,72 894.46
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
31

4.2.2. Geometri Jalan Tidak Sesuai Ketentuan


Jalan merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas alat
angkut. Kondisi jalan yang mendukung dapat meminimalkan waktu edar alat.
Semakin kecil waktu edar maka produktivitas alat semakin tinggi. Terdapat
beberapa segmen jalan angkut pit mahayung dari front hingga disposal yang tidak
sesuai ketentuan (Dapat dilihat pada Gambar 4.3.), yaitu:
a. Lebar jalan angkut lurus dan Lebar Tikungan
Ketentuan lebar jalan angkut dalam kondisi lurus seharusnya memiliki lebar
9,45 m dan jalan angkut dalam kondisi tikungan seharusnya memiliki lebar 13,72
m. Pada tabel 4.3. dibawah ini dapat dilihar kondisi jalan aktual apakah ideal atau
tidak.

Tabel 4.4. Lebar Segmen Jalan Aktual


Front 1.600 m - disposal
Jarak Lebar jalan Aktual
No Segmen Kondisi Jalan
(m) (m)

1 Fromt - A 56,30 9,45 Lurus Ideal


2 A-B 98,63 9,89 Lurus Ideal
3 B-C 71,30 8,15 Lurus Tidak Ideal
4 C-D 103,29 7,69 Tikungan Tidak Ideal
5 D-E 114,45 8,75 Lurus Tidak Ideal
6 E-F 86,89 8,50 Lurus Tidak Ideal
7 F-G 117,95 11,50 Lurus Ideal
8 G-H 106,48 8,05 Lurus Tidak Ideal
9 H-I 108,60 10,35 Lurus Ideal
10 I-J 101,27 13,50 Lurus Ideal
11 J-K 102,90 12,50 Lurus Ideal
12 K-L 107,09 9,35 Lurus Tidak Ideal
13 L-M 104,75 12,75 Tikungan Tidak Ideal
14 M-N 102,77 9,40 Tikungan Tidak Ideal
15 N-O 104,24 16,15 Tikungan Ideal
16 O-P 109,88 13,57 Lurus Ideal
17 P - Disposal 117,17 10,85 Lurus Ideal
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
32

Front 1.200 m – disposal


Jarak
No Segmen Lebar jalan Kondisi Jalan
(∆X)

1 Front1-A' 76,03 7,55 Lurus Tidak Ideal


2 Front2-A' 52,04 8,45 Lurus Tidak Ideal
3 A'-B' 108,44 6,85 Lurus Tidak Ideal
4 B'-F 94,39 10,35 Tikungan Tidak Ideal
5 F-G 117,95 11,50 Lurus Ideal
6 G-H 106,48 8,05 Lurus Tidak Ideal
7 H-I 108,60 10,35 Lurus Ideal
8 I-J 101,27 13,50 Lurus Ideal
9 J-K 102,90 12,50 Lurus Ideal
10 K-L 107,09 9,35 Lurus Tidak Ideal
11 L-M 104,75 12,75 Tikungan Tidak Ideal
12 M-N 102,77 9,40 Tikungan Tidak Ideal
13 N-O 104,24 16,15 Tikungan Ideal
14 O-P 109,88 13,57 Lurus Ideal
15 P - Disposal 117,17 10,85 Lurus Ideal
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
b. Cross slope
Kondisi jalan angkut di pit Mahayung banyak yang tergenang air. Kondisi
ini disebabkan tidak adanya cross slope yang memberikan beda tinggi sehingga
air mengalir ke sisi samping jalan yang terhubung dengan drainase atau parit.
Kondisi segmen jalan front di pit Mahayung sekarang sangat lembek dan
berlumpur sehingga membutuhkan perawatan yang intensif.

c. Grade jalan
PT Bukit Asam (Persero) Tbk telah menetapkan batas grade jalan tidak
boleh > 8,00%. Pada Segmen N-O jalan angkut ±1.600 m didekat disposal, grade
jalanya menyentuh angka 8.83%, oleh sebab itu bagian ini perlu di cut and fill
sehingga berada di bawah batas grade maksimal. Grade jalan aktual dapat dilihat
Lampiran L.
33

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.3. (i) Lebar Jalan Front yang Tidak Sesuai dan Tergenang Air (ii)
Penurunan Kondisi Jalan karena Lembek (iii) Genangan Air Akibat
Tidak Ada Cross Slope dan Drainase (iv) Lebar Jalan Ideal dengan
Kondisi Cukup Terawat

4.2.3. Efisiensi Kinerja Operator Rendah


Faktor-faktor yang perlu ditinjau dari kinerja operator, yaitu:
a. Kurangnya disiplin operator
Kondisi jalan tambang pada saat musim hujan tentu saja akan terganggu.
Waktu kerja efektif tentu pasti akan berkurang. Namun yang disayangkan apabila
waktu kerja efektif itu berkurang karena kurangnya kedisiplinan operator alat
berat khususnya operator alat penunjang tambang. Alat penunjang tambang
seperti bulldozer dan grader adalah alat yang digunakan untuk mengatasi kondisi
jalan angkut yang slippery akibat terjadinya hujan. Ketika hujan berhenti, kedua
alat ini seharusnya telah beroperasi untuk melakukan perawatan jalan. Namun,
berdasarkan pengamatan penulis dan bagian pengawas PT BA, sering operator
tidak langsung merawat jalan.
b. Kurangnya kemampuan operator dalam menggunakan alat
34

Suatu alat pasti memiliki spesifikasi tertentu. Namun apakah operator


mampu mengoperasikan alat tersebut secara maksimal? Ada beberapa koreksi
yang perlu diperhatikan, yaitu:
o Kinerja operator alat bulldozer yang tidak maksimal
Bulldozer di disposal mendorong material timbunan tidak memiliki pola
yang benar. Seharusnya kinerja operator bulldozer mendorong material timbunan
secara estafet (mendorong material timbunan dengan kondisi materialnya tidak
keluar dari blade) bukan mendorong sampai ujung timbunan namun material
tumpah dari blade. Kemudian operator bulldozer juga mengarahkan aliran air,
sehingga permukaan hasil dozing itu miring sehingga apabila hujan, air mengalir
bukan tergenang di bagian tengah disposal.
o Operator alat angkut tidak boleh balapan atau saling susul menyusul
c. Kurangnya rasa memiliki operator terhadap alat
Alat berat PT BPP sering sekali terjadi kerusakan. Tentu saja ini
menyebabkan biaya perawatan alat tinggi dan waktu kerja efektif semakin
berkurang yang menyebabkan produkitifitas suatu alat rendah. Salah satu
penyebabnya yaitu cara operator menggunakan alat tersebut. Banyak kinerja
operator yang menyalahi prosedur kerja alat. (Dapat dilihat pada Gambar 4.4.)

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.4. (i) Bulldozer amblas di ujung front (ii) Bulldozer CAT D8R
Maintenance
35

4.3. Cara Meningkatkan Produksi Pengupasan Overburden Pit


Mahayung
Target produksi untuk bulan April 2016 adalah sebesar 400.000,00 BCM.
Apabila permasalahan-permasalahan yang disebutkan pada poin sebelumnya
diatasi, maka perkiraan produksi pengupasan overburden dapat mencapai
425.555,86 BCM (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran E).
Adapun beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan produksi
pengupasan overburden di Pit Mahayung agar target produksi tercapai, yaitu:
4.3.1. Menghilangkan Delay Cycle time
Untuk menghilangkan delay cycle time ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengatur antrian dump truck di front penambangan
o Jalan alat angkut berisi dan jalan alat angkut kosong dibuat beda jalur
o Pengaturan lokasi penggalian di ± 1.600 m jangan sampai mengganggu
jalan angkut (Dapat dilihat pada gambar 4.5.)
Front penggalian yang berada di samping jalan angkut berisi tertutup oleh
dump truck yang mengambil posisi untuk dimuat. Hal ini perlu dihindari
karena dapat menyebabkan antrian di lokasi front tambang.

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016.


Gambar 4.5. Skema Keadaan Jalan di Front ±1.600 m, (i) Tampak samping kiri
DT sedang mengantri (ii) Tampak Samping kanan (iii) Tampak atas.
36

o Pada front ±1.200 m, dibuat jalur cabang agar tidak terjadi antrian (Dapat
dilihat pada gambar 4.6.)
Jalur ini dibuat agar alat angkut yang ingin ke front 2 tidak terhalang oleh
alat angkut front 1 yang sedang menunggu alat angkut front 1 turun.
b. Memperbaiki lebar jalan angkut dan menjaganya agar tidak terjadi
penyempitan
Dengan adanya lebar jalan angkut yang sesuai dengan ketentuan maka tidak
akan terjadi delay cycle time alat angkut pada saat hauling overburden. Oleh
karena itu, alat penunjang tambang yang bertugas merawat jalan perlu menjaga
lebar jalan agar selalu berada pada ukuran yang sesuai dengan ketentuan.

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016.


Gambar 4.6. Skema Rencana Pembuatan Jalur Khusus ke Front 2

c. Mengatur lokasi belokan alat angkut untuk mengambil posisi siap untuk di-
loading di front atau men-dumping di disposal
Set time load (Stl) dan Set time dump (Std) adalah waktu alat angkut untuk
mengambil posisi siap untuk di-loading di front dan men-dumping material di
disposal. Lebar jalan putar harus menyesuaikan dengan turning radius alat angkut
37

terbesar yaitu Hino 700 sebesar 8.100 mm agar alat angkut dapat melakukan
maneuver dengan mudah. Semakin lama waktu untuk mengambil maneuver
dimuat maka waktu tunggu (delay) akan semakin panjang dan dapat menyebabkan
antrian alat angkut yang ingin dimuat. (Dapat dilihat pada Gambar 4.7. dan 4.8.)

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.7. Skema Pengambilan Posisi Yang Baik

Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.8. Skema Pengambilan Posisi yang Kurang Baik Menyebabkan antrian

4.3.2. Memperbaiki Geometri Jalan


a. Lebar jalan angkut lurus dan Lebar Tikungan beserta Cross slope Ideal
38

Pada tabel 4.4. dibawah ini dapat dilihar kondisi jalan dan cross slope yang
seharusnya dibuat.
Tabel 4.5. Nilai Cross slope Setiap Segmen Jalan
Front 1,600 m - Disposal
Cross
Lebar jalan Aktual Lebar Jalan Ideal
No Segmen slope
(m) (m) (cm)
1 Fromt - A 9,45 9,45 18,90
2 A-B 9,89 9,89 19,78
3 B-C 8,15 9,45 18,90
4 C-D 7,69 13,72 27,44
5 D-E 8,75 9,45 18,90
6 E-F 8,50 9,45 18,90
7 F-G 11,50 11,50 23,00
8 G-H 8,05 9,45 18,90
9 H-I 10,35 10,35 20,70
10 I-J 13,50 13,50 27,00
11 J-K 12,50 12,50 25,00
12 K-L 9,35 9,45 18,90
13 L-M 12,75 13,72 27,44
14 M-N 9,40 13,72 27,44
15 N-O 16,15 16,15 32,30
16 O-P 13,57 13,57 27,14
17 P - Disposal 10,85 10,85 21,70
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
Front 1,200 m – Disposal
Lebar Jalan Cross
Lebar Jalan Ideal
No Segmen Aktual Slope
(m) (m) (cm)
1 Front1-A' 7,55 9,45 18,90
2 Front2-A' 8,45 9,45 18,90
3 A'-B' 6,85 9,45 18,90
4 B'-F 10,35 13,72 27,44
5 F-G 11,50 9,45 18,90
6 G-H 8,05 9,45 18,90
7 H-I 10,35 11,50 23,00
8 I-J 13,50 9,45 18,90
9 J-K 12,50 10,35 20,70
10 K-L 9,35 13,50 27,00
11 L-M 12,75 12,50 25,00
12 M-N 9,40 9,45 18,90
13 N-O 16,15 13,72 27,44
14 O-P 13,57 13,72 27,44
15 P - Disposal 10,85 16,15 32,30
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
39

Cross slope dibuat agar ketika hujan air mengalir ke bagian sisi drainase.
Kondisi jalan di pit mahayung tidak memiliki cross slope yang baik sehingga
banyak ditemukan genangan air di bagian tengah permukaan jalan. Pembuatan
cross slope harus diikuti dengan data lebar jalan. Pada saat musim hujan seperti
sekarang, genangan air ini dapat membuat permukaan jalan akan lembek sehingga
alat angkut akan berjalan lebih pelan karena takut dapat menyebabkan ban alat
angkut yang lewat amblas. Hal ini tentu mempengaruhi waktu edar alat angkut
sehingga produktivitasnya mengecil.
b. Superelevasi
Beda tinggi antara elevasi dalam dan elevasi luar yang disarankan untuk
jalan tikungan adalah sebesar 0,65 m (Lampiran L). Kondisi elevasi dalam dan
luar di pit Mahayung relati datar. Maka, untuk faktor keamanan perlu dibuat
superelevasi pada jalan tikungan untuk menahan gaya sentrifugal pada saat
menikung. Dapat dilihat pada Gambar 4.9. dibawah ini.

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum “Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol”
40

Gambar 4.9. Superelevasi Jalan Tikungan


c. Grade jalan
PT BA telah menetapkan batas grade jalan tidak boleh > 8,00%. Pada Segmen N-
O, grade jalanya menyentuh angka 8,83%, oleh sebab itu bagian ini perlu di cut
sehingga berada di bawah batas grade maksimal. Dapat dilihat pada Tabel 4.5.
dan Gambar 4.10. berikut ini.

Tabel 4.6. Grade Jalan Rencana yang Telah di Cut


Jarak Beda tinggi Grade Lebar
No Segmen Elevasi
(∆X) (∆H) 0.00% jalan
1 Front - A 56,30 92,98 88,85 -4,13 -7,34% 9,45
2 A–B 98,63 88,85 87,50 -1,35 -1,37% 9,89
3 B–C 71,30 87,50 83,41 -4,09 -5,74% 8,15
4 C–D 103,29 83,41 81,70 -1,71 -1,66% 7,69
5 D–E 114,45 81,70 81,40 -0,30 -0,26% 8,75
6 E-F 86,89 81,40 77,70 -3,70 -4,26% 8,50
7 F–G 117,95 77,70 69,80 -7,90 -6,70% 11,50
8 G–H 106,48 69,80 65,20 -4,60 -4,32% 8,05
9 H–I 108,60 65,20 69,40 4,20 3,87% 10,35
10 I–J 101,27 69,40 72,80 3,40 3,36% 13,50
11 J–K 102,90 72,80 73,90 1,10 1,07% 12,50
12 K–L 107,09 73,90 69,80 -4,10 -3,83% 9,35
13 L–M 104,75 69,80 64,00 -5,80 -5,54% 12,75
14 M–N 102,77 64,00 57,00 -7,00 -6,81% 9,40
15 N–O 104,24 57,00 54,90 -2,10 -2,01% 16,15
16 O–P 109,88 54,90 48,90 -6,00 -5,46% 13,57
17 P - Disposal 117,17 48,90 47,40 -1,50 -1,28% 10,85
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Sumber: Dokumenatasi Tugas Akhir Penulis, 2016


Gambar 4.10. Ketinggian Aktual dan Ketinggian Rencana Jalan
41

4.3.3. Meningkatkan Kinerja Operator Alat Berat dengan Pelatihan (Training)


Operator dan Memperkuat Pengawasan terhadap Kinerja Operator
Kinerja operator baik alat gali muat di front maupun bulldozer dapat
ditingkatkan dengan cara memberi pembekalan ilmu (training) sehingga operator
menjadi terlatih. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata operator PT BPP
yang sekarang banyak operator baru direkrut, oleh sebab itu perlu dilakukan
training beserta safety induction terlebih dahulu.
Kinerja operator juga perlu diawasi oleh pengawas baik pengawas dari PT
BPP, PT SBS dan PT BA saling berkoordinasi sehingga operator bekerja
maksimal dan hasil pekerjaannya juga baik. Operator juga perlu mengetahui
rancangan pekerjaan sebenarnya sehingga operator yang merupakan ujung tombak
dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan mampu mengambil keputusan
terhadap kejadian yang diluar dugaan. Oleh sebab itu, operator dan pengawas
perlu diajak untuk mengikuti rapat, meski rapat itu sebatas dengan asisten
manager atau satuan kerja perencanaan harian.
42

4.4. Matriks Hasil Penelitian


Rangkuman penelitian yang disajikan dalam bentuk matriks.

Tabel 4.7. Matriks Hasil Penelitian


PENYEBAB
PRODUKSI
NO DESKRIPSI SOLUSI DESKRIPSI
TIDAK
TERCAPAI

a. Jalan alat angkut berisi dan jalan alat angkut kosong dibuat
beda jalur

banyaknya delay cycle


b. Pengaturan lokasi penggalian di ± 1.600 m jangan sampai
Banyaknya delay time akan membuat 1. Mengatur antrian dump
1 mengganggu jalan angkut (Dapat dilihat pada gambar 4.5.)
cycle time produktivitas alat angkut truck
tidak maksimal

c. Pada front ±1.200 m, dibuat jalur cabang agar tidak terjadi


antrian (Dapat dilihat pada gambar 4.6.)

42
43

2. Memperbaiki lebar jalan


angkut dan menjaganya agar minimal lebar jalan angkut adalah 9,45 m
tidak terjadi penyempitan
3. Mengatur lokasi belokan
alat angkut untuk mengambil
posisi siap untuk di-loading minimal turning radius Hino 700 adalah 8,1 m.
di front atau men-dumping di
disposal

1. Perbaikan lebar jalan lurus Minimal lebar jalan lurus 9,45 m dan lebar jalan tikungan
dan tikungan 13,72 m
kondisi jalan yang baik
2. Pembuatan cross slope dapat dilihat pada tabel 4.4.
akan menghasilkan
Geometri jalan
2 produktivitas alat angkut
tidak sesuai beda tinggi antar tepi jalan dibuat 0,65 m pada saat tikungan
yang tinggi karena tidak 3. Pembuatan superelevasi
untuk menahan gaya sentrifugal
ada delay cycle time

4. Cutting grade jalan > agar alat angkut tidak terlalu sulit mendaki jalan yang
8,00% terlampau tinggi
44

Meningkatkan kinerja
kurangnya kedisiplinan, operator alat berat dengan
Efisiensi kinerja
3 pengalaman operator, SOP pelatihan (training) operator bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang handal
operator
kerja alat sering diabaikan dan memperkuat pengawasan
terhadap kinerja operator

Tabel 4.8. Produksi Sebelum dan Setelah Proses Evaluasi


PRODUKSI SEBELUM EVALUASI
PERKIRAAN PRODUKSI
TARGET PRODUKSI/BULAN PERHITUNGAN TEORITIS
REALISASI FEBRUARI 2016 SETELAH EVALUASI
FEBRUARI 2016
400.000,00 BCM 189.300,74 BCM 210.199,66 BCM 425.555,86 BCM
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Target produksi pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) di pit
Mahayung Bulan Februari 2016 adalah sebesar 400.000,00 BCM, realisasi
produksi Bulan Februari 2016 hanya sebesar 189.300,74 BCM. Berdasarkan hasil
penelitian didapat beberapa kesimpulan berikut.
1. Berdasarkan data waktu kerja efektif dan cycle time alat, kapasitas produksi
Bulan Februari 2016 seharusnya dapat mencapai 210.199,66 BCM. Terdapat
selisih sebesar 20.898,92 BCM dengan realisasi produksi.
2. Penyebab tidak tercapainya target produksi, yaitu:
a. Banyaknya delay cycle time alat angkut yang disebabkan oleh sering
terjadinya antrian baik di front, jalan angkut, maupun disposal. Kondisi ini
disebabkan oleh:
 Pada Front ±1.200 m pemilihan jalur salah dan ±1.600 m terdapat front
penggalian yang menghalangi jalan.
 Pengambilan posisi dump truck saat akan di-loading di front dan men-
dumping di disposal yang sulit akibat lebar jalan maneuver kurang lebar
b. Geometri jalan angkut yang tidak sesuai ketentuan. Lebar jalan lurus dan
tikungan yang menyempit. Tidak ada cross slope sehingga apabila hujan
menyebabkan genangan air dan jalan berlumpur. Kemudian adanya segmen
jalan memiliki grade melebihi batas maksimal yaitu > 8,00%.
c. Efisiensi kinerja operator rendah disebabkan kurangnya kedisiplinan
operator terhadap waktu kerja dan kurangnya kemampuan operator dalam
mengoperasikan alat sehingga hasil kerja tidak maksimal dan alat rusak
karena beroperasi diluar SOP.
3. Hasil evaluasi penyebab tidak tercapainya target produksi diperhitungkan dapat
meningkatkan kemampuan produksi hingga 425.555,86 BCM. Cara

45
46

meningkatkan produksi sehingga target produksi pengupasan overburden


tercapai, yaitu:
a. Menghilangkan delay cycle time
 Mengatur antrian dump truck di front penambangan
 Memperbaiki lebar jalan angkut dan menjaganya agar tidak terjadi
penyempitan
 Mengatur lokasi belokan alat angkut untuk mengambil posisi siap untuk
di-loading di front atau men-dumping di disposal yang disesuaikan
dengan turning radius alat angkut terlebar yaitu Hino 700 sebesar 8.100
mm.
b. Memperbaiki geometri jalan, yaitu
 Lebar jalan angkut lurus harus sebesar 9,45 m dan Lebar Tikungan 13,72
m.
 Superelevasi pada jalan tikungan sebesar 0,65 m untuk menahan gaya
sentrifugal saat belokan.
 Cross slope (detail di Bab 4) agar tidak terjadi genangan air dan
pembuatan drainase
 Cutting grade jalan > 8,00% yaitu di segmen jalan N-O yaitu 8,83%
c. Meningkatkan kinerja operator alat dengan pelatihan (training) operator dan
memperkuat pengawasan terhadap kinerja operator

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada empat hal yang perlu dilakukan perbaikan
agar target produksi 400.000,00 BCM pada Bulan April 2016 hingga Juni 2016
tercapai yaitu:
1. Pengaturan posisi penggalian, pembuatan jalur jalan khusus untuk pada front
±1.200 m, dan memperbesar lebar area DT untuk melakukan maneuver
memutar yang disesuaikan dengan turning radius alat terbesar.
2. Perbaikan Geometri Jalan, baik jalan lurus dan menikung, pembuatan cross
slope dan cutting grade jalan > 8,00%.
47

3. Melakukan seleksi operator yang berpengalaman, memberikan pelatihan


operator tentang SOP kerja, dan memperkuat pengawasan terhadap kinerja
operator.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Hino 700 Series Brochure. Hino: Japan


Anonim. (2006). Specifications Nissan Diesel Motor CWB45LDN1 Truck Chassis
For Dump Truck. Nissan Diesel Motor CO, LTD: Japan
Azwari, Rudy. (2014). Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Batubara
menuju Stockpile Block B pada Penambangan Batubara PT Minemex
Indonesia. Prosiding Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Islam Bandung, Bandung: Fakultas Teknik ISSN : 2460-6499
Darmansyah, N. (1998). Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat, Cetakan I.
Palembang: Universitas Sriwijaya
Febrianto, Ardyan. (2015). Kajian Teknis Produksi Alat Gali-Muat dan Alat
Angkut Pada Pengupasan Overburden Di Tambang Batubara PT Rian
Pratama Mandiri Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
Skripsi, Fakultas Teknik: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
Indonesianto, Yanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Penerbit
Seri Tambang Umum UPN Veteran Yogyakarta
Kaufman, Walter W. dan Ault, James C.1977. Design of Surface Mine Haulage
Roads – A manual. United States: Bureau of Mines
Rahman, N. dan Hendrawan, A.. 2014. Service Accuracy Pada Preventive
Maintenance Terhadap Mechanical Availability Unit Off Highway Truck.
Jurnal Poros Teknik, Volume 6 No. 1 Juni 2014: 1-54
Somantri, A. dan Muhidin, S. A. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia.
Suwandi, Awang, 2004. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka. Bandung:
Univeristas Islam Bandung
Tannant, D. (2001).Guidelines For Mine Haul Road Design. Canada: School of
Mining & Petroleum Engineering Depart. of Civil & Environmental
Engineering University of Alberta.
Tenriajeng, A.T. (2003). Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta: Gunadarma

48
Thompson, R.J., Visser, A.T.Miller, R.E., dan Lowe, R.E. 2003. The
Development of a Real-Time Mineroad Maintenance Management System
Using Haul Truck and Road Vibration Signature Analysis. Johanesberg:
The Journal of The South African Institute of Mining and Metallurgy.
Thompson, R.J., dan Visser, A.T. 2003. Mine Haul Road Maintenance
Management Systems. Johanesberg: The Journal of The South African
Institute of Mining and Metallurgy.
Winarko, Ady. 2014. Evaluasi Teknis Geometri Jalan Angkut Overburden Untuk
Mencapai Target Produksi 240.000 BCM / Bulan di Site Project Mas
Lahat PT Ulima Nitra Sumatera Selatan. Skripsi, Fakultas Teknik:
Universitas Sriwijaya

49
LAMPIRAN A
EFISIENSI ALAT MEKANIS

Rincian data repair hours alat pada Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada
Tabel A.1. dibawah ini.

Tabel A.1. Repair Hours Alat Februari 2016


Alat Jam Breakdown (Jam/Bulan)
CAT 329 DL EX 3001 8,50
CAT 329 DL EX 3002 6,00
Total/ Rata-Rata 14,50 / 7,25
Volvo EC 700 EX 701 24,16
Volvo EC 700 EX 702 1,62
Total/ Rata-Rata 25,78 / 12,89
DT CWB 45 DT2001 164,35
DT CWB 45 DT2002 69,30
DT CWB 45 DT2003 25,20
DT CWB 45 DT2004 27,50
DT CWB 45 DT2005 18,45
DT CWB 45 DT2006 234,13
DT CWB 45 DT2007 11,15
DT CWB 45 DT2008 245,55
DT CWB 45 DT2009 37,72
DT CWB 45 DT2010 14,50
DT CWB 45 DT2011 108,00
DT CWB 45 DT2012 60,62
DT CWB 45 DT2013 17,92
DT CWB 45 DT2014 21,25
DT CWB 45 DT2015 92,76
DT CWB 45 DT2016 239,00
DT CWB 45 DT2017 55,90
DT CWB 45 DT2018 40,88
Total/ Rata-Rata 1.484,18 / 82,45
Hino 700 DT501 148,30
Hino 700 DT502 107,42
Hino 700 DT503 14,64
Hino 700 DT504 28,05
Hino 700 DT505 42,92

50
51

Alat Jam Breakdown (Jam/Bulan)


Hino 700 DT506 31,63
Hino 700 DT507 2,13
Hino 700 DT508 49,05
Hino 700 DT509 15,77
Hino 700 DT510 1,83
Hino 700 DT511 26,47
Hino 700 DT512 4,45
Hino 700 DT513 7,12
Hino 700 DT514 9,40
Hino 700 DT515 60,28
Hino 700 DT516 41,48
Hino 700 DT517 340,50
Hino 700 DT518 23,84
Hino 700 DT519 2,82
Hino 700 DT520 41,97
Total/ Rata-Rata 800,07 / 40,00
Dozer D6R DZ2001 17,42
Dozer D6R DZ2002 16,77
Total/ Rata-Rata 34,19 / 17,10
Dozer D8R BD5001 1,75
Sumber: PT Satria Bahana Sejahtera

Berdasarkan Tabel A.1. di atas didapatkan nilai repair hours alat rata-rata
jam/hari, yaitu:
1. CAT 329 DL = 7,25 jam/bulan = 0,25 jam/hari
2. Volvo EC 700 = 12,89 jam/bulan = 0,45 jam/hari
3. DT CWB 45 = 82,45 jam/bulan = 2,84 jam/hari
4. Hino 700 = 40,00 jam/bulan = 1,38 jam/hari
5. Dozer D6R = 17,10 jam/bulan = 0,59 jam/hari
6. Dozer D8R = 1,75 jam/bulan = 0,06 jam/hari

Standby hours terdiri atas:


1. Change Shift = 1,00 jam/hari
2. Istirahat dan makan = 2,00 jam/hari
3. Slippery = 2,00 jam/hari
4. Hujan = 2,35 jam/hari (Lampiran I)
5. Shalat Jum’at = 1,50 jam/minggu = 6,00 jam/bulan = 0,21 jam/hari
52

6. Total Standby hours = 7,56 jam/hari

Working Hours setiap alat yaitu sebesar:


1. CAT 329 DL = 24,00 – (7,56 + 0,25) = 16,19 jam/hari
2. Volvo EC 700 = 24,00 – (7,56 + 0,45) = 15,99 jam/hari
3. DT CWB 45 = 24,00 – (7,56 + 2,84) = 13,60 jam/hari
4. Hino 700 = 24,00 – (7,56 + 1,38) = 15,06 jam/hari
5. D6R = 24,00 – (7,06 + 0,59) = 15,85 jam/hari
6. D8R = 24,00 – (7,56 + 0,06) = 16,38 jam/hari

A,1, Mechanical Availabilty

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
Rumus: MA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑟𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100%

a. CAT 329
16,19
MA = 16,19+ 0,25 x 100% = 98,48 %

b. Volvo EC 700
15,99
MA = 15,99+0,45 x 100% = 97,26%

c. DT CWB 45
13,60
MA = 13,60+3,18 x 100% = 81,05%

d. Hino 700
15,06
MA = 15,06 +1,72 x 100% = 89,75%

e. Dozer D6R
15,85
MA = 15,85+0,59 x 100% = 96,41%

f. Dozer D8R
53

16,38
MA = 16,38+0,06 x 100% = 99,64%

A,2, Physical Availability

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠


Rumus: PA = x 100%
𝑠𝑐ℎ𝑒𝑑𝑢𝑙𝑒 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠

a. CAT 329
16,19+7,56
PA = x 100% = 98,95%
24,00

b. Volvo EC 700
15,99+7,56
PA = x 100% = 98,13%
24,00

c. CWB 45
13,60+7,56
PA = x 100% = 88,17%
24,00

d. Hino 700
15,06+7,56
PA = x 100% = 94,25%
24,00

e. CAT D6R
15,85+7,56
PA = x 100% = 97,54%
24,00

f. CAT D8R
16,38+7,56
PA = x 100% = 99,75%
24,00

A,3, Use of Availability

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
UA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑥 100

a. CAT 329
16,19
UA = 16,19+7,56 x 100 = 68,16%
54

b. Volvo 700
15,99
UA = 15,99+7,56 x 100 = 67,90%

c. CWB 45
13,60
UA = 13,60+7,56 x 100 = 64,27%

d. Hino 700
15,06
UA = 15,06+7,56 x 100 = 66,58%

e. CAT D6R
15,85
UA = 15,85+7,56 x 100 = 67,70%

f. CAT D8R
16,38
UA = 16,38+7,56 x 100 = 68,42%

A,4, Effective Utilization

ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EU = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠

a. CAT 329
16,19
EU = 24,00 x 100% = 67,46%

b. Volvo EC 700
15,99
EU = 24,00 x 100% = 66,25%

c. CWB 45
13,60
EU = 24,00 x 100% = 56,67%
55

d. Hino 700
15,06
EU = 24,00 x 100% = 62,75%

e. CAT D6R
15,85
EU = 24,00 x 100% = 66,04%

f. CAT D8R
16,38
EU = 24,00 x 100% = 68,25%
LAMPIRAN B
CYCLE TIME ALAT GALI-MUAT

B.1. Cycle Time Volvo Pc 700

Tabel B.1. Cycle Time Volvo Pc 700


swing
No Digging swing full loading Total CT
empty
1 7,38 5,97 5,21 3,85 22,41
2 17,81 7,85 5,26 4,36 35,28
3 6,61 4,98 4,48 4,96 21,03
4 5,71 4,26 5,10 3,62 18,69
5 2,50 12,32 4,63 3,72 23,17
6 8,05 4,30 6,17 4,43 22,95
7 10,39 4,90 5,76 4,55 25,60
8 8,56 6,25 5,31 4,14 24,26
9 5,77 5,80 4,95 4,01 20,53
10 9,91 5,83 5,62 4,41 25,77
11 7,20 4,46 5,70 4,06 21,42
12 2,54 4,96 6,64 4,87 19,01
13 6,93 3,92 4,85 9,63 25,33
14 8,14 5,78 5,36 3,85 23,13
15 4,54 6,46 4,58 7,48 23,06
16 7,21 6,95 6,91 3,52 24,59
17 10,16 5,45 5,34 4,10 25,05
18 3,78 4,98 4,28 6,64 19,68
19 6,59 5,12 6,42 5,49 23,62
20 10,93 5,54 6,84 3,90 27,21
21 6,72 4,00 5,37 7,61 23,70
22 8,14 3,64 5,33 4,83 21,94
23 8,99 4,89 5,14 4,81 23,83
24 7,28 4,70 4,73 4,84 21,55
25 9,21 5,65 3,43 5,44 23,73
26 5,18 6,26 4,41 2,75 18,60
27 9,39 4,53 4,99 4,18 23,09
28 10,73 3,85 4,97 4,43 23,98
29 8,16 5,66 4,47 4,41 22,70
30 7,67 6,59 4,26 5,57 24,09

56
57

Swing
No Digging Swing full Loading Total CT
empty
31 3,95 3,35 5,49 3,13 15,92
32 6,64 4,40 9,57 7,61 28,22
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Tabel, B,2, Rata-Rata Cycle time Volvo EC 700


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Digging 32 2,50 17,81 242,77 7,59
SwingFull 32 3,35 12,32 173,60 5,43
Loading 32 3,43 9,57 171,57 5,36
SwingEmpty 32 2,75 9,63 155,20 4,85
TotalCT 32 15,92 35,28 743,14 23,22

B,2, Cycle time CAT 329

Tabel B,3, Cycle time CAT 329


No Digging swing full loading swing empty Total CT

1 3,00 4,31 5,45 3,85 16,61


2 6,32 5,63 2,78 2,41 17,14
3 6,57 5,76 2,46 2,84 17,63
4 3,99 3,60 3,32 7,85 18,76
5 5,23 4,05 2,52 3,59 15,39
6 4,64 4,51 7,38 2,56 19,09
7 8,88 3,99 3,24 3,29 19,40
8 5,12 5,50 3,24 3,23 17,09
9 4,61 6,24 2,37 4,75 17,97
10 5,65 8,74 3,16 3,93 21,48
11 7,76 6,08 2,79 2,57 19,20
12 6,23 5,28 3,90 5,03 20,44
13 5,64 5,78 3,98 4,08 19,48
14 6,09 6,43 3,13 4,15 19,80
15 6,38 6,68 2,32 3,87 19,25
16 6,60 4,89 3,89 3,44 18,82
17 6,68 2,98 2,71 6,58 18,95
18 5,14 5,02 5,30 3,15 18,61
58

No Digging swing full Loading swing empty Total CT


20 4,40 3,78 3,59 3,57 15,34
21 5,53 5,12 4,67 5,62 20,94
22 7,23 3,57 3,59 5,51 19,90
23 6,12 7,15 3,37 4,83 21,47
24 11,89 3,01 3,51 10,23 28,64
25 4,72 5,92 4,24 3,10 17,98
26 5,25 7,21 3,06 3,70 19,22
27 5,37 5,34 2,17 2,70 15,58
28 3,79 6,32 9,98 4,71 24,80
29 4,66 5,76 3,43 4,31 18,16
30 4,48 4,04 2,49 4,12 15,13
31 4,78 4,67 2,13 2,16 13,74
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Tabel B,4, Rata-Rata Cycle time CAT 329


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Digging 32 3,00 11,89 186,86 5,84
SwingFull 32 2,98 8,74 167,06 5,22
Loading 32 2,13 9,98 122,15 3,82
SwingEmpty 32 2,16 10,23 137,14 4,29
TotalCT 32 13,74 28,64 613,21 19,16
LAMPIRAN C
PRODUKTIFITAS ALAT GALI-MUAT

𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus : 𝑇𝑃 = (2.5)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Bucket (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Skill Operator
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
- CT = Cycle Time = Digging Time + Swing Full Time + Loading Time +
Swing Empty Time (menit)

C.1. Produktifitas Volvo PC 700


Diketahui:
KB = 4,2 m3 x 1,15 = 4,83 m3
FK: MA = 97,26%
EU = 66,25%
Bucket Factor = 1,2 – 1,1 (Tanah clay, agak lunak dan tanah asli kering
berpasir) = 1,15
Skill Operator = 0,6 (Jelek)
CT = 23,22 detik = 0,39 menit

4,83 𝑥 60 𝑥 97,26% 𝑥 66,25% 𝑥 0,6


𝑇𝑃 = = 289,50 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0,39

Apabila digunakan skill operator = 0,9 (Baik), maka

59
60

4,83 𝑥 60 𝑥 97,26% 𝑥 66,25% 𝑥 0,9


𝑇𝑃 = = 430,92 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0,39

C.2. Produktifitas CAT 329


Diketahui:
KB = 1,5 m3 x 1,15 = 1,725 m3 = 1,73 m3
FK: MA = 98,48%
EU = 67,46%
Bucket Factor = 1,2 – 1,1 (Tanah clay, agak lunak dan tanah asli kering
berpasir) = 1,15
Skill Operator = 0,6 (Jelek)
CT = 19,16 detik = 0,32 menit

1,73 𝑥 60 𝑥 98,48% 𝑥 67,46% 𝑥 0,6


𝑇𝑃 = = 129,30 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0,32

Apabila digunakan skill operator = 0,9 (Baik), maka

1,73 𝑥 60 𝑥 98,48% 𝑥 67,46% 𝑥 0,9


𝑇𝑃 = = 193,95 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0,32
LAMPIRAN D
CYCLE TIME ALAT ANGKUT

D.1. Hino 700

Tabel D.1. Cycle Time Hino 700 (Jarak Angkut ±1.600 m)


Delay Time Total CT Tanpa
No Stf Lt Htf Std Dt Hte
Stf Lt Htf Std Dt hte CT Delay
1 25,51 25,78 339,37 33,27 25,52 379,68 0 31,38 21,03 881,54 829,13
2 14,53 27,68 353,29 25,32 43,48 346,68 9,01 74,87 0 894,86 810,98
3 22,59 29,60 355,28 21,58 22,12 381,94 223,02 16,09 0 1.072,22 833,11
4 29,42 30,30 395,33 51,25 33,42 345,98 0 528,39 0 1.414,09 885,70
5 28,52 42,78 342,3 41,94 27,84 403,18 487,14 100,90 0 1.474,60 886,56
6 35,54 45,45 395,59 25,27 31,17 302,03 108,95 25,27 0 969,27 835,92
7 56,67 46,65 443,09 42,34 36,22 373,75 581,01 57,64 0 1.517,37 938,72
8 41,83 34,6 253,48 73,83 22,32 264,65 0 0 0 690,71
9 28,22 34,3 383,76 43,01 30,49 332,65 164,42 436,73 0 1.453,58 892,43
10 33,05 40,36 347,12 57,29 26,15 319,22 205,89 84,39 0 1.113,47 823,19
11 32,44 36,52 333,27 27,19 29,34 393,67 173,76 110,58 0 1.136,77 852,43
12 33,84 26,87 389,44 44,13 27,56 287,11 329,67 517,16 0 1.655,78 808,95
13 36,52 25,46 282,56 66,95 27,57 343,70 13,03 27,17 0 862,56 782,76

61
62

Delay Time CT Tanpa


No Stf Lt Htf Std Dt Hte Total CT
Stf Lt Htf Std Dt hte Delay
14 47,42 27,54 334,22 48,64 26,75 347,31 119,74 173,09 0 1.125,11 832,28
15 29,64 28,42 346,25 27,98 28,64 348,22 0 32,43 0 896,72 809,15
16 23,18 41,81 413,14 65,42 32,37 312,57 316,65 389,37 0 1.534,51 828,49
17 43,66 28,43 367,86 41,03 25,74 388,96 54,04 304,67 0 1.254,39 895,68
18 36,01 31,20 288,39 33,67 29,87 343,76 138,37 74,64 0 1.005,91 792,9
19 27,12 26,25 319,44 21,62 30,67 263,98 134,66 272,49 0 1.096,23 689,08
20 40,27 27,68 390,18 26,34 31,35 321,67 381,57 92,00 0 1.311,06 837,49
21 43,90 26,57 383,12 48,12 26,55 359,31 158,47 187,62 0 1.233,66 887,57
22 42,37 36,89 415,32 43,14 33,45 350,01 237,48 226,46 52,23 1.437,35 921,18
23 38,89 38,97 350,67 33,84 32,18 344,69 278,49 216,06 0 1.333,79 839,24
24 37,24 43,41 382,16 44,08 29,89 341,76 149,97 159,08 13,47 1.201,06 878,54
25 25,52 25,66 364,55 37,88 30,27 332,44 202,31 89,04 0 1.107,67 816,32
26 24,57 27,12 337,18 42,14 34,71 357,38 259,17 103,45 0 1.185,72 823,1
27 34,76 26,44 349,19 48,13 26,59 326,75 0 152,49 0 964,35 811,86
28 35,81 32,76 342,49 36,37 26,48 331,78 229,76 75,44 0 1.110,89 805,69
29 24,76 36,74 299,12 38,24 27,18 347,62 231,68 78,19 0 1.083,53 773,66
30 25,16 34,29 360,69 37,12 26,92 308,64 174,87 54,67 0 1.022,36 792,82
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
63

Tabel D.2. Rata-Rata Cycle Time Hino 700


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stf 30 14,53 56,67 998,96 33,299
loading 30 25,46 46,65 986,53 32,884
Htf 30 253,48 443,09 10.658,00 355,26
Std 30 1,00 73,83 1.227,10 40,904
DT 30 22,12 43,48 882,81 29,427
Hte 30 263,98 403,18 10.201,10 340,036
DelaySTF 25 9,01 581,01 5.363,10 178,77
DelaySTD 29 16,09 528,39 4.639,32 165,69
DelayHTE 4 13,47 52,23 86,73 2,891
TotalCT 30 690,71 1.655,78 35.041,13 1.168,038
CTNONDELAY 29 689,08 938,72 24.214,93 834,9975
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
64

D,2, Nissan CWB 45

Tabel D.3. Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ±1.200 m)


Delay Time CT Tanpa
No Stf Lt Htf Std Dt Hte Total CT
Stf Lt Htf Std Dt hte Delay
1 47,31 56,73 206,63 18,07 16,63 194,83 16,22 0 0 31,44 0 10,14 598,00 540,20
2 30,05 40,55 234,73 55,08 33,53 192,00 0 12,85 198,86 0 0 0 797,65 585,94
3 58,07 29,86 229,41 24,45 27,99 202,17 24,18 0 0 0 0 0 596,13 571,95
4 37,04 68,41 190,94 21,87 18,59 261,83 424,88 53,08 0 0 0 0 1.076,64 598,68
5 30,40 40,66 262,72 14,88 16,60 248,85 533,52 0 0 0 0 0 1.147,63 614,11
6 70,32 25,57 133,65 215,8 14,11 230,60 73,37 0 0 21,17 12,35 0 796,97 690,08
7 26,88 36,95 217,88 18,96 21,48 170,87 96,82 0 0 0 0 0 589,84 493,02
8 17,58 48,60 216,33 45,78 143,11 197,72 351,42 0 0 0 0 0 1.020,54 669,12
9 28,16 52,11 162,24 23,41 42,14 217,87 60,11 0 0 56,08 0 0 642,12 525,93
10 23,69 76,24 223,91 34,14 55,04 218,66 83,22 0 0 0 37,94 0 752,84 631,68
11 83,05 35,04 209,40 51,31 223,73 234,54 51,24 0 0 0 0 0 888,31 837,07
12 52,57 63,71 214,56 37,65 38,90 253,67 75,12 0 0 0 0 0 736,18 661,06
13 48,86 68,34 226,12 20,37 20,09 203,45 63,76 0 0 0 0 0 650,99 587,23
14 61,07 32,44 195,76 24,76 35,98 198,34 26,54 0 0 67,46 0 0 642,35 548,35
15 45,54 55,96 227,84 37,68 43,13 215,32 0 0 0 78,76 0 0 704,23 625,47
16 36,56 54,63 244,17 46,78 37,86 237,44 378,31 0 0 52,15 0 0 1.087,90 657,44
17 38,94 51,46 231,99 49,88 85,42 212,46 42,67 32,79 0 46,78 0 0 792,39 670,15
18 46,78 47,86 205,11 26,73 34,76 241,81 74,29 0 0 54,98 0 0 732,32 603,05
19 48,13 33,86 187,65 36,31 36,59 205,32 62,44 0 0 54,11 0 0 664,41 547,86
20 53,12 43,12 195,48 40,79 40,76 184,68 248,43 0 0 42,37 0 0 848,75 557,95
65

Delay Time Total CT Tanpa


No Stf Lt Htf Std Dt Hte
Stf Lt Htf Std Dt hte CT Delay
21 44,61 46,97 153,28 28,66 29,64 193,45 48,95 0 0 0 0 0 545,56 496,61
22 37,52 54,16 214,77 44,89 163,56 218,49 75,16 0 0 0 30,15 0 838,70 733,39
23 43,85 64,33 241,48 54,33 38,47 223,84 210,44 0 244,05 0 0 0 1.120,79 666,30
24 67,81 54,71 280,35 49,73 48,77 246,72 49,56 42,62 0 33,57 0 0 873,84 748,09
25 55,73 39,13 210,08 24,76 56,75 214,53 32,15 0 0 40,78 0 0 673,91 600,98
26 43,82 38,71 184,77 30,45 27,16 183,49 0 0 0 0 0 0 508,40 508,40
27 32,67 44,67 169,00 89,44 45,78 194,76 347,89 0 0 32,14 0 0 956,55 576,52
28 31,85 54,62 178,69 43,26 35,19 227,61 47,23 0 0 45,78 0 0 664,23 571,22
29 38,97 47,05 188,94 38,51 37,58 230,46 30,56 0 0 0 0 0 612,07 581,51
30 40,23 55,89 266,16 39,72 32,76 225,66 28,87 0 0 42,11 0 0 731,40 660,42
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
66

Tabel D.4. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.200 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean

Stf 30 17,58 83,05 1.321,18 44,04


Loading 30 25,57 76,24 1.462,34 48,75
Htf 30 133,65 262,72 6.304,24 210,14
Std 30 14,88 215,83 1.288,48 42,95
Dt 30 14,11 223,73 1.502,10 50,07
Hte 30 170,87 261,83 6.481,44 216,05
DelayStf 27 16,22 533,52 3.557,35 118,58
DelayLt 4 12,85 53,08 141,30 4,71
DelayHtf 2 198,86 244,05 442,91 14,76
DelayStd 15 21,17 78,76 699,70 23,32
DelayDt 3 12,35 37,94 80,44 2,68
DelayHte 1 10,14 10,14 10,14 0,34
TotalCT 30 589,84 1147,63 23.291,64 776,39
CTNonDelay 30 493,02 837,07 18.359,78 611,99
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
67

Tabel D,5, Cycle Time Nissan CWB 4 (Jarak Angkut ±1600 m)


Delay Time CT Tanpa
No Stf Lt Htf Std Dt Hte Total CT
Stf Lt Htf Std Dt hte Delay
1 12,04 95,75 344,68 33,58 54,37 329,16 156,29 0 87,65 1.113,52 869,58
2 27,27 91,01 329,42 26,71 45,78 325,74 45,56 19,45 22,11 933,05 845,93
3 17,97 93,61 325,71 28,56 48,82 354,08 39,50 0 20,31 928,26 868,45
4 19,06 88,55 422,15 57,48 60,01 388,76 375,34 0 315,23 1.726,58 1.036,01
5 27,79 67,83 304,85 36,77 34,46 365,12 0 0 69,86 906,68 836,82
6 54,32 96,50 385,76 34,69 40,06 330,65 0 0 63,28 1.005,26 941,98
7 22,32 94,21 364,84 33,14 37,44 341,89 27,10 0 20,30 941,24 893,84
8 32,74 101,24 279,47 32,87 32,25 233,67 49,56 0 59,94 821,74 712,24
9 25,54 124,12 375,43 52,45 49,67 367,55 56,43 0 1.051,19 994,76
10 32,46 95,70 412,43 46,17 52,34 384,11 302,20 0 422,39 1.747,80 1.023,21
11 24,68 88,80 348,35 43,21 42,33 317,36 60,05 0 117,58 1.042,36 864,73
12 30,78 90,90 339,24 37,58 41,80 348,65 0 0 63,16 952,11 888,95
13 25,08 74,67 312,47 32,15 32,76 336,24 53,32 0 866,69 813,37
14 42,67 93,12 356,45 44,15 47,66 342,52 120,21 0 221,07 1.267,85 926,57
15 21,31 86,75 335,81 38,24 53,45 364,86 83,1 0 64,96 983,52 835,46
16 38,78 99,43 381,43 30,64 48,69 385,98 0 0 62,47 1.047,42 984,95
17 36,89 94,29 377,91 28,76 38,34 374,43 0 0 78,32 1.028,94 950,62
18 27,64 85,44 335,25 34,81 46,22 351,74 0 0 881,10 881,10
19 31,35 107,86 415,33 37,59 47,54 322,40 195,78 30,16 187,55 1.375,56 962,07
20 19,67 88,34 356,47 45,34 41,69 336,97 231,44 0 53,87 1.173,79 888,48
21 21,64 90,12 309,82 43,71 38,94 314,05 329,48 23,18 47,94 1.218,88 818,28
22 23,73 93,46 324,73 40,58 42,75 344,54 0 0 36,07 905,86 869,79
23 19,90 80,69 354,01 38,75 58,53 348,73 164,67 0 174,63 1.239,91 900,61
24 27,45 89,40 341,54 46,12 42,14 341,11 0 0 77,39 965,15 887,76
68

Delay Time CT Tanpa


No Stf Lt Htf Std Dt Hte Total CT
Stf Lt Htf Std Dt hte Delay
25 28,66 96,78 323,39 45,81 47,19 323,45 0 0 61,89 927,17 865,28
26 25,47 105,12 356,41 44,98 42,15 339,76 180,45 0 1.094,34 913,89
27 28,05 85,87 349,70 32,19 34,73 348,97 0 0 113,37 992,88 879,51
28 33,41 92,23 357,43 36,74 40,42 321,64 127,92 0 33,56 1.043,35 881,87
29 25,42 85,61 362,15 38,12 49,07 337,22 226,98 0 86,47 1.211,04 897,59
30 27,96 88,13 356,05 33,61 54,89 339,38 212,45 22,43 47,56 1.182,46 900,02
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Tabel D.6. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.600 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stf 30 12,04 54,32 832,05 27,74
Loading 30 67,83 124,12 2.765,50 92,18
Htf 30 279,47 422,15 10.538,70 349,14
Std 30 26,71 57,48 1.155,50 38,52
Dt 30 32,25 60,01 1.346,50 44,88
Hte 30 233,67 388,76 10.260,70 342,02
DelayStf 20 27,10 375,34 3.037,83 101,26
DelayHtf 4 19,45 30,16 95,22 3,17
DelayStd 26 20,30 422,39 2.608,90 100,34
TotalCT 30 821,74 1747,08 32.575,70 1.085,86
CTNonDelay 30 712,24 1036,01 26.833,72 894,46
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
LAMPIRAN E
PRODUKTIFITAS ALAT ANGKUT

𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus: 𝑇𝑃 = 𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
C = Kapasitas vessel
C = n x KB x BF
n = jumlah rit pengisian, KB = Kapasitas Bucket (m3), BF = Bucket Factor
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Skill Operator
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
CT = Cycle Time = Stf + Lt + Htf + Std + Dt + Hte
- Stf = Set time
- Lt = Loading Time
- Htf = hauling Time
- Std = Set time dumping
- Dt = Dumping time
- Hte = Hauling time Empty
E.1. Hino 700
Diketahui:
C = 3 x 4,2 m3 x 1,15 (Bucket Volvo EC 700)
= 14,49 BCM
FK: MA = 89,75%
EU = 62,75%
Skill Operator = 0,6 (Jelek)

69
70

CT = 1.168,0375 detik = 19,47 menit

14,49 𝑥 60 𝑥 89,75% 𝑥 62,75% 𝑥 0,6


𝑇𝑃 = = 15,10 BCM/jam
19,47

TP = 15,10 BCM/Jam x 20 Unit = 302,00 BCM/Jam


TP (Hari) = 302,00 BCM/Jam x 15,06 Jam/Hari = 4.548,12 BCM/Hari
TP (Bulan) = 4.548,12 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 131.895,48 BCM/Bulan

Apabila digunakan CT non delay, yaitu sebesar = 834,99 detik = 13,92 menit dan
skill operator = 0.9 (Baik)

14,49 𝑥 60 𝑥 89,75% 𝑥 62,75% 𝑥 0,9


𝑇𝑃 = = 31,66 BCM/jam
13,92

TP = 31,66 BCM/Jam x 20 Unit = 633,2 BCM/Jam


TP (Hari) = 633,2 BCM/Jam x 15,06 Jam/Hari = 9.535,99 BCM/Hari
TP (Bulan) = 9.535,99 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 276.543,71 BCM/Bulan

E.2. Nissan CWB 45


1. Jarak Angkut ±1.200 m
Diketahui:
C = 5 x 1,5 m3 x 1,15 (Bucket CAT 329)
= 8,63 BCM
FK: MA = 81,05%
EU = 56,67%
Skill Operator = 0,6 (Jelek)
CT = 776,39 detik = 12,94 menit

8,63 𝑥 60 𝑥 81,05% 𝑥 56,67% 𝑥 0,6


𝑇𝑃 = = 11,03 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
12,94

TP = 11,03 BCM/Jam x 18 Unit = 198,54 BCM/Jam


TP (Hari) = 198,54 BCM/Jam x 13,60 Jam/Hari = 2.700,14 BCM/Hari
71

TP (Bulan) = 2.700,14 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 78.304,18 BCM/Bulan

Apabila digunakan cycle time non delay, yaitu 611,99 detik = 10,20 menit dan
skill operator = 0.9 (Baik)

8,63 𝑥 60 𝑥 81,05% 𝑥 56,67% 𝑥 0,9


𝑇𝑃 = = 20,99 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
10,20

TP = 20,99 BCM/Jam x 18 Unit = 377,82 BCM/Jam


TP (Hari) = 377,82 BCM/Jam x 13,60 Jam/Hari = 5.138,35 BCM/Hari
TP (Bulan) = 5.138,35 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 149.012,15 BCM/Bulan

2. Jarak Angkut ±1.600 m


Diketahui:
C = 5 x 1,5 m3 x 1,15 (Bucket CAT 329)
= 8,63 BCM
FK: MA = 81,05%
EU = 56,67%
Skill Operator = 0,6 (Jelek)
CT = 1.085,86 detik = 18,10 menit

8,63 𝑥 60 𝑥 81,05% 𝑥 56,67% 𝑥 0,6


𝑇𝑃 = = 7,88 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
18,10

TP = 17,88 BCM/Jam x 18 Unit = 141,84 BCM/Jam


TP (Hari) = 141,84 BCM/Jam x 13,60 Jam/Hari = 1.929,02 BCM/Hari
TP (Bulan) = 1.929,02 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 55.941,58 BCM/Bulan

Apabila digunakan cycle time non delay, yaitu 894.46 detik = 14.91 menit dan
skill operator = 0,9 (baik)
72

8,63 𝑥 60 𝑥 81,05% 𝑥 56,67% 𝑥 0,9


𝑇𝑃 = = 14,36 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
14,91

TP = 14,36 BCM/Jam x 18 Unit = 258,48 BCM/Jam


TP (Hari) = 258,48 BCM/Jam x 13,06 Jam/Hari = 3.375,75 BCM/Hari
TP (Bulan) = 3.375,75 BCM/Hari x 29 Hari/Bulan = 97.896,75 BCM/Bulan

Perkiraan produksi sebelum evaluasi


= TP (Bulan) Hino 700 + TP (Bulan) Nissan CWB 45 front ±1.200 m
= 131.895,48 BCM + 78.304,18 BCM
= 210.199,66 BCM (Tidak Tercapai)

Perkiraan produksi setelah evaluasi


= TP (Bulan) Hino 700 + TP (Bulan) Nissan CWB 45 front ±1.200 m
= 276.543,71 BCM + 149.012,15 BCM
= 425.555,86 BCM (Tercapai)
LAMPIRAN F
CYCLE TIME BULLDOZER

F.1. CAT D6R

Tabel F.1. Cycle Time Dozer CAT D6R (detik)


No Dozing Reversing Gear Shifting Total CT
1 38,29 29,70 0,10 68,09
2 41,91 28,90 0,10 70,91
3 37,44 24,65 0,10 62,19
4 37,76 23,30 0,10 61,16
5 32,27 28,13 0,10 60,50
6 30,82 22,74 0,10 53,66
7 27,89 21,96 0,10 49,95
8 28,18 25,42 0,10 53,70
9 43,40 24,49 0,10 67,99
10 27,00 31,67 0,10 58,77
11 42,61 16,71 0,10 59,42
12 27,05 19,69 0,10 19,79
13 16,09 15,18 0,10 31,37
14 15,38 12,70 0,10 28,18
15 16,95 10,87 0,10 27,92
16 14,90 11,76 0,10 26,76
17 10,66 12,54 0,10 23,30
18 21,67 12,26 0,10 34,03
19 12,04 6,91 0,10 19,05
20 12,41 9,32 0,10 21,83
21 16,16 18,13 0,10 34,39
22 13,66 12,54 0,10 26,30
23 10,80 7,53 0,10 18,43
24 28,79 15,67 0,10 44,56
25 30,40 18,78 0,10 49,28
26 22,13 20,57 0,10 42,80
27 22,89 15,43 0,10 38,42
28 13,10 15,43 0,10 28,63
29 21,43 16,72 0,10 38,25
30 19,56 16,53 0,10 36,19
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

73
74

Tabel F,2, Rata-Rata Cycle Time Dozer D6R


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean

Dozing 30 10,66 43,40 733,59 24,45


Reversing 30 6,91 31,67 546,23 18,21
GearShifting 30 0,10 0,10 3,00 0,10
TotalCT 30 18,43 70,91 1.255,82 41,86

F,2, CAT D8R

Tabel, F,3, Cycle Time Dozer D8R


No Dozing Reversing Gear Shifting Total CT
1 22,47 15,74 0,10 38,31
2 14,97 11,45 0,10 26,52
3 34,51 48,69 0,10 83,30
4 32,27 30,18 0,10 62,55
5 45,72 27,63 0,10 73,45
6 46,84 25,72 0,10 72,66
7 24,82 33,20 0,10 58,12
8 43,29 28,72 0,10 72,11
9 27,37 24,39 0,10 51,86
10 41,18 31,49 0,10 72,77
11 30,95 25,43 0,10 56,48
12 30,82 27,99 0,10 58,91
13 37,26 21,54 0,10 58,90
14 37,57 26,47 0,10 64,14
15 33,40 37,36 0,10 70,86
16 29,59 15,77 0,10 45,46
17 21,09 27,34 0,10 48,53
18 42,64 49,95 0,10 92,69
19 23,11 16,90 0,10 40,11
20 22,59 22,67 0,10 45,36
21 29,17 23,02 0,10 52,29
22 34,28 22,34 0,10 56,72
23 29,73 33,61 0,10 63,44
24 38,25 25,14 0,10 63,49
25 34,99 14,44 0,10 49,53
26 27,45 25,35 0,10 52,90
75

No Dozing Reversing Gear Shifting Total CT


27 36,15 31,10 0,10 67,35
28 33,64 27,11 0,10 60,85
29 32,94 30,69 0,10 63,73
30 18,50 12,29 0,10 30,89
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Tabel F,4, Rata-Rata Cycle Time Dozer D8R


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Dozing 30 14,97 46,84 957,56 31,92
Reversing 30 11,45 49,95 793,72 26,46
GearShifting 30 0,10 0,10 3,00 0,10
TotalCT 30 26,52 92,69 1754,28 58,48
LAMPIRAN G
PRODUKTIFITAS BULLDOZER

𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus: 𝑇𝑃 = ........................................................................... (2.9)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003

Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Blade (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
CT = Cycle Time (menit) = Dozing Time + Reversing Time + Gear Shifting Time

G.1. CAT D6R


Diketahui:
KB = 3,89 m3
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA) = 96,41%
- Effective Utilization (EU) = 66,04%
- e = 1 (grade dianggap 0o karena relatif datar)
- Skill Operator = 0,6 (Jelek) / 0,9 (Baik)
CT = Cycle Time (menit) = 41,86 detik = 0,7 menit

3,89 𝑥 60 𝑥 96,41% 𝑥 66,04% 𝑥 1 𝑥 0,60


𝑇𝑃 = = 127,37 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0.70
Apabila Skill Operator = 0,9 (Baik) maka,

3,89 𝑥 60 𝑥 96,41% 𝑥 66,04% 𝑥 1 𝑥 0,90


𝑇𝑃 = = 191,06 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0.70

76
77

G.2. CAT D8R


Diketahui:
KB = 8,70 m3
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA) = 99,64%
- Effective Utilization (EU) = 68,25%
- Skill Operator = 0,6 (Jelek) / 0,9 (Baik)
CT = Cycle Time (menit) = 58,48 detik = 0,98 menit

8,70 𝑥 60 𝑥 99,64% 𝑥 68,25% 𝑥 1 𝑥 0,60


𝑇𝑃 = = 217,34 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0.98

Apabila Skill Operator = 0,9 (Baik) maka,

8,70 𝑥 60 𝑥 99,64% 𝑥 68,25% 𝑥 1 𝑥 0,90


𝑇𝑃 = = 326,00 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚
0.98
LAMPIRAN H
MATCH FACTOR ALAT

𝑛𝐻 𝑥 𝑛.𝐶𝑡𝑚
Rumus: 𝑀𝐹 = ......................................................................... (2.10)
𝑛𝑀 𝑥 𝐶𝑡ℎ
Sumber: Indonesianto,2004

dimana :
nH = jumlah alat angkut
n = banyak pengisian bucket hingga vessel penuh
Ctm = Cycle time alat muat (menit)
nM = jumlah alat muat
Cth = Cycle time alat angkut (menit)
Adapun cara menilainya adalah :
- MF < 1,terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang
belum datang.
- MF = 1,tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF >1,terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

H.1. Match Factor CAT 329 dengan Nissan CWB 45


Diketahui:
nH = 18 unit, nM = 2 unit
n = 5 kali
Ctm = 19,16 detik = 0,32 menit
Cth (Jarak ±1.200 m / Jarak ±1.600 m)
= 776,39 detik / 1.085,86 detik = 12,94 menit / 18,10 menit

(Jarak ±1.200 m)
18 𝑥 5 𝑥 0,32
𝑀𝐹 = = 1,11
2 𝑥 12,94

(Jarak ±1.600 m)

78
79

18 𝑥 5 𝑥 0,32
𝑀𝐹 = = 0,795
2 𝑥 18,10

H.2. Match Factor CAT 329 dengan Hino 700


Diketahui:
nH = 20 unit, nM = 2 unit
n = 9 kali
Ctm = 19,16 detik = 0,32 menit
Cth = 1.168,04 detik = 19,47 menit
20 𝑥 9 𝑥 0,32
𝑀𝐹 = = 1,48
2 𝑥 19,47

H.3. Match Factor Volvo PC 700 dengan Nissan CWB 45


Diketahui:
nH = 18 unit, nM = 2 unit
n = 2 kali
Ctm = 23,22 detik = 0,39 menit
Cth = 776,39 detik / 1.085,86 detik = 12,94 menit / 18,10 menit
18 𝑥 2 𝑥 0,39
𝑀𝐹 = = 0,54
2 𝑥 12,94

18 𝑥 2 𝑥 0,39
𝑀𝐹 = = 0,39
2 𝑥 18,10

H.4. Match Factor Volvo PC 700 dengan Hino 700


Diketahui:
nH = 20 unit
n = 3 kali
Ctm = 23,22 detik = 0,39 menit
nM = 2 unit
Cth = 19,47 menit
20 𝑥 3 𝑥 0,39
𝑀𝐹 = = 0,60
2 𝑥 19,47
LAMPIRAN I
CURAH HUJAN

Adapun data curah hujan bulan Februari 2016 di pit mahayung dapat dilihat
pada Tabel I.1. dibawah ini.

Tabel I.1. Curah Hujan Bulan Februari 2016 Pit Mahayung


Mahayung
C,Hujan Jam
mm Hujan (jam)
5,80 2,50
33,80 3,50
0,00 0,00
0,00 0,00
4,30 3,00
4,20 3,17
0,00 0,00
20,90 5,50
5,20 2,25
7,40 2,75
15,80 5,75
30,80 3,00
1,00 2,50
0,00 0,00
2,60 2,75
59,00 2,25
0,40 0,25
3,40 0,75
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
37,90 5,50
83,20 10,25
15,70 5,67
10,40 2,50
0,40 0,17
0,00 0,00
41,40 4,17
383,60 68,18
Sumber: Satuan Kerja Rencana Sipil dan Hidrologi PT Bukit Asam (Persero) Tbk

82
83

383,60
Rata-rata curah hujan bulan Februari 2016 = = 13,23 𝑚𝑚
29
68,18
Rata-rata jam hujan bulan Februari 2016 = = 2,35 𝑗𝑎𝑚
29
LAMPIRAN J
GEOMETRI JALAN ANGKUT

J.1. Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus


Lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada jalan lurus
adalah sebagai berikut:

 
Lm  n.Wt  n  1 1 .Wt ………………………………………….…………….(2.14)
2
(Sumber: Suwandi, 2004)

Keterangan :
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut terbesar (m)
Jenis alat angkut dengan lebar terbesar dimiliki oleh Hino 700 dengan lebar 2,70
m. Oleh karena itu, lebar jalan angkut pada jalan lurus harus sebesar:

Lm = 2 x 2,70 m + (2+1)( ½ x 2,70) = 9,45 m

Lebar ini tidak termasuk lebar parit sebagai tempat aliran air. Dimensi parit akan
dihitung sendiri.
J.2. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Pelebaran jalan angkut pada tikungan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Suwandi, 2004):
W  nU  Fa  Fb  Z   C ……………………………………..….…(2.15)
C  Z  0,5(U  Fa  Fb) …..……………………………………….….(2.16)
Keterangan :
W = lebar jalan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur = 2 jalur
Fa = lebar juntai (over hang) depan (m)
Fb = lebar juntai (over hang) belakang (m)

82
83

U = jarak jejak roda (centre to centre tyre) (m)


Z = jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan (m)

Dari spesifikasi dump pada Lampiran L, truk Hino 700 dapat dihitung lebar jalan
minimum pada tikungan adalah :
Fa = 1,38 x sin 34 o = 0,77 m
Fb = 1,96 x sin 34o = 1,10 m
C = Z = 0,5 ( U + Fa + Fb )
= 0,5 ( 2,05 + 0,77 + 1,10) m
= 1,96 m
W = 2(2,05 + 0,77 + 1,10 + 1,96) + 1,96 = 13,72 m
Lebar ini tidak termasuk lebar parit atau drainase air.

J.3. Jari-Jari dan Superelevasi


Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan superlevasi yang
gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar tikungan.
Superelevasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Suwandi,2004) sebagai
berikut :
V2
emaks  f maks   ..………………………………….…….………..(2.18)
127Rmin
Keterangan:
emaks = superelevasi maksimum pada tikungan jalan (m/m)
fmaks = koefisien gesekan samping maksimum
V = kecepatan rencana (km/jam)
Rmin = radius lengkung minimum tikungan (m)
Hasil pengolahan angka superelevasi akan menghasilkan beda tinggi antara
elevasi sisi dalam dan sisi luar jalan.. Angka superelevasi 0,04 lebih variatif untuk
berbagai macam jari-jari tikungan dan tingkat kecepatan (Kaufmann dan Ault,
1977). Lebar jalan aktual paling besar adalah 16,15 m. Oleh karena itu, lebar jalan
paling besar ini akan digunakan menjadi patokan pengolahan angka superelevasi
untuk mencari beda tinggi sisi dalam dan sisi luar jalan.
84

Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 maka beda tinggi (a) yang harus
dibuat adalah :
tg  = 0,04 ; maka  = 2,29 0
a = w x sin 
Untuk lebar tikungan 16,15 m :
= 16,15 m x sin 2,29
= 0,65 m
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar tikungan adalah
0,65 m.

J.4. Cross Slope


Perhitungan Cross slope bertujuan untuk mencari beda tinggi antara sisi tengah
jalan dengan sisi samping jalan. Jalan angkut yang baik memiliki cross slope 40
mm/m. Hal ini berarti setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda tinggi sebesar
40 mm atau 4 cm. Sehingga setiap segmen jalan angkut mempunyai beda
ketinggian yang berbeda tergantung dengan lebar jalan. Berikut merupakan
perhitungan cross slope (Suwandi, 2004) :
p = ½ x lebar jalan ................................................................................ (2.19)
q = p x 40 mm/m .................................................................................... (2.20)
Dimana :
p = setengah lebar jalan angkut, m
q = beda tinggi antara sisi tengah jalan dengan sisi samping jalan, m

a. Segmen Front - A
p = ½ x 9,45 m = 4,73 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,725 x 40 mm/m
q = 189 mm = 18,90 cm
b. Segmen A - B
p = ½ x 9,89 m = 4,95 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,945 x 40 mm/m
q = 197,8 mm = 19,78 cm
85

c. Segmen F - G
p = ½ x 11,5 m = 5,75 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,75 x 40 mm/m
q = 230 mm = 23,00 cm
d. Segmen H - I
p = ½ x 10,35 m = 5,18 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,18 x 40 mm/m
q = 207 mm = 20,7 cm
e. Segmen I - J
p = ½ x 13,5 m = 6,75 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,75 x 40 mm/m
q = 270 mm = 27,00 cm
f. Segmen J - K
p = ½ x 12,5 m = 6,25 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,25 x 40 mm/m
q = 250 mm = 25,00 cm
g. Segmen N - O
p = ½ x 16,15 m = 8,075 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 8,075 x 40 mm/m
q = 323 mm = 32,30 cm
h. Segmen O - P
p = ½ x 13,57 m = 6,785 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,785 x 40 mm/m
q = 271,4 mm = 27,14 cm
i. Segmen P - Disposal
86

p = ½ x 10,85 m = 5,43 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,425 x 40 mm/m
q = 217 mm = 21,70 cm
Segmen jalan angkut B-C, D-E, E-F, G-H, K-L untuk front ± 1.600 m dan front1-
A’, front2-A’, A’-B’ untuk front ± 1.200 m adalah segmen jalan lurus dengan
lebar jalan angkut yang tidak ideal, oleh sebab itu cross slope yang digunakan
adalah cross slope untuk lebar jalan angkut minimal di jalan lurus, yaitu sebesar:
p = ½ x 9,45 m = 4,725 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,725 x 40 mm/m
q = 189 mm = 18,90 cm
Segmen jalan angkut C-D, L-M, M-N untuk front ± 1.600 m dan B’-F untuk ±
1.200 m adalah jalan angkut pada kondisi tikungan dnegan lebar jalan tidak ideal,
oleh sebab itu cross slope yang digunakan berdasarkan lebar jalan angkut
minimum pada tikungan yaitu sebesar:
p = ½ x 13,72 m = 6,86 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,86 x 40 mm/m
q = 274,4 mm = 27,44 cm

J.5. Grade Jalan


Grade jalan aktual pit mahayung yang dilewati oleh dump truck dapat dilihat pada
Tabel J.1. berikut ini. Pada segmen N – O, grade jalan lebih dari 8,00%, maka
perlu di potong, sehingga menjadi seperti Tabel J.2. dibawah ini.

Tabel J.1. Grade Jalan Aktual Pit Mahayung


Front ± 1.600 m
Beda
Jarak Grade
No Segmen Elevasi tinggi Lebar jalan
(∆X) (∆H) 0,00%
1 Fromt - A 56,30 92,98 88,85 -4,13 -7,34% 9,45
2 A-B 98,63 88,85 87,50 -1,35 -1,37% 9,89
3 B-C 71,30 87,50 83,41 -4,09 -5,74% 8,15
87

4 C-D 103,29 83,41 81,70 -1,71 -1,66% 7,69


5 D-E 114,45 81,70 81,40 -0,30 -0,26% 8,75
6 E-F 86,89 81,40 77,70 -3,70 -4,26% 8,50
7 F-G 117,95 77,70 69,80 -7,90 -6,70% 11,50
8 G-H 106,48 69,80 65,20 -4,60 -4,32% 8,05
9 H-I 108,60 65,20 69,40 4,20 3,87% 10,35
10 I-J 101,27 69,40 72,80 3,40 3,36% 13,50
11 J-K 102,90 72,80 73,90 1,10 1,07% 12,50
12 K-L 107,09 73,90 72,80 -1,10 -1,03% 9,35
13 L-M 104,75 72,80 67,40 -5,40 -5,16% 12,75
14 M-N 102,77 67,40 60,50 -6,90 -6,71% 9,40
15 N-O 104,24 60,50 51,30 -9,20 -8,83% 16,15
16 O-P 109,88 51,30 48,90 -2,40 -2,18% 13,57
17 P - Disposal 117,17 48,90 47,40 -1,50 -1,28% 10,85
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016

Tabel J.2. Grade Jalan Rencana Pit Mahayung


Front ± 1.600 m
Jarak Beda tinggi Grade Lebar
No Segmen Elevasi
(∆X) (∆H) 0,00% jalan
1 Fromt - A 56,30 92,98 88,85 -4,13 -7,34% 9,45
2 A-B 98,63 88,85 87,50 -1,35 -1,37% 9,89
3 B-C 71,30 87,50 83,41 -4,09 -5,74% 8,15
4 C-D 103,29 83,41 81,70 -1,71 -1,66% 7,69
5 D-E 114,45 81,70 81,40 -0,30 -0,26% 8,75
6 E-F 86,89 81,40 77,70 -3,70 -4,26% 8,50
7 F-G 117,95 77,70 69,80 -7,90 -6,70% 11,50
8 G-H 106,48 69,80 65,20 -4,60 -4,32% 8,05
9 H-I 108,60 65,20 69,40 4,20 3,87% 10,35
10 I-J 101,27 69,40 72,80 3,40 3,36% 13,50
11 J-K 102,90 72,80 73,90 1,10 1,07% 12,50
88

12 K-L 107,09 73,90 69,80 -4,10 -3,83% 9,35


13 L-M 104,75 69,80 64,00 -5,80 -5,54% 12,75
14 M-N 102,77 64,00 57,00 -7,00 -6,81% 9,40
15 N-O 104,24 57,00 54,90 -2,10 -2,01% 16,15
16 O-P 109,88 54,90 48,90 -6,00 -5,46% 13,57
17 P - Disposal 117,17 48,90 47,40 -1,50 -1,28% 10,85
Front ±1.200 m
Jarak Beda tinggi Grade
No Segmen Elevasi Lebar jalan
(∆X) (∆H) 0.00%
1 Front1-A' 76,03 78,89 76,74 -2,15 -2,83% 7,55
2 Front2-A' 52,04 77,96 76,74 -1,22 -2,34% 8,45
3 A'-B' 108,44 76,74 74,18 -2,56 -2,36% 6,85
4 B'-F 94,39 74,18 77,70 3,52 3,73% 10,35
5 F-G 117,95 77,70 69,80 -7,90 -6,70% 11,50
6 G-H 106,48 69,80 65,20 -4,60 -4,32% 8,05
7 H-I 108,60 65,20 69,40 4,20 3,87% 10,35
8 I-J 101,27 69,40 72,80 3,40 3,36% 13,50
9 J-K 102,90 72,80 73,90 1,10 1,07% 12,50
10 K-L 107,09 73,90 69,80 -4,10 -3,83% 9,35
11 L-M 104,75 69,80 64,00 -5,80 -5,54% 12,75
12 M-N 102,77 64,00 57,00 -7,00 -6,81% 9,40
13 N-O 104,24 57,00 54,90 -2,10 -2,01% 16,15
14 O-P 109,88 54,90 48,90 -6,00 -5,46% 13,57
15 P - Disposal 117,17 48,90 47,40 -1,50 -1,28% 10,85
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
LAMPIRAN K
SPESIFIKASI ALAT BERAT

K.1. Alat Gali Volvo EC 700

Tabel K.1. Spesifikasi Volvo EC 700


No Spesifikasi Keterangan
1 Engine Output – Net HP (HP) 451,00
2 Bucket Capacity (m3) 4,20
3 Fuel Tank (ltr) 840
4 Ground Bearing Pressure (Psi/kPa) 10,8/88,2
5 Weight (Kg) 70.000,00
6 Track Shoe Width (mm) 900,00
7 Equioment Dimension l/w/h (m) 13,32/4,30/3,59
8 Gradeability (o) 35,00
Sumber: Brochure EC700C Specifications

K.2. Alat Gali CAT 329E

Tabel K.2. Spesifikasi CAT 329


No Spesifikasi Keterangan
1 Engine Output – Net HP (HP) 232,00
2 Bucket Capacity (m3) 1,50
3 Fuel Tank (ltr) 520,00
4 Ground Bearing Pressure (Psi/kPa) 6,10/41,90
5 Weight (Kg) 31.279,00
6 Track Shoe Width (mm) 850,00
7 Equioment Dimension l/w/h (m) 9,83/3,29/3,04
8 Gradeability (o) 40,00
Sumber: Brochure CAT329E Specifications

89
90

K.3. Alat Angkut Hino 700

Tabel K.3. Spesifikasi Hino 700


No Spesifikasi Keterangan
1 Kapasitas Vessel (BCM) 13,00
2 Total Panjang/ Lebar/ Tinggi (m) 8,25/ 2,70/ 3,20
3 Fuel Tank (L) 300,00
4 GVM / GCM (Ton) 28,30 / 55,00
5 Lebar Juntai Depan dan Belakang (m) 1,38 / 1,96
6 Tenaga Maksimum (HP) 430,47
7 Jarak Roda (m) 2,05
8 Ground Pressure (psi/ Kpa) 10,45 / 72,08
9 Turning Radius (mm) 8,100
Sumber: www.hino.com.au

K.4. Alat Angkut Nissan CWB 45

Tabel K.4. Spesifikasi Nissan CWB 45


No Spesifikasi Keterangan
1 Kapasitas Vessel (BCM) 8,86
2 Total Panjang/ Lebar/ Tinggi (m) 7,8/ 2,49/ 2,87
3 Fuel Tank (L) 300,00
4 GVM / GCM (Ton) 26,00 / 43,95
5 Lebar Juntai Depan dan Belakang (m) 1,40 / 1,93
6 Tenaga Maksimum (HP) 345,20
7 Jarak Antar Roda Depan (m) 2,05
8 Ground Pressure (psi / Kpa) 9,17 /63,20
9 Turning Radius (mm) 7,600
Sumber: Specification Nissan Diesel Motor CWB45 Truck Chasis For Dump Truck
91

K.5. Alat Penunjang Dozer CAT D6R

Tabel K.5. Spesifikasi Bulldozer CAT D6R


No Spesifikasi Keterangan
1 Weight, Shipping (Dozer) (Kg) 18.325,00
2 Blade Dimension
- Width (m) 3,36
- Max Digging (mm) 500,00
3 Blade Capacity (m3) 3,89
4 Max. Kec. Maju (Km/Jam) 11,50
5 Max. Kec. Mundur (Km/Jam) 14,60
6 Fuel Tank (L) 424,00
7 Ground Pressure (kPa) 60,21
8 Daya bersih (HP) 174,33
9 Lebar Shoe (mm) 915,00
Sumber: www.cat.com

K.6. Alat Penunjang Dozer CAT D8R

Tabel K.6. Spesifikasi Bulldozer CAT D8R


No Spesifikasi Keterangan
1 Weight, Shipping (Dozer) (Kg) 37.920,00
2 Blade Dimension
- Width (m) 3,94
- Max Digging (mm) 780,00
3 Blade Capacity (m3) 8,70
4 Max. Kec. Maju (Km/Jam) 10,80
5 Max. Kec. Mundur (Km/Jam) 13,90
6 Fuel Tank (L) 625,00
7 Ground Pressure (kPa) 95,10
8 Daya bersih (HP) 320,50
9 Lebar Shoe (mm) 610,00
Sumber: www.cat.com

Anda mungkin juga menyukai