OLEH
DENNY EKA PUTRA
03121002006
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
ْسب
ِ ِِ م ِسبرِب ِهللا حَِّ ِرب ِهللا
ِِ ح
Artinya : “Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”
حِ ِه حي ِبس ِِد ِهي حْ ِبع ا ِ ُّن حدْد ار ْرحب، ِِد حِ ِه حي ِبس ِهي حْ ِبع ار ا حاا َِهللارب ْْرحب، ْْرحب
ِِد حِ ِه حي ِبس ِهي حْ ِبع ار ااََّد
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka
wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka
wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
Shalawat serta salam saya haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan umat muslim hingga akhir zaman
Ibunda Nurjanah dan Ayahanda Danny HN yang selalu memberi nasihat dan
motivasi, selalu menanggung kehidupanku sejak dari kecil, dan selalu berada di
sisiku saat bahagia maupun sedih dan keluarga yang selalu mendukungku
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Evaluasi Produksi
Pengupasan Overburden di Pit Mahayung Tambang Air Laya PT Bukit Asam
(Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan”. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 22 Februari 2016 – 24 Maret 2016.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih diberikan kepada Prof. Ir. H.
Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu Juniah, M.T. selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II Tugas Akhir, serta tak lupa juga ucapan terima kasih diberikan
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Subriyer Nasir, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2. Hj. RR. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
3. Bochori, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.
4. Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Dosen dan staf Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
6. M. Syobri dan Nurlian selaku Pembimbing Lapangan beserta seluruh staf
karyawan dan non staf PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
7. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan
8. Semua pihak yang sudah membantu selama Tugas Akhir ini berlangsung.
Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak untuk perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.
vii
RINGKASAN
Denny Eka Putra; Dibimbing oleh Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu
Juniah, M.T.
Evaluation of Stripping Overburden Production at Mahayung Pit Air Laya Mining Divition
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim South Sumatera
RINGKASAN
Penggalian overburden bekas disposal di Pit Mahayung bertujuan untuk membuat jalur
instalasi belt conveyor yang nantinya akan terhubung dengan alat shovel electric di front
Mahayung. Lokasi disposal berada di pit Muara Tiga Besar Utara. Lokasi disposal nanti akan
dipasang alat spreader sebagai ujung pembuangan dari alat shovel electric. Target produksi
pengupasan overburden untuk jalur instalasi belt conveyor di Pit Mahayung Bulan Januari
2016 hingga Juni 2016 adalah sebesar 2.400.000,00 BCM. Realisasi produksi Bulan Februari
2016 hanya 189.300,74 BCM. Target produksi yang tidak tercapai ini perlu dievaluasi apa
penyebabnya. Berdasarkan hasil penelitian, produksi pengupasan overburden Bulan Februari
2016 seharusnya dapat mencapai 210.199,66 BCM. Selisih dengan realisasi produksi sebesar
20.898,92 BCM. Penyebab tidak tercapainya target produksi terdapat tiga buah faktor, yaitu
a) banyaknya delay cycle time disebabkan dump truck mengantri baik di front, disposal,
maupun di jalan angkut b) geometri jalan yang tidak sesuai ketentuan c) dan efisiensi kinerja
operator rendah. Cara untuk meningkatkan produksi agar tercapai target produksi 400.000,00
BCM/bulan adalah dengan a) menghilangkan penyebab delay cycle time dengan mengatur
posisi front penambangan di front ±1.600 m, pembuatan jalur khusus di front ±1.200 m, dan
lebar jalan untuk maneuver alat angkut pada saat mengambil posisi ingin dimuat maupun
men-dumping timbunan minimal sebesar 8.100,00 mm b) memperbaiki geometri jalan yaitu
lebar jalan angkut keadaan lurus minimal 9,45 m dan tikungan minimal 13,72 m, superelevasi
0,65 m, pembuatan cross slope dan cutting grade jalan yang >8%, c) meningkatkan kinerja
operator alat dengan pelatihan (training) dan memperkuat pengawasan terhadap kinerja
operator. Perbaikan ini diperhitungkan akan mampu mencapai target produksi pengupasan
overburden sebesar 425.555,86 BCM.
viii
SUMMARY
Denny Eka Putra; Supervised by Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME dan Dr. Ir. Restu
Juniah, M.T.
Evaluasi Produksi Pengupasan Overburden di Pit Mahayung Tambang Air Laya PT Bukit
Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan
The purpose of stripping ex-disposal overburden in Pit Mahayung is to make belt conveyor
track installation which connected with shovel electric in front Mahayung. Disposal area
located in Muara Tiga Besar Utara Pit. Spreader, as the end of disposal which connected with
shovel electric in front mahayung, will be place in Muara Tiga Besar Utara disposal. The
target of stripping overburden for belt conveyor track installation at Mahayung in January
2016 until June 2016 is 2,400,000.00 BCM. However, the realization stripping overburden in
February 2016 is 189,300.74 BCM. We need to evaluate the cause why the stripping
overburden target production didn’t reach. Based on research, actually stripping overburden
in February 2016 can reach 210.199,66 BCM. There is difference approximately 20.898,92
BCM with stripping overburden realization. There are three factors that caused stripping
overburden target production never reach is by a) there are so many delay cycle time which
caused by crowded dump truck in front, disposal, and haul road b) wrong haul road geometry
measurement c) low efficiency operator performance. To reach stripping overburden target
production 400,000.00 BCM, we must a) decrease delay cycle time factor by arrange mining
front especially in front ±1,600 m, make haul road branch in front ±1,200 m, and haul road
for dump truck to turn must be 8,100 mm b) make a repair for haul road geometry that is
straight haul road width must be 9.45 m, bend haul road width 13.72 m, superelevasi must be
0.65 m, make cross slope planning and cutting for haul road grade >8% c) increase operator
skill with training and control operator works. This repair planning will increase stripping
overburden target production as 425.555,86 BCM.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS ............................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
RINGKASAN ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Keadaan Umum Mahayung...................................................... 2
1.3. Perumusan Masalah ................................................................. 4
1.4. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
2. DASAR TEORI
2.1. Ketersediaan Alat Mekanis ...................................................... 6
2.2. Produktivitas Alat Gali Muat ................................................... 8
2.3. Produktivitas Alat Angkut ....................................................... 9
2.4. Produktivitas Bulldozer ............................................................ 10
2.5. Match Factor ............................................................................ 11
2.6. Geometri Jalan Angkut ............................................................ 11
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 16
3.2. Tahapan Penelitian ................................................................... 18
3.3. Metode Penyelesaian Masalah ................................................. 22
3.4. Bagan Alir Penelitian ............................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Grafik Nilai Grade Jalan ............................................................ 10
2.2. Lebar Jalan pada Keadaan Lurus ............................................... 12
2.3. Lebar Jalan Tikungan ................................................................. 13
3.1. Peta Kesampaian Daerah............................................................ 16
3.2. Foto Udara Pit Mahayung .......................................................... 17
3.3. Overview Tambang Mahayung .................................................. 17
3.4. (i) Meteran Fujima 50 m, (ii) Leica Flexline TS02plus Total
Station, (iii) mengukur lebar jalan, (iv) peralatan tulis, kamera
HP dan stopwatch ....................................................................... 20
3.5. Segmen Jalan Hasil Data Total Station dengan Surpac 6.4.1. .... 22
3.6. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 24
4.1. (i) Excavator CAT 329 sedang Loading Nissan CWB 45 (ii)
Volvo PC 700 sedang memberaikan overburden sambil
menunggu DT ............................................................................. 27
4.2. (i) dan (ii) DT Hino 700 mengantri untuk dimuat (Crowded) .... 28
4.3. (i) Lebar Jalan Front yang Tidak Sesuai dan Tergenang
Air (ii) Penurunan Kondisi Jalan karena Lembek (iii) Genangan
Air Akibat Tidak Ada Cross Slope dan Drainase (iv) Lebar Jalan
Ideal dengan Kondisi Cukup Terawat ........................................ 33
4.4. (i) Bulldozer amblas di ujung front (ii) Bulldozer CAT D8R
Maintenance ............................................................................... 34
4.5. Skema Keadaan Jalan di Front ±1,600 m, (i) Tampak samping
kiri DT sedang mengantri (ii) Tampak Samping kanan (iii)
Tampak atas. ............................................................................... 35
4.6. Skema Rencana Pembuatan Jalur Khusus ke Front 2 ................. 36
4.7. Skema Pengambilan Posisi Yang Baik ....................................... 37
4.8. Skema Pengambilan Posisi yang Kurang Baik Menyebabkan
Crowded ..................................................................................... 37
4.9. Superelevasi Jalan Tikungan ....................................................... 39
4.10. Ketinggian Aktual dan Ketinggian Rencana Jalan..................... 40
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
realisasinya hanya 189.300,74 BCM. Target produksi yang tidak tercapai ini perlu
dievaluasi penyebabnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui penyebab tidak tercapainya produksi tersebut.
Seam A2 = 12,06 m
Interburden 2 = 16,48 m
Seam B1 = 9,12 m
b. Mahayung 15
Koordinat:
X = 363112,23
Y = 9588632,50
Z = 187,50
Hasil Kedalaman
Timbunan = 29,4 m
Overburden Insitu = 174,24 m
Seam A1 = 8,06 m
Interburden 1 = 2,68 m
Seam A2 = 12 m
Interburden 2 = 17,76 m
Seam B1 = 12.24 m
c. Mahayung 19
Koordinat
X = 363717.69
Y = 9589079.75
Z = 120.00
Hasil Kedalaman
Timbunan = 24,25 m
Overburden Insitu = 91,75 m
Seam B1 = 11,60 m
Interburden 1 = 2,40 m
Seam B2 = 6,4 m
Interburden 2 = 32,60 m
Seam C = 9,00 m
Luas wilayah Mahayung 400 Ha. Ketebalan material old dump Mahayung
± 25 m. Material old dump akan dikupas secara konvensional yaitu menggunakan
4
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
MA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑟𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100% ……………………..……………(2.1)
Sumber: Indonesianto, 2005
Hours worked atau operation hours dimula dari operator berada di satu alat
dan alat tersebut dalam keadaan operateable (mesin dan bagiannya siap
dioperasi). Hours worked ini termasuk delay time yang meliputi:
a. Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja
b. Moving time
c. Waktu lubrikasi, pengisian bensin dan pemeliharaan alat
d. Kehilangan waktu dikarenakan kondisi cuaca
e. Waktu-waktu untuk safety meeting
Sedangkan repair hours adalah waktu yang dipergunakan untuk:
a. Actual repair
b. Waiting for repair
c. Waiting for sparepart
d. Waktu yag hilang untuk maintenance
6
7
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
UA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100 ……...…………………………...(2.3)
Sumber: Indonesianto, 2005
𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
𝑇𝑃 = ....................................................................................... (2.5)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Bucket (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor (dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah ini)
- Skill Operator (Tabel 2.2.)
CT = Cycle Time = Digging Time + Swing Full Time + Loading Time + Swing
Empty Time (menit)
𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
𝑇𝑃 = .......................................................................................... (2.6)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
C = Kapasitas vessel
C = n x KB x BF
n = jumlah rit pengisian, KB = Kapasitas Bucket (m3), BF = Bucket Factor
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
- Skill Operator
𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾 𝑥 𝑒
𝑇𝑃 = ................................................................................... (2.7)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Blade (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
- Gear shifting time bulldozer (dapat dilihat pada table 2.2. berikut ini)
- e = Grade Factor (dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini)
- Skill Operator (Tabel 2.2.)
CT = Cycle Time (menit) = Dozing Time + Reversing Time + Gear Shifting Time
tikungan dipengaruhi oleh sifat membelok alat angkut sedangkan kelandaian jalan
(grade) akan dipengaruhi oleh daya alat angkut itu sendiri. Dengan rancangan
teknis jalan angkut yang sesuai dengan alat angkut yang direncanakan, maka
diharapkan fungsi, umur dan pelayanan jalan akan maksimum (Suwandi, 2004).
Pada pembuatan perencanaan geometri jalan tambang pada umumnya
hampir sama dengan pembuatan jalan raya pada umumnya, beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah lebar jalan, tanggul keselamatan, jari-jari tikungan,
superelevasi, kemiringan jalan (grade) dan cross slope.
2.6.1 Lebar Jalan
Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat kegiatan pengangkutan lancar
dan aman. Pada perencanaan pembuatan jalan, jalan belokan harus memiliki lebar
yang lebih daripada jalan lurus karena pada saat membelok kendaraan
membutuhkan ruang gerak yang lebih luas akibat jejak ban depan dan belakang
yang ditinggalkan pada jalan melebar.
2.6.1.1 Lebar jalan pada keadaan lurus
Menurut aturan “rule of thumb” yang dikemukakan oleh “AASHTO Manual
Rural Hihgway Design” pada tahun 1990, pada jalan lurus dengan jalur ganda
atau lebih harus ditambah setengah lebar alat angkut pada tepi kiri kanan jalan.
Artinya jumlah jalur kali lebar truck ditambah setengah lebar truck untuk tepi kiri
dan kanan jalan, juga jarak antara dua truck yang saling melewati. Berikut
Gambar 2.2. ilustrasi lebar jalan pada keadaan jalan lurus.
% %
½ Wt Wt ½ Wt Wt ½ Wt
Lm
Lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada jalan
lurus adalah sebagai berikut:
Lm n.Wt n 1 1 .Wt ………………………………………….…………….(2.9)
2
(Sumber: Suwandi, 2004)
Keterangan :
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut (m)
2.6.1.2 Lebar jalan pada tikungan
Lebar jalan pada tikungan berbeda dengan lebar jalan lurus hal tersebut
tergantung dari lebar jejak ban, lebar overhang depan dan belakang, jarak antar
alat angkut saat bersimpangan, dan jarak kedua tepi jalan. Perhitungan lebar jalan
pada tikungan dapat dilihat pada (Gambar 2.3) dibawah ini:
Fa
U Fb
Fa W
U
Fb
Lebar jalan pada tikungan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Suwandi, 1994):
W nU Fa Fb Z C ……………………………………..….…(2.10)
C Z 0,5(U Fa Fb) …..……………………………………….….(2.11)
Keterangan :
W = lebar jalan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur
14
2.6.4 Grade
Kemiringan jalan berhubungan dengan kemampuan alat baik dalam
pengereman maupun dalam mengatasi tajakan. Kemiringan jalan maksimum yang
dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut adalah berkisar antara 7-10%.
Δh
Grade(%) x100% .................................................................. (2.15)
Δx
Dimana :
h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)
x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.1. Peta Kesampaian Daerah (Sumber :Satker Eksplorasi Rinci PT. BA, 2016)
16
17
Gambar 3.2. Foto Udara Pit Mahayung (Sumber: Satuan Kerja Pemetaan PT BA, 2016)
Gambar 3.3. Overview Tambang Mahayung (Sumber: Satker Perencanaan Jangka Panjang, 2016)
18
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5
1 Safety Induction dan Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Penyusunan Laporan
setiap variabel agar diketahui pada tahapan yang mana dominan terjadi delay
cycle time dan mengetahui cycle time alat angkut tanpa delay cycle time.
b. Data Geometri Jalan
Data geometri jalan didapat dengan menggunakan alat yaitu total station.
Total station merupakan peralatan elektronik ukur sudut dan jarak yang menyatu
dalam 1 unit alat. Jenis total station yang digunakan oleh PT Berkah Prima
Persada (PT BPP) adalah Leica Flexline TS02plus (gambar 3.4.). Secara umum
cara kerja alat total station sama dengan theodolit, bedanya pada total station
tidak mempunyai pengunci limbus. Hasil yang didapat dari alat ini berupa
koordinat (x, y, z) suatu tempat. Data lebar jalan diambil manual dengan
menggunakan meteran Fujima 50 m.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari
perusahaan dan buku-buku handbook atau laporan perusahaan yang mendukung :
a. Data Curah Hujan, Foto Udara dan Peta Sekuen Penambangan
21
Data curah hujan yang diambil adalah data curah hujan Bulan Februari 2016
yang diperoleh dari satuan kerja rencana sipil dan hidrologi (Rensihid). Foto udara
diperoleh dari satuan kerja pemetaan dan peta sekuen penambangan dari
kontraktor yaitu PT Satria Bahana Sejahtera (PT SBS).
b. Data Spesifikasi Alat
Data spesifikasi alat ini berupa data lebar alat, tenaga penggerak, berat
kosong alat, kapasitas bahan bakar, jarak antar roda dan sebagainya. Data ini
didapatkan dari handbook alat.
c. Data Jam Perawatan Alat
Data jam perawatan alat diperoleh dari laporan bulanan PT. SBS selaku
kontraktor yang memiliki wewenang langsung dengan PT BPP di bidang
penambangan dan penyediaan alat berat untuk PT. Bukit Asam (Persero) tbk. Data
jam kerja alat ini terbagi menjadi tiga variabel yaitu waktu kerja aktual alat
(working hours), waktu stand by alat, dan waktu reparasi alat.
Gambar 3.5. Segmen Jalan Hasil Data Total Station dengan Surpac 6.4.1. (Sumber: PT
Berkah Prima Persada)
3. Menghitung produksi
overburden teoritis bulan
Februari 2016.
2 Apa penyebab tidak Mengetahui penyebab 1. Membandingkan produksi
tercapainya target tidak tercapainya target teoritis dengan produksi aktual
produksi pengupasan produksi pengupasan pengupasan overburden yang
overburden untuk jalur overburden untuk jalur tercapai.
instalasi belt conveyor? instalasi belt conveyor.
2. Mengamati penyebab
adanya delay cycle time
3. Mengamati kondisi
geometri jalan angkut
3. Meningkatkan kinerja
operator dengan pelatihan dan
pengawasan terhadap kinerja
operator
Studi Kepustakaan
Survey/Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimuat di front karena angka match factor menunjukkan > 1. Match factor
pasangan alat Volvo PC 700 dengan Hino 700 < 1 sehingga seharusnya tidak
terjadi antrian dump truck Hino 700 (seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.). Hal
ini menjadi indikasi awal bahwa terdapat suatu permasalahan pada kondisi front
pengupasan overburden Mahayung untuk jalur instalasi belt conveyor. (Dapat
dilihat pada Gambar 4.1.)
Target produksi pengupasan overburden Pit Mahayung mulai dari Bulan
Januari 2016 hingga Bulan Februari 2016 tidak pernah tercapai disebabkan oleh
beberapa alasan, yaitu:
ini sangat bertolak belakang dengan nilai match factor alat secara teoritis. (Dapat
dilihat pada Gambar 4.2.)
Rincian cycle time dari berbagai alat berat yang beroperasi di pit mahayung
dapat dilihat pada Lampiran B, Lampiran D, dan Lampiran F. Adapun rata-rata
cycle time tiap alat di pit mahayung.
o Alat Gali muat
Volvo PC 700 = 23,22 detik
CAT 329 = 19,16 detik
o Alat Angkut
Hino 700 = 1.168,04 detik (jarak ± 1.600 m)
Nissan CWB 45 = 776,39 detik (jarak ± 1.200 m), 1.085,86 detik (jarak ±
1.600 m)
o Bulldozer
CAT D6R = 41,86 detik
CAT D8R = 58,48 detik
Cycle time alat angkut jenis Hino 700 dan Nissan CWB 45 tanpa delay
cycle time seharusnya dapat hanya berkisar 834,99 detik (jarak ± 1.600 m) untuk
Hino 700 dan 611,99 detik (jarak ±1.200 m) serta 894,46 detik. (jarak ± 1.600 m)
untuk Nissan CWB 45. Rincian cycle time alat angkut dapat dilihat pada Lampiran
D. Rata-rata rincian cycle time dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan 4.2. berikut ini.
29
Waktu delay cycle time didominasi di variabel Set time loading (Stl) dan Set
time dump yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2.. Hal ini
menunjukkan terdapat masalah pada saat dump truck ingin mengambil posisi akan
dimuat di front maupun membuang material timbunan di disposal. Padahal nilai
match factor alat < 1, sehingga seharusnya tidak ada waktu antri dump truck untuk
dimuat.
Tabel 4.2. Rata-Rata Rincian Cycle time Hino 700 (Jarak Angkut ± 1.600 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Total delay cycle time Hino 700 adalah sebesar 10.826,20 detik atau 3 jam,
Nissan CWB 45 untuk jarak angkut ±1.200 m adalah sebesar 4.931,86 detik atau
1,37 jam, Nissan CWB 45 untuk jarak angkut ±1.600 m adalah sebesar 5.741,95
detik atau 1,60 jam.
Maka kerugian pengupasan overburden yang disebabkan oleh delay cycle
time adalah sebesar
o Untuk Hino 700 20 unit
= 490,4 BCM/jam x 3 jam = 1.471,2 BCM
o CWB 45 18 unit jarak angkut ±1.200 m
30
Tabel 4.3. Rata-Rata Rincian Cycle time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.200
m dan ± 1.600 m)
o Jarak Angkut ± 1.200 m
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stl 30 17,58 83,05 1.321,18 44,04
Loading 30 25,57 76,24 1.462,34 48,75
Htf 30 133,65 262,72 6.304,24 210,14
Std 30 14,88 215,83 1.288,48 42,95
Dt 30 14,11 223,73 1.502,10 50,07
Hte 30 170,87 261,83 6.481,44 216,05
DelayStl 27 16,22 533,52 3.557,35 118,58
DelayLt 4 12,85 53,08 141,30 4,71
DelayHtf 2 198,86 244,05 442,91 14,76
DelayStd 15 21,17 78,76 699,70 23,32
DelayDt 3 12,35 37,94 80,44 2,68
DelayHte 1 10,14 10,14 10,14 0,34
TotalCT 30 589,84 1.147,63 23.291,64 776,39
CTNonDelay 30 493,02 837,07 18.359,78 611,99
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
c. Grade jalan
PT Bukit Asam (Persero) Tbk telah menetapkan batas grade jalan tidak
boleh > 8,00%. Pada Segmen N-O jalan angkut ±1.600 m didekat disposal, grade
jalanya menyentuh angka 8.83%, oleh sebab itu bagian ini perlu di cut and fill
sehingga berada di bawah batas grade maksimal. Grade jalan aktual dapat dilihat
Lampiran L.
33
o Pada front ±1.200 m, dibuat jalur cabang agar tidak terjadi antrian (Dapat
dilihat pada gambar 4.6.)
Jalur ini dibuat agar alat angkut yang ingin ke front 2 tidak terhalang oleh
alat angkut front 1 yang sedang menunggu alat angkut front 1 turun.
b. Memperbaiki lebar jalan angkut dan menjaganya agar tidak terjadi
penyempitan
Dengan adanya lebar jalan angkut yang sesuai dengan ketentuan maka tidak
akan terjadi delay cycle time alat angkut pada saat hauling overburden. Oleh
karena itu, alat penunjang tambang yang bertugas merawat jalan perlu menjaga
lebar jalan agar selalu berada pada ukuran yang sesuai dengan ketentuan.
c. Mengatur lokasi belokan alat angkut untuk mengambil posisi siap untuk di-
loading di front atau men-dumping di disposal
Set time load (Stl) dan Set time dump (Std) adalah waktu alat angkut untuk
mengambil posisi siap untuk di-loading di front dan men-dumping material di
disposal. Lebar jalan putar harus menyesuaikan dengan turning radius alat angkut
37
terbesar yaitu Hino 700 sebesar 8.100 mm agar alat angkut dapat melakukan
maneuver dengan mudah. Semakin lama waktu untuk mengambil maneuver
dimuat maka waktu tunggu (delay) akan semakin panjang dan dapat menyebabkan
antrian alat angkut yang ingin dimuat. (Dapat dilihat pada Gambar 4.7. dan 4.8.)
Pada tabel 4.4. dibawah ini dapat dilihar kondisi jalan dan cross slope yang
seharusnya dibuat.
Tabel 4.5. Nilai Cross slope Setiap Segmen Jalan
Front 1,600 m - Disposal
Cross
Lebar jalan Aktual Lebar Jalan Ideal
No Segmen slope
(m) (m) (cm)
1 Fromt - A 9,45 9,45 18,90
2 A-B 9,89 9,89 19,78
3 B-C 8,15 9,45 18,90
4 C-D 7,69 13,72 27,44
5 D-E 8,75 9,45 18,90
6 E-F 8,50 9,45 18,90
7 F-G 11,50 11,50 23,00
8 G-H 8,05 9,45 18,90
9 H-I 10,35 10,35 20,70
10 I-J 13,50 13,50 27,00
11 J-K 12,50 12,50 25,00
12 K-L 9,35 9,45 18,90
13 L-M 12,75 13,72 27,44
14 M-N 9,40 13,72 27,44
15 N-O 16,15 16,15 32,30
16 O-P 13,57 13,57 27,14
17 P - Disposal 10,85 10,85 21,70
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
Front 1,200 m – Disposal
Lebar Jalan Cross
Lebar Jalan Ideal
No Segmen Aktual Slope
(m) (m) (cm)
1 Front1-A' 7,55 9,45 18,90
2 Front2-A' 8,45 9,45 18,90
3 A'-B' 6,85 9,45 18,90
4 B'-F 10,35 13,72 27,44
5 F-G 11,50 9,45 18,90
6 G-H 8,05 9,45 18,90
7 H-I 10,35 11,50 23,00
8 I-J 13,50 9,45 18,90
9 J-K 12,50 10,35 20,70
10 K-L 9,35 13,50 27,00
11 L-M 12,75 12,50 25,00
12 M-N 9,40 9,45 18,90
13 N-O 16,15 13,72 27,44
14 O-P 13,57 13,72 27,44
15 P - Disposal 10,85 16,15 32,30
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
39
Cross slope dibuat agar ketika hujan air mengalir ke bagian sisi drainase.
Kondisi jalan di pit mahayung tidak memiliki cross slope yang baik sehingga
banyak ditemukan genangan air di bagian tengah permukaan jalan. Pembuatan
cross slope harus diikuti dengan data lebar jalan. Pada saat musim hujan seperti
sekarang, genangan air ini dapat membuat permukaan jalan akan lembek sehingga
alat angkut akan berjalan lebih pelan karena takut dapat menyebabkan ban alat
angkut yang lewat amblas. Hal ini tentu mempengaruhi waktu edar alat angkut
sehingga produktivitasnya mengecil.
b. Superelevasi
Beda tinggi antara elevasi dalam dan elevasi luar yang disarankan untuk
jalan tikungan adalah sebesar 0,65 m (Lampiran L). Kondisi elevasi dalam dan
luar di pit Mahayung relati datar. Maka, untuk faktor keamanan perlu dibuat
superelevasi pada jalan tikungan untuk menahan gaya sentrifugal pada saat
menikung. Dapat dilihat pada Gambar 4.9. dibawah ini.
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum “Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol”
40
a. Jalan alat angkut berisi dan jalan alat angkut kosong dibuat
beda jalur
42
43
1. Perbaikan lebar jalan lurus Minimal lebar jalan lurus 9,45 m dan lebar jalan tikungan
dan tikungan 13,72 m
kondisi jalan yang baik
2. Pembuatan cross slope dapat dilihat pada tabel 4.4.
akan menghasilkan
Geometri jalan
2 produktivitas alat angkut
tidak sesuai beda tinggi antar tepi jalan dibuat 0,65 m pada saat tikungan
yang tinggi karena tidak 3. Pembuatan superelevasi
untuk menahan gaya sentrifugal
ada delay cycle time
4. Cutting grade jalan > agar alat angkut tidak terlalu sulit mendaki jalan yang
8,00% terlampau tinggi
44
Meningkatkan kinerja
kurangnya kedisiplinan, operator alat berat dengan
Efisiensi kinerja
3 pengalaman operator, SOP pelatihan (training) operator bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang handal
operator
kerja alat sering diabaikan dan memperkuat pengawasan
terhadap kinerja operator
5.1. Kesimpulan
Target produksi pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) di pit
Mahayung Bulan Februari 2016 adalah sebesar 400.000,00 BCM, realisasi
produksi Bulan Februari 2016 hanya sebesar 189.300,74 BCM. Berdasarkan hasil
penelitian didapat beberapa kesimpulan berikut.
1. Berdasarkan data waktu kerja efektif dan cycle time alat, kapasitas produksi
Bulan Februari 2016 seharusnya dapat mencapai 210.199,66 BCM. Terdapat
selisih sebesar 20.898,92 BCM dengan realisasi produksi.
2. Penyebab tidak tercapainya target produksi, yaitu:
a. Banyaknya delay cycle time alat angkut yang disebabkan oleh sering
terjadinya antrian baik di front, jalan angkut, maupun disposal. Kondisi ini
disebabkan oleh:
Pada Front ±1.200 m pemilihan jalur salah dan ±1.600 m terdapat front
penggalian yang menghalangi jalan.
Pengambilan posisi dump truck saat akan di-loading di front dan men-
dumping di disposal yang sulit akibat lebar jalan maneuver kurang lebar
b. Geometri jalan angkut yang tidak sesuai ketentuan. Lebar jalan lurus dan
tikungan yang menyempit. Tidak ada cross slope sehingga apabila hujan
menyebabkan genangan air dan jalan berlumpur. Kemudian adanya segmen
jalan memiliki grade melebihi batas maksimal yaitu > 8,00%.
c. Efisiensi kinerja operator rendah disebabkan kurangnya kedisiplinan
operator terhadap waktu kerja dan kurangnya kemampuan operator dalam
mengoperasikan alat sehingga hasil kerja tidak maksimal dan alat rusak
karena beroperasi diluar SOP.
3. Hasil evaluasi penyebab tidak tercapainya target produksi diperhitungkan dapat
meningkatkan kemampuan produksi hingga 425.555,86 BCM. Cara
45
46
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada empat hal yang perlu dilakukan perbaikan
agar target produksi 400.000,00 BCM pada Bulan April 2016 hingga Juni 2016
tercapai yaitu:
1. Pengaturan posisi penggalian, pembuatan jalur jalan khusus untuk pada front
±1.200 m, dan memperbesar lebar area DT untuk melakukan maneuver
memutar yang disesuaikan dengan turning radius alat terbesar.
2. Perbaikan Geometri Jalan, baik jalan lurus dan menikung, pembuatan cross
slope dan cutting grade jalan > 8,00%.
47
48
Thompson, R.J., Visser, A.T.Miller, R.E., dan Lowe, R.E. 2003. The
Development of a Real-Time Mineroad Maintenance Management System
Using Haul Truck and Road Vibration Signature Analysis. Johanesberg:
The Journal of The South African Institute of Mining and Metallurgy.
Thompson, R.J., dan Visser, A.T. 2003. Mine Haul Road Maintenance
Management Systems. Johanesberg: The Journal of The South African
Institute of Mining and Metallurgy.
Winarko, Ady. 2014. Evaluasi Teknis Geometri Jalan Angkut Overburden Untuk
Mencapai Target Produksi 240.000 BCM / Bulan di Site Project Mas
Lahat PT Ulima Nitra Sumatera Selatan. Skripsi, Fakultas Teknik:
Universitas Sriwijaya
49
LAMPIRAN A
EFISIENSI ALAT MEKANIS
Rincian data repair hours alat pada Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada
Tabel A.1. dibawah ini.
50
51
Berdasarkan Tabel A.1. di atas didapatkan nilai repair hours alat rata-rata
jam/hari, yaitu:
1. CAT 329 DL = 7,25 jam/bulan = 0,25 jam/hari
2. Volvo EC 700 = 12,89 jam/bulan = 0,45 jam/hari
3. DT CWB 45 = 82,45 jam/bulan = 2,84 jam/hari
4. Hino 700 = 40,00 jam/bulan = 1,38 jam/hari
5. Dozer D6R = 17,10 jam/bulan = 0,59 jam/hari
6. Dozer D8R = 1,75 jam/bulan = 0,06 jam/hari
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
Rumus: MA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑟𝑒𝑝𝑎𝑖𝑟 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 x 100%
a. CAT 329
16,19
MA = 16,19+ 0,25 x 100% = 98,48 %
b. Volvo EC 700
15,99
MA = 15,99+0,45 x 100% = 97,26%
c. DT CWB 45
13,60
MA = 13,60+3,18 x 100% = 81,05%
d. Hino 700
15,06
MA = 15,06 +1,72 x 100% = 89,75%
e. Dozer D6R
15,85
MA = 15,85+0,59 x 100% = 96,41%
f. Dozer D8R
53
16,38
MA = 16,38+0,06 x 100% = 99,64%
a. CAT 329
16,19+7,56
PA = x 100% = 98,95%
24,00
b. Volvo EC 700
15,99+7,56
PA = x 100% = 98,13%
24,00
c. CWB 45
13,60+7,56
PA = x 100% = 88,17%
24,00
d. Hino 700
15,06+7,56
PA = x 100% = 94,25%
24,00
e. CAT D6R
15,85+7,56
PA = x 100% = 97,54%
24,00
f. CAT D8R
16,38+7,56
PA = x 100% = 99,75%
24,00
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
UA = ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑+𝑠𝑡𝑎𝑛𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑥 100
a. CAT 329
16,19
UA = 16,19+7,56 x 100 = 68,16%
54
b. Volvo 700
15,99
UA = 15,99+7,56 x 100 = 67,90%
c. CWB 45
13,60
UA = 13,60+7,56 x 100 = 64,27%
d. Hino 700
15,06
UA = 15,06+7,56 x 100 = 66,58%
e. CAT D6R
15,85
UA = 15,85+7,56 x 100 = 67,70%
f. CAT D8R
16,38
UA = 16,38+7,56 x 100 = 68,42%
ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑒𝑑
EU = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
a. CAT 329
16,19
EU = 24,00 x 100% = 67,46%
b. Volvo EC 700
15,99
EU = 24,00 x 100% = 66,25%
c. CWB 45
13,60
EU = 24,00 x 100% = 56,67%
55
d. Hino 700
15,06
EU = 24,00 x 100% = 62,75%
e. CAT D6R
15,85
EU = 24,00 x 100% = 66,04%
f. CAT D8R
16,38
EU = 24,00 x 100% = 68,25%
LAMPIRAN B
CYCLE TIME ALAT GALI-MUAT
56
57
Swing
No Digging Swing full Loading Total CT
empty
31 3,95 3,35 5,49 3,13 15,92
32 6,64 4,40 9,57 7,61 28,22
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus : 𝑇𝑃 = (2.5)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Bucket (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Skill Operator
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
- CT = Cycle Time = Digging Time + Swing Full Time + Loading Time +
Swing Empty Time (menit)
59
60
61
62
Tabel D.4. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.200 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Tabel D.6. Rata-Rata Cycle Time Nissan CWB 45 (Jarak Angkut ± 1.600 m)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
Stf 30 12,04 54,32 832,05 27,74
Loading 30 67,83 124,12 2.765,50 92,18
Htf 30 279,47 422,15 10.538,70 349,14
Std 30 26,71 57,48 1.155,50 38,52
Dt 30 32,25 60,01 1.346,50 44,88
Hte 30 233,67 388,76 10.260,70 342,02
DelayStf 20 27,10 375,34 3.037,83 101,26
DelayHtf 4 19,45 30,16 95,22 3,17
DelayStd 26 20,30 422,39 2.608,90 100,34
TotalCT 30 821,74 1747,08 32.575,70 1.085,86
CTNonDelay 30 712,24 1036,01 26.833,72 894,46
Sumber: Dokumentasi Tugas Akhir Penulis, 2016
LAMPIRAN E
PRODUKTIFITAS ALAT ANGKUT
𝐶 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus: 𝑇𝑃 = 𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
C = Kapasitas vessel
C = n x KB x BF
n = jumlah rit pengisian, KB = Kapasitas Bucket (m3), BF = Bucket Factor
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Skill Operator
- Effective Utilization (EU)
- Bucket Factor
CT = Cycle Time = Stf + Lt + Htf + Std + Dt + Hte
- Stf = Set time
- Lt = Loading Time
- Htf = hauling Time
- Std = Set time dumping
- Dt = Dumping time
- Hte = Hauling time Empty
E.1. Hino 700
Diketahui:
C = 3 x 4,2 m3 x 1,15 (Bucket Volvo EC 700)
= 14,49 BCM
FK: MA = 89,75%
EU = 62,75%
Skill Operator = 0,6 (Jelek)
69
70
Apabila digunakan CT non delay, yaitu sebesar = 834,99 detik = 13,92 menit dan
skill operator = 0.9 (Baik)
Apabila digunakan cycle time non delay, yaitu 611,99 detik = 10,20 menit dan
skill operator = 0.9 (Baik)
Apabila digunakan cycle time non delay, yaitu 894.46 detik = 14.91 menit dan
skill operator = 0,9 (baik)
72
73
74
𝐾𝐵 𝑥 60 𝑥 𝐹𝐾
Rumus: 𝑇𝑃 = ........................................................................... (2.9)
𝐶𝑇
Sumber: Tenriajeng, 2003
Keterangan:
TP = Taksiran Produksi (m3/jam)
KB = Kapasitas Blade (m3)
FK = Faktor Koreksi
- Mechanical Availability (MA)
- Effective Utilization (EU)
CT = Cycle Time (menit) = Dozing Time + Reversing Time + Gear Shifting Time
76
77
𝑛𝐻 𝑥 𝑛.𝐶𝑡𝑚
Rumus: 𝑀𝐹 = ......................................................................... (2.10)
𝑛𝑀 𝑥 𝐶𝑡ℎ
Sumber: Indonesianto,2004
dimana :
nH = jumlah alat angkut
n = banyak pengisian bucket hingga vessel penuh
Ctm = Cycle time alat muat (menit)
nM = jumlah alat muat
Cth = Cycle time alat angkut (menit)
Adapun cara menilainya adalah :
- MF < 1,terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang
belum datang.
- MF = 1,tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF >1,terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
(Jarak ±1.200 m)
18 𝑥 5 𝑥 0,32
𝑀𝐹 = = 1,11
2 𝑥 12,94
(Jarak ±1.600 m)
78
79
18 𝑥 5 𝑥 0,32
𝑀𝐹 = = 0,795
2 𝑥 18,10
18 𝑥 2 𝑥 0,39
𝑀𝐹 = = 0,39
2 𝑥 18,10
Adapun data curah hujan bulan Februari 2016 di pit mahayung dapat dilihat
pada Tabel I.1. dibawah ini.
82
83
383,60
Rata-rata curah hujan bulan Februari 2016 = = 13,23 𝑚𝑚
29
68,18
Rata-rata jam hujan bulan Februari 2016 = = 2,35 𝑗𝑎𝑚
29
LAMPIRAN J
GEOMETRI JALAN ANGKUT
Lm n.Wt n 1 1 .Wt ………………………………………….…………….(2.14)
2
(Sumber: Suwandi, 2004)
Keterangan :
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut terbesar (m)
Jenis alat angkut dengan lebar terbesar dimiliki oleh Hino 700 dengan lebar 2,70
m. Oleh karena itu, lebar jalan angkut pada jalan lurus harus sebesar:
Lebar ini tidak termasuk lebar parit sebagai tempat aliran air. Dimensi parit akan
dihitung sendiri.
J.2. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Pelebaran jalan angkut pada tikungan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Suwandi, 2004):
W nU Fa Fb Z C ……………………………………..….…(2.15)
C Z 0,5(U Fa Fb) …..……………………………………….….(2.16)
Keterangan :
W = lebar jalan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur = 2 jalur
Fa = lebar juntai (over hang) depan (m)
Fb = lebar juntai (over hang) belakang (m)
82
83
Dari spesifikasi dump pada Lampiran L, truk Hino 700 dapat dihitung lebar jalan
minimum pada tikungan adalah :
Fa = 1,38 x sin 34 o = 0,77 m
Fb = 1,96 x sin 34o = 1,10 m
C = Z = 0,5 ( U + Fa + Fb )
= 0,5 ( 2,05 + 0,77 + 1,10) m
= 1,96 m
W = 2(2,05 + 0,77 + 1,10 + 1,96) + 1,96 = 13,72 m
Lebar ini tidak termasuk lebar parit atau drainase air.
Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 maka beda tinggi (a) yang harus
dibuat adalah :
tg = 0,04 ; maka = 2,29 0
a = w x sin
Untuk lebar tikungan 16,15 m :
= 16,15 m x sin 2,29
= 0,65 m
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar tikungan adalah
0,65 m.
a. Segmen Front - A
p = ½ x 9,45 m = 4,73 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,725 x 40 mm/m
q = 189 mm = 18,90 cm
b. Segmen A - B
p = ½ x 9,89 m = 4,95 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,945 x 40 mm/m
q = 197,8 mm = 19,78 cm
85
c. Segmen F - G
p = ½ x 11,5 m = 5,75 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,75 x 40 mm/m
q = 230 mm = 23,00 cm
d. Segmen H - I
p = ½ x 10,35 m = 5,18 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,18 x 40 mm/m
q = 207 mm = 20,7 cm
e. Segmen I - J
p = ½ x 13,5 m = 6,75 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,75 x 40 mm/m
q = 270 mm = 27,00 cm
f. Segmen J - K
p = ½ x 12,5 m = 6,25 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,25 x 40 mm/m
q = 250 mm = 25,00 cm
g. Segmen N - O
p = ½ x 16,15 m = 8,075 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 8,075 x 40 mm/m
q = 323 mm = 32,30 cm
h. Segmen O - P
p = ½ x 13,57 m = 6,785 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,785 x 40 mm/m
q = 271,4 mm = 27,14 cm
i. Segmen P - Disposal
86
p = ½ x 10,85 m = 5,43 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 5,425 x 40 mm/m
q = 217 mm = 21,70 cm
Segmen jalan angkut B-C, D-E, E-F, G-H, K-L untuk front ± 1.600 m dan front1-
A’, front2-A’, A’-B’ untuk front ± 1.200 m adalah segmen jalan lurus dengan
lebar jalan angkut yang tidak ideal, oleh sebab itu cross slope yang digunakan
adalah cross slope untuk lebar jalan angkut minimal di jalan lurus, yaitu sebesar:
p = ½ x 9,45 m = 4,725 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4,725 x 40 mm/m
q = 189 mm = 18,90 cm
Segmen jalan angkut C-D, L-M, M-N untuk front ± 1.600 m dan B’-F untuk ±
1.200 m adalah jalan angkut pada kondisi tikungan dnegan lebar jalan tidak ideal,
oleh sebab itu cross slope yang digunakan berdasarkan lebar jalan angkut
minimum pada tikungan yaitu sebesar:
p = ½ x 13,72 m = 6,86 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 6,86 x 40 mm/m
q = 274,4 mm = 27,44 cm
89
90