ABSTRAK
Helminthosporium sp. merupakan penyebab penyakit bercak cokelat pada beberapa tanaman seperti
padi, jagung dan gandum. Serangan cendawan ini mengakibatkan kehilangan produksi mencapai 50-91%
dan adanya inang lain selain inang utama dapat menyebabkan patogen tetap bertahan hidup di lahan .
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat ketahanan beberapa jenis padi terhadap penyakit bercak
cokelat, mengetahui lamanya masa inkubasi dan laju infeksi cendawan Helminthosporium sp. hingga
menimbulkan gejala pada tiap padi yang diujikan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 4 jenis
padi uji yaitu beras hitam, beras merah , beras siam dan varietas ciherang dengan 6 ulangan, sehingga
diperoleh 24 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan semua jenis padi uji mempunyai tingkat
ketahanan yang sama yaitu kategori rentan. Intensitas penyakit pada padi beras hitam 41,11%, beras merah
34,07%, beras lokal siam 34,07% dan varietas Ciherang 36,56% . Masa inkubasi tercepat terjadi pada
varietas padi siam, diikuti padi beras merah dan padi beras hitam yaitu pada hari ke 2 inokulasi, dan masa
inkubasi yang paling lambat terjadi pada varietas padi ciherang yaitu pada hari 4 setelah inokulasi. Tiap
varietas padi uji memiliki tingkat laju perkembangan penyakit yang berbeda-beda. Rata-rata laju
perkembangan penyakit paling cepat ialah beras merah 0,3 perhari nya, sedangkan terlambat ialah pada
varietas siam 0,1 Perharinya. Untuk varietas beras ciherang 0,14 unit/hari, beras hitam 0,18 unit/hari laju
perkembangan penyakit menunjukkan seberapa cepat perkembangan penyakit
Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat ketahanan padi beras merah, beras hitam, padi siam (lokal), dan ciherang terhadap
cendawan patogen Helminthosporium sp.?
2. Berapa lama masa inkubasi dari cendawan patogen Helminthosporium sp. hingga timbulnya penyakit
pada tiap jenis padi yang diujikan ?
3. Bagaimana laju perkembangan infeksi penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen
Helminthosporium sp. pada setiap jenis padi yang diujikan?
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Semua jenis padi uji mempunyai tingkat ketahanan yang sama terhadap cendawan patogen
Helminthosporium sp.
2. Pada padi varietas unggul memiliki lama masa inkubasi cendawan patogen Helminthosporium sp. lebih
panjang dibanding varietas lokal
3. Terdapat perbedaan laju perkembangan infeksi penyakit yang disebabkan cendawan patogen
Helminthosporium sp. pada tiap jenis padi yang diujikan
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menguji tingkat ketahanan beberapa jenis padi terhadap penyakit bercak cokelat
2. Mengetahui lamanya masa inkubasi cendawan Helminthosporium sp. hingga menimbulkan gejala pada
tiap padi yang diujikan
3. Mengetahui laju perkembangan infeksi Helminthosporium sp. pada tiap jenis padi yang diujikan
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang ketahanan beberapa jenis
padi terhadap penyakit bercak cokelat.
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
2
BAHAN DAN METODE
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember berisi 2,5 kg tanah, cangkul, papan nama
atau label, cawan petri, jarum ent, spuit, botol kaca, kertas koran, slide glass, autoklaf,
Haemacytometer,oven, gelas ukur, mikroskop, aluminium foil, cling wrap, cork borer, handspayer, alat tulis
dan kamera.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dan di pekarangan
rumah , Jl.Rantauan Timur 2 Kel. Pekauman Kec. Banjarmasin Selatan pada bulan Agustus sampai Oktober
2020.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 4 jenis padi uji yaitu beras hitam, beras merah ,
beras siam dan varietas ciherang dengan 6 ulangan, sehingga diperoleh 24 unit percobaan.
Persiapan Penelitian
Persiapan
Persiapan penanaman padi. Benih padi terlebih dahulu direndam selama 24 jam menggunakan air
biasa dan kemudian disemai dalam bak semai, setelah berumur 35 hari anakan padi dipindahkan ke dalam
ember plastik kecil dengan muatan tanah 2,5 kg
Sterilisasi alat. Alat-alat yang terbuat dari gelas disterilkan dengan sterilisasi kering, yakni dengan
menggunakan oven. Sebelumnya alat-alat tersebut dicuci bersih dan keringkan. Setelah kering alat-alat
tersebut dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam oven untuk disteril selama satu jam pada
suhu 1700 C.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan
Pembuatan Media Potato Dexrose Agar (PDA). Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
PDA adalah kentang 200 g, dektrose 20 g , agar 20 g, air steril satu liter dan streptomycin. Cara pembuatan
media PDA adalah sebagai berikut : kentang dicuci sampai bersih kemudian dipotong kecil-kecil dan
direbus dengan air steril. Setelah kentang masak ekstraknya disaring. Selanjutnya ekstrak kentang tersebut
ditambah dengan dektrose dan agar, diaduk sampai bahan-bahan tersebut larut dan merata. Kemudian
didalam campuran tersebut ditambahkan air steril hingga volume mencapai satu liter. Cairan PDA tersebut
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
3
dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih dituangkan ke dalam botol kaca. Media PDA dalam botol
kaca tersebut disterilkan menggunakan autoklaf selama 30 menit pada tekanan 15 psi
Isolasi tanaman bergejala. Tanaman yang bergejala digunakan berasal dari tanaman padi sakit yang
diambil dari daerah Kab. Banjar. Bagian daun yang sakit (bergejala) dipotong dan dicuci dengan alkohol.
Setelah itu dibilas dengan air steril sebanyak tiga kali. Potongan tanaman sakit tadi kemudian dimasukkan ke
dalam cawan petri yang berisi media PDA dan disimpan dalam incubator selama 4 hari.
Persiapan inokulum untuk isolasi dilakukan dengan cara isolat cendawan patogen
Helminthosporium sp. yang telah ditumbuhkan pada PDA yang berumur 13 hari digosok dengan
menggunakan segitiga perata. Penggosokan dengan menambahkan air steril sebanyak 10 ml penggosokan
pertama kemudian dibilas dengan 10 ml air steril kemudian digosok kembali sehingga dalam satu cawan
petri yang berisi biakan menggunakan 20 ml air steril. kemudian suspensi dihitung dengan menggunakan
haemacytometer dengan kerapatan spora 1x103 spora ml-1 . (Nabila, 2015).
Inokulasi dilakukan dengan menyemprotkan suspensi 305.000 konidia dengan konsentrasi 1x103
spora ml-1 secara merata di seluruh permukaan tanaman padi menggunakan hand sprayer
Pengamatan
Variabel yang diamati selama penelitian berlangsung adalah masa inkubasi, intensitas serangan, dan laju
kecepatan infeksi penyakit.
Masa inkubasi. Pengamatan variabel lamanya masa inkubasi dilakukan dengan menghitung lamanya
waktu (hari) yang diperlukan cendawan setelah diinokulasikan hingga gejala awal terlihat yaitu bintik-bintik
kecil pada daun .
Intensitas Serangan (%). Pengamatan pertama dilakukan apabila telah terdapat gejala pertama
muncul pada tanaman uji. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai dengan tanaman padi menimbulkan
gejala penyakit dengan kategori rentan yaitu pada skor 6 (Bercak patogen Helminthosporium sp. luas daun
terserang 16-25%)
Pengamatan respon tanaman dilakukan dengan pemberian skoring. Skala skoring mengacu pada tipe
bercak yang muncul pada daun. (Tabel 1). Skala skoring yang digunakan berdasarkan pada Standard
Evaluation System For Rice (IRRI). Data luas infeksi dianalisis dan dikonversikan dengan rumus :
I = ∑ −¿( nN. v.)V X 100%
Keterangan :
I = Intensitas serangan
n = jumlah sampel terserang
v = Nilai skala serangan tiap kategori
N = jumlah sampel yang diamati
V = Nilai tertinggi skala serangan
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
4
Tabel 1 . Klasifikasi skor intersitas serangan pada tanaman (IRRI)
Skor Persentase daun yang terserang Tingkat Ketahanan
0 Tidak ada daun yang terserang Imun
1 <1% Sangat tahan
2 1-3% Tahan
3 4-5% Cukup tahan
4 6-10% Cukup tahan
5 11-15% Cukup rentan
6 16-25% Cukup rentan
7 26-50% Rentan
8 51-75% Sangat rentan
9 76-100% Sangat rentan
Laju infeksi penyakit. Laju infeksi penyakit adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa cepat
populasi patogen berkembang atau nilai yang menunjukkan lajunya perkembangan populasi patogen per unit
per satuan waktu. Laju infeksi penyakit dihitung menggunakan rumus polisiklis (Van Der Plank, 1963) :
r= 2,3
t 2−t 1 {log
X2
1−X 2
log
X1
1−X 1 }
keterangan
r = laju infeksi
x1= Intensitas penyakit pengamatan pertama
x2= Intensitas penyakit pada pengamatan kedua
t1= waktu pengamatan pertama
t2 = waktu pengamatan kedua
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Masa Inkubasi
Berdasarkan pengamatan terdapat perbedaan lamanya masa inkubasi dari cendawan
Helmintosporium sp. pada tiap varietas padi. Masa inkubasi tercepat ialah pada beras merah, beras hitam dan
beras siam, yakni selama 2 hari. Sedangkan beras ciherang memiliki masa inkubasi 4 hari. Untuk lebih jelas
dilihat pada (table 2).
Tabel 2. Hasil Pengamatan Masa inkubasi dan Intensitas Serangan diakhir Pengamatan
Varietas Masa Inkubasi (hari) Intensitas Serangan (%) Tingkat ketahanan
Beras Hitam 2 41,1 Rentan
Beras Merah 2 34,1 Rentan
Beras Siam 2 34,1 Rentan
Beras Ciherang 4 36,6 Rentan
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
6
Laju Perkembangan Penyakit
Tiap varietas padi uji memiliki tingkat laju perkembangan penyakit yang berbeda-beda yaitu pada
padi beras merah 0,3 unit/hari, padi beras hitam 0,19 unit/perhari, padi siam 0,11 dan padi ciherang 0,14.
Menurut Lakhasia et al (2019) hal ini bisa terjadi karena varietas padi menunjukkan hasil yang berbeda
terhadap ketahanan yaitu bagaimana hubungan interaksi antara tanaman inang dengan patogen
memunculkan reaksi kesesuaian (kompatibel respon) dan ketidaksesuaian (tahan ) Laju perkembangan
penyakit menunjukkan seberapa cepat perkembangan penyakit. Rata-rata laju perkembangan penyakit paling
cepat ialah beras merah 0,34 perhari nya, sedangkan terlambat ialah pada varietas siam 0,11Perharinya.
Untuk varietas beras ciherang 0,14, beras hitam 0,18
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
7
Pembahasan
Ketahanan beras hitam, beras merah, beras lokal (Siam), dan varietas Ciherang semuanya masuk
dalam katagori rentan terhadap penyakit bercak cokelat yaitu dengan presentase 26-50%. Menurut Agrios
(2005) Secara genetik ketahanan suatu tanaman ditentukan oleh adanya gen tahan yang dapat menahan gen
virulensi patogen. Namun beberapa interaksi tanaman patogen, tanaman menjadi tahan karena lolos dari
penyakit atau tanaman tersebut toleran terhadap penyakit. Diduga empat jenis padi yang diuji tidak
memiliki gen tahan terhadap H. oryzae.karena menunjukkan reaksi rentan. Menurut penelitian Prabawa dan
Damanhuri (2018) varietas ciherang digunakan sebagai cek rentan kemudian menunjukkan periode laten
yang lebih cepat dibandingkan dengan genotip yang diuji (padi beras lokal). Hal ini dapat dikatan varietas
ciherang memiliki tingkat ketahanan yang rendah terhadap penyakit karena semakin cepat laten dapat
diindikasikan tanaman tersebut lebih rentan terhadap serangan penyakit.
Pengamatan pada masa inkubasi Helminthosporium sp. pada tiap varietas berbeda-beda. Menurut
penelitian Barnwal et al, 2013 ada beberapa faktor mempengaruhi siklus hidup dan epidemik bercak cokelat
yakni, curah hujan dan kekeringan. Kondisi pada saat penelitian awal-awal pengamatan cuaca panas
kemuadian seterusnya berubah cuaca menjadi hujan dan kadang-kadang dalam satu hari ada yang panas
diselingi dengan hujan (tidak stabil). Pada musim kekeringan dan curah hujan menyebabkan pertumbuhan
penyakit bercak cokelat menjadi tinggi, suhu dan kelembaban juga faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan penyakit bercak cokelat. Menurut Monisha et al 2019 suhu dan kelembaban yang dibutuh
untuk pertumbuhan penyakit bercak cokelat yakni, kondisi suhu 28 ° C dengan kelembaban relatif 80%.
Masa inkubasi paling singkat ialah varietas beras hitam, beras merah dan beras siam yakni selama 2 hari
setelah inokulasi, sedangkan masa inkubasi terpanjang ialah pada varietas ciherang yakni selama 4
harisetelah inokulasi. Lama masa Inkubasi ini sama dengan yang disebutkan oleh semangun (1991), bahwa
masa inkubasi dari cendawan Helminthosporium sp. hingga muncul gejala awal terlihat berkisar 2x24
setelah inokulasi. Menurut Herlisa (2019), gejala mulai tampak 2-4 minggu setelah padi dipindah dan gejala
paling berat tampak lebih kurang satu bulan sebelum panen. Dilihat masa inkubasi cendawan
Helminthosporium sp. singkat hal ini diduga disebabkan oleh tingkat patogenesitas cendawan
Helminthosporium sp. yang tinggi adapun menurut Abdi (2003) patogen merupakan salah satu faktor
terjadinya epedemi penyakit karena pathogen yang virulen lebih cepat menginfeksi inang dan menyebabkan
produksi inokulum lebih cepat dalam jumlah yang lebih besar. Adapun yang disampaikan oleh Agrios
(2005) setiap patogen tingkat kepatogenesitasnya berbeda-beda. Adapun faktor lingkungan yang berperan
dalam proses infeksi patogen masuk kedalam jaringan tanaman salah satunya yaitu suhu, cahaya dan
kelembaban, serta faktor pada tanaman seperti umur tanaman, pemupukan, dan wartu tanam (Ou, 1985)
Pada pengamatan laju perkembagan penyakit varietas beras hitam pada awal perkembangan sangat
cepat, kemudian menurun hingga pada pengamatan ke 8 perkembangan laju infeksi tidak berkembang
sampai pada pengamtan ke 12. Hal ini sama dengan penelitian Betty et al (2005) yang menyatakan pola
perkembangan pernyakit bercak daun H.oryzae pada semua genotipe yang diuji cendrung sama pada periode
umur tanaman 45-60 hari dengan r = 0,0886 unit/hari, tetapi berkembangan dengan arah yang berbeda pada
saat menjelang panen dengan r= 0.0584 unit /hari , keadaan ini menyebabkan intensitas serangan pada umur
tanaman bertambah lebih rendah . Perkembangan penyakit pada beras merah sangat cepat kemudian
menurun dan pada pengamatan ke 6 , 9, 10,11, 12, 14 dan 16 laju infeksi tidak berkembang. Laju infeksi
penyakit pada varietas siam pengamatan pertama tidak menimbulkan gejala begitu pula dengan varietas
ciherang juga tidak menimbulkan gejala. Laju infeksi yang tidak berkembang ini diduga karena faktor
lingkungan yang tidak stabil yaitu menurut (Marison, 2020) dikutip dalam kompas.com data dari BMKG
selama bulan September sampai dengan Oktober ini periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke
penghujan. Pernah dikatakan Abadi (2003) faktor lingkungan yang paling berperan terhadap awal terjadinya
infeksi penyakit atau perkembangannya yaitu suhu dan kelembaban udara. Pengaruh suhu terhadap
perkembangan penyakit tertentu setelah infeksi tergantung kombinasi inang- pathogen, suhu yang
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
8
memungkinkan untuk patogen berkembang menurut Pakki (2005) yaitu 20 oC, 25oC dan 30oC. Begitu juga
dengan kelembapan sangat mempengaruhi perkembangan laju penyakit karena sangat diperlukan untuk
perkecambahan spora jamur dan penetrasi inang oleh tabung kecambah. Pada tanaman inang pengaruh
nutrisi juga dapat mempengaruhi kelajuan infeksi seperti penyakit bercak pada padi Helminthosporium sp.
yaitu kelebihan dan kekurangan N akan meningkatkan kerentanan tanaman pada semai padi, dan akan
terbantu bila tanah kekurangan K, Mn, dan Fe. Adapun nilai rata-rata laju infeksi kurang dari 0,5 unit/hari
diduga karena inang tahan dan pathogen tidak agresif. Adapun menurut Menurut Van der Plank(1963)
dalam Guntur dan Emmy (2011) nilai laju infeksi tergantung lingkungan mendukung atau tidak, inang
rentan atau tahan dan patogen apabila nilai r lebih dari 0,5 unit/hari berarti inang rentan, cuaca mendukung
dan patogen dan sebaliknya.
Kesimpulan
Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan antara lain adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapang
mengenai uji ketahanan berbagai macam varietas yang tahan tehadap penyakit Helmintosphorium sp.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Latief Abadi. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing. Hal 121-137. ISBN 979-
3323-37-X Bab VIII. Pemuliaan Tumbuhan untuk Ketahanan
Abdul Latief Abadi. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia Publishing. Hal 1-30. ISBN 979-3323-
37-X Bab 1. Epidemi Penyakit
Agrios G.N. 2005. Plant Pathology, Third Edition. Dept of Plant Pathology. University of Florida. Academic
Press. Gainesville. Indonesia edition: Ilmu Penyakit Tumbuhan, Edisi Ketiga Translation
Barnwal M K , Kotasthane A , Magculia N , Mukherjee P K , Savary S , Sharma A K , Singh H B ,
Singh U S & Sparks A H , Variar M and ZaidI N . 20013. A review on crop losses, epidemiology
and disease management of rice brown spot to identify research priorities and knowledge gaps. Eur J
Plant Pathol DOI 10.1007/s10658-013-0195-6
Bety Y A , Jatmiko S Y1, dan Ismail BP. 2005. Ketahanan Genotipe Dan Perkembangan Penyakit Pada
Padi Sawah Tadah Hujan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 24 (1)
Djunaedy A. 2009. Ketahanan Padi (Way Apo Buru, Sinta Nur, Ciherang, Singkil Dan Ir 64) Terhadap
Serangan Penyakit Bercak Cokelat (Drechlera Oryzae) Dan Produksinya. Agrovigor Volume 2 (1)
Guntur S.J. Manengkey dan Emmy Senewe. 2011.Intensitas dan Laju Infeksi Penyakit Karat Daunuromyces
phaseoli pada Tanaman Kacang Merah. Eugenia Volume 17 (3)
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
9
Herlisa E, 2019. Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Padi. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian. Http://Cybex.Pertanian.Go.Id/Artikel/90421/Penyakit-Bercak-Daun-Pada-
Tanaman-Padi/. Diakses Pada Hari Rabu , 25 November 2020
Internasional Rice Testing Program. 1988. Standard evaluation system for rice, 3 rd ed. Internasional Rice
Research Institute, P.O. Box 933, Manila. Philippines. 54 p.
Jha, A.C., Rai, B. and Jha, M.M. (2004a). Response of direct Seeded and transplanted rice varieties on the
development of brown spot disease. Annals Biol. 20: 195-197.
Lakshita N, Poromarto S H, Hadiwiyono H.2013. Ketahanan Beberapa Varietas Padi terhadap Cercospora
oryzae. Agrotech Res J, December 2019, 3(2): 75-79
Marison. 2020. Peralihan Musim, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Indonesia Sepekan ke Depan. Diakses
14 April 2021. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/22/16133471/peralihan-musim-
bmkg-prediksi-cuaca-ekstrem-di-indonesia-sepekan-ke-depan?page=all.
Monisha S, Praveen NM and Ramanathan A. 2019. Isolation, Characterization And Management Of Brown
Spot Disease Of Rice. Journal Of Pharmacognosy And Phytochemistry 2019; 8(3): 4539-4545
Nabila R Y. 2015. Perkembangan Cendawan Helminthosporium sp. dan Culvularia sp. pada Tanaman
Gandum (Triticum aetivum L). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ou, S.H. 1985. Rice Diseases 2nd edn. CMI, Kew, Eangland, 370 pp
Pakki S, 2005. Epidemiologi Dan Pengendalian Penyakit Bercak Daun (Helminthosporium sp.) Pada
Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 24(3),
Prabawa Shantiawan Putu dan Damanhuri. 2018. Evaluasi Ketahanan Genotip Padi Beras Merah (Oryza
sativa L.) Terhadap Penyakit Blas Daun (Pyricularia oryzaeCav.) RAS 173. Agricultural Journal.
Vol. 1 (2) hal 82-87
Norjamilah, 2020. Ketahanan Penyakit Bercak Cokelat (Helminthosporium sp.) Pada Beberapa Jenis Padi
10