ACARA 1
Disusun oleh :
Nama : Obed Pukka Daniel Silalahi
NIM : 15/378210/PN/14016
Gol. /Kel. : C2.1 / 1
Asisten : 1. Nadiyah Hidayanti
2. Sofiah Br Pane
3. Putri Laily
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2017
1. TUJUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Secara kolektif, jamur menyebabkan penyakit tanaman lebih banyak dari kelompok
hama tanaman lainnya, yaitu lebih dari 8.000 spesies terbukti menyebabkan penyakit. Peran
penting jamur dalam kehidupan manusia sebagai penyebab penyakit pada tanaman dan
manusia, bahan baku produk industri dan farmakologi, dan dekomposer. Dampak negatif
jamur terhadap kesehatan tanaman, persediaan makanan, dan gizi manusia sangat besar.
Serangan jamur patogen tanaman dapat mengakibatkan penurunan hasil panen secara
global. Sebagai contoh pada abad pertengahan tanaman gandum yang merupakan bahan
makanan utama, hancur ketika bulir terinfeksi spora jamur Tilletia spp. Sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan produksi gandum dunia. Pada umumnya serangan
patogen terhadap tanaman dapat dicegah dengan sanitasi yang ketat. Selain itu pencegahan
jamur patogen dapat dilakukan dengan menggunakan agen pengendali hayati (Ellis et al.,
2008).
Kentang merupakan bahan pangan utama keempat di dunia, setelah gandum, jagung
dan padi. Di Indonesia, kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk salah satu bahan pangan
alternatif yang mulai dikembangkan pada bidang pertanian dan banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam industri olahan makanan (Rubatzky dan Yamaguci, 1998; Fuglie, 2000;
Samadi, 2007).
Menurut Burnett dan Oxley (2010), penyakit yang paling banyak menyerang
tanaman kentang adalah penyakit layu yang disebabkan oleh jamur patogen. Phytopthora
infestan dan Fusarium sp. pernah dilaporkan sebagai penyebab penyakit layu yang
menyerang tanaman kentang di sebagian besar daerah di Tunisia (Ayed et al., 2006). Gejala
layu umumnya dimulai dari daun yang lokasinya di bawah dan selanjutnya berkembang ke
arah atas akibat pangkal batang mulai membusuk. Daun yang layu akan menguning dan
akhirnya mengering, walaupun daun pucuknya tetap tampak hijau (Warda, 2008).
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan
perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Kelapa sawit
merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak nabati. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu produsen utama
minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi et all., 2002).
Jutaan hektar pertanaman kelapa sawit di Indonesia tengah menghadapi ancaman
penyakit yang mematikan. Penyakit ini tidak hanya menyerang pertanaman kelapa sawit
petani akan tetapi juga menyerang tanaman sawit di perkebunan besar yang dibudidayakan
secara intensif. Penyakit menyerang bagian pangkal batang kelapa sawit secara perlahan
sehingga menyebabkan busuknya pangkal batang oleh karena itu penyakit ini dinamakan
Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma spp. Serangan
penyakit BPB pada perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera Utara sudah
berada pada kondisi mengkhawatirkan. Berdasarkan contoh kasus hasil sensus yang
dilakukan pada salah satu perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera, dalam satu hektar
tanaman kelapa sawit umur 14 tahun generasi ke 3 dan ke 4 serangan penyakit BPB
mencapai 50%. Sementara itu berdasarkan rekaman data yang diperoleh Direktorat
Jenderal Perkebunan serangan penyakit BPB terjadi di Sumatera Utara (2.691 ha),
Bengkulu (678 ha), dan Aceh (135 ha). Diduga serangan penyakit BPB ini sudah banyak
terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan. (Lizarmi, 2011).
Dari hal tersebut maka perlu dilakukan pengamatan lebih dengan tujuan mengetahui
seberapa besar pengaruh suhu dan kelembaban terhadap perkembangan jamur pathogen
penyebab penyakit, sehingga dapat dilakukan pengendalian yang tepat dan efektif
mengingat pentingnya tanaman holtikultura dan perkebunan di Indonesia
3. METODOLODI
Pada praktikum Ekologi Hama dan Penyakit tanaman, yaitu pada acara 1 yang berjudul
Lingkungan dan Pertumbuhan Vegetatif yang dilakaukan pada hari Selasan, 12 September
2017 di Laboratorium Sub Entomologi terapan, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
,Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Dilakukan 3 perlakuan yaitu sebagai berikut.
A. Variasi Cahaya terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jamur.
Bahan dan alat yang digunakan yaitu medium agar kentang (PDA), Isolat jamur
Phytophthora sp., Fusarium sp., atau jamur lain yang pertumbuhan vegetatifnya cepat dalam
cawan petri berumur kurang lebih 2 minggu, dan alkohol 70%. Bahan yang digunkaan bor
gabus deameter 5 dan 10mm. Seperangkat alat isolasi dan sterilisasi, ruang isolasi, dan cawan
petri steril berdiameter 9cm sebnayak 15 buah.
Cara kerja yang dilakukan yaitu terdiri dari 3 perlakuan P1: gelap, P2: gelap-terang dan
P3: terang. Dibuat plate agar dengan cara memanaskan agar dan dituangkan secara asepti ke
dalam cawan petri setipis mungkin, kemudian ditunggu hingga dingin. Cawan petri diberi tanda
garis yang saling tegak lurus di pusatnya. Inokulum diambil dengan bor gabus dan diletakkan
pada pusat tanda di cawan petri dan diulangi sebanyak 9 ulangan. Kemudian inkubasi masing-
masing 3 petri untuk tiap perlakuan yaitu P:1 pada keadaan gelap, P2: pada keadaan gelap 12
jam dan terang 12 jam,P3 : keadaan terang diletakkan pada suhu kamar. Diamati setiap hari
dengan mengukur diameter koloni. Yaitu pada diameter terpanjang dan terpendek kemudian
pengamatan dihentikan setelah 1 minggu yaitu ketika koloni penuh. Hasil dibandingkan antar
perlakuan pada pengamatan terakhir.
Ganoderma sp. penyebab busuk pangkal adalah salah satu patogen yang penting dalam
perkebunan kelapa sawit. Infeksi jamur Ganoderma sp. di lapangan berawal dari adanya
persentuhan akartanaman yang sehat dengan jaringan akar tanaman yang telah terserang di
dalam tanah atau batang kelapa sawit yang telah terinfeksi jamur Ganoderma sp. yang
dibiarkan membusuk di kebun (sebagai sumber inokulum Ganoderma sp.) di mana
jamur Ganoderma masih hidup sebagai saprofit.
Untuk keberhasilan penetrasi dan degradasi akar sehat yang utuh, produksi sebuah
susunan enzim-enzim pendegradasi dinding sel sangat dibutuhkan untuk melakukan penetrasi
jaringan akar yang terluar yang tersusun atas polimer selulosa yang kuat, lignin dan suberin.
Aktifitas enzim oleh jamur G. boninense yang sesuai untuk lignin dan keseluruhan polimer
utama lainnya dari penyusun dinding sel terdeteksi bersama dengan efeknya pada komposisi
dinding inang selama infeksi G. boninense. Satu bulan setelah inokulasi pemutihan pada akar
tampak jelas mengikuti miselium yang mungkin mencerminkan kerusakan oksidatif
lignin(Cooper, 1984 dan Rees, 2006 dalam Cooper and Rees, 2011). Di bagian akar, miselium
jamur Ganoderma berada dalam sel empulur, korteks, endodermis perisikel dan parenkima.
Jamur ini akan menginfeksi dan bergerak dalam akar menuju ke pangkal batang tanaman
kelapa sawit.
Turner (1981) melaporkan bahwa fungsi basidiospora Ganoderma sp. dalam
penyebaran penyakit masih belum jelas. Dengan penyebaran yang begitu luas, diperkirakan
setiap pohon kelapa sawit dalam satu kebun akan terinfeksi penyakit BPB jika basidiospora
menyebarkan infeksi. Percobaan untuk menginokulasi jamur tanaman kelapa sawit yang sehat
dengan spora dan kajian ukuran inokulum telah menunjukkan bahwa spora tidak mempunyai
kemampuan inokulum yang mencukupi untuk menyebabkan infeksi terus pada pohon kelapa
sawit. Namun, (Susanto, dkk, 2007) menyatakan bahwa basidiospora memainkan peranan
dalam menyebarkan penyakit. Basidiospora tidak selalu membentuk miselium sekunder dan
tubuh buah karena memerlukan tipe perkawinan yang sama. Basidiospora dibebaskan dan
menyebar secara besar-besaran pada pukul 22.00-06.00, dan lebih sedikit pada pukul 12.00-
16.00. Pemencaran ini juga dibantu oleh kumbang Oryctes rhinoceros yang larvanya umum
ditemukan pada batang kelapa sawit yang busuk.
Ganoderma menyebar dalam tanah melalui akar dan melalui udara. Studi
kompatibilitas telah menunjukkan bahwa jamur dikumpulkan dari bidang atau wilayah yang
sama mungkin memilikiasal yang berbeda sehingga pertumbuhan miselium mungkin
bukansatu-satunya metode penularan penyakit di antara pohon-pohon. Basidiomycetes,
seperti Ganoderma sp. memiliki dua strategi untuk reproduksinya, yakni spora dan miselia
(Miller, 1995 dalam Hushiarian et al., 2013).
Siklus hidup jamurGanoderma dapat dirincikan seperti pada (1)Basidiospora yang
haploid dihasilkan oleh basidium. (2)Basidiospora berkecambah menjadi miselium
manokarion. (3)Dua monokarion yang serasi bertemu, pertautan hifa dan plasmogami terjadi
dan menghasilkan hifa dwikarion. (4)Mekanisme dwikariotisasi terjadi di mana jepit
penghubung (clamp connection) terbentuk pada miselium baru. (5)Seterusnya basidiokarpa
terbentuk. (6)Lapisan himenium terbentuk dan (7)basidium terbentuk. (8) Kariogami terjadi
dalam basidium dan(9) setelah meiosis, empat nukleus haploid terbentuk. (10)Pembentukan
empat tonjolan merupakan proses awal pembentukan basidiospora. Seterusnya setiap nukleus
bergerak ke tonjolan dan akhirnya empat basidiospora terhasil pada ujung basidium.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka yang telah didapat, pertumbuhan dan
perkembangan suatu jamur akan dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik suhu, kelembaban,
dan cahaya. Pertumbuhan dan perkembangan jamur akan tumbuh optimum sesuai titik
optimum sesuai jenis masing masing jamur.
0
1 2 3 Hari4Ke- 5 6 7
Gelap Gelap-Terang Terang
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan koloni jamur pada setiap
perlakuan. Pada perlakuan yang terang memiliki panjang koloni yang paling tinggi, diikuti
yang kedua adalah gelap dan yang terakhir gelap-terang. Namaun menurut teori bahwa jamur
pertumbuhannya akan terhambat pada intensitas cahaya tinggi karena intensitas cahaya tinggi
akan menyebabkan suhu lebih tinggi sehingga kelembaban menjadi rendah dan jamur tidak
dapat tumbuh dengan maksimal. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan jamur adalah 26 C,
sedangkan kelembaban optimal berkisar antara 80 % - 90 % (Istuti & Nurbana, 1998).
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Ke-
Suhu di Atas Kamar Suhu Kamar Suhu di Bawah Suhu Kamar
20
Panjang Koloni (Cm)
15
10
0
1 2 3 4 5
Hari Ke-
Kelembaban Kamar Kelembaban Sedang Kelembaban Tinggi
Ayed, F., M., D. Remadi, H. J. Khiareddine and M. E. Mahjoub, 2006. Potato Vascular Fusarium wilt in
Tunisia: Incidence and Biocontrol by Trichoderma spp.. Plant Pathology Journal 5: 92-98.
Burnett, F and S. Oxley. 2010. Potato Storage Diseases. SAC Journal, University of Idaho, UK.
Fauzi, Yan Ir. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa, Usaha dan
Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Lizarmi, E. 2011. Ancaman Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa Sawit. Komisi
Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT Perkebunan. Direktorat Jenderal
Perkebunan. Jakarta.
Rubatsky, V.E., dan Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip, Produksi dan Gizi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Warda. 2008. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kentang di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Selawesi selatan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan
Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan : 397-401
LAMPIRAN