Anda di halaman 1dari 7

JURNAL AGROTEKNOS Juli 2013

Vol. 3 No. 2. Hal 94-100


ISSN: 2087-7706

ANALISIS PENGARUH SUHU DAN KELEMBAPAN TERHADAP


PERKEMBANGAN PENYAKIT Tobacco mosaic virus
PADA TANAMAN CABAI

Analysis of the Effect of Temperature and Humidity on the


Development of TMV Disease on Pepper Plant
MUHAMMAD TAUFIK *), SARAWA, ASMAR HASAN, KIKI AMELIA
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRACT
Climate, particularly environmental temperature, plays an important role in diseases
caused by plant viruses. This study investigated the role of environmental temperature and
humidity on development of Tobacco mosaic virus (TMV) on pepper (Capsicum anuum L).
The research was conducted by using regression analysis. The results showed that TMV
infection in plants could inhibit the growth of chili peppers. The temperature influenced
disease development of TMV for up to 56,6%, whereas the humidity did not influence TMV
disease development.
Keywords: temperature, humadity, TMV, disease development, pepper

dengan luas lahan 239.770 ha atau sekitar


1PENDAHULUAN 6,19 t ha-1. Sementara produksi cabai Sulawesi
Tenggara pada tahun 2010 sebesar 7.817 ton
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.)
dengan luas lahan 1.959 ha atau mengalami
merupakan salah satu sayuran penting yang
peningkatan sebesar 3.054 ton atau sekitar
bernilai ekonomis tinggi dan digemari
39,07% dibanding dengan produksi pada
masyarakat. Selain berguna untuk penyedap
tahun 2009. Namun sejak 2010 produksi cabai
makanan, cabai merah juga mengandung zat
mulai menurun. Produksi tahun 2011 hanya
gizi yang sangat berguna untuk kesehatan
sebesar 4.764 ton atau menurun sebesar 39%
seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium
dibandingkan dengan tahun 2010.
(Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin A dan C, dan
Salah satu faktor penyebab menurunya
mengandung senyawa-senyawa alkaloid
produksi cabai adalah infeksi virus Tobacco
seperti capsicum, flavonoid, dan minyak
mosaic virus (TMV). TMV adalah salah satu
esensial. Banyak manfaat tanaman cabai,
penyakit penting tanaman cabai dan telah
sehingga produksi cabai yang tinggi
tersebar luas di Indonesia termasuk di
dibutuhkan untuk menjaga suplainya.
Sulawesi Tenggara (Li et al., 2007). Survei
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
yang dilakukan oleh Sulyo dan Duriat (1996),
(2012) bahwa Indonesia mampu
bahwa penyakit virus ini terdapat di semua
memproduksi tanaman cabai sebesar
pertanaman cabai. Laporan tersebut juga telah
1.378.727 ton pada tahun 2009 dengan luas
menginformasikan keberadaan TMV pada
lahan 233.904 ha atau sekitar 5,89 t ha -1,
tanaman cabai di hampir seluruh provinsi di
kemudian pada tahun 2010 sebesar 1.328.864
Indonesia. Bukan hanya karena penyebaran
ton dengan luas lahan 237.105 ha atau
TMV yang telah meluas tetapi akibat infeksi
menurun sekitar 3,26% dan pada tahun 2011
TMV dapat mengakibatkan kerugian ekonomi
produksi cabai mencapai 1.483.079 ton
yang cukup nyata karena dapat mengganggu
pertumbuhan dan menurunkan kualitas serta
*)Alamat Korespondensi: kuantitas hasil tanaman cabai bergantung
Telpon/Fax: 0401-3193596/0401-3193596
tingkat ketahanan tanaman (Taufik et al.,
E-mail: taufik24@yahoo.com
2009).
Vol. 3 No.2, 2013 Analisis Pengaruh Suhu dan Kelembapan 95

Mekanisme infeksi patogen termasuk virus dengan TMV dan 5 (lima) tanaman yang tidak
dipengaruhi oleh tiga faktor kunci yaitu diinokulasi yang digunakan sebagai kontrol.
tanaman, patogen dan lingkungan (Agrios Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah
2005). Pengaruh lingkungan yang cukup sebagai berikut:
penting dalam menginisiasi muncul dan Media Tanam dan Penanaman Cabai.
berkembangnya penyakit termasuk penyakit Tanah dan pupuk kandang dicampur dan
yang disebabkan oleh virus tanaman yaitu dimasukkan ke polibag berukuran 15 27 cm
suhu dan kelembapan. Beberapa peneliti telah dengan perbandingan 1 (satu) volume pupuk
melaporkan bahwa suhu dan kelembapan kandang dengan 2 (dua) volume tanah top soil.
berperan penting terhadap perkembangan Benih cabai disemaikan dalam box kecambah
penyakit virus atau variasi gejala virus pada selama dua minggu di rumah kasa. Kadar air
tanaman (Hull 2002). Davidson dan Bergstron tanah dijaga pada kondisi kapasitas lapang
(2004) melaporkan bahwa SBWMV (Soilborne dengan penyiraman pagi dan sore hari. Bibit
wheat mosaic virus) kestabilannya bergantung cabai yang berumur dua minggu dipindah
pada suhu dan kelembapan tanah yang stabil tanamkan ke dalam polibag yang telah
selama 24 jam. Hal yang sama telah disiapkan sebelumnya.
dilaporkan oleh Taufik et al.(2007) bahwa Pembuatan Cairan Perasan Sumber
kejadian penyakit Cucumber mosaic virus Inokulum Virus TMV. Pembuatan sap (cairan
(CMV) kejadian gejala tergantung pada rata- perasan) dilakukan dengan menggerus daun
rata suhu yang lebih rendah, sedangkan Chilli tanaman terinfeksi virus mosaik digerus
veinal mottle virus (ChiVMV) lebih dalam mortar steril yang telah diisi dengan
berkembang pada suhu yang lebih tinggi larutan penyangga fosfat 0,01 M, pH 7.
dibandingkan dengan CMV. Lebih lanjut Pebandingan sap dengan larutan penyangga
dijelaskan oleh Yi et al. (2009) bahwa peranan adalah 1 g daun terinfeksi virus per 5 ml
molekul signaling-salicylic acid dan jasmonic larutan penyangga fosfat (1:5 b/v). Sap
acid yang mengatur mekanisme pertahanan tersebut siap diinokulasi ke tanaman uji.
melalui aktivasi gen EDS1 and PAD4, Inokulasi Virus TMV secara Mekanis.
nampaknya juga dikontrol oleh suhu. Inokulasi TMV dilakukan pada dua helai daun
Temparatur yang cenderung tinggi mampu muda yang telah terbuka penuh pada sore
menghambat mekanisme pertahanan tanaman hari. Sebelum cairan inokulum (sap) tanaman
terhadap infeksi patogen biotrofik (virus) atau dioleskan pada kedua daun tersebut, terlebih
patogen hemibiotrophic. Oleh karena itu, dahulu permukaan atas daun ditaburi dengan
penelitian ini bertujuan mengevaluasi karborundum. Selanjutnya dengan kapas steril
pengaruh suhu atau kelembapan terhadap sap tanaman diambil dan dioleskan pada
perkembangan penyakit TMV pada tanaman permukaan daun. Selama pengolesan sap
cabai. dilakukan searah yang dimulai dari pangkal
daun sampai ke ujung daun. Segera
BAHAN DAN METODE pengolesan sisa sap dan karborundum disiram
dengan air steril. Pemeliharaan tanaman
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan
dilakukan dengan menjaga dari investasi dari
dalam penelitian ini diantaranya adalah,
gulma dan serangan hama khususnya
sumber inokulum TMV (Koleksi Laboratorium
kutudaun secara mekanis.
HPT), benih cabai besar varietas Wibawa F1,
Pengamatan. Variabel yang diamati dalam
karborundum, pupuk kandang, dan NPK,
penelitian ini adalah: pertumbuhan tanaman
media tanam, polibag ukuran 25 cm 17 cm,
(tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Suhu
dan kertas label. Alat yang digunakan
dan Kelembapan Harian (mengukur waktu
diantaranya adalah alat penyiraman (gembor),
pagi pada jam 07.00 WITA, siang pada jam
box kecambah, thermometer, hygrometer,
12.00 WITA, dan sore pada jam 17.00 WITA),
kamera dan alat tulis menulis.
dan perkembangan penyakit). Pengamatan
Metode Penelitian. Penelitian ini
dilakukan setiap minggu sebanyak 4 kali
dilakukan dengan menguji tanaman cabai
pengamatan. Pengamatan dilakukan setelah
varietas Wibawa F1 dengan virus TMV. Jumlah
aplikasi TMV.
tanaman uji yang digunakan adalah 60
tanaman dimana 55 tanaman diinokulasi
96 TAUFIK ET AL. J. AGROTEKNOS

Analisis Data. Data hasil pengamatan penyakit, sehingga dapat diketahui hubungan
dianalisis menggunakan metode sebagai faktor iklim dan perkembangan penyakit
berikut: secara umum. Persamaan regresi linier
Analisis dua sampel yang tidak saling berganda adalah sebagai berikut:
berhubungan (Independent samples) yang
digunakan untuk menganalisis data variabel dimana:
pertumbuhan tanaman cabai. Uji yang Y = Perkembangan penyakit TMV
digunakan adalah uji beda t (bila data (jumlah tanaman bergejala)
berdistribusi normal) dan uji beda Mann- X1 = Tpagi
Whitney U (bila data tidak berdistribusi secara X2 = Tsiang
tidak normal). X3 = Tsore
Analisis regresi yang digunakan untuk X4 = RHpagi
menganalisis data hubungan suhu (T) dan X5 = RHsiang
kelembapan (RH) harian terhadap X6 = RHsore
perkembangan penyakit. Uji yang digunakan , = konstanta
adalah uji regresi kuadratik dan regresi
berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan regresi kuadratik digunakan
untuk menyatakan hubungan antara Variabel Pertumbuhan Tanaman Cabai.
perkembangan penyakit dalam hal ini jumlah Hasil uji beda menunjukkan bahwa hanya
tanaman bergejala virus dengan faktor suhu pada pengamatan umur 1 MSI ada perbedaan
atau kelembapan harian. Persamaan umum yang nyata antara tinggi tanaman cabai yang
regresi kuadratik adalah sebagai berikut: diinokulasi TMV dengan tanpa inokulasi.
Pengamatan rata-rata tinggi tanaman cabai
, dimana: yang diinokulasi dengan TMV lebih rendah
Y = Perkembangan penyakit TMV dibandingkan dengan tanpa inokulasi pada
(jumlah tanaman bergejala) umur 1, 2, 3 dan 4 MSI. Rata-rata jumlah daun
X1 = Tpagi tanaman cabai baik yang diinokulasi maupun
X2 = Tsiang yang tidak diinokulasi berbeda tidak nyata,
X3 = Tsore sedangkan hasil pengamatan rata-rata luas
X4 = RHpagi daun umur 2, 3, dan 4 MSI terlihat ada
X5 = RHsiang perbedaan yang nyata antara tanaman yang
X6 = RHsore diinokulasi TMV dengan tanpa inokulasi pada
, = konstanta umur 2 MSI. Luas daun tanaman cabai yang
Persamaan regresi linier berganda dilaku- diinokulasi lebih sempit dibanding dengan
kan untuk memperoleh hubungan dua faktor tanpa inokulasi (Tabel 1).
iklim, yaitu suhu dan kelembapan harian
secara keseluruhan terhadap perkembangan
Tabel 1. Pertumbuhan tanaman cabai yang diinokulasi dan tanpa inokulasi
Rata-rata Perlakuan
Variabel Pertumbuhan Uji beda
Inokulasi Tanpa Inokulasi
Tinggi tanaman 1 MSI 11,2 cm 12,6 cm * (t)
Tinggi tanaman 2 MSI 15,6 cm 17,4 cm tn (t)
Tinggi tanaman 3 MSI 22,0 cm 23,9 cm tn (t)
Tinggi tanaman 4 MSI 24,8 cm 26,0 cm tn (t)
Jumlah daun 1 MSI 8,4 helai 8,8 helai tn (M)
Jumlah daun 2 MSI 10,2 helai 10,4 helai tn (M)
Jumlah daun 3 MSI 9,3 helai 10,6 helai tn (M)
Jumlah daun 4 MSI 8,6 helai 9,0 helai tn (t)
Luas daun 2 MSI 8,0 cm 21,1 cm * (t)
Luas daun 3 MSI 23,3 cm 30,5 cm tn (t)
Luas daun 4 MSI 29,5 cm 36,5 cm tn (t)
Keterangan: * = berbeda nyata; tn = berbeda tidak nyata; t = uji beda t; dan M = uji beda Mann-Whitney U
Vol. 3 No.2, 2013 Analisis Pengaruh Suhu dan Kelembapan 97

Variabel Hubungan Suhu dan terhadap faktor perkembangan penyakit


Kelembapan Harian terhadap Perkem- dengan persamaan regresi Y = 4,6 X22 266,3
bangan Penyakit. Terdapat hubungan antara X2 + 3891,3 sehingga hanya persamaan
faktor suhu dan kelembapan harian terhadap regresi inilah yang layak digunakan untuk
faktor perkembangan penyakit baik itu suhu memprediksikan perkembangan penyakit
dan kelembapan pagi, siang, maupun sore TMV. Persamaan regresi tersebut
hari. Namun berdasarkan hasil anova regresi memberikan nilai R2 sebesar 56,6% dan R
terlihat bahwa hanya faktor suhu siang saja sebesar 0,752 lebih tinggi dibanding faktor
yang memberikan hubungan yang signifikan lainnya (Tabel 2).
Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis kuadratik dan berganda faktor suhu dan kelembapan harian
terhadap perkembangan penyakit
Nilai Koefisien
Analisis Anova
Korelasi Determinasi Persamaan Regresi
Regresi Regresi
(R) (R2)
Kuadratik 0,418 17,5% Y = - 1,1 X12 + 54,9 X1 680,5 tn
0,752 56,6% Y = 4,6 X22 266,3 X2 + 3891,3 *
0,277 7,7% Y = 3,4 X32 189,0 X3 + 2667,8 tn
0,422 17,8% Y = 0,2 X42 29,0 X4 + 1410,9 tn
0,419 17,6% Y = - 0,3 X52 + 50,0 X5 2326,9 tn
0,496 24,6% Y = 0,3 X62 53,6 X6 + 2401,3 tn
Linier Y = 7,2 X1 8,8 X2 + 7,9 X3 3,1 X4
0,757 57,3% tn
Berganda 4,2 X5 + 3,7 X6 + 583,3
Keterangan: Y = jumlah tanaman bergejala; X1 = suhu pagi; X2 = suhu siang; X3 = suhu sore; X4 =
kelembapan relatif pagi; X5 = kelembapan relatif siang; X6 = kelembaprelatif sore; * =
berpengaruh nyata; tn = berpengaruh tidak nyata
Berdasarakan pada Tabel 3, bahwa rata- tinggi pada siang hari 99,3%, sedangkan pada
rata suhu siang selama 11 hari pengamatan pengamatan hari ke tujuh dan delapan
adalah 29,20C, sementara waktu pertama kelembapan mencapai 99% yang mungkin
munculnya tanaman yang bergejala mosaik berkontribusi menyebabkan munculnya gejala
terjadi ketika suhu mencapai 26,1 0C sebanyak mosaik meskipun analisis secara kuadratik
29 tanaman. Setelah itu tanaman yang variabel kelembapan tidak berpengaruh
bergejala mulai bertambah dari 29 sampai 55 terhadap perkembangan penyakit TMV.
tanaman. Rata-rata tingkat kelembapan yang
Tabel 3. Pengamatan jumlah tanaman bergejala virus serta pengukuran suhu dan kelembapan setiap
hari setelah inokulasi TMV.
Waktu Pengamatan Jumlah Tanaman Suhu (C) Kelembapan (%)
(hari) Bergejala (%) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
1 0 24 29,5 27,4 93 99 93
2 0 26,1 30,3 26,5 99 83 86
3 0 26,8 29,5 27 99 92 93
4 0 25,4 29,9 28,9 99 99 99
5 0 29,8 28,5 30 99 89 82
6 0 31 30,4 26,6 89 85 91
7 29 25,6 26,1 27,6 99 99 99
8 29 26,5 27,5 25,8 99 99 99
9 49 24,7 32,5 27,6 99 90 99
10 52 26,2 30,9 29,6 81 92 85
11 55 25,5 26,6 25,7 92 99 99
Rata-rata 26,5 29,2 27,5 95,3 93,3 93,2
98 TAUFIK ET AL. J. AGROTEKNOS

Konsep segitiga penyakit yang energi. Tanaman yang lebih rendah akan
menunjukkan hubungan atau pengaruh yang cenderung mendapatkan cahaya matahari
kuat terhadap munculnya penyakit pada suatu lebih sedikit dibanding dengan tanaman yang
tanaman. Faktor lingkungan seperti suhu dan lebih tinggi, begitu pula halnya tanaman yang
kelembapan cukup berperan penting terhadap memiliki daun yang lebih sempit akan
munculnya gejala virus dan bukan hanya pada menerima cahaya matahari lebih sedikit
gejala, tetapi juga dapat mempengaruhi dibanding dengan daun yang lebih lebar.
pertumbuhan tanaman. Rata-rata Proses fotosintesis dapat berdampak
pertumbuhan tanaman cabai yang diamati negatif pada hasil akhir tanaman. Sejalan
seperti tinggi tanaman, jumlah dan luas daun dengan hal tersebut, Goodman et al. (1986)
menunjukkan bahwa tanaman cabai yang menguraikan bahwa pengurangan lebar daun
diinokulasi dengan TMV memberikan tanaman cabai yang diinokulasi TMV akan
pertumbuhan yang lebih rendah dibanding mengurangi fotosintesis tanaman cabai yang
dengan tanaman yang tidak diinokulasi mengakibatkan berkurangnya akumulasi
(kontrol). Infeksi TMV pada tanaman cabai fotosintat yang pada akhirnya akan
dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman.
umur 1 MSI dan pertumbuhan luas daun umur Selain penurunan lebar daun, infeksi virus
2 MSI secara nyata dibanding dengan kontrol. secara umum akan mengurangi jumlah total
Respon penghambatan pertumbuhan tanaman klorofil akibatnya mengurangi efisiensi
cabai disebabkan oleh replikasi virus yang fotosintesis tanaman. Hooks et al. (2008) telah
terdapat dalam tanaman. Replikasi virus menguraikan bahwa infeksi BBTV (Banana
terjadi baik pada bagian yang diinokulasi bunch top virus) pada tanaman pisang
maupun pada bagian tanaman yang tidak signifikan mereduksi level klorofil sebesar
diinokulasi, bahkan dapat memasuki sistem hampir 25 SPAD (Special Product Analysis
transportasi tanaman sehingga virus dapat Division (alat pengukur klorofil))
menyebar secara sistemik ke seluruh bagian dibandingkan dengan tanaman yang tidak
tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman diinokulasi, level klorofilnya mencapai 40
menjadi terhambat. Sejalan dengan penelitian SPAD. Jauh sebelumnya Balachandran et al.
yang dilakukan oleh Akin dan Nurdin (2003) (1994) telah melaporkan bahwa terjadi
bahwa infeksi TMV pada tiga kultivar cabai gangguan yang berat pada proses fotosintetis
yaitu Cimerti, HP-Typhoon dan HP-Tornado sehingga mengganggu perkembangan daun
dapat menyebabkan menurunnya tembakau. Lebih lanjut diuraikan bahwa
pertumbuhan vegetatif yang ditunjukkan oleh gangguan tersebut menyebabkan klorofil daun
pengurangan lebar daun dan tinggi tanaman. rusak di sekitar mosaik.
Hal yang sama dilaporkan oleh Taufik et al. Gejala infeksi virus TMV yang terlihat pada
(2010) bahwa infeksi Cucumber mosaic virus 7 HSI yaitu munculnya mosaik pada daun
pada tanaman cabai mengakibatkan terjadinya tanaman muda yang diikuti dengan klorosis
penghambatan pertumbuhan tanaman baik akibat berkurangnya kandungan klorofil
pada peubah tinggi tanaman maupun pada tanaman karena proses fotosintesis yang
jumlah daun. Selanjutnya menurut Nurhayati terganggu kemudian gejala berkembang
(1996), bahwa infeksi virus dapat menjadi meluas dan lebih lanjut menyebabkan
menghambat zat tumbuh pada tanaman daun mulai mengalami gejala malformasi
sehingga tanaman yang terinfeksi virus (daun menggulung). Berdasarkan hasil
mempunyai rerata tinggi tanaman yang analisis regresi diketahui bahwa pertambahan
rendah jika dibandingkan dengan tanaman jumlah tanaman yang bergejala virus TMV
yang tidak terinfeksi virus (kontrol). setiap harinya berkorelasi kuat (R = 0,752)
Terganggunya pertumbuhan tanaman dengan suhu siang, sedangkan dengan suhu
seperti tinggi tanaman dan luas daun akibat pagi, suhu sore, kelembapan pagi, kelembapan
infeksi virus secara tidak langsung dapat siang atau kelembapan sore korelasinya lemah
berpengaruh negatif terhadap perkembangan karena nilai R-nya lebih kecil. Persamaan
tanaman melalui gangguan pada proses regresi yang terbentuk adalah persamaan
fisiologi dalam tanaman seperti proses regresi kuadratik Y = 4,6 X22 266,3 X2 +
fotosintesis, khususnya dalam hal 3891,3.
pemanfaatan cahaya matahari sebagai sumber
Vol. 3 No.2, 2013 Analisis Pengaruh Suhu dan Kelembapan 99

Persamaan regresi tersebut di atas sedangkan kelembapan tidak mempunyai


menjelaskan bahwa pada suhu siang yang pengaruh terhadap perkembangan penyakit
konstan diprediksikan jumlah tanaman yang TMV.
bergejala virus dapat mencapai 3891,3 dan
akan mengalami penurunan jumlah sebesar DAFTAR PUSTAKA
266,3 pada setiap peningkatan suhu siang Agrios G.N. 2005. Plant Pathology. Edisi ke-5.
sebesar 26,10C 32,50C (Tabel 2.). Persamaan New York: Academic Press.
regresi tersebut memiliki nilai koefisien Akin, H.M. dan M. Nurdin, 2003. Pengaruh infeksi
determinan (R2) yang cukup tinggi yaitu TMV (Tobacco mosaic virus) terhadap
56,6% dibanding variabel suhu yang lain. pertumbuhan vegetatif dan generatif beberapa
Artinya 56,6% pertambahan jumlah tanaman varietas cabai merah (Capsicum annuum L.).
yang terinfeksi virus setiap harinya Jurnal Hama dan Penyakit Tanaman Tropika. 3
dipengaruhi oleh faktor suhu siang yang (1): 10-12.
cenderung lebih tinggi, sedangkan sisanya Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Statistik
Indonesia 2012. Jakarta.
sebesar 43,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi tenggara.
lain. Hal telah dilaporkan oleh Chellappan et 2012. Sulawesi Tenggara dalam angka 2012.
al. (2005) bahwa gemini virus pada tanaman Kendari.
ubi kayu gejalanya akan berkurang pada Balachandran, S., C. B. Osmond and A. Makino.
daun-daun muda ketika terjadi peningkatan 1994. Effect of two strain of Tobacco mosaic
suhu dari 25C ke 30C. Hal ini disebabkan virus on photosynthetic characteristics and
terjadinya peningkatan- induced RNA nitrogen partitioning in leaves of Nicotiana
silencing sehingga dapat menghambat tabaccum CV xanthi during photoacclimation
replikasi virus dalam jaringan tanaman dan under two nitrogen nutrition regimes. Journal
menyebabkan berkurangnya gejala. Menurut Plant. Physio 104:1043-1050.
Boccard. F. and D.C Baulcombe. 1993. Mutational
Saitoh et al. (1998) bahwa salah satu strain
analysis of cis-acting sequence and gene
CMV (Y-CMV) akan terhambat replikasinya function in RNA 3 of Cucumber mosaic virus.
pada suhu yang tinggi (360C). Lebih lanjut Virology 193 : 563-578.
dijelaskan bahwa adanya cekaman suhu akan [CABI] CAB International. 2003. Crop Protection
mengakibatkan faktor-faktor penting untuk Compendium [serial online]. CAB International.
replikasi virus terhambat yang pada akhirnya Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Cabai Rawit
mengakibatkan akumulasi RNA hanya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
mencapai 20%. Pewarnaan dengan Davidson, C.L. and G.C Bergstrom. 2004. The effect
immunogold daun terinokulasi menunjukkan of postplanting environment on the incidance of
bahwa distribusi sel-sel terinfeksi pada suhu soilborne viral diseases in winter cereals.
Phytopathology 94: 527534.
360C menjadi terbatas. Hasil ini
Chellappan P, R. Vanitharani, F. Ogbe and C. M.
mengindikasikan bahwa replikasi CMV dan Fauquet. 2005. Effect of Temperature on
pergerakannya dari sel ke sel mungkin Geminivirus-Induced RNA Silencing in Plants.
sensitif terhadap suhu. Diduga ekspresi gen Journal Plant Physiolog, 138( 4) : 1828-1841
protein 3a yang menentukan penyebaran Damsteegt V.D. and A.D. Hewiings. 1987.
infeksi CMV atau selubung protein tidak Relationships between Aulacorthum solani and
fungsional pada suhu yang tinggi (Boccard dan Soybean dwarf virus ; effect of temperature on
Baulcombe 1993; Taliansky et al., 1995). Oleh transmission. Phytopathology 77: 515-518.
karena itu, penelitian ini memberikan Duriati, A.S. 1996. Penyegahan penyakit virus pada
informasi bahwa peningkatan rata-rata suhu tanaman tomat. Proseding Seminar Ilmiah
Nasional Komoditas Sayuran. Lembang-Oktober
pada siang hari memberikan pengaruh
1995. Batista PFI Komda Bandung CIBA
terhadap perkembangan penyakit TMV pada Plant Protection. Hlm.575-581.
tanaman cabai. Goodman, R.N., Z. Kiraly and M. Zaitlin, 1967. The
Biochemistry and Physiology of Infection Plant
KESIMPULAN Disease. Van Mastrand Company. Inc. London
Hooks, C.R.R, M.G wright, D.S Kabasmua, R.
Infeksi TMV pada tanaman cabai dapat
Manandhar and R.P.P. Almeida. 2008. Effect of
menghambat pertumbuhan tanaman cabai. Banana bunchy top virus infection on
Suhu siang mempunyai pengaruh sebesar morphology and growth characteristics of
56,6% terhadap perkembangan penyakit TMV,
100 TAUFIK ET AL. J. AGROTEKNOS

banana. Journal Annals of applied Biology.153:1- Taufik, M. 2009a. Evaluasi ketahanan beberapa
9. varietas cabai terhadap TMV (Tobacco mosaic
Hull, R. 2002. Matthews plant virology. Fourth Ed. virus). Agriplus 19 (01): 32-40.
San Digo. Academic Press. Taufik, M. 2009b. Pengaruh cairan perasan bunga
Nurhayati, 1996. Pengaruh Umur Tanaman Cabai pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap infeksi
Terhadap Infeksi Campuran TMV, CMV dan TMV (Tobacco mosaic virus) pada tanaman
PVY. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. cabai besar (Capsicum annum L.) Agriplus 19
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (01): 95-100.
Bogor, Jawa Barat. Taufik, M., A. Rahman, A Wahab, dan S.H. Hidayat.
Saitoh H, Saiga T, Ohki and Osaki. 1998. Systemic 2010. Mekanisme Ketahanan Terinduksi oleh
resistance in cucumis figarei to some strains of PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria)
Cucumber mosaic virus is breakable at high Pada Tanaman Cabai Terinfeksi CMV (Cucumber
temperature. Ann. Phytopathol. Soc. Jpn. 64:194- Mosaic Virus). Jurnal Hortikultura Vol. 20 (3):
197. 273-283
Taufik M, S.H. Hidayat, S. Sujiprihati, G. Suastika Yi. W, Z. Bao, Y. Zhu, and J. Hua. 2009. Analysis of
dan S.M. Mandang. 2007. Ketahanan beberapa Temperature Modulation of Plant Defense
varietas cabai terhadap Cucumber mosaic virus Against Biotrophic Microbes. Journal Molecular
dan Chilli veinal mottle virus. Jurnal HPT Tropika Plant-Microbe Interaction, 22 (5) : 498-506
7 (2):130-139.

Anda mungkin juga menyukai