ABSTRACT
Climate, particularly environmental temperature, plays an important role in diseases
caused by plant viruses. This study investigated the role of environmental temperature and
humidity on development of Tobacco mosaic virus (TMV) on pepper (Capsicum anuum L).
The research was conducted by using regression analysis. The results showed that TMV
infection in plants could inhibit the growth of chili peppers. The temperature influenced
disease development of TMV for up to 56,6%, whereas the humidity did not influence TMV
disease development.
Keywords: temperature, humadity, TMV, disease development, pepper
Mekanisme infeksi patogen termasuk virus dengan TMV dan 5 (lima) tanaman yang tidak
dipengaruhi oleh tiga faktor kunci yaitu diinokulasi yang digunakan sebagai kontrol.
tanaman, patogen dan lingkungan (Agrios Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah
2005). Pengaruh lingkungan yang cukup sebagai berikut:
penting dalam menginisiasi muncul dan Media Tanam dan Penanaman Cabai.
berkembangnya penyakit termasuk penyakit Tanah dan pupuk kandang dicampur dan
yang disebabkan oleh virus tanaman yaitu dimasukkan ke polibag berukuran 15 27 cm
suhu dan kelembapan. Beberapa peneliti telah dengan perbandingan 1 (satu) volume pupuk
melaporkan bahwa suhu dan kelembapan kandang dengan 2 (dua) volume tanah top soil.
berperan penting terhadap perkembangan Benih cabai disemaikan dalam box kecambah
penyakit virus atau variasi gejala virus pada selama dua minggu di rumah kasa. Kadar air
tanaman (Hull 2002). Davidson dan Bergstron tanah dijaga pada kondisi kapasitas lapang
(2004) melaporkan bahwa SBWMV (Soilborne dengan penyiraman pagi dan sore hari. Bibit
wheat mosaic virus) kestabilannya bergantung cabai yang berumur dua minggu dipindah
pada suhu dan kelembapan tanah yang stabil tanamkan ke dalam polibag yang telah
selama 24 jam. Hal yang sama telah disiapkan sebelumnya.
dilaporkan oleh Taufik et al.(2007) bahwa Pembuatan Cairan Perasan Sumber
kejadian penyakit Cucumber mosaic virus Inokulum Virus TMV. Pembuatan sap (cairan
(CMV) kejadian gejala tergantung pada rata- perasan) dilakukan dengan menggerus daun
rata suhu yang lebih rendah, sedangkan Chilli tanaman terinfeksi virus mosaik digerus
veinal mottle virus (ChiVMV) lebih dalam mortar steril yang telah diisi dengan
berkembang pada suhu yang lebih tinggi larutan penyangga fosfat 0,01 M, pH 7.
dibandingkan dengan CMV. Lebih lanjut Pebandingan sap dengan larutan penyangga
dijelaskan oleh Yi et al. (2009) bahwa peranan adalah 1 g daun terinfeksi virus per 5 ml
molekul signaling-salicylic acid dan jasmonic larutan penyangga fosfat (1:5 b/v). Sap
acid yang mengatur mekanisme pertahanan tersebut siap diinokulasi ke tanaman uji.
melalui aktivasi gen EDS1 and PAD4, Inokulasi Virus TMV secara Mekanis.
nampaknya juga dikontrol oleh suhu. Inokulasi TMV dilakukan pada dua helai daun
Temparatur yang cenderung tinggi mampu muda yang telah terbuka penuh pada sore
menghambat mekanisme pertahanan tanaman hari. Sebelum cairan inokulum (sap) tanaman
terhadap infeksi patogen biotrofik (virus) atau dioleskan pada kedua daun tersebut, terlebih
patogen hemibiotrophic. Oleh karena itu, dahulu permukaan atas daun ditaburi dengan
penelitian ini bertujuan mengevaluasi karborundum. Selanjutnya dengan kapas steril
pengaruh suhu atau kelembapan terhadap sap tanaman diambil dan dioleskan pada
perkembangan penyakit TMV pada tanaman permukaan daun. Selama pengolesan sap
cabai. dilakukan searah yang dimulai dari pangkal
daun sampai ke ujung daun. Segera
BAHAN DAN METODE pengolesan sisa sap dan karborundum disiram
dengan air steril. Pemeliharaan tanaman
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan
dilakukan dengan menjaga dari investasi dari
dalam penelitian ini diantaranya adalah,
gulma dan serangan hama khususnya
sumber inokulum TMV (Koleksi Laboratorium
kutudaun secara mekanis.
HPT), benih cabai besar varietas Wibawa F1,
Pengamatan. Variabel yang diamati dalam
karborundum, pupuk kandang, dan NPK,
penelitian ini adalah: pertumbuhan tanaman
media tanam, polibag ukuran 25 cm 17 cm,
(tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Suhu
dan kertas label. Alat yang digunakan
dan Kelembapan Harian (mengukur waktu
diantaranya adalah alat penyiraman (gembor),
pagi pada jam 07.00 WITA, siang pada jam
box kecambah, thermometer, hygrometer,
12.00 WITA, dan sore pada jam 17.00 WITA),
kamera dan alat tulis menulis.
dan perkembangan penyakit). Pengamatan
Metode Penelitian. Penelitian ini
dilakukan setiap minggu sebanyak 4 kali
dilakukan dengan menguji tanaman cabai
pengamatan. Pengamatan dilakukan setelah
varietas Wibawa F1 dengan virus TMV. Jumlah
aplikasi TMV.
tanaman uji yang digunakan adalah 60
tanaman dimana 55 tanaman diinokulasi
96 TAUFIK ET AL. J. AGROTEKNOS
Analisis Data. Data hasil pengamatan penyakit, sehingga dapat diketahui hubungan
dianalisis menggunakan metode sebagai faktor iklim dan perkembangan penyakit
berikut: secara umum. Persamaan regresi linier
Analisis dua sampel yang tidak saling berganda adalah sebagai berikut:
berhubungan (Independent samples) yang
digunakan untuk menganalisis data variabel dimana:
pertumbuhan tanaman cabai. Uji yang Y = Perkembangan penyakit TMV
digunakan adalah uji beda t (bila data (jumlah tanaman bergejala)
berdistribusi normal) dan uji beda Mann- X1 = Tpagi
Whitney U (bila data tidak berdistribusi secara X2 = Tsiang
tidak normal). X3 = Tsore
Analisis regresi yang digunakan untuk X4 = RHpagi
menganalisis data hubungan suhu (T) dan X5 = RHsiang
kelembapan (RH) harian terhadap X6 = RHsore
perkembangan penyakit. Uji yang digunakan , = konstanta
adalah uji regresi kuadratik dan regresi
berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan regresi kuadratik digunakan
untuk menyatakan hubungan antara Variabel Pertumbuhan Tanaman Cabai.
perkembangan penyakit dalam hal ini jumlah Hasil uji beda menunjukkan bahwa hanya
tanaman bergejala virus dengan faktor suhu pada pengamatan umur 1 MSI ada perbedaan
atau kelembapan harian. Persamaan umum yang nyata antara tinggi tanaman cabai yang
regresi kuadratik adalah sebagai berikut: diinokulasi TMV dengan tanpa inokulasi.
Pengamatan rata-rata tinggi tanaman cabai
, dimana: yang diinokulasi dengan TMV lebih rendah
Y = Perkembangan penyakit TMV dibandingkan dengan tanpa inokulasi pada
(jumlah tanaman bergejala) umur 1, 2, 3 dan 4 MSI. Rata-rata jumlah daun
X1 = Tpagi tanaman cabai baik yang diinokulasi maupun
X2 = Tsiang yang tidak diinokulasi berbeda tidak nyata,
X3 = Tsore sedangkan hasil pengamatan rata-rata luas
X4 = RHpagi daun umur 2, 3, dan 4 MSI terlihat ada
X5 = RHsiang perbedaan yang nyata antara tanaman yang
X6 = RHsore diinokulasi TMV dengan tanpa inokulasi pada
, = konstanta umur 2 MSI. Luas daun tanaman cabai yang
Persamaan regresi linier berganda dilaku- diinokulasi lebih sempit dibanding dengan
kan untuk memperoleh hubungan dua faktor tanpa inokulasi (Tabel 1).
iklim, yaitu suhu dan kelembapan harian
secara keseluruhan terhadap perkembangan
Tabel 1. Pertumbuhan tanaman cabai yang diinokulasi dan tanpa inokulasi
Rata-rata Perlakuan
Variabel Pertumbuhan Uji beda
Inokulasi Tanpa Inokulasi
Tinggi tanaman 1 MSI 11,2 cm 12,6 cm * (t)
Tinggi tanaman 2 MSI 15,6 cm 17,4 cm tn (t)
Tinggi tanaman 3 MSI 22,0 cm 23,9 cm tn (t)
Tinggi tanaman 4 MSI 24,8 cm 26,0 cm tn (t)
Jumlah daun 1 MSI 8,4 helai 8,8 helai tn (M)
Jumlah daun 2 MSI 10,2 helai 10,4 helai tn (M)
Jumlah daun 3 MSI 9,3 helai 10,6 helai tn (M)
Jumlah daun 4 MSI 8,6 helai 9,0 helai tn (t)
Luas daun 2 MSI 8,0 cm 21,1 cm * (t)
Luas daun 3 MSI 23,3 cm 30,5 cm tn (t)
Luas daun 4 MSI 29,5 cm 36,5 cm tn (t)
Keterangan: * = berbeda nyata; tn = berbeda tidak nyata; t = uji beda t; dan M = uji beda Mann-Whitney U
Vol. 3 No.2, 2013 Analisis Pengaruh Suhu dan Kelembapan 97
Konsep segitiga penyakit yang energi. Tanaman yang lebih rendah akan
menunjukkan hubungan atau pengaruh yang cenderung mendapatkan cahaya matahari
kuat terhadap munculnya penyakit pada suatu lebih sedikit dibanding dengan tanaman yang
tanaman. Faktor lingkungan seperti suhu dan lebih tinggi, begitu pula halnya tanaman yang
kelembapan cukup berperan penting terhadap memiliki daun yang lebih sempit akan
munculnya gejala virus dan bukan hanya pada menerima cahaya matahari lebih sedikit
gejala, tetapi juga dapat mempengaruhi dibanding dengan daun yang lebih lebar.
pertumbuhan tanaman. Rata-rata Proses fotosintesis dapat berdampak
pertumbuhan tanaman cabai yang diamati negatif pada hasil akhir tanaman. Sejalan
seperti tinggi tanaman, jumlah dan luas daun dengan hal tersebut, Goodman et al. (1986)
menunjukkan bahwa tanaman cabai yang menguraikan bahwa pengurangan lebar daun
diinokulasi dengan TMV memberikan tanaman cabai yang diinokulasi TMV akan
pertumbuhan yang lebih rendah dibanding mengurangi fotosintesis tanaman cabai yang
dengan tanaman yang tidak diinokulasi mengakibatkan berkurangnya akumulasi
(kontrol). Infeksi TMV pada tanaman cabai fotosintat yang pada akhirnya akan
dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman.
umur 1 MSI dan pertumbuhan luas daun umur Selain penurunan lebar daun, infeksi virus
2 MSI secara nyata dibanding dengan kontrol. secara umum akan mengurangi jumlah total
Respon penghambatan pertumbuhan tanaman klorofil akibatnya mengurangi efisiensi
cabai disebabkan oleh replikasi virus yang fotosintesis tanaman. Hooks et al. (2008) telah
terdapat dalam tanaman. Replikasi virus menguraikan bahwa infeksi BBTV (Banana
terjadi baik pada bagian yang diinokulasi bunch top virus) pada tanaman pisang
maupun pada bagian tanaman yang tidak signifikan mereduksi level klorofil sebesar
diinokulasi, bahkan dapat memasuki sistem hampir 25 SPAD (Special Product Analysis
transportasi tanaman sehingga virus dapat Division (alat pengukur klorofil))
menyebar secara sistemik ke seluruh bagian dibandingkan dengan tanaman yang tidak
tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman diinokulasi, level klorofilnya mencapai 40
menjadi terhambat. Sejalan dengan penelitian SPAD. Jauh sebelumnya Balachandran et al.
yang dilakukan oleh Akin dan Nurdin (2003) (1994) telah melaporkan bahwa terjadi
bahwa infeksi TMV pada tiga kultivar cabai gangguan yang berat pada proses fotosintetis
yaitu Cimerti, HP-Typhoon dan HP-Tornado sehingga mengganggu perkembangan daun
dapat menyebabkan menurunnya tembakau. Lebih lanjut diuraikan bahwa
pertumbuhan vegetatif yang ditunjukkan oleh gangguan tersebut menyebabkan klorofil daun
pengurangan lebar daun dan tinggi tanaman. rusak di sekitar mosaik.
Hal yang sama dilaporkan oleh Taufik et al. Gejala infeksi virus TMV yang terlihat pada
(2010) bahwa infeksi Cucumber mosaic virus 7 HSI yaitu munculnya mosaik pada daun
pada tanaman cabai mengakibatkan terjadinya tanaman muda yang diikuti dengan klorosis
penghambatan pertumbuhan tanaman baik akibat berkurangnya kandungan klorofil
pada peubah tinggi tanaman maupun pada tanaman karena proses fotosintesis yang
jumlah daun. Selanjutnya menurut Nurhayati terganggu kemudian gejala berkembang
(1996), bahwa infeksi virus dapat menjadi meluas dan lebih lanjut menyebabkan
menghambat zat tumbuh pada tanaman daun mulai mengalami gejala malformasi
sehingga tanaman yang terinfeksi virus (daun menggulung). Berdasarkan hasil
mempunyai rerata tinggi tanaman yang analisis regresi diketahui bahwa pertambahan
rendah jika dibandingkan dengan tanaman jumlah tanaman yang bergejala virus TMV
yang tidak terinfeksi virus (kontrol). setiap harinya berkorelasi kuat (R = 0,752)
Terganggunya pertumbuhan tanaman dengan suhu siang, sedangkan dengan suhu
seperti tinggi tanaman dan luas daun akibat pagi, suhu sore, kelembapan pagi, kelembapan
infeksi virus secara tidak langsung dapat siang atau kelembapan sore korelasinya lemah
berpengaruh negatif terhadap perkembangan karena nilai R-nya lebih kecil. Persamaan
tanaman melalui gangguan pada proses regresi yang terbentuk adalah persamaan
fisiologi dalam tanaman seperti proses regresi kuadratik Y = 4,6 X22 266,3 X2 +
fotosintesis, khususnya dalam hal 3891,3.
pemanfaatan cahaya matahari sebagai sumber
Vol. 3 No.2, 2013 Analisis Pengaruh Suhu dan Kelembapan 99
banana. Journal Annals of applied Biology.153:1- Taufik, M. 2009a. Evaluasi ketahanan beberapa
9. varietas cabai terhadap TMV (Tobacco mosaic
Hull, R. 2002. Matthews plant virology. Fourth Ed. virus). Agriplus 19 (01): 32-40.
San Digo. Academic Press. Taufik, M. 2009b. Pengaruh cairan perasan bunga
Nurhayati, 1996. Pengaruh Umur Tanaman Cabai pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap infeksi
Terhadap Infeksi Campuran TMV, CMV dan TMV (Tobacco mosaic virus) pada tanaman
PVY. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. cabai besar (Capsicum annum L.) Agriplus 19
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (01): 95-100.
Bogor, Jawa Barat. Taufik, M., A. Rahman, A Wahab, dan S.H. Hidayat.
Saitoh H, Saiga T, Ohki and Osaki. 1998. Systemic 2010. Mekanisme Ketahanan Terinduksi oleh
resistance in cucumis figarei to some strains of PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria)
Cucumber mosaic virus is breakable at high Pada Tanaman Cabai Terinfeksi CMV (Cucumber
temperature. Ann. Phytopathol. Soc. Jpn. 64:194- Mosaic Virus). Jurnal Hortikultura Vol. 20 (3):
197. 273-283
Taufik M, S.H. Hidayat, S. Sujiprihati, G. Suastika Yi. W, Z. Bao, Y. Zhu, and J. Hua. 2009. Analysis of
dan S.M. Mandang. 2007. Ketahanan beberapa Temperature Modulation of Plant Defense
varietas cabai terhadap Cucumber mosaic virus Against Biotrophic Microbes. Journal Molecular
dan Chilli veinal mottle virus. Jurnal HPT Tropika Plant-Microbe Interaction, 22 (5) : 498-506
7 (2):130-139.