Anda di halaman 1dari 9

J. Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No.

1, 36-44
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Pengaruh Instar Larva Inang Spodoptera litura Fabricius


(Lepidoptera: Noctuidae) terhadap Keberhasilan Hidup
Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera: Ichneumonidae)
NOVRI NELLY*, YUNISMAN DAN YULIA RAHMAWATI

Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,


Universitas Andalas Padang, Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163.

(diterima Januari 2011, disetujui Maret 2011)

ABSTRAK
Pengaruh Instar Larva Inang Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera:
Notuidae) terhadap Keberhasilan Hidup Parasitoid Eriborus argenteo-
pilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae). Penelitian pengaruh
instar larva inang terhadap keberhasilan hidup parasitoid E. argenteopilosus
telah dilakukan di laboratorium Departemen Agroteknologi, Fakultas Perta-
nian, Universitas Andalas. Keberhasilan hidup diteliti dengan menggunakan
instar larva S. litura dengan stadia yang berbeda (instar I, II, III, dan IV).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju perkembangan parasitoid E.
argenteopilosus lebih cepat terjadi pada larva inang instar 3, semakin tinggi
tingkatan instar larva inang, semakin pendek waktu untuk menyelesaikan
siklus hidupnya. Jumlah pupa yang terbentuk adalah 14 pupa (4,67%), dan
parasitoid yang berhasil menjadi imago adalah 3 ekor (1%), imago yang
muncul hanya imago jantan.
KATA KUNCI: Perkembangan parasitoid, interaksi inang parasitoid,
keberhasilan hidup.

ABSTRACT
Development Stage of The Host Larvae, Spodoptera litura Fabricius
(Lepidoptera: Noctuidae) and its Effect on The Survivorship of The
Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneu-
monidae). Research on the effect of host larval stage on survivorship of the
parasitoid E. argenteopilosus was conducted under laboratory conditions.
Survivorship was studied by using S. litura larval with different stage (1st,
2nd, 3rd, and 4th instars). Result of the research indicated that development
rate of the parasitoid E. argenteopilosus is faster when reared on 3rd instar
larvae. The higher the level of host-instar larvae, shorter time was needed to
complete the parasitoid’s life cycle. Only 4.67% of the larvae completed its
development to pupal stage, and only 1% reached adulthood, with males
being the dominant of the emerging adults.
KEY WORDS: Parasitoid development, host parasitoid interaction,
survivorship.

*Korespondensi:
Telp.: +62-751-72701,
Faks: +62-751-72702, E-mail:novrinelly@yahoo.com

36
Novri Nelly et al.,: Pengaruh Instar Larva Inang

kan. Informasi mengenai keberhasilan


PENDAHULUAN hidup parasitoid pada berbagai inang
sangat berguna untuk menentukan
Eriborus argenteopilosus Came- inang mana yang sesuai bagi perkem-
ron (Hymenoptera: Ichneumonidae) bangan parasitoid. Beberapa penelitian
merupakan parasitoid larva pada be- yang dilakukan pada larva C. pavona-
berapa serangga hama (Othman 1982). na sebagai inang menunjukkan adanya
Parasitoid ini dulu diberi nama enkapsulasi telur E. argenteopolosus.
Inareolata sp. (Hymenoptera: Ichneu- Enkapsulasi yaitu adanya suatu proses
monidae) sekarang parasitoid ini lebih dalam tubuh inang yang mekanisme-
dikenal dengan nama E. argenteopi- nya dimulai dengan terbentuknya
losus Cameron. Serangga hama yang gelembung atau gumpalan darah se-
merupakan inang E. argenteopilosus rangga membentuk suatu rantai yang
adalah Crocidolomia pavonana Fabri- mengelilingi telur atau larva parasitoid.
cius (Lepidoptera: Pyralidae), Spodop- Parasitoid yang dienkapsulasi akan
tera litura Fabricius (Lepidoptera: mati karena kekurangan nafas, kela-
Noctuidae) dan Helicoverpa armigera paran atau penghambatan secara fisik
Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) (Strend & Pech 1995, Blumberg 1997
(Kalshoven 1981). dalam Anindhita 2000). Hal ini adalah
Banyak faktor yang mempenga- salah satu yang menyebabkan rendah-
ruhi kehidupan parasitoid ini, faktor nya populasi parasitoid E. argenteopi-
biotik dan abiotik. Keberadaan inang losus di lapangan. Selain C. pavonana,
adalah salah satu faktor biotik yang inang lain parasitoid ini adalah S.
mempengaruhi kehidupan parasitoid. litura. Diharapkan dari S. litura tidak
Keberadaan parasitoid di lapangan sa- terjadi enkapsulasi sehingga perba-
ngat dipengaruhi oleh keberadaan ina- nyakan bisa berhasil dengan baik.
ng. Dalam siklus hidupnya parasitoid Sahari (1999) menyatakan bahwa
ini memerlukan larva inang untuk per- keberhasilan hidup parasitoid E.
kembangannya. Telur yang diletakkan argenteopilosus pada S. litura jum-
pada larva inang akan berkembang lahnya jauh lebih baik dibandingkan
sesuai dengan perkembangan inang- dari larva C. pavonana. Belum banyak
nya. Keadaan curah hujan, kelembaban dilaporkan tentang tingkat keberha-
dan ketersediaan pakan adalah diantara silan hidup E. argenteopilosus pada S.
faktor abiotik yang mempengaruhinya litura dengan instar yang berbeda.
(Nelly 2005). Untuk itu telah dilakukan penelitian
Di Indonesia studi tentang keber- dengan tujuan untuk mengetahui pe-
hasilan hidup E. argenteopilosus pada ngaruh tingkatan instar larva inang
berbagai inang belum banyak dilapor- terhadap keberhasilan hidup parasitoid.

37
J. Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No. 1, 36-44

METODE PENELITIAN sebagai media untuk membentuk pupa.


Penelitian ini dilaksanakan di Imago jantan dan betina yang keluar
Laboratorium Entomologi, Jurusan dipelihara dalam kurungan yang ter-
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakul- buat dari kain kassa berbingkai kayu
tas Pertanian, Universitas Andalas. berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
Pengambilan sampel parasitoid dan Imago diberi pakan dengan larutan
inangnya dilakukan di pertanaman madu yang sudah diencerkan dan di-
kubis di Aia Angek Kabupaten Tanah serapkan pada segumpal kapas. Untuk
Datar Sumatera Barat. Penelitian di- tempat peletakkan telur ke dalam ku-
lakukan pada bulan Mei sampai Juli rungan dimasukkan daun kubis yang
2007 pangkalnya dicelupkan ke dalam botol
film yang berisi air untuk menjaga
Penyediaan Parasitoid Serangga
daun agar tetap segar. Setiap hari telur
Inang
yang diletakkan imago diambil dan
Parasitoid E. argenteopilosus jan-
ditempatkan ke dalam petri sampai
tan dan betina, diambil dari pertanam-
menetas. Setelah telur menetas, larva
an kubis petani di daerah Aia Angek,
dipelihara dalam kotak pemeliharaan
dengan menangkap imago parasitoid
dan diberi pakan daun kubis sampai
menggunakan jaring serangga (insect
terbentuk masing-masing instar dan
net). Parasitoid yang didapat dari
siap diperlakukan. Sebagian larva di-
lapangan langsung digunakan untuk
gunakan untuk percobaan dan sebagian
perlakuan. Parasitoid yang diambil
lagi untuk perbanyakan.
adalah yang berukuran hampir sama
Imago parasitoid yang diperoleh
untuk menyamakan tingkat kebugaran-
dari lapangan dibiarkan berkopulasi,
nya.
yaitu dengan cara mengurung para-
Larva serangga inang dikoleksi
sitoid selama 12 jam. Masing-masing
dari pertanaman yang sama dengan
penyediaan instar larva S. litura (instar
tempat pengambilan parasitoid. Larva
ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4) diberikan
yang diperoleh dari lapangan dipeli-
satu persatu pada parasitoid di dalam
hara dalam kotak plastik berukuran 35
tabung reaksi sampai benar-benar di-
cm x 27 cm x 7 cm yang dialasi kertas
letakan telur, larva yang terparasit ada-
tissue, kemudian larva diberi pakan
lah larva yang telah ditusuk oleh ovi-
daun kubis sesuai dengan kebutuhan
positor parasitoid. Larva yang sudah
dan pakan larva diganti setiap hari.
terparasit sebanyak 30 ekor dipindah-
Larva yang memasuki masa prapupa
kan ke dalam wadah plastik berbentuk
dikeluarkan dari kotak pemeliharaan
mangkok yang berukuran tinggi 7 cm
larva, kemudian dipindahkan ke kotak
dan diameter 10 cm. Wadah tersebut
plastik yang berukuran 30 cm x 20 cm
terlebih dahulu dialasi dengan kertas
x 10 cm dan diberi serbuk gergaji

38
Novri Nelly et al.,: Pengaruh Instar Larva Inang

tissue dan diberi daun kubis sebagai an imago yang muncul dari setiap
pakan larva. Percobaan ini dilakukan ulangan.
sebanyak 10 kali ulangan untuk
masing-masing stadia larva, dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
total masing-masing larva terparasit Lama Perkembangan Telur -
adalah 300 larva. Prapupa E. argenteopilosus
Larva yang telah diparasitkan di- Hasil pengamatan lama perkem-
amati lama perkembangannya sampai bangan telur parasitoid, yaitu mulai da-
terbentuk prapupa parasitoid. Penga- ri telur diletakkan sampai terbentuk
matan dilakukan setiap hari. Lama prapupa, menunjukkan perbedaan yang
perkembangan telur-prapupa dihitung nyata pada tiap perlakuannya (Tabel
mulai dari larva inang diparasitkan 1).
sampai terbentuk prapupa. Pengamatan Dari tabel di atas dapat dilihat
dilakukan hanya dengan mengamati bahwa larva inang instar 1, 2, 3 dan 4
larva terparasit yang dipelihara (tidak yang diletakai telur oleh parasitoid
dibedah). pada umumnya masih berkembang.
Lama stadia pupa dihitung mulai Hal ini dapat dilihat dari pupa yang
terbentuk prapupa sampai muncul terbentuk, yaitu pada inang instar 1, 2,
imago. Prapupa parasitoid yang ter- dan 3. Tidak satupun pupa parasitoid
bentuk diamati perkembangannya se- ter-bentuk dari larva inang instar 4, hal
tiap hari sampai muncul imago. ini diduga karena sudah ada perta-
Lama perkembangan (develop- hanan terhadap parasitoid oleh inang.
ment time) dihitung mulai dari larva Perkembangan larva - prapupa paling
terparasit sampai muncul imago para- cepat terjadi pada inang instar 3 yaitu
sitoid. Pengamatan dilakukan setiap 12,6 ± 3,7 hari, dilanjutkan larva inang
hari. dengan cara Lauziere (2000), un- instar 2 yaitu 15,60 ± 2,1 hari dan larva
tuk mendapatkan laju pertumbuhan inang instar 1 yaitu 19,50 ± 2,8 hari.
yaitu sebagai berikut:
Lama Stadia Pupa
DR = 1 / DT, dengan DR = Laju Hasil pengamatan lama stadia
perkembangaan dan DT = Lama pupa yang terbentuk dari larva inang
perkembangan. instar 1 dan 2 menunjukkan perbedaan.
Jumlah pupa parasitoid dihitung Pupa yang berasal dari larva inang
dengan cara menjumlahkan keseluruh- instar 1 lebih lama perkembangan sta-
an pupa yang terbentuk dari setiap dia pupanya dibandingkan dengan pu-
ulangan. pa yang berasal dari larva inang instar
Jumlah imago parasitoid dihitung 2. Lama stadia pupa instar 1 adalah 10
dengan cara menjumlahkan keseluruh-

39
J. Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No. 1, 36-44

± 3,16 dan instar 2 adalah 8,5 ± 3,6 inang instar 1 yaitu 0,051 ± 0,009
hari (Tabel 1). hari¯¹.
Laju Perkembangan E. Jumlah Pupa Parasitoid yang
argenteopilosus Terbentuk
Hasil pengamatan laju perkem- Hasil pengamatan jumlah parasit-
bangan pradewasa E. argenteopilosus oid yang terbentuk menunjukkan bah-
yaitu dari telur - prapupa yang paling wa pupa yang paling banyak terbentuk
cepat terjadi pada larva inang instar 3 adalah dari larva inang instar 2 yaitu
yaitu 0,079 ± 0,96 hari¯¹. Sedangkan 10 pupa. Pupa yang terbentuk dari
pada larva inang instar 2 yaitu 0,064 ± larva inang instar 1 adalah 3 pupa, dan
0,011 hari¯¹ dan seterusnya pada larva instar 3 sebanyak 1 pupa.

Tabel 1. Rata-rata lama dan laju perkembangan pradewasa parasitoid E.


argenteopilosus pada masing-masing instar larva S. litura
Perlakuan Lama perkembangan Laju perkembangan
No X ± sd (hari) X ± sd (hari¹)
Telur – Prapupa
1. Instar 1 19,50 ± 2,8 a 0,051 ± 0,009 a
2. Instar 2 15,60 ± 2,1 b 0,064 ± 0,011 b
3. Instar 3 12,60 ± 3,7 c 0,079 ± 0,96 c
4. Instar 4 0 0
Pupa – Imago
1. Instar 1 10 ± 3,16 a 0,10 ± 0,1 a
2. Instar 2 8,5 ± 3,6 b 0,12 ± 0,1 b
3. Instar 3 0 0
4. Instar 4 0 0
Telur – Imago
1. Instar 1 29,50±3,81 a 0,03±0,007 a
2. Instar 2 24,1±3,04 b 0,04±0,028 b
3. Instar 3 0 0
4. Instar 4 0 0
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan
tidak berbeda nyata dengan uji lanjut Tukey pada taraf nyata 5%
Keterangan: 0 = Tidak muncul imago parasitoid

Tabel 2. Jumlah pupa dan imago parasitoid E. argenteopilosus yang muncul pada
masing-masing instar larva S. litura
Perlakuan Jumlah larva inang Jumlah Imago yang
terparasit (Ekor) prapupa Pupa muncul (Ekor)
1. Instar 1 300 11 3 (1%) 1 (0,33%)
2. Instar 2 300 17 10 (3,3%) 2 (0,66%)
3. Instar 3 300 4 1 (0,33%) 0
4. Instar 4 300 0 0 0

40
Novri Nelly et al.,: Pengaruh Instar Larva Inang

Tidak satupun pupa terbentuk dari bervariasi. Semakin tua instar larva,
larva inang instar 4 (Tabel 2). semakin pendek waktu berkembang
telur - prapupa. Ini diduga karena lama
Jumlah Imago Parasitoid yang
Muncul stadia pradewasa parasitoid mengikuti
Hasil pengamatan jumlah imago lama stadia inang. Aktivitas makan
parasitoid yang muncul dari masing- larva inang yang terparasit jadi ber-
masing instar larva S. litura sangat se- kurang, sehingga dapat menurunkan
dikit (Tabel 2). Imago yang muncul kebugaran larva inang. Perkembangan
adalah dari larva inang instar 1 seba- parasitoid yang ada dalam larva inang
nyak 1 ekor dan dari larva inang instar juga akan mengalami hal yang sama.
2 sebanyak 2 ekor. Imago yang muncul Hal lain diduga kebutuhan nutrisi para-
adalah imago jantan. sitoid jadi berkurang dan perkembang-
Laju sintasan pradewasa E. argen- an parasitoid jadi lambat atau tidak
teopilosus pada larva inang S. litura berkembang sama sekali. Kualitas
setiap harinya semakin menurun se- inang akan sesuai dengan kandungan
lama waktu pemeliharaan. Jumlah nutrisi yang ada pada tubuh inang.
inang yang telah diparasit oleh E. Semakin besar larva inang maka nut-
argenteopilosus, selama pemeliharaan risi yang dikandungnya juga banyak
cenderung menurun jumlahnya. Sema- sehingga mencukupi untuk perkem-
kin tua instar larva inang yang terpa- bangan parasitoid sekaligus akan mem-
rasit semakin cepat terjadi kematian. pengaruhi laju perkembangan parasit-
Lama perkembangan telur prapupa oid itu sendiri. Godfray (1994) me-
pada masing-masing instar larva inang ngemukakan bahwa semakin besar

0.8
Larva instar 1
0.6
na Larva instar 2
sa
t Larva instar 3
ni
0.4S Larva instar 4

0.2

0
1 6 11 16 21 26
Hari ke-
Gambar 1. Grafik laju sintasan pradewasa E. argenteopilosus dalam
pemeliharaan pada 4 instar yang berbeda

41
J. Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No. 1, 36-44

ukuran larva inang maka kandungan Pengamatan yang dilakukan Saha-


nutrisinya semakin baik untuk perkem- ri (1999) menjelaskan bahwa perkem-
bangan parasitoid. bangan pradewasa parasitoid pada
Lama dan laju perkembangan pa- larva inang S. litura instar 2 lebih baik
rasitoid menunjukkan bahwa semakin dibanding instar 1. Hasil ini memper-
tinggi tingkatan instar larva inang ma- lihatkan bahwa larva parasitoid yang
ka dibutuhkan waktu yang lebih pen- berhasil mengatasi perlawanan sistem
dek untuk menyelesaikn siklus hidup. pertahanan inang akan tumbuh dengan
Laju perkembangan E. argenteopilosus baik. Larva S. litura juga mempunyai
pada larva inang S. litura instar tua, sistem pertahanan inang berupa enkap-
lebih tinggi dibanding instar yang lebih sulasi telur parasitoid. Sedikitnya jum-
muda. Pradewasa parasitoid dalam pe- lah pupa yang terbentuk dari larva
meliharaan pada larva inang, laju per- instar 3 diduga karena terjadinya
kembangannnya dipengaruhi oleh be- enkapsulasi. Sahari (1999) melaporkan
berapa faktor, yaitu faktor kualitas dan bahwa semakin tua larva S. litura,
kuantitas inang. menunjukkan semakin cepat terjadinya
Keberhasilan pembentukan pupa enkapsulasi. Hal ini disebabkan pada
dipengaruhi oleh keberhasilan telur larva inang yang lebih tua akan
dan larva parasitoid dalam mengatasi memiliki ukuran tubuh yang lebih
sistem pertahanan inang. Sedikitnya besar dibandingkan larva yang lebih
jumlah pupa yang terbentuk diduga muda. Inang yang besar akan memiliki
karena larva S. litura yang terparasit jumlah hemosit yang lebih banyak,
mungkin memang berhasil bertahan sehingga kemampuan inang untuk
hidup dan mencapai tahap pupa namun mengenkapsulasi menjadi lebih tinggi
pupa yang terbentuk memiliki bentuk (Salt 1963 dalam Blumberg 1997).
yang tidak bagus atau tidak normal. Godfray (1994) mengungkapkan bah-
Beberapa hal diduga yang menyebab- wa larva inang yang lebih besar akan
kan tidak terbentuknya pupa adalah memiliki pertahanan yang lebih kuat
bentuk prapupa yang tidak sempurna baik secara fisik maupun fisiologinya.
atau rumah pupa tidak terbentuk. Hasil Jumlah imago yang muncul sangat
penelitian Nelly (2005) pada C. pavo- sedikit, ini karena tidak semua prapupa
nana yang terparasit oleh E. argenteo- terbentuk menjadi pupa dan tidak
pilosus menunjukkan bahwa pupa semua pupa berhasil menjadi imago.
parasitoid bisa terbentuk tapi dalam Faktor lain mungkin karena inang
perkembangan tidak menjadi imago tidak terparasit, artinya parasitoid tidak
karena terjadi gagal pupa, yaitu rumah meletakkan telur walaupun parasitoid
pupa terbentuk akan tetapi larva tidak menusukkan ovipositor.
berkembang menjadi pupa.

42
Novri Nelly et al.,: Pengaruh Instar Larva Inang

KESIMPULAN Bogor: Seminar Hasil Penelitian


Tanaman Pangan. Balai Peneliti-
Lama perkembangan telur sampai an Tanaman. 30 hal
prapupa parasitoid E. argenteopilosus Balai Informasi Pertanian Sumatera
menunjukkan perbedaan dari masing- Barat. 1990. Beberapa Organis-
masing instar larva inang. Semakin tua me Pengganggu Tanaman Pang-
an. Sumatera Barat: Departemen
instar larva inang semakin pendek Pertanian.
waktu untuk terbentuk prapupa. Direktorat Bina Perlindungan Tanam-
Laju perkembangan parasitoid E. an Pangan. 1994. Pengenalan
argenteopilosus lebih cepat terjadi Organisme Pengganggu Tum-
pada larva inang instar 3 karena sema- buhan Secara Terpadu pada
kin tinggi tingkatan instar larva inang Tanaman Kubis. Jakarta: Dire-
ktorat Bina Perlindungan Tana-
waktu yang tersedia bagi parasitoid man.
lebih pendek untuk menyelesaikan Gani, Yunita. 1990. Pengaruh Bebe-
siklus hidup. rapa Konsentrasi Insektisida
Larva inang yang terparasit tetap Biologi Thuricidae WP Terhadap
bertahan hidup, meskipun pertumbuh- Mortalitas Larva Spodoptera li-
annya lambat dan tidak semua larva tura F pada Tanaman Kedelei
(Glycine max L) Merril) [thesis].
inang menjadi pupa dan imago. Jumlah Padang: Fakultas Pertanian Uni-
pupa yang terbentuk adalah 14 pupa versitas Andalas.
(4,67 %), dan parasitoid yang berhasil Godfray, H. C. J. 1994. Parasitoids,
menjadi imago adalah 3 ekor (1 %), Behavioral and Evolutionary
imago yang muncul hanya imago Ecology. New Jersey: Princeton
jantan. University Press. Princeton.
Hadi, S. 1985. Biologi dan Perilaku
Inareolata sp (Hymenoptera:
DAFTAR PUSTAKA Ichneumonidae) Parasitoid Larva
Pada Hama Kubis Crocidolomia
Anindhita K. 2000. Oviposisi, Enkap- binotalis Zeller (Lepidoptera:
sulasi dan Keberhasilan Hidup Noctuidae) [thesis]. Bogor: Pro-
Parasitoid Eriborus argenteo- gram Pasca Sarjana. IPB.
pilosus Cameron (Hymenoptera:
Heriyano, N. 2000. Perubahan Strategi
Ichneumonidae), Spodoptera li-
Reproduksi Eriborus argenteo-
tura Fabricius dan Helicoverpa
pilosus Cameron (Hymenoptera :
armigera Lepidoptera: Noctu-
Ichneumonidae) Sebagai Tangg-
idae) [skripsi]. Bogor: Jurusan
ap Terhadap Ketiadaan Inang
Hama dan Penyakit Tumbuhan
Crocidolomia binotalis Zell
Fakultas Pertanian. IPB.
(Lepidoptera:Pyralidae) [skripsi].
Arifin M. 1992. Kerusakan daun Bogor: Institut Pertanian Bogor.
kedelai Orba pada Berbagai
Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crops
Umur Tanaman dan Populasi
in Indonesia. Laan PA van der,
Ulat Grayak (Spodoptera litura).

43
J. Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No. 1, 36-44

penerjemah. Jakarta: PT. Ichtiar tera: Pyralidae) and its Parasites


Baru Van Hoeve. Terjemahan From Cipanas Area, West Java
dari: De Plagen van de Cultuur- Bogor: a report of training course
gewassen in Indonesie. research) SEAMEO Regional
Kardinan A. 1999. Pestisida Nabati Centre For Tropical Biology. 62
dan Ramuan Aplikasi. Jakarta: hal.
Penebar Swadaya. Pathak M. 1977. Insect Pest of Rice.
Kurniawati D. 1998. Kesesuaian Instar International Rice Research Phi-
Larva Spodoptera litura Fabri- lliphines: Institute Los Banos.
cius (Lepidoptera:Noctuidae) Se- Pusat Penelitian dan Pengembangan
bagai Inang Parasitoid Larva Tanaman Pangan. 1990. Petunjuk
Snellenius (=Microplitis) ma- Bergambar Untuk Identifikasi
nilae Ashmead (Hymenoptera: Hama dan Penyakit Kedelai Di
Braconidae). Bogor: Laporan Indonesia. Bogor: Balai Peneliti-
Makalah Khusus. Jurusan Hama an Tanaman Pangan.
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Sahari B. 1999. Studi Parasitoid Eri-
Pertanian Insitut Pertanian Bo- borus argenteopilosus Cameron
gor. (Hymenoptera: Ichneumonidae)
Nelly N. 2005. Dinamika Interaksi dan Implikasinya pada Inang
Parasitoid Eriborus argenteopi- Crocidolomia pavonana Zeller
losus Cameron (Hymenoptera: (Lepidoptera:Pyralidae) dan Spo-
Ichneumonidae) dan Inang Cro- doptera litura Fabricius (Lepi-
cidolomia pavonana Zeller (Le- doptera:Noctuidae) [skirpsi]. Ju-
pidoptera:Pyralidae) pada Kon- rusan Hama dan Penyakit
disi Fisiologis dan Suhu Berbeda Tumbuhan. IPB. Bogor. 57 hal.
[disertasi]. Padang: Program Pas- Soedarmo S. 1992. Pengendalian Se-
casarjana. Universitas Andalas. rangga Hama Sayuran dan
Othman N. 1982. Biology of Croci- Palawija. Jakarta: Kanisius.
dolomia binotalis Zell (Lepidop-

44

Anda mungkin juga menyukai