Anda di halaman 1dari 13

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp.

Secara Terpadu
MICHELLIA DARWIS
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Indonesian Institute of Medicinal Crops and Aromatic
Jl. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111

ABSTRAK pengendalian tersebut dapat diintegrasikan dengan


komponen pengendalian lainnya yang sudah tersedia,
Sexava spp (Orthoptera: Tettigonidae) terdiri dari melalui kerjasama dengan instansi lainnya.
beberapa spesies, merupakan hama utama pada
tanaman kelapa. Serangan berat hama Sexava Kata Kunci: Kelapa, Cocos nucifera, hama, Sexava spp,
menyebabkan pelepah daun menjadi gundul dan outbreak, pengendalian terpadu.
mematikan kelapa. Masalah hama Sexava spp kembali
menarik perhatian melalui berita di media masa yang
menyatakan outbreak serangan Sexava spp pada ABSTRACT
Triwulan I tahun 2004 menimbulkan 13.000 ha areal
kelapa rusak berat di Kabupaten Sangihe dan Controlling Sexava spp through integrated pest
Kabupaten Talaud. Produktivitas kelapa menurun management
drastis 50% lebih dengan rataan 0,4 – 0,5 ton
Sexava spp consists of several species, is a major pest of
kopra/ha/th. Teknologi pengendalian sudah cukup
coconut palm. Heavy infestation of this pest may cause
tersedia, dan secara teoritis peluang hidup hama
serious damage on coconut leaves, and may kill the
Sexava spp hanya 14%, sisanya 86% sudah terkendali
trees. It was reported that in the districts of Sangihe
dengan sendirinya. Masih terjadinya outbreak
and Talaud, North Sulawesi, on the first quarter of
serangan hama Sexava spp memberi gambaran bahwa
2004, approximately 13.000 ha of coconut farms were
keseimbangan padat populasi dengan berbagai
seriously attacked by Sexava spp. The productivity of
komponen pengendalian belum dapat mengatasi
small holders coconut farm decreased up to 0.4 – 0.5
serangan Sexava spp. Komponen pengendalian yang
ton copra/ha/year. Several programs to control
dapat dilakukan adalah kultur teknis, mekanis,
Sexava were carried out and the technology to control
penggunaan tanaman sela, pemanfaatan agensia
Sexava is available. Theoritically the life probability of
hayati, peraturan karantina, dan insektisida. Upaya
Sexava spp is only 14%, approximately 86% can be
pengendalian yang relatif baru dikembangkan adalah
controlled automatically. To control Sexava spp., six
pemanfaatan agensia hayati cendawan entomo-
methods have been introduced, namely : cultivation
phatogen ‘’Metabron’’ (Metarrhizium yang diisolasi
technology, mechanical system, intercropping,
dari Brontispa). Salah satu keuntungan agensia hayati
biological control, quarantine system and insecticide
adalah dapat berkembang biak dengan sendirinya,
application. The newest inovation on biological control
persisten dalam waktu yang lama pada keadaan
was using entomophatogen fungus called;
lingkungan yang kondusif. Diharapkan peranannya
‘’Metabron’’ (Metarrhizium isolated from Bronstispa). It
bukan hanya sebagai ‘’biological control’’ tetapi juga
is effective to control Sexava spp on coconut. One of the
menjadi senjata biologi atau ‘’biological weapons’’, yang
benefits of this biological agent was it could
dapat mencegah outbreak serangan Sexava spp.
automatically and continuously grow in a long
Tingkat mortalitas yang disebabkan oleh Metabron
periode, in a good treatment and condusive
sangat tinggi, dengan konsentrasi 5 x 105 konidia/µl
circumstance. Hopefully, the role of Metabron was not
efektif menyebabkan mortalitas sebesar 90,25% nimfa,
only as biological control, but also as biological
dan 86,26% imago Sexava spp. Dalam upaya
weapon against Sexava spp pest. The mortality caused
pengendalian hama Sexava spp, sebaiknya meman-
by Metabron was very high. At the concentration of 5 X
faatkan semua komponen teknologi yang tersedia dan
105 conidium/µl, effective it was effective to cause
mengacu pada sistem pengendalian hama secara
90,25% nymph mortality and 86,25% imago mortality.
terpadu. Hasil kerja sama Balitka dengan COGENT,
On the program of Sexava spp management all of
tiga komponen teknologi yaitu; pemanfaatan benih
technology components should be practiced and
unggul, diversifikasi produk, serta pemanfaatan
suitable with integrated pest management system. In
tanaman sela dan ternak, dapat meningkatkan
the joint program between Coconut Research Institute
pendapatan dan kesejahteraan petani. Untuk men-
and COGENT, three component technologies were
cegah outbreak hama Sexava spp., ketiga komponen

98 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


applied, namely the use of resistant variety, product bangannya diarahkan pada pembukaan areal
diversification, and intercrops plus animal husbandry. baru atau rehabilitasi tanaman tua yang tidak
It was found that the treatments were able to increase
terawat pada daerah pulau-pulau terpencil dan
farmers’ income and prosperity significantly. To solve
the problem of Sexava spp in small holder coconut lahan pasang surut. Masyarakat Perkelapaan
farms in Sangihe and Talaud, those three components Indonesia (MAPI, 2006), dalam acara Hari
should be integrated with other components Perkelapaan (Coconut Day), mencanangkan
mentioned above. The intensive coordination amongst penanaman kelapa dan memasyarakatkan
related institutions are needed to make the program penggunaan bahan bakar biodiesel dari kelapa
effetive and useful.
untuk keperluan aktifitas nelayan dan bahan
Key Word: Coconut, Cocos nucifera L., pest, Sexava spp, bakar angkutan darat sebagai penganti minyak
outbreak, integrated pest management. bumi. Kemudian menurut Michellia (2006),
kelapa juga bermanfaat sebagai obat bagi
penyakit manusia, hal ini menunjang semangat
PENDAHULUAN ‘’back to nature’’ yang sudah mewabah baik diluar
negeri maupun di Indonesia.
Serangan hama tanaman merupakan salah
Salah satu hama kelapa yang sangat
satu faktor penghambat dalam usaha
berbahaya di KTI adalah hama Sexava spp
peningkatan produksi hasil kelapa. Banyak jenis
(Orthoptera; Tettigonidae). Tiga spesies hama
spesies hama yang menyerang kelapa, dan dari
yang sudah diketahui adalah a). Sexava nubila di
segi wilayah serangan di antaranya ada yang
Kepulauan Sangihe dan Talaud, Maluku dan
bersifat spesifik lokasi.(Novarianto, 2004). Hama
Papua dan b). Sexava coriaceae di Kepulauan
Sexava spp. merupakan hama utama bagi petani
Sangihe Besar, Desa Dumogin (Kecamatan
kelapa di daerah timur ‘’Garis Wallacea’’. Garis
Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mongondow)
Wallacea adalah suatu batas wilayah atau
dan ; c). Sexava karnyie pada beberapa pulau di
teritorial yang dibuat oleh ilmuwan Inggris (Sir
Sulawesi Tengah (Hosang et al., 1989). Masalah
Wallace) yang membatasi adanya perbedaan jenis
hama Sexava spp kembali muncul dan menarik
fauna dan flora di antara kedua batas wilayah
perhatian serta menjadi topik bahasan yang
timur dan wilayah barat garis Wallacea. Karena
cukup serius setelah muncul berita dalam media
itulah hama Sexava spp. hanya terdapat di
masa yang sifatnya nasional, lokal maupun berita
Kawasan Timur Indonesia yaitu meliputi
televisi mengenai out break serangan hama Sexava
Kepulauan Maluku, Sulawesi (Utara dan Tengah)
spp. dan kerugian yang ditimbulkannya.
dan Papua (Michellia, 2004). Untuk jenis hama
Serangan hama Sexava spp. dengan
utama kelapa lainnya, sebagai contoh menurut
intensitas tinggi dapat menyebabkan tanaman
Wiryosoehardjo dan Budiman (1985) hama
kelapa mati (Zelazny dan Hosang, 1988).
Artona catoxantha dan Hidari irava hanya terdapat
Tanaman kelapa yang belum berproduksi apabila
di kawasan barat Indonesia. Hama kelapa
terserang hama Sexava spp. secara
Oryctes rhinoceros dan Aspidiotus destructor
berkesinambungan pertumbuhannya akan
bersifat endemik dan terdapat hampir di semua
terhambat, lambat berproduksi atau tidak
areal pertanaman kelapa yang ada.
berproduksi sama sekali dan lama kelamaan
Kelapa merupakan komoditas strategis
dapat menimbulkan kematian tanaman.
dalam perekonomian bangsa Indonesia, terutama
Pengendalian hama Sexava spp. sampai saat
sebagai penghasil minyak nabati dan sumber
ini masih terlalu mengandalkan penggunaan
pendapatan bagi petani serta keperluan ekspor.
insektisida, padahal sudah terbukti bahwa
Dewasa ini dengan adanya krisis minyak bumi,
tindakan ini hanya bersifat sementara, hanya
peranan kelapa semakin penting karena dapat
menekan populasi hama dalam waktu singkat
digunakan sebagai bahan baku biodiesel.
dan akan banyak menimbulkan masalah baru.
Menurut Allorerung et al. (2006), kelapa sebagai
Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana
salah satu sumber energi alternatif pengem-

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 99


dapat menimbulkan masalah seperti timbulnya lokasi dengan tingkat kerusakan berat,
resistensi hama, resurjensi hama, ledakan hama menunjang teori yang dikembangkan oleh
kedua, masalah efek residu dan pencemaran Warouw (1981a), yang menyatakan bahwa
lingkungan. Tulisan ini mengemukakan upaya populasi Sexava spp. pada waktu itu menurun
pengendalian hama Sexava spp. secara terpadu karena tidak cukup tersedia daun kelapa yang
meliputi: kultur teknis, mekanis, musuh alami, tertinggal sebagai bahan makanan.
genetik (varietas resisten), undang-undang dan Selain daun, Sexava spp. juga dapat merusak
penggunaan insektisida. buah. Di Talaud, jumlah buah pada tandan kedua
yang dirusak oleh hama S. nubila mencapai 19%,
DAMPAK SERANGAN HAMA Sexava spp sedangkan di Sangihe , kerusakan buah oleh S.
coriacea mencapai 10% (Hosang et al., 1988a ;
Pada masa sebelum kemerdekaan tahun Zelazny dan Hosang, 1988). Pada tingkat
1938, hama Sexava spp. sudah mewabah dan serangan berat tanaman kelapa tidak dapat
menimbulkan kerugian yang besar di Kepulauan berproduksi selama dua tahun. Untuk itu perlu
Sangihe dan Talaud. Masalah hama Sexava spp. dikembangkan konsep PHT sehingga populasi
akhirnya mendapat perhatian serius dari Dewan hama Sexava spp dapat stabil pada aras yang
Vollkraad (DPR) pada masa penjajahan Belanda, tidak merugikan. Serangan yang bersifat
karena serangan hama Sexava spp sudah eksplosif, sudah mewabah, kerusakan berat,
menimbulkan penurunan produktivitas buah tindakan pengendalian yang cepat, mau tidak
kelapa sebanyak 75%, sehingga sebagian mau harus menggunakan senyawa kimia,
penduduk terpaksa bermigrasi ke tempat lain walaupun ada efek sampingnya. Selain
untuk mencari nafkah (Kalshoven, 1981). penyemprotan melalui udara (biaya tinggi),
Sebagian penduduk di wilayah serangan ada dapat dilakukan injeksi batang, infus akar dan
yang memasuki kepulauan Mindanao di Filipina, infus daun yang lebih mudah dilakukan. Dari
dan ada juga yang sampai ke daratan Kabupaten segi strategi ekologi yang dirumuskan oleh
Minahasa. Dampak serangan hama Sexava spp., Southwood (1976), ciri-ciri populasi hama Sexava
dapat menimbulkan kegoncangan dalam sektor spp., dapat digolongkan hama yang berstrategi
perekonomian rakyat dan juga di sektor sosial antara (intermediate). Golongan hama seperti ini
politik, yang menyebabkan terjadinya tindakan pengendalian hayati dan kultur teknis,
perpindahan penduduk ke luar negeri maupun akan mempunyai manfaat yang lebih baik
perpindahan antar pulau di dalam negeri. dibandingkan penggunaan insektisida.
Tanaman kelapa menghasilkan pelepah daun Sebagai antisipasi issue yang berkembang
dengan laju konstan, apabila Sexava spp makan pada media masa, Balitka Manado dan Dirjenbun
secara merata pada seluruh pelepah daun, akan dalam Hosang et al. (2006) berusaha
terjadi peningkatan kerusakan pada mahkota mengendalikan dan dapat menekan kerusakan
daun dari bagian atas ke bagian bawah. Bagian yang ditimbulkan oleh hama Sexava spp. dengan
yang dimakan, penting untuk analisis prediksi memanfaatkan semua komponen pengendalian
kehilangan hasil, sebab kerusakan pelepah daun secara terpadu. Hasilnya menunjukkan bahwa,
muda akan lebih berpengaruh terhadap produksi dari serangan awal pada Triwulan I seluas 19.329
dibandingkan pelepah tua. Ada indikasi juga hektar, menurun menjadi 8.653 hektar pada akhir
bahwa daun yang dipilih sebagai makanan akan Triwulan II tahun 2004. Nilai kerugian pada
berubah tergantung perbedaan tingkat Triwulan II mencapai Rp 29.887.461.500.
kerusakan. Pada kerusakan berat, peningkatan Kerugian yang cukup besar ini, kemungkinan
kerusakan lebih terkonsentrasi pada pelepah karena masih adanya dampak (pengaruh)
daun muda, sebab serangga tidak mendapatkan serangan pada Triwulan sebelumnya. Walaupun
makanan yang cukup pada pelepah daun yang belum tuntas, areal penurunan serangan cukup
tua (Zelazny dan Hosang, 1991). Pada beberapa signifikan. Mengingat areal kelapa keseluruhan

100 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud ada makanan yang cukup kandungan nutrisinya
seluas 45.792 ha. pada pelepah daun yang tua.
Pada kondisi alamiah sebenarnya banyak
MORTALITAS DAN DAYA BERTAHAN sekali komponen-komponen yang menentukan
HIDUP tingkat mortalitas (populasi) Sexava spp.
Lingkungan alamiah merupakan penyebab
Dalam perkembangannya, hama Sexava spp. penting perubahan populasi hama dalam suatu
mengalami tiga fase kehidupan yaitu; telur, ekosistem. Serangga sebagai hewan berdarah
nimfa (terdiri dari lima instar), dan imago. Setiap dingin (polikilotermal), secara fisiologi tidak
instar dilalui tidak mudah, sesuai kemampuan dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga
daya bertahan hidup setiap fase yang dilaluinya. kehidupannya akan sangat dipengaruhi keadaan
Mortalitas timbul dengan sendirinya saja, cuaca dan iklim di habitat tempat hidupnya. Di
walaupun tidak dilakukan usaha tindakan daerah tropis seperti Indonesia, suhu kelembaban
pengendalian. Mortalitas yang terjadi pada relatif dan periode penyinaran tidak terlalu
tempat ‘’rearing hama’’ di ruang laboratorium berfluktuasi, tetapi peranan faktor-faktor abiotik
semakin berkurang sesuai dengan tingkat ini penting untuk spesies serangga tropis melalui
perkembangan hama Sexava spp mencapai stadia pengaruh yang secara tidak langsung terhadap
imago. ketersediaan dan kualitas inang. Dengan variasi
Dari pemeliharaan sebanyak 123 butir telur suhu yang rendah, maka populasi cenderung
Sexava spp, ternyata yang mencapai stadia nimfa lebih rendah selama musim basah dibanding
instar pertama hanya 52 ekor atau sekitar 42,88%. musim kering. Hal ini kemungkinan disebabkan
Stadia imago hanya sebanyak 17 ekor atau sekitar oleh karena pada kelembaban tinggi
13,82%. Dari 123 butir telur Sexava spp. yang menghambat faktor lain untuk mempengaruhi
dipelihara (rearing), ternyata hanya bisa kecepatan reproduksi (Dent dan Walton, 1977,
menghasilkan sebanyak 17 ekor imago saja. Morallo-Rejesus, 2001 Schowalter, 2000).
Keperidian atau kemampuan bertelur imago Secara teoritis sebagai patokan dan dasar
betina rata-rata 54 butir, kalau daya bertahan analisis perhitungan diketahui bahwa dari
hidup sekitar 13,82%, maka diperkirakan setiap sepasang Sexava spp. rataan keperidian dapat
pasang imago Sexava spp hanya akan menghasilkan 8 imago untuk generasi pertama
menghasilkan turunan pertama rata-rata 8 ekor (14%) saja. Kalau ada sebanyak 54 telur yang
saja (Warouw, 1981a) ditetaskan seharusnya dapat menghasilkan
Untuk melihat kemungkinan faktor penentu sebanyak 54 ekor Sexava spp. baru, namun karena
tingkat mortalitas Sexava spp. di lapangan, adanya mortalitas secara alami, maka hanya
menurut hasil penelitian Warouw (1981a) stadia dapat menghasilkan 8 imago saja.
telur dipengaruhi oleh media inkubasi, dalam hal Ambang ekonomi hama Sexava spp. adalah
ini yang dicoba adalah media pasir dan tanah sebanyak 2 imago/pelepah. Jumlah pelepah
serta kedalaman letak telur dari permukaan beragam (20–30), dengan rata-rata 25
media. Untuk stadia nimfa sangat dipengaruhi pelepah/pohon. Bila diketahui populasi Sexava
oleh kualitas makanannya yakni jenis serta spp sudah pada batas ambang ekonomi, tetapi
bagian tertentu dari tajuk tanaman inangnya. tidak segera dilakukan tindakan pengendalian,
Mortalitas dan daya bertahan hidup imago maka akan terjadi peningkatan serangan hama
Sexava spp dipengaruhi oleh kualitas, nutrisi Sexava spp. Satu pelepah terdiri dari 2 imago
yang cocok dan perbandingan relatif nutrisi yang hama Sexava spp, dan satu pohon rata-rata terdiri
terkandung pada daun tanaman inangnya. dari 25 pelepah, maka akan terdapat sebanyak 2
Menurut Zelazny dan Hosang (1991) pada imago x 25 pelepah = 50 imago/pohon. Sex ratio
tingkat kerusakan berat, intensitas kerusakan imago jantan dan betina adalah 55% : 45%, dan
lebih terkonsentrasi pada pelepah daun muda, yang akan bertelur adalah imago betina. Dengan
sebab Sexava spp. tidak mendapatkan bahan

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 101
lebih rendahnya persentase sex ratio imago berproduksi secara optimal. Kultur teknis yang
betina dari pada imago jantan, sudah merupakan diterapkan dapat menghambat terjadinya
suatu kemudahan dari segi pengendalian hama serangan hama Sexava spp. Tindakan demikian
Sexava spp. Jumlah koloni imago betina adalah sebaiknya dapat pula meningkatkan peranan
45% X 50 imago = 22 imago betina/pohon. agensia hayati dalam keberhasilan pengendalian
Kemampuan bertelur selama hidupnya rata-rata secara hayati (Watson et al., 1975)
adalah 54 butir, jadi jumlah telur yang dihasilkan Beberapa tindakan kultur teknis yang dapat
adalah 22 x 54 = 1.188 butir telur. Dalam diperlakukan untuk menekan populasi hama
perkembangannya yang dapat mencapai stadia Sexava spp. antara lain adalah:
imago adalah 14% x 1.188 = 166 imago (jantan a. Pembuatan bobokor pada radius 2 m dari
dan betina). pangkal batang kelapa, bertujuan untuk
Dari biologi hama Sexava spp. diketahui satu menghindari Sexava spp meletakan telur.
tahun dapat terjadi dua kali generasi. Pada b. Pengendalian gulma dan semak belukar di
generasi pertama, dapat menghasilkan sebanyak luar batas lingkaran bobokor agar nimfa yang
45% x 166 = 75 imago betina. Dari kemampuan baru menetas kesulitan mendapatkan sumber
keperidiaannya maka dapat pula menghasilkan makanan.
sebanyak 75 x 54 telur = 4.050 telur. Kemampuan c. Pembabatan dan pembersihan lahan di
telur-telur ini mencapai stadia imago adalah; 14% sekitar pertanaman dari beberapa inang
x 4.050 telur = 567 imago (jantan dan betina). hama Sexava spp. seperti; pisang, sagu, salak,
Perhitungan ini hanya berdasarkan kepada satu pinang, pandan, manggis, dan enau.
pohon saja yang populasi hama Sexava spp. d. Memangkas 3 atau 4 pelepah tertua yang
berada di batas ambang ekonomi. Apabila pangkal pelepahnya dapat dijadikan tempat
populasi pada batas ambang ekonomi lebih dari peletakan telur bagi imago betina,
itu, 100 pohon, 1.000 pohon dan seterusnya, e. Membersihkan lubang bekas takikan yang
kemungkinan akan timbul out break serangan dibuat untuk memanjat dan memanen
hama Sexava spp. sekali dalam empat tahun. kelapa, karena tindakan ini juga dapat
Menurut Warouw (1981b), padat populasi rata- menghindari imago betina meletakan telur.
rata tertinggi hama Sexava spp yang pernah f. Penanaman tanaman penutup tanah (cover
ditemukan, adalah sebanyak 233,68 imago/ crops) terutama pada lahan datar, karena
pohon. cover crops memerlukan ‘’rolling’’ agar
Kendala ini harus dihindari, sebab tumbuh merata. Manfaat cover crop menurut
berdasarkan perhitungan secara teoritis hanya Franssen (1954) dapat mempertinggi daya
14% kemampuan daya bertahan hidup dari awal parasit musuh alami hama Sexava spp.
tingkat keperidiaannya, sisanya 86% sudah
terkendali dengan sendirinya. Fenomena ini
sudah merupakan keringanan dalam usaha PENGENDALIAN MEKANIS
pengendalian hama Sexava spp. Teknologi
pengendalian hama ini sudah cukup banyak Hama Sexava spp. lebih mudah dilihat secara
tersedia, pengendalian mengacu pada sistim kasat mata, dibanding dengan patogen penyebab
pengendalian hama terpadu yang ramah penyakit seperti virus, bakteri dan cendawan.
lingkungan dan pemakaian insektisida dilakukan Oleh karena itu, tindakan mekanis pada hama
sebagai pilihan terakhir. Sexava spp. relatif lebih mudah untuk dilakukan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan mencari
semua stadia hama Sexava spp, baik telur, nimfa
PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS
(5 instar) maupun imago, kemudian dimus-
Tanaman kelapa membutuhkan tindakan nahkan. Sebaiknya dilakukan secara massal,
kultur teknis dan budidaya agronomis yang secara periodik dan berkesinambungan pada
baik, agar tanaman kelapa dapat tumbuh dan seluruh lokasi serangan.

102 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


Imago Sexava spp betina bertelur lebih bertelur dalam tanah), juga dapat menambah
banyak pada radius di sekitar pangkal batang penghasilan petani kelapa. Pemanfaatan tanaman
kelapa, makin jauh dari pangkal batang, jumlah sela di antara kelapa, dimungkinkan karena
telur yang ditemukan semakin berkurang. sistem perakaran kelapa hanya terkonsentrasi
Menurut penelitian Warouw (1981a) pada radius pada radius sekitar 2 meter saja dari pangkal
1 meter ditemukan sebanyak 43,10 telur (51,76%), batang kelapa (Rosario, 1983). Kemudian
radius 2 meter ditemukan 25,84 telur (33,08%) menurut Darwis (1988), apabila lahan di antara
dan pada radius 3 meter ditemukan semakin kelapa ditanami tanaman sela, dapat berdampak
berkurang yaitu sebanyak 12,38 telur (15,17%). positip pada tanaman kelapa. Pengolahan tanah
Tindakan pengendalian secara mekanis ini dan pemeliharaan tanaman sela akan menekan
bisa seiring dilakukan dengan tindakan kultur populasi telur sehingga dapat memutuskan
teknis. Pada pembersihan ring (lingkaran) di siklus hidup hama Sexava spp.
sekitar pangkal batang kelapa, dapat sekaligus Tanaman sela yang dapat ditumpang sarikan
mengumpulkan telur-telur Sexava spp yang jelas antara lain adalah; padi gogo, jagung, kacang-
kelihatan. Panjang telur sekitar 10 – 12 mm, lebar kacangan, ubi-ubian dan jenis tanaman pangan
2 mm, berwarna kuning kecoklatan. Telur yang lainnya. Karena tanaman pangan membutuhkan
menetas menjadi nimfa instar pertama berukuran tindakan pemeliharaan yang lebih intensif.
sekitar 12 mm, dan panjang antena 8 – 9 mm. Menurut Soekaryoto et al. (1994) sistem tanam
Stadia nimfa ini cukup mudah untuk ditangkap, polikultur kelapa dengan kacang-kacangan dan
belum dapat terbang pada instar yang lebih ubi jalar dapat berperan dalam menekan populasi
lanjut kemampuan terbang belum terlalu jauh. hama Sexava spp. Dari hasil pengamatan populasi
Nimfa merayap mendekati pangkal batang nimfa dan imago cukup rendah yaitu masing-
kelapa, memanjatnya untuk menuju ke pucuk masing berkisar antara 0,2 – 3,27 ekor dan 0 – 0,9
pohon kelapa. Dalam tindakan mekanis, batang ekor. Pada pola tanam ini, parasit telur Leefmansia
kelapa dapat dilingkari dengan lem yang bicolor dapat menekan populasi telur Sexava spp.
dicampur dengan insektisida atau menggunakan yaitu rata-rata 6,9% - 16,47%. Meskipun belum
seng supaya jatuh tergelincir. terlalu effektif, mungkin perlu dilakukan
Stadia imago betina hama Sexava spp. pelepasan parasit telur lebih sering (secara
berukuran 8,5 – 9,5 cm dan imago jantan periodik). Efektivitas yang tinggi dilaporkan oleh
berukuran 7 – 8 cm atau sekitar 1,5 kali lebih Franssen (1954), bahwa penanaman cover crops
besar dari hama belalang yang sering kita jumpai jenis Centrocema pubescen ternyata dapat
yaitu Valanga nigricornis. Imago Sexava spp betina meningkatkan daya paratisasi Leefmansia bicolor
mempunyai alat ovopositor pada bagian bawah mencapai 95%. Masalahnya pada perkebunan
ruas abdomen, yang membedakannya dari imago kelapa rakyat di Sangihe dan Talaud petani tidak
jantan. Alat ovopositor panjangnya 4–5 cm, ada yang menanam tanaman cover crops.
berfungsi untuk membenamkan telur-telur ke Balitka Manado bekerja sama dengan
dalam tanah. Pada saat ini, merupakan momen COGENT (The International Coconut Genetic
yang tepat untuk menangkap imago tersebut, Resourches Network) telah melakukan transfer
atau menggunakan net penangkap hama pada teknologi untuk meningkatkan pendapatan
pohon kelapa yang pendek ataupun pada petani. Komponen teknologi yang diuji coba
tanaman inang lainnya yang tidak terlalu tinggi. dalam kerjasama tersebut adalah: 1).
Meningkatkan pendapatan petani kelapa melalui
pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah,
PEMANFAATAN TANAMAN SELA pemanfaatan benih unggul dapat meningkatkan
pendapatan 2 – 3 kali lebih banyak, dan
Pemanfaatan tanaman sela penting dilakukan
mendapatkan varietas resisten, 2). Peningkatan
karena dapat berdampak ganda, di samping
pendapatan petani melalui diversifikasi produk,
dapat menekan populasi hama Sexava spp (80%

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 103
seperti sabut, daging kelapa, tempurung, daun kondisi lingkungan, pola tanam, frekuensi
dan batang kelapa, dapat meningkatkan aplikasi parasit dan perlakuan lainnya yang
pendapatan petani sebanyak 5 – 6 kali lebih diberikan pada tanaman. Apalagi menurut Stehr
banyak, dan 3). Pemanfaatan tanaman sela (inter- (1982) pengaruh pengendalian hayati terhadap
croping) disertai dengan usaha ternak, dapat inang atau mangsa target sasaran bervariasi,
meningkatkan pendapatan petani 3 – 5 kali lebih mulai dari pengaruh yang bersifat sementara
banyak. Ketiga komponen paket teknologi ini sampai yang dapat menyebabkan kematian inang
sudah diterapkan di Desa Wori dan desa atau mangsa hama serangga.
Nonopan di Propinsi Sulawesi Utara dan di Desa Introduksi parasit telur L. bicolor pertama kali
Huntu di Propinsi Gorontalo (Novarianto, 2004). dilakukan oleh Leefmans berkebangsaan Belanda
Teknologi ini dapat pula di adopsi dan diterap- pada tahun 1925 untuk menekan populasi hama
kan oleh petani kelapa yang berada di daerah Sexava spp (Kalshoven, 1981). Walaupun tingkat
serangan hama Sexava spp. Karena selain dapat paratisasinya bervariasi pada lokasi yang
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan berbeda dan dipengaruhi pula oleh perbedaan
petani, secara tidak langsung semua aktifitas ini musim, namun parasit telur L. bicolor tetap
dapat pula mengendalikan populasi hama Sexava berperan penting dalam mengendalikan hama
spp. Sexava spp. (Zelazny et al., 1988). Hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa dengan
PENGENDALIAN HAYATI menggunakan L. bicolor dipadukan dengan
metode kultur teknis yaitu penanaman cover
Pengendalian hayati (biological control) crops jenis Centrosema pubescens persentase
merupakan taktik pengendalian hama yang paratisasi akan meningkat sampai 95%. Pada
dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau kondisi tersebut telur-telur banyak diletakkan di
memanipulasi musuh alami untuk menurunkan daerah perakaran kelapa sehingga memudahkan
atau mengendalikan padat populasi hama parasit menemukan target sasarannya.
tanaman (Untung, 1993). Musuh alami ini sudah Aplikasi parasit L. bicolor yang hanya dapat
tersedia di alam tinggal bagaimana mengelolanya menimbulkan 30% mortalitas telur, sudah dapat
sehingga dapat dimanfatkan secara optimal. Jenis menekan padat populasi Sexava spp pada tingkat
musuh alami dan teknik aplikasinya perlu rata-rata 11 ekor nimfa/imago/pohon selama
dimanfaatkan secara optimal. Jenis musuh alami tiga tahun kemudian. Padat populasi ini sudah
dan tehnik pemanfaatannya perlu dipahami agar berada di bawah batas ambang kerugian
musuh alami dapat berperan dengan baik di ekonomi (Warouw, 1985).
lapangan. Sexava spp seperti serangga lainnya L. bicolor dapat diperbanyak di laboratorium
dalam hidupnya diserang oleh entomophatogen dengan menggunakan telur-telur Sexava spp
seperti virus, cendawan, bakteri dan protozoa. yang bernas. Jumlah telur terparasit yang
Beberapa spesies di antaranya mempunyai dibutuhkan untuk mengendalikan hama Sexava
patogenisitas yang baik dan berpotensi untuk spp di lapangan sebanyak 25 butir/ha. Pada
dikembangkan sebagai agen hayati hama Sexava tingkat serangan berat tidak cukup hanya dengan
spp (Henry dan Hosang, 1987; Hosang et al., 1989; menggunakan parasit telur saja, perlu
2006) dikombinasikan dengan tindakan pengendalian
lainnya. Howard dan Fiske (1911) mengemuka-
1.Pemanfaatan Parasit kan teori sequence (sequence theory) yang
1.1 Parasit telur menyatakan bahwa penekanan populasi suatu
spesies serangga hama akan menjadi kurang
Parasit telur Leefmansia bicolor merupakan
efisien jika hanya satu stadia perkembangan
parasitoid yang potensial untuk dikembangkan,
hama yang dikendalikan, misalnya hanya telur
namun dalam aplikasi di lapangan tingkat
saja. Pengendalian hayati dapat dicapai melalui
keberhasilan cukup bervariasi, tergantung

104 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


penggunaan beberapa musuh alami yang dapat Nosema sp 20% dan Adelina sp 21%. Sampai saat
menyerang beberapa fase perkembangan hama. ini belum ada penelitian yang membedakan
patogen pada kedua spesies Sexava spp secara
1.2. Parasit nimfa dan imago rinci, apakah Gregarine tidak terdapat di Talaud,
Berdasarkan hasil survei di Papua, ternyata termasuk pada lokasi pelepasan di pulau
di Sorong dan beberapa pulau di sekitarnya Salibabu dan Kabaruan (Hosang et al, 1988b). Hal
ditemukan parasitoid nimfa dan imago yang ini menunjukkan bahwa pelepasan Gregarine dari
potensial untuk hama S. nubila yaitu Stichotrema populasi S. coriacea ke populasi S. nubila belum
dallatorreanum (Strepsiptera: Myrmecolacidae) berhasil dengan baik. Kegagalan ini kemung-
(Wigley et al., 1989) dengan tingkat paratisasinya kinan disebabkan karena Gregrarine dari S.
bervariasi dari 16,1-21,9% (Hosang dan Soekar- coriacea tidak mampu menginfeksi S. nubila atau
yoto, 1991). Persentase parasitoid ini rendah pengaruh faktor lingkungan yang tidak
dibandingkan dengan kemampuan memarasit mendukung perkembangan organisme tersebut.
hama Sexava spp di negara tetangga Papua Gregarine juga tidak terdapat pada populasi S.
Nugini yang dapat mencapai 60% (Young, 1987). nubila di pulau Seram, tetapi sangat umum
Walaupun demikian, sudah ada gambaran ditemukan pada populasi S. coriacea di
betapa pentingnya peranan parasitoid apabila Halmahera dan Sangihe Besar dan pada S. nubila
dimanfatkan secara efektif di waktu mendatang di Papua.
di Indonesia. Masalah out break serangan hama Nosema sp dan Adelina sp hanya ditemukan
Sexava spp di Papua Nuigini maupun di pada daerah yang kerusakannya sedang dan
kepulauan Mindanao tidak ada dilaporkan berat, dan tidak ditemukan pada daerah yang
separah yang terjadi di Indonesia. kerusakannya ringan. Pada populasi S.nubila,
Nosema sp dan Adelina sp terdapat di kepulauan
2. Pemanfaatan Entomopatogen Talaud, tetapi tidak terdapat di Papua dan pulau
Seram (Maluku). Pada S.coriacea, kedua patogen
2.1. Protozoa ini ditemukan di Halmahera tetapi tidak terdapat
Studi entomopatogen pada hama Sexava spp di Sangihe Besar (Hosang et al., 1989)
belum banyak dilakukan. Henry dan Hosang Secara umum, dapat diinformasikan bahwa
(1987) mulai merintis dengan mengidentifikasi prospek penggunaan patogen yang ditemukan
beberapa entomopatogen terutama protozoa pada hama Sexava spp yang disebabkan oleh
pada populasi hama S. nubila dan S. coriaceae di protozoa, belum direkomendasikan dalam upaya
Sangihe Talaud dan Maluku, kemudian pengendalian, karena masih diperlukan
dilanjutkan dengan pengujian laboratorium pengujian lebih lanjut tentang patogenisitasnya
beberapa protozoa yang diintroduksi dari di lapangan. Walaupun kelihatannya prospek
Amerika Serikat dan protozoa yang berasal dari penggunaan protozoa untuk mengendalikan
S. nubila yang diinokulasi pada S. coriacea, hama Sexava spp, belum memberikan hasil yang
ternyata belum efektif menginfeksi hama menggembirakan, sebagai langkah awal sudah
tersebut. diketahui tiga patogen yang disebabkan oleh
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa protozoa (Gregarine, Nosema sp dan Adelina sp)
lokasi di KTI, ternyata ditemukan mikro- dapat menginfeksi hama S. nubila dan S. coriacea.
organisme patogenik baik pada S. nubila maupun
pada S. coriacea. Entomopatogen itu adalah 2.2 Cendawan
protozoa (Gregarine, Nosema sp, dan Adelina sp). Di Perancis penyakit yang disebabkan oleh
Hasil ini merupakan yang pertama kali cendawan dikenal dengan sebutan muscardine.
ditemukan Gregarine menginfeksi S. nubila, Istilah ini dipakai untuk menamakan penyakit
sedangkan Nosema sp dan Adelina sp pada S. pada ulat sutera yang disebabkan oleh cendawan
coriacea. Infeksi Gregarine dapat mencapai 78%, Beauveria bassiana yaitu white muscardine

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 105
merupakan penyakit pertama pada serangga cendawan tersebut pada populasi hama S. nubila
maupun hewan yang diketahui disebabkan oleh di Lirung, Talaud bervariasi antara 4,35% - 40%
patogen cendawan (Tanada dan Kaya, 1993). Ciri- atau rata-rata 16%, sedangkan pada populasi S.
ciri awal dari serangan cendawan adalah hama coriacea di Jailolo, Maluku Utara lebih rendah
sakit, tidak mau makan, dan lemah. Kemudian yaitu sekitar 0,78% - 28,57% atau rata-rata 10,92%.
muncul masa konidia yang bewarna putih Hasil identifikasi menunjukkan bahwa cendawan
menyelimuti permukaan tubuh. yang menginfeksi telur S. nubila dan S. coriacea
Setelah hama serangga mati, cendawan mulai adalah Verticillium sp (Hypomycetes; Dema-
menyerang jaringan dan akhirnya membentuk tiaceae) (Allouw et al., 2000). Konidia cendawan
organ reproduksi. Pada umumnya semua Verticillium berbentuk ellips (Cook dan Baker,
jaringan serangga diserang. Pertumbuhan 1983). Mekanisme infeksi adalah menyerang
cendawan terjadi di dalam tubuh serangga kuning telur kemudian terjadi perubahan warna
sehingga cairan tubuh serangga habis digunakan menjadi putih karena konidia sudah menutupi
oleh cendawan, maka serangga mati dengan seluruh permukaan kulit telur.
tubuh yang mengeras dan kaku seperti mumi. Cendawan entomopatogen Metarrhizium
Pertumbuhan cendawan diikuti dengan produksi anisopliae yang diisolasi dari hama Bronstispa
pigmen dan toksin yang dapat melindungi yang sakit (terinfeksi secara alami), ternyata
serangga dari mikroorganisme lain terutama effektif menginfeksi nimfa dan imago Sexava spp.
bakteri. Miselia cendawan menembus keluar Hama Bronstispa dan Sexava merupakan hama
tubuh serangga pada bagian yang paling mudah pemangsa daun, sehingga kemungkinan
terserang yaitu di antara ruas-ruas tubuh dan alat Metarrhizium dapat berkembang dengan baik
mulut. Apabila keadaan kurang mendukung pada populasi Sexava spp karena memiliki
perkembangan cendawan hanya berlangsung di ’’relung’’ yang sama dengan Bronstispa. Penetrasi
dalam tubuh serangga tanpa keluar menembus (penetration peg) ketubuh serangga didukung
integumen (Santoso, 1993). oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh. M.
Dari pengamatan populasi telur di kepulauan anisopliae terutama enzim protease. Protease
Talaud pada bulan April dan Mei 1924, diketahui menghidrolisis kutikula serangga yang sebagian
bahwa telur yang terinfeksi cendawan berturut- besar (70%) terdiri dari protein (Charnley, 2005)
turut adalah 55,2% dan 2,0% (Leefmans, 1927 Hasil penelitian Hosang et al. (2006),
dalam Warouw, 1981b). Reyne, 1933 dalam menunjukkana bahwa pemanfaatan cendawan
Warouw (1981b) menjelaskan bahwa infeksi entomopatogen M. anisopliae yang diinokulasi
cendawan pada telur S. nubila di Talaud rata-rata dari hama Bronstispa, dipopulerkan sebagai
8,44% dengan kisaran antara 0 – 26,9%. Tim agensi hayati ‘’Metabron’’. (Metarrhizium
Survei Hama tahun 1977 dalam Warouw (1981b), Bronstispa), sangat effektif untuk mengendalikan
melaporkan bahwa Phytium sp juga dapat stadia nimfa dan imago Sexava spp. Konsentrasi
menyebabkan penyakit kutil pada permukaan sebanyak 5 x 10 5 konidia/µl dapat menimbulkan
kulit telur, sedangkan Aspergillus sp dan mortalitas nimfa dan imago pada 20 HSP (hari
Penicilium sp menyebabkan pembusukan telur setelah perlakuan) berturut-turut sebesar 90,25%
Sexava spp. Persentase infeksi cendawan yang dan 86,26%. Dengan tingkat keberhasilan yang
ditemukan di Kabaruan, Salibabu dan tinggi diharapkan agensia hayati Metabron
Karakelang berturut-turut 18,52%; 15%; dan 29%. bukan hanya berfungsi sebagai biological control,
Data ini menjelaskan bahwa infeksi cendawan namun lebih dahsyat lagi menjadi ‘’biological
pada telur Sexava spp sangat bervariasi. Sampai weapons’’ (senjata biologi) terutama untuk
sekarang cendawan–cendawan tersebut belum mencegah timbulnya outbreak serangan hama
dimanfaatkan dalam pengendalian hama Sexava Sexava spp. Hal ini memungkinkan, karena salah
spp. Cendawan entomopatogen dapat meng- satu manfaat agensia hayati adalah dapat
infeksi telur S. nubila dan S. coriacea. Daya infeksi bertahan lama dan berkembang biak dengan

106 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


sendirinya, atau dengan kata lain dapat menjadi Tindakan ini tentu lebih utama pada batas
wabah pada populasi hama Sexava spp. wilayah timur garis Wallacea. Di dalam negeri
pencegahan penyebaran antar pulau, antar
3.Pemanfaatan Predator propinsi di Kawasan Timur Indonesia, dan keluar
negeri seperti ke pulau Mindanao di Filipina
Predator kemungkinan dapat berpotensi juga yang berbatasan dengan Kabupaten Talaud, serta
dalam mengendalikan populasi hama Sexava spp Papua Niugini yang berbatasan dengan Merauke
di lapangan. Semut rang-rang Oecophylla di propinsi Papua. Karena pengalaman
smaragdina, ditemukan menyerang S. nubila menunjukkan bahwa telur Sexava spp dapat
.Selain itu ditemukan juga predator lain yang terbawa dengan tidak sengaja atau tidak disadari
memangsa nimfa Sexava spp yaitu laba-laba dan melalui bibit, benih, tanah dan humus. Aliran
katak hijau (Zelazny dan Hosang, 1989). Burung keluar masuk komoditas kelapa harus dijaga
Gagak (Corvus validus), Centropus goliath (O’ supaya sebelum dilepas secara bebas kepada
Ciunggu) dan Jojobit (nama lokal) juga dilaporkan petani telah melalui proses tindakan pengawasan
dapat memangsa Sexava spp (Bennett et al., 1986). karantina terlebih dahulu.
Selanjutnya Hosang et al. (1992) menduga
bahwa tingkat kerusakan dan populasi hama S. PEMANFAATAN INSEKTISIDA
nubila yang rendah di pulau Seram,
kemungkinan disebabkan oleh musuh alami Penggunaan insektisida dalam pengendalian
terutama predator, karena situasi pada lokasi hama Sexava spp masih tetap diperlukan, namun
pengamatan ternyata masih banyak terdapat penggunaannya diupayakan seminimal mungkin
burung (Aves) dan predator lain seperti laba-laba untuk menghindari dampak negatif terhadap
dan semut rang-rang yang memangsa nimfa dan lingkungan. Aplikasi insektisida yang effektif
imago Sexava spp. Situasi seperti ini akan dan yang direkomendasikan adalah melalui
berlangsung lama bila ekosistem predator tidak penyemprotan pada pembibitan dan tanaman
terganggu. Semua ini akan terwujud apabila muda, infus akar untuk kelapa genjah dan kelapa
penggunaan insektisida dilakukan secara hibrida dan injeksi batang untuk kelapa dalam.
bijaksana dan sewaktu terjadi out break, Insektisida sistemik yang efektif mengen-
kelestarian predator atau musuh alami lainnya dalikan hama Sexava spp adalah methamidophos
tidak terganggu. (Tamaron), monocrotopos (Azodrin), dicrotophos
(Bidrin), phosphamidon (Dimicron), dan
acephate (Orthene). Pada tanaman muda atau
KARANTINA tanaman inang lainnya, dapat dilakukan
penyemprotan insektisida kontak misal Matador
Hal yang penting diperhatikan dalam 25 EC dengan dosis 2 – 3 ml/l air. Menurut
pengendalian hama Sexava spp secara terpadu Anonim (1983) efek residu insektisida sistemik
adalah mengefektifkan tindakan karantina pada tanaman kelapa, setelah satu bulan dari
dengan peraturan perundang-undangan yang perlakuan, dari hasil analisis laboratorium baik
tertuang dalam peraturan pemerintah. Pada pada daging kelapa segar (muda), kelapa tua,
tahun 1924 pemerintah kolonial Belanda sudah serta air kelapa hanya mengandung 0,1 ppm
pernah menerbitkan peraturan karantina (Stbl. senyawa kimia. Kandungan sebanyak ini masih
di bawah batas ambang toleransi, aman untuk
No. 571.18 Dec 1924). (Kalshoven, 1981).
dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan
Tanaman kelapa baik buah maupun bibit serta
manusia. Hasil penelitian Soekaryoto et al. (1994)
tanah (humus) yang akan dibawa ke daerah lain
menunjukkan bahwa perlakuan infus akar pada
dari suatu daerah yang terkena serangan hama
pengamatan setelah 10 hari kemudian dapat
Sexava spp, harus diteliti dengan baik agar tidak
menimbulkan mortalitas hama Sexava spp
terjadi pemindahan serangan hama.
berturut-turut; Tamaron 200 LC (97,5%),

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 107
Gusadrin 150 WSC (92,5%), Demicron 50 SWC Saran
(72,5%) dan kontrol (37,5%). Perlakuan ini sangat
Upaya pengendalian mengacu pada sistim
efektif, namun kemungkinan ada pengaruh lain,
pengendalian hama secara terpadu dengan
karena persentase mortalitas hama Sexava spp
mengutamakan pemanfaatan agensia hayati.
pada perlakuan kontrol juga cukup tinggi.
Meskipun demikian, pengendalian tidak dapat
Untuk membantu agar petani tidak keliru
dalam mengambil tindakan pengendalian bersifat parsial, supaya efektif harus meman-
dengan menggunakan insektisida, pada tahun faatkan semua komponen teknologi yang sudah
2004 Balitka bekerjasama dengan Dirjenbun, telah dikuasai, termasuk pemanfaatan teknologi
melakukan pengujian efektifitas dari 17 jenis mutakhir seperti pemanfaatan agensia hayati
insektisida untuk mengendalikan hama Sexava ‘’Metabron’’ dan teknologi hasil kerja sama
spp di Talaud. Dari hasil penelitian didapat jenis Balitka dan COGENT sebagaimana telah
insektisida yang efektif dan efisien sebanyak diuraikan dalam naskah ini
sembilan jenis insektisida yang dapat
menyebabkan lebih dari 80% mortalitas Sexava DAFTAR PUSTAKA
spp. Insektisida sistemik tersebut adalah; Spontan
400 WSC, Dipho 200 EC, Dafat 75 SP, Allorerung. D, Z. Mahmud dan B. Prastowo.
Amchothene 75 SP, Marshal 200 EC, Winder 100 2006. Peluang kelapa untuk SDA
EC, Kanon 400 EC, Matrix 200 EC, dan Vista 400 pengembangan produk kesehatan dan
WSC. Dari sembilan jenis tersebut yang dapat biodiesel. Prosiding KNK VI. Buku-1.
menimbulkan mortalitas mencapai 100% adalah Puslitbang Perkebunan. Hlm 12-31.
Spontan 400 WSC dan Dafat 75 SP (Novarianto et Allouw. J, J. Mawikere, S. Sabbatoellah dan
al., 2004). MLA.Hosang. 2.000. Cendawan entomo-
phatogen pada telur Sexava.sp. Buletin
Palma Balitka. Manado. Nop. 2000. (26).
KESIMPULAN DAN SARAN Hlm 7 – 10.
Anonim. 1983. Pengujian analisa residu
Kesimpulan insektisida sistemik pada tanaman
Masalah hama Sexava spp kembali menarik perkebunan kelapa. Prosiding Pertemuan
perhatian setelah muncul publikasi melalui Teknis Perlindungan Tanaman
media masa yang menyatakan akibat outbreak Perkebunan. Bogor, Cisarua 24 – 26
serangan hama Sexava spp pada tahun 2004, September 1982. Buku IV. Hlm 434 – 436.
menimbulkan 13.000 hektar tanaman kelapa Bennett, C.P.A, M.L.A. Hosang and B.H.
rusak berat dan produktivitas turun mencapai Assa.1986. Observation of pests and
50% atau setara 0,5 ton kopra/ha/tahun. disease of the coconut. Cocos nucifera.L. in
Masih terjadinya outbreak serangan hama Northern Islands of Maluku. CRI. 85 pp.
Sexava spp memberi gambaran bahwa Charnley. K. 2005. Fungal pathogens of insects ,
keseimbangan antara padat populasi dengan from mechanisms of pathogenicity to
berbagai teknologi komponen pengendalian, host defence. Retrieved from: www/htp.
belum dapat menekan pupulasi hama Sexava spp mailto:bsscdmd @bath.ac.uk last updated
berada di bawah batas ambang kerugian 8 March 2006.
ekonomi. Cook, J and K.F. Baker. 1983. The Nature and
Mengingat kelapa sebagai tanaman serba Practise of Biological Control of Plant
guna dan peranannya menjadi semakin penting Pathogens. The American Phytopa-
sebagai bahan baku biofuel dan herbal medicine, thological Society. 539 pp.
maka masalah ini harus diantisipasi agar outbreak Darwis SN. 1988. Tanaman sela di antara kelapa.
serangan tidak terjadi kembali. Seri Pengembangan No.2. 1988. Pusat

108 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110


penelitian dan pengembangan tanaman Howard, L.O and W.F. Fiske.1911. The
industri. Dept. Pertanian. Bogor. Importation Into The United States of The
Dent, D.R and M.P. Walton (eds). 1977. Methods Parasites of The Gipsy Moth and The
in Ecological and Agricultural Ecology. Brown-Tail Moth; a Report of Progress,
CAB International 387pp. With Some Consideration of Previous
Franssen, C.J.H. 1954. Biologische bestrijding van and Concurrent Efforts of This Kind. US
de sabelsprinkhaan Sexava nubila (Stal) of Dept. Agr. Ent. Bull (2) 91 : 344pp.
de Talaud dilanden. Entomol. Ber. 15: 19 Kalshoven, LGE. 1981. The Pest of Crops in
– 102. Indonesia. Ed. Van der laan. P.T. Ichtiar
Henry, J.E and M.L.A Hosang., 1987. Microbial Baru – Van Hoeve’s. 702 pp
control of coconut tree hoopers (Sexava MAPI. 2006. Pencanangan penanaman kelapa
spp) In UNDP/FAO Integrated Coconut dan penggunaan biodiesel dari kelapa
Pest Control Project. Annual Report . untuk nelayan dan angkutan darat. Hari
Balai Penelitian Tanaman Kelapa. Perkelapaan (Coconut Day). Jakarta 9
Manado. North Sulawesi. p 60 – 72. September 2006.
Hosang, MLA and P. Wigley. 1988a. Disease of Michellia Darwis. 2006. Khasiat buah kelapa
Sexava spp in integrated coconut pest muda menjaga stamina dan obat bagi
control project. Annual Report. 1987. penyakit manusia. Prosiding KNK VI.
Balitka. Manado. p 140 – 147. Buku-1. Puslitbang Perkebunan.
Hosang, M.L.A, B. Zelazny and F. Tumewan. Michellia Darwis. 2004. Hama Sexava spp
1988b. Attempts to release Gregarines mendera kelapa di Sangihe dan Talaud
(Protozoa, Gregarine) into Sexava nubila sudah haruskah kita menyerah..?
populations of the Talaud islands. Laporan akhir sintesa kebijakan
UNDP/FAO Integrated Coconut Pest perkebunan. Puslitbangbun. Bag. Pro.
Control Project .Annual Report. Balai Pengembangan Teknologi Agribisnis
Penelitian Tanaman Kelapa. Manado Tanaman Perkebunan. Bogor 2004.
North Sulawesi. Hlm 62 – 68. Morallo-Rejesus, B and R.S. Rejesus. 2001.
Hosang. MLA, P.J. Wigley dan Soekaryoto. 1989. Biology and Management of Stored
Kemungkinan pengendalian hama Sexava Product and Posharvest Insect Pests.
spp dengan Protozoa (Gregarine, Nosema Dept of Entomology, College of
dan Adelina). Jurnal Penelitian Kelapa 4 Agriculture, UPLB. Philippines. 248 pp
(1) : 94 – 103. Novarianto, H. 2004. Policy brief hama Sexava
Hosang, M.L.A and Soekaryoto. 1991. Stichotrema spp pada kelapa. Laporan Akhir Sintesa
dallatoreanum parasit potensial pada Kebijakan Perkebunan. Puslitbangbun.
nimfa dan imago Sexava nubila di Irian Bag. Pro. Pengembangan Teknologi
Jaya. Bulletin Balitka (14): 52 – 56. Agribisnis Aneka Tanaman Perkebunan.
Hosang, M.L.A, F. Tumewan dan Soekaryoto. Bogor.
1992. Perkembangan populasi hama Novarianto.H, M.L.A. Hosang, J. Mawikere, A.A.
Sexava nubila di pulau Seram. Maluku Lolong, S. Sabbatoellah dan J.C. Alouw.
Tengah. Buletin Balitka. Hlm 38 – 43. 2004. Efikasi beberapa insektisida
Hosang, M.L.A, J.C. Allouw dan S. Sabbatoellah. sistemik terhadap hama Sexava nubila stal
2006. Prospek pemanfaatan bioin- di Kabupaten Talaud. Laporan Penelitian
sektisida Metabron dalam pengendalian Balitka. Manado.
hama Sexava spp. Prosiding KNK VI. Rosario. EL. 1983. Biological and physical
Buku-1. Puslitbang Perkebunan. Hlm considerations in coconut farming
182-196. system. Paper presented during the

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp Secara Terpadu (Michelia Darwis) 109
coconut based farming system. VISCA. Fakultas Pasca Sarjana. FPS. IPB. Bogor.
LEYTE. June 1-3 (1983) Warouw, J. 1981b. Peranan parasit telur
Santoso. T. 1993. Dasar-dasar patologi serangga. Leefmansia bicolor (Waterston) dalam
Pengendalian populasi Sexava spp di
Prosiding Simposium Patologi Serangga
Sangihe Talaud.
I. Yogyakarta 12-13 Oktober 1993. Kerja Warouw, J. 1985. Pengendalian hayati pada
sama antara PEI Cabang Yogya-karta, tanaman kelapa di Indonesia. Simposium
Fakultas Pertanian UGM dan Program hayati serangga. Malang. 26 – 27 Maret
Nasional PHT/Bappenas. Hlm 1 - 15 1985. 12 hlm.
Schowalter, T.D. 2000. Insect Ecology: and Watson, T.F. Moore, and G.W. Ware. 1975.
Ecosystem Approach. Academia Practical Insect Pest Management. A Self
Press. New York. 483 pp. Instruction Manual. W.H. Freeman and
Co. San Fransisco. 196 pp.
Soekaryoto, M.L.A. Hosang dan W.A. Barimbing.
Wigley.P, M.L.A Hosang and Soekaryoto. 1989. A
1994. Pengendalian hama utama tanaman strepsid parasite of Sexava nubila.
kelapa. Prosiding Simposium II Hasil UNDP/FAO Integrated Coconut Pest
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Control Project. Annual R.eport. Balai
Industri. Buku 2. Bogor, 21 – 23 Nov. Penelitian Tanaman Kelapa. Manado.
1994. North Sulawesi. Hlm 132-139.
Wiryosoehardjo, S dan A. Budiman. 1985. Situasi
Stehr, DW. 1982. Parasitoids and Predator in Pest hama dan penyakit tanaman kelapa di
Management. Dalam : RL. Metcalf and Indonesia. Prosiding Seminar Proteksi
WH. Luckman (eds). Introduction to Tanaman Kelapa. Puslitbangtri. Seri
Insect Pest Management. John Wiley and Pengembangan (3): 1988.
Son. New York. 577 pp. Young, GR. 1987. Some Parasitoid of Segestes
Southwood, TRE. 1976. Bionomic strategies and decorates Redtenbacker and their possible
use in the biological control of
population parameters. p. 26 – 48 Dalam :
Tettigonidae pest of coconuts in Papua
RM. May (ed). Theoritical Ecology New Quinea. Ent. Res. 77. CAB.
Principles and Applications. Blackwell International Institute of Entomology.
Sci. Publ. Oxford. London. London. p 515 – 524.
Tanada. Y and H.K. Kaya. 1993. Insect Pathology. Zelazny, B and M.L.A Hosang, 1988. Ecological
Academia Press. Inc. San Diego. studies on Sexava spp and discussion on
California. 666 pp. control with pesticides.UNDP/FAO
Integrated Coconut Pest Control Project.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama
Annual Report. Balai Penelitian Tanaman
Terpadu. Gajah Mada University Press.
Kelapa. Manado. North Sulawesi. Hlm 69
273 hlm. – 78.
Warouw, J. 1981a. Dinamika Populasi Sexava Zelazny, B and M.L.A. Hosang. 1991. Estimating
nubila (Stal) (Orthoptera; Tettigonidae) di defoliation of coconut palms by insect
Sangihe Talaud Dalam Hubungannya pest. Tropical Pest Management 37 (1): 63
Dengan Kerusakan Tanaman Kelapa. – 65.

110 Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 98 - 110

Anda mungkin juga menyukai