ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan etanol 70% untuk menyari senyawa
yang akan digunakan sebagai antibakteri yaitu Flavonoid, metode difusi agar dengan lima
sumuran tiap cawan serta 10 kelompok perlakuan. Biakan bakteri disebar merata pada nutrient
agar. Setiap masing-masing sumuran diberikan sampel sebanyak 0,2 ml dengan menggunakan
spuit 1 cc, sampel berupa salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) dengan konsentrasi
5%, 10% 15%, kontrol positif salep Oxytetrasiklin dan kontrol negative basis salep yang sudah
di lelehkan. Diamati dalam 2X24 Jam dan luas zona bening diukur menggunakan jangka
sorong dengan satuan diubah menjadi centimeter. Hasil penelitian menunjukan pada
konsentrasi 5% terdapat zona hambat sebesar 0,24 cm, konsentrasi 10% sebesar 1,07 cm, dan
konsentrasi 15% sebesar 1,68 cm terhadap bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pada
konsentrasi 5% terdapat zona hambat sebesar 0,37 cm, konsentrasi 10% sebesar 0,84 cm, dan
konsentrasi 15% sebesar 1,56 cm terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis . dapat
disimpulkan bahwa salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan
konsentrasi 15% merupakan konsentrasi paling besar daya aktivitasnya antibakterinya dan
salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) memenuhi syarat uji evaluasi sediaan.
Kata Kunci : Aktivitas Antibakteri, Salep, Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia marina),
Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis.
ABSTRACT
This research used the maceration method with ethanol 70% to detect compounds to be
used as antibacterial agents, namely Flavonoids, and the agar diffusion method used five slots
per petri dishes with 10 treatment groups. Bacterial culture is distributed evenly on nutrient
agar. Each slots was given a sample of 0.2 ml using a 1 cc syringe, the sample was a mangrove
leaf extract ointment (Avicennia marina) with a concentration of 5%, 10% 15%, positive
control of Oxytetracycline ointment and negative control of ointment base that had been
melted down. Observed in 2x24 hours and the area of the clear zone is measured using a caliper
April 2021 1
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
with the unit converted into centimeters . Research result at a concentration of 5 % contained
inhibitory zone of 0, 24 cm, the concentration of 10 % at 1 , 07 cm, and a concentration of
15 % at 1.68 cm to the bacterium Propionibacterium acnes , while the concentration of 5 %
contained inhibitory zone of 0, 37 cm, the concentration of 10 % amounting to 0.84 cm, and a
concentration of 15 % amounting to 1.56 cm to the bacteria Staphylococcus epidermidis . It
can be concluded that the mangrove leaf extract ointment (Avicennia marina) has antibacterial
activity to Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis with a concentration of
15% which is the greatest concentration of antibacterial activity and the ointment Mangrove
leaf extract (Avicennia marina) fulfills the requirements of the dosage evaluation test .
PENDAHULUAN
April 2021 2
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
bersporulasi, kelompok gram positif dan Oleh karena itu untuk mengetahui
bersifat anaerobic. Bakteri ini adalah flora aktivitas antibakteri ekstrak daun mangrove
normal dari kelenjar pilosebasues kulit (Avicennia marina) terhadap pertumbuhan
manusia dan berada pada mikro folikel bakteri Propionibacterium acnes dan
rambut yang kaya lipid. Mereka Staphylococcus epidermidis, maka penulis
menghasilkan mediator inflamasi seperti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
lipase, neuramindase, fosfatase dan protease judul “Uji Aktivitas Antibakteri Salep
yang menyebabkan papula atau pustula atau Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia
lesi kulit nodulocystic yang merupakan marina) Terhadap bakteri
karakteristik peradangan acne atau jerawat. Propionibacterium acnes dan
(Khan, Assi dan Moore, 2009). Staphylococcus epidermidis” .
Staphylococcus epidermidis
merupakan bakteri opotunistik yang
METODE PENELITIAN
menyerang individu ketika sistem tubuh
lemah. Ciri-ciri penting dari bakteri Penelitian ini dilakukan pada bulan
Staphylococcus epidermidis adalah Agustus 2020 sampai dengan April 2021.
berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5 µm. Sampel daun mangrove Avicennia marina
Staphylococcus epidermidis berkoloni diambil dari pesisir pantai Jadimulya –
mengerombol menyerupai buah anggur, Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat. Proses
koloni biasanya berwarna putih atau krem. ekstraksi daun mangrove, uji skrining
Bakteri ini merupakan Gram positif fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ini
(Pramasanti, 2008). Staphylococcus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
epidermidis bersifat aerob fakultatif,, tidak STF YPIB Cirebon.
memiliki protein A pada dinding selnya.
Bersifat koagulasi negatif, dalam keadaan
anaerob tidak meragi manitol (Todar, 2011). TAHAP PENELITIAN
Berdasarkan penelitian dari Ridha Determinasi Tanaman
Handriany Danata dan Ade Yamindago
Determinasi tanaman mangrove
(2014) dengan judul “Analisis Aktivitas
(Avicennia marina) dilakukan
Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove
menggunakan buku flora dengan cara
(Avicennia marina) dari Kabupaten
membandingkan atau mempersamakan ciri
Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan
– ciri tumbuhan yang akan diteliti dengan
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
tumbuhan lain yang sudah dikenal
aureus dan Vibrio alginolyticus” dengan
identitasnya. Determinasi tanaman ini
konsentrasi terpilih 1,6% diperoleh diameter
bertujuan untuk menetapkan kebenaran
hambat untuk Staphylococcus aureus adalah
tanaman mengrove (Avicennia marina).
4,43 – 5,79 mm yang termasuk dalam
kategori zona hambat lemah sampai sedang Pengumpulan Bahan
dan diameter hambat untuk Vibrio
Daun Mangrove (Avicennia marina)
alginolyticus adalah 4,25 – 5,48 mm yang
yang digunakan yaitu 3 kg berasal dari
termasuk dalam kategori respon zona
pesisir pantai Jadimulya – Gunung Jati
hambat lemah sampai sedang.
Cirebon, Jawa Barat. memilih daun yang
3
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
segar dan tidak terlalu tua, memetik saat senyawa di dalam dan di luar sel
pagi menjelang siang karena pada saat itu simplisia.
tanaman mencapai proses fotosintesis 4) Setelah 5 hari, keluarkan maserat dari
maksimal maserator kemudian serkai, ukur volume
maserat, catat volumenya dan tampung
Pembuatan Simplisia
hasil serkaian.Masukkan Kembali ampas
daun mangrove (Avicennia marina) simplisia ke maserator lalu tambahkan
yang segar sebanyak ± 3 kg , kemudian etanol 70% sebanyak 1300 ml (sampai
dilakukan sortasi basah dengan cara ampas terendam). Biarkan serbuk
memisahkan bagian yang tidak diperlukan simplisia terendam dalam etanol selama
dan bahan pengotor lainnya, lalu bahan 2 hari dalam maserator. aduk sesering
segar dicuci bersih dengan air mengalir, mungkin.
kemudian dirajang untuk memudahkan 5) Serkai Kembali maserat ke 2 dengan
dalam proses pengeringan, bahan yang kain flannel, ukur volume maserat, catat
sudah dirajang lalu dikeringkan. volumenya.
Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur 6) timbang cawan penguap, catat beratnya.
dibawah sinar matahari ataupun bisa dengan 7) masukkan maserat daun mangrove ke
pengeringan buatan dengan suhu antara 30 – dalam cawan penguap, uapkan diatas
900C (terbaik 600C). simplisia dijemur waterbath sampai diperoleh ekstrak
sampai mencapai bobot kering yang konstan kental.
yaitu dengan kadar air < 10 %. Setelah 8) Setelah diperoleh ekstrak kental
kering simplisia masuk ke tahap sortasi kemudian timbang beratnya, catat
kering, dipisahkan simplisia dengan bahan beratnya, konversikan terhadap volume
pengotor atau bagian yang tidak digunakan. ekstrak total yang diperoleh dan hitung
Setelah sortasi kering simplisia dijadikan total rendemennya dengan rumus :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
serbuk dengan cara di blender lalu dikemas X 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑔𝑟𝑜𝑣𝑒 (𝐴𝑣𝑖𝑐𝑒𝑛𝑛𝑖𝑎 𝑚𝑎𝑟𝑖𝑛𝑎)
dan disimpan. Wadah untuk menyimpan
simplisia hendaknya menggunakan wadah
tertutup baik.
Uji Skrining Fitokimia
Ekstraksi Daun Mangrove Avicennia
1. Uji Flavonoid : 1 gram serbuk simplisia
marina
dilarutkan dengan 10 ml etanol
1) Masukkan 300 gram serbuk simplisia 70%,saring, Ambil filtrat lalu tambahkan 1
daun mangrove (Avicennia marina) ke ml larutan HCL pekat, kocok lalu
dalam maserator. Lalu tambahkan etanol tambahkan 1,5 gram serbuk Mg. kocok
70% sebanyak 1700 ml (tambahkan kuat. Perubahan warna sampel menjadi :
jumlahnya jika serbuk simplisia belum a) Lembayung – biru menandakan
terendam). adanya senyawa flavonoid –
2) Rendam simplisia dengan etanol, tutup antosianin.
maserator dan lapisi dengan lakban hitam b) Kuning menandakan adanya senyawa
untuk meminimalisir penguapan etanol. flavonoid – flavon, flavonol dan
3) Biarkan simplisia terendam dengan Xanton.
etanol selama 5 hari. aduk sesering
mungkin untuk menstabilkan kandungan
4
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
5
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
6
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
7
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
8
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
9
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
10
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
11
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap senyawa alkaloid, hal ini bisa terjadi
bakteri Propionibacterium acne dan karena berbagai factor seperti adanya hasil
Staphylococcus epidermidis dan untuk negative palsu, human error , bahan yang
mengetahui uji evaluasi sediaan ekstrak dipakai sudah kadaluarsa atau factor
daun mangrove (Avicennia marina). lainnya.
Pada pembuatan simplisia, daun Kemudian simplisia diperoleh
Mangrove basah diambil sebanyak 3 kg dilakukan proses ekstraksi menggunakan
lalu melewati proses sortasi basah yang meode maserasi dengan menggunakan
dilakukan untuk memisahkan bahan yang pelarut etanol 70% sebanyak 3000 ml .
tidak dipakai dan bahan pengotor lainnya Metode ekstraksi maserasi merupakan
dari simplisia, kemudian melalui proses metode ekstraksi yang sederhana. Yang
pencucian, perajangan yang dilakukan menggunakan etanol 70% sebagai pelarut
untuk mempermudah pengeringan juga karena bersifat semipolar karena jika
mempercepat proses pengeringan dicampur dengan senyawa polar, nonpolar
simplisia dan dilakukan pengeringan alami atau senyawa semi polar sifatnya akan
dengan menggunakan sinar matahari mengikuti senyawa yang dicampurkan
langsung yang ditutupi oleh kain agar dan senyawa polar, nonpolar maupun
tehindar dari debu atau bahan pengotor semipolar dapat tertarik zat aktifnya
lainnya sampai menjadi simplisia dengan maksimal. Etanol 70% juga
kemudian dilakukan sortasi kering lalu memiliki keuntungan yaitu lebih selektif,
diblender sampai halus dan diayak. kapang dan bakteri sulit tumbuh, tidak
beracun, netral, serta panas yang
Serbuk simplisia sebanyak 300 gram
diperlukan lebih sedikit. Dari hasil
kemudian terlebih dahulu dilakukan uji
ekstraksi yang sudah di uapkan diperoleh
skrining fitokimia untuk memastikan
ekstrak kental sebanyak 87,86 gram
bahwa apakah benar positif mengandung
dengan Rendemen 29,29 %.
senyawa flavonoid dan saponin tersebut
yang berkhasiat sebagai antibakteri pada Daun mangrove (Avicennia marina)
simplisia daun Mangrove (Avicennia merupakan salah satu bagian tanaman
marina). Berdasarkan hasil uji skrining yang mengandung senyawa flavonoid dan
fitokimia didapat data bahwa daun saponin yang memiliki aktivitas
mangrove (Avicennia marina) yang antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
dipakai positif mengandung senyawa Propionibacterium acne dan
flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya Staphylococcus epidermidis. Pada
larutan berwarna coklat – jingga yang penelitian ini ekstrak daun Mangrove
mendefinisikan jenis flavonoid yang (Avicennia marina) dibuat dalam bentuk
terkandung dalam daun mangrove sediaan salep, karena bakteri
(Avicennia marina) adalah jenis flavonol Propionibacterium acne dan
dan juga menunjukkkan positif Staphylococcus epidermidis lebih banyak
mengandung senyawa saponin dalam uji menyerang pada bagian kulit. Peneliti
skrining fitokimia yang ditunjukkan memilih bentuk sediaan salep karena salah
dengan adanya busa setinggi 1,5 cm dalam satu kelebihan salep adalah kemampuan
campuran yang diuji. Sedangkan dalam uji absorbsi zat aktif ke dalam tubuh yang
alkaloid tidak menunjukkan adanya cepat bila dibandingkan dengan sediaan
12
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
farmasetika yang lain misalnya gel. Salep konsentrasi 5% mempunyai rata - rata daya
juga bisa melindungi kulit dari iritan cair sebar sebesar 5,2 cm, konsentrasi 10%
maka dari itu peneliti menduga bahwa mempunyai rata – rata daya sebar sebesar
dalam bentuk sediaan salep ini waktu 5,4 cm, konsentrasi 15% mempunyai daya
penyembuhan untuk penyakit topikal sebar sebesar 5,3 cm dan K- mempunyai
khususnya di kulit yang disebabkan oleh daya sebar sebesar 5,1 cm. dilakukannya
bakteri Propionibacterium acne dan uji daya sebar ini adalah untuk mengetahui
Staphylococcus epidermidis dapat sembuh kemampuan penyebaran suatu sediaan
lebih cepat. pada kulit. Berdasarkan hasil uji daya
sebar dari keempat sediaan
Pada uji homogenitas didapat hasil
diklasifikasikan sebagai daya sebar yang
sediaan salep dengan konsentrasi 5%,
baik menurut persyaratan daya sebar
10%, 15% dan K- adalah homogen.
sediaan semi solid yang baik yaitu dalam
Dilakukannya uji homogenitas ini
rentang 5 – 7 cm karena menunjukkan
bertujuan untuk memeriksa
konsistensi semi solid yang sangat nyaman
kehomogenitasan sediaan salep yang
dalam penggunaan karena jika suatu
hasilnya dikatakan homogen jika
sediaan salep mudah dioleskan tanpa
memperlihatkan jumlah atau distribusi
menggunakan tekanan berarti luas
ukuran partikel yang relatif hampir sama
permukaan kontak obat dengan kulit
pada berbagai tempat pengambilan
semakin besar sehingga absorbsi obat
sampel. (Fatmawaty, Nisa & Riski, 2015).
ditempat pemberian semakin optimal.
pH sediaan salep ekstrak daun (Elmitra .2017).
mangrove dengan konsentrasi 5%, 10%
Pada uji daya lekat didapatkan hasil
dan K- adalah 5 sedangkan sediaan salep
sediaan salep ekstrak daun mangrove
ekstrak daun mangrove dengan konsentrasi
konsentrasi 5% mempunyai daya lekat
15% memiliki pH 6. Tujuan dilakukannya
sebesar 2,50 detik, konsentrasi 10%
uji pH ini adalah untuk memeriksa pH
mempunyai daya lekat sebesar 2,19 detik,
(derajat keasaman) dari sediaan salep.
konsentrasi 15% mempunyai daya lekat
Nilai pH dari salep ekstrak daun mangrove
sebesar 2,18 detik dan K- mempunyai daya
dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan K-
lekat sebesar 2,06 detik. Dilakukannya uji
masih berada dalam rentang persyaratan
daya lekat ini bertujuan untuk mengetahui
nilai pH yang diperbolehkan. Sediaan
berapa lama kemampuan melekat suatu
salep ini sebaiknya memiliki pH yang
sediaan pada kulit. Berdasarkan hasil dari
sama dengan pH kulit yaitu 4,5 sampai 6,5.
keempat sediaan salep yang diperoleh dan
Karena jika sediaan salep memiliki pH
berdasarkan persyaratan waktu uji daya
dibawah 4,5 (terlalu basa) akan dapat
lekat sediaan semi solid yang baik yaitu 2
menimbulkan kulit menjadi kering
– 4 detik, maka dapat disimpulkan bahwa
sedangkan jika sediaan salep memiliki pH
keempat sediaan masih masuk dalam
diatas 6,5 (terlalu asam) akan dapat
rentang uji daya lekat yang baik dimana
menimbulkan iritasi pada kulit. (Elmitra,
dalam rentang waktu rata – rata 2,23 detik
2017).
adalah waktu pelekatan sediaan semi solid
Pada uji daya sebar didapatkan hasil yang nyaman dipakai. Semakin lama
sediaan salep ekstrak daun mangrove waktu yang dibutuhkan maka semakin
13
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
baik pula daya lekatnya. (Sugiyono et al. Mekanisme kerja saponin sebagai
2018). antibakteri yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan sehingga
Pada uji iritasi sediaan salep ekstrak
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
daun mangrove pada hewan uji kelinci
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa
jantan yang berumur 2 – 3 bulan yang
intraseluler akan keluar. Maka dapat
dicukur punggungnya dan diamati selama
disimpulkan bahwa semakin banyak
3x24 jam, didapatkan hasil bahwa sediaan
konsentrasi ekstrak daun mangrove
salep ekstrak daun mangrove tidak
(Avicennia marina) yang ditambahkan
menimbulkan reaksi apapun pada hewan
dalam sediaan salep maka akan semakin
uji kelinci dikarenakan pH dari sediaan
banyak kandungan zat antibakteri sehingga
salep ekstrak daun mangrove ini berkisar
semakin besar daya hambat pertumbuhan
pada kulit normal manusia yaitu 4,5 – 6,5.
bakteri yang dihasilkan oleh zona bening
(Latifah et al. 2016).
pada cawan petri. (Trisia et al.2018)
Dari hasil rekapitulasi zona bening
Kontrol negatif basis salep yang
yang diperoleh untuk bakteri
digunakan tidak memiliki zona hambat
Propionibacterium acnes pada konsentrasi
karena basis yang digunakan bersifat
5% adalah 0,24 cm, 10% adalah 1,07 cm,
melindungi kulit dari hidrasi dan iritasi
15% adalah 1,68 cm, kontrol positif
serta mempercepat penyerapan zat aktif
oxytetrasiklin adalah 2,95 cm , kontrol
dalam salep dalam arti tidak bersifat
negatif adalah 0 cm. sedangkan untuk
bakterisidal. Sedangkan kontrol positif
bakteri Staphylococcus epidermidis pada
salep oksitetrasiklin menunjukkan
konsentrasi 5% adalah 0,37 cm, 10%
perbedaan yang bermakna dengan kontrol
adalah 0,84 cm, 15% adalah 1,56 cm,
negatif dan berbagai konsentrasi ekstrak
kontrol positif oxytetrasiklin adalah 1,96
daun mangrove (Avicennia marina) karena
cm , kontrol negatif adalah 0 cm. dapat
menghasilkan aktivitas antibakteri dengan
disimpulkan bahwa daun mangrove
diameter zona bening paling besar
(Avicennia marina) memiliki khasiat
terhadap bakteri kedua uji. Mekanisme
sebagai antibakteri dengan zat aktif untuk
kerja salep oksitetrasiklin ini adalah
antibakterinya yaitu senyawa flavonoid
menghambat pengikatan aminoasil- tRNA
dan saponin yang ditunjukkan dengan
ke unit 30S ribosom bakteri.
terbentuknya zona bening yang terdapat
Oksitetrasiklin mempunyai senyawa yang
dalam cawan petri tepatnya disekitar
lebih kuat dalam menghambat
sumuran yang telah diberi sediaan yang
pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan
terkandung dalam ekstrak daun mangrove
ekstrak daun mangrove (Avicennia
(Avicennia marina) dengan zat aktif
marina). (Jawetz,, 2013).
flavonoid yang mempunyai mekanisme
kerja membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler dan terlarut
KESIMPULAN
sehingga dapat merusak membrane sel
bakteri yang diikuti dengan keluarnya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
senyawa intraseluler dan menyebabkan dilakukan dapat disimpulkan bahwa Salep
lisis (kematian) sel pada bakteri. (Trisia et ekstrak daun mangrove (Avicennia marina)
al.2018) memiliki aktivitas antibakteri terhadap
14
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
15
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
16
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
17
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021
18