Anda di halaman 1dari 18

Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN MANGROVE (avicennia


marina) TERHADAP BAKTERI propionibacterium acnes dan staphylococcus
epidermidis
TEST OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF OINTMENT LEAF EXTRACT
MANGROVE (avicennia marina) TO BACTERIA Propionibacterium acnes AND
Staphylococcus epidermidis

Ika Nursafitri Nanda Thohari


Program Studi S1 Farmasi STF YPIB Cirebon

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan etanol 70% untuk menyari senyawa
yang akan digunakan sebagai antibakteri yaitu Flavonoid, metode difusi agar dengan lima
sumuran tiap cawan serta 10 kelompok perlakuan. Biakan bakteri disebar merata pada nutrient
agar. Setiap masing-masing sumuran diberikan sampel sebanyak 0,2 ml dengan menggunakan
spuit 1 cc, sampel berupa salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) dengan konsentrasi
5%, 10% 15%, kontrol positif salep Oxytetrasiklin dan kontrol negative basis salep yang sudah
di lelehkan. Diamati dalam 2X24 Jam dan luas zona bening diukur menggunakan jangka
sorong dengan satuan diubah menjadi centimeter. Hasil penelitian menunjukan pada
konsentrasi 5% terdapat zona hambat sebesar 0,24 cm, konsentrasi 10% sebesar 1,07 cm, dan
konsentrasi 15% sebesar 1,68 cm terhadap bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pada
konsentrasi 5% terdapat zona hambat sebesar 0,37 cm, konsentrasi 10% sebesar 0,84 cm, dan
konsentrasi 15% sebesar 1,56 cm terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis . dapat
disimpulkan bahwa salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan
konsentrasi 15% merupakan konsentrasi paling besar daya aktivitasnya antibakterinya dan
salep ekstrak daun Mangrove (Avicennia marina) memenuhi syarat uji evaluasi sediaan.

Kata Kunci : Aktivitas Antibakteri, Salep, Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia marina),
Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis.

ABSTRACT

This research used the maceration method with ethanol 70% to detect compounds to be
used as antibacterial agents, namely Flavonoids, and the agar diffusion method used five slots
per petri dishes with 10 treatment groups. Bacterial culture is distributed evenly on nutrient
agar. Each slots was given a sample of 0.2 ml using a 1 cc syringe, the sample was a mangrove
leaf extract ointment (Avicennia marina) with a concentration of 5%, 10% 15%, positive
control of Oxytetracycline ointment and negative control of ointment base that had been
melted down. Observed in 2x24 hours and the area of the clear zone is measured using a caliper

April 2021 1
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

with the unit converted into centimeters . Research result at a concentration of 5 % contained
inhibitory zone of 0, 24 cm, the concentration of 10 % at 1 , 07 cm, and a concentration of
15 % at 1.68 cm to the bacterium Propionibacterium acnes , while the concentration of 5 %
contained inhibitory zone of 0, 37 cm, the concentration of 10 % amounting to 0.84 cm, and a
concentration of 15 % amounting to 1.56 cm to the bacteria Staphylococcus epidermidis . It
can be concluded that the mangrove leaf extract ointment (Avicennia marina) has antibacterial
activity to Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis with a concentration of
15% which is the greatest concentration of antibacterial activity and the ointment Mangrove
leaf extract (Avicennia marina) fulfills the requirements of the dosage evaluation test .

Keywords: Antibacterial Activity, Ointment, Mangrove Leaf Extract (Avicennia marina),


Propionibacterium acnes , Staphylococcus epidermidis.

PENDAHULUAN

Pengobatan herbal sudah dikenal dapat tumbuh di system lingkungan lain di


masyarakat Indonesia secara luas sejak daerah pesisir, perkembangan yang paling
zaman dahulu kalap. Pengobatan tersebut pesat tercatat di daerah tersebut. (Istono,
menggunakan ramuan – ramuan dengan Hilwan dan Kusmana,2017).
bahan dasar dari tumbuh – tumbuhan dan
Salah satu jenis mangrove yang ada di
segala sesuatu yang berada di alam.
Indonesia adalah jenis mangrove api – api atau
Pengobatan herbal ini banyak diminati oleh
nama ilmiahnya Avicennia marina, yang
masyarakat karena biasanya bahan –
termasuk dalam golongan vegetasi semak
bahannya dapat ditemukan dengan mudah di
(mangrove scrub). Vegetasi ini berasal dari
lingkungan spekitar mereka. Selain itu, di
spesies – spesies pionir yang berada di pantai
masa lalu pengobatan seperti ini memang
berlumpur atau di tepi laut. Mangrove jenis ini
satu – satunya pengobatan yang dikenal
mempunyai karakteristik diantaranya tumbuh
masyarakat dan diwariskan secara turun –
dengan sangat kuat, mempunyai banyak
temurun menurut kebiasaan yang berlaku di
cabang, tunas anakan, membentuk rumpun,
masyarakatnya. (Suparni dan
rimbun dan pendek. (K.Baderan dan
Wulandari,2012).
Sukirman,2017).
Salah satu bentuk ekosistem yang
Mangrove Avicennia marina
memegang peranan penting dikawasan
diantaranya mengandung senyawa alkaloid,
pesisir Indonesia adalah ekosistem
saponin, flavonoid, triterpenoid dan glikosida
mangrove. Perkiraan luas Kawasan
(Wibowo et al 2009). Dimana Flavonoid
mangrove di Indonesia mencapai 3,5 juta
merupakan metabolit sekunder yang mudah
hektar dan menjadi negara yang mempunyai
larut dalam air menghambat pelepasan
Kawasan mangrove terluas di dunia (18 –
histamin, antijamur dan antibakteri (Mulyani,
23%) dari luas Kawasan mangrove di dunia).
et al. 2013).
Mangrove tumbuh dan berkembang dengan
baik pada pantai yang memiliki sungai yang Propionibacterium acnes merupakan
besar dan terlindung. Walaupun mangrove bakteri yang pertumbuhannya lambat, tidak

April 2021 2
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

bersporulasi, kelompok gram positif dan Oleh karena itu untuk mengetahui
bersifat anaerobic. Bakteri ini adalah flora aktivitas antibakteri ekstrak daun mangrove
normal dari kelenjar pilosebasues kulit (Avicennia marina) terhadap pertumbuhan
manusia dan berada pada mikro folikel bakteri Propionibacterium acnes dan
rambut yang kaya lipid. Mereka Staphylococcus epidermidis, maka penulis
menghasilkan mediator inflamasi seperti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
lipase, neuramindase, fosfatase dan protease judul “Uji Aktivitas Antibakteri Salep
yang menyebabkan papula atau pustula atau Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia
lesi kulit nodulocystic yang merupakan marina) Terhadap bakteri
karakteristik peradangan acne atau jerawat. Propionibacterium acnes dan
(Khan, Assi dan Moore, 2009). Staphylococcus epidermidis” .
Staphylococcus epidermidis
merupakan bakteri opotunistik yang
METODE PENELITIAN
menyerang individu ketika sistem tubuh
lemah. Ciri-ciri penting dari bakteri Penelitian ini dilakukan pada bulan
Staphylococcus epidermidis adalah Agustus 2020 sampai dengan April 2021.
berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5 µm. Sampel daun mangrove Avicennia marina
Staphylococcus epidermidis berkoloni diambil dari pesisir pantai Jadimulya –
mengerombol menyerupai buah anggur, Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat. Proses
koloni biasanya berwarna putih atau krem. ekstraksi daun mangrove, uji skrining
Bakteri ini merupakan Gram positif fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ini
(Pramasanti, 2008). Staphylococcus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
epidermidis bersifat aerob fakultatif,, tidak STF YPIB Cirebon.
memiliki protein A pada dinding selnya.
Bersifat koagulasi negatif, dalam keadaan
anaerob tidak meragi manitol (Todar, 2011). TAHAP PENELITIAN
Berdasarkan penelitian dari Ridha Determinasi Tanaman
Handriany Danata dan Ade Yamindago
Determinasi tanaman mangrove
(2014) dengan judul “Analisis Aktivitas
(Avicennia marina) dilakukan
Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove
menggunakan buku flora dengan cara
(Avicennia marina) dari Kabupaten
membandingkan atau mempersamakan ciri
Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan
– ciri tumbuhan yang akan diteliti dengan
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
tumbuhan lain yang sudah dikenal
aureus dan Vibrio alginolyticus” dengan
identitasnya. Determinasi tanaman ini
konsentrasi terpilih 1,6% diperoleh diameter
bertujuan untuk menetapkan kebenaran
hambat untuk Staphylococcus aureus adalah
tanaman mengrove (Avicennia marina).
4,43 – 5,79 mm yang termasuk dalam
kategori zona hambat lemah sampai sedang Pengumpulan Bahan
dan diameter hambat untuk Vibrio
Daun Mangrove (Avicennia marina)
alginolyticus adalah 4,25 – 5,48 mm yang
yang digunakan yaitu 3 kg berasal dari
termasuk dalam kategori respon zona
pesisir pantai Jadimulya – Gunung Jati
hambat lemah sampai sedang.
Cirebon, Jawa Barat. memilih daun yang

3
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

segar dan tidak terlalu tua, memetik saat senyawa di dalam dan di luar sel
pagi menjelang siang karena pada saat itu simplisia.
tanaman mencapai proses fotosintesis 4) Setelah 5 hari, keluarkan maserat dari
maksimal maserator kemudian serkai, ukur volume
maserat, catat volumenya dan tampung
Pembuatan Simplisia
hasil serkaian.Masukkan Kembali ampas
daun mangrove (Avicennia marina) simplisia ke maserator lalu tambahkan
yang segar sebanyak ± 3 kg , kemudian etanol 70% sebanyak 1300 ml (sampai
dilakukan sortasi basah dengan cara ampas terendam). Biarkan serbuk
memisahkan bagian yang tidak diperlukan simplisia terendam dalam etanol selama
dan bahan pengotor lainnya, lalu bahan 2 hari dalam maserator. aduk sesering
segar dicuci bersih dengan air mengalir, mungkin.
kemudian dirajang untuk memudahkan 5) Serkai Kembali maserat ke 2 dengan
dalam proses pengeringan, bahan yang kain flannel, ukur volume maserat, catat
sudah dirajang lalu dikeringkan. volumenya.
Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur 6) timbang cawan penguap, catat beratnya.
dibawah sinar matahari ataupun bisa dengan 7) masukkan maserat daun mangrove ke
pengeringan buatan dengan suhu antara 30 – dalam cawan penguap, uapkan diatas
900C (terbaik 600C). simplisia dijemur waterbath sampai diperoleh ekstrak
sampai mencapai bobot kering yang konstan kental.
yaitu dengan kadar air < 10 %. Setelah 8) Setelah diperoleh ekstrak kental
kering simplisia masuk ke tahap sortasi kemudian timbang beratnya, catat
kering, dipisahkan simplisia dengan bahan beratnya, konversikan terhadap volume
pengotor atau bagian yang tidak digunakan. ekstrak total yang diperoleh dan hitung
Setelah sortasi kering simplisia dijadikan total rendemennya dengan rumus :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
serbuk dengan cara di blender lalu dikemas X 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑔𝑟𝑜𝑣𝑒 (𝐴𝑣𝑖𝑐𝑒𝑛𝑛𝑖𝑎 𝑚𝑎𝑟𝑖𝑛𝑎)
dan disimpan. Wadah untuk menyimpan
simplisia hendaknya menggunakan wadah
tertutup baik.
Uji Skrining Fitokimia
Ekstraksi Daun Mangrove Avicennia
1. Uji Flavonoid : 1 gram serbuk simplisia
marina
dilarutkan dengan 10 ml etanol
1) Masukkan 300 gram serbuk simplisia 70%,saring, Ambil filtrat lalu tambahkan 1
daun mangrove (Avicennia marina) ke ml larutan HCL pekat, kocok lalu
dalam maserator. Lalu tambahkan etanol tambahkan 1,5 gram serbuk Mg. kocok
70% sebanyak 1700 ml (tambahkan kuat. Perubahan warna sampel menjadi :
jumlahnya jika serbuk simplisia belum a) Lembayung – biru menandakan
terendam). adanya senyawa flavonoid –
2) Rendam simplisia dengan etanol, tutup antosianin.
maserator dan lapisi dengan lakban hitam b) Kuning menandakan adanya senyawa
untuk meminimalisir penguapan etanol. flavonoid – flavon, flavonol dan
3) Biarkan simplisia terendam dengan Xanton.
etanol selama 5 hari. aduk sesering
mungkin untuk menstabilkan kandungan

4
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

c) Merah jingga (terutama jika 3) Melakukan sterilisasi semua alat dan


dipanaskan) menandakan adanya bahan
senyawa flavonoid – flavonon. 4) Memasukkan adeps lanae ke mortir,
d) Lembayung – merah (segera) menambahkan sedikit vaselin album,
menandakan adanya senyawa menggerus sampai homogen.
flavonoid – kalkon dan auron. 5) Menambahkan metil paraben menggerus
e) Coklat – jingga menandakan adanya sampai homogen, Meambahkan sedikit
senyawa flavonoid – flavanonol. vaselin album menggerus sampai
(Robinson,1995). homogen.
2. Uji Saponin : ke dalam beaker glass 6) Menambahkan sisa vaselin album,
sebanyak 1 gram serbuk simplisia Menggerus sampai homogen.
ditambahkan dengan 20 ml aquadest, 7) Menambahkan ekstrak kental untuk
panaskan selama 10 menit. saring, masing – masing konsentrasi sedikit demi
setelah dingin masukkan ke dalam sedikit, menggerus sampai homogen.
tabung reaksi, kocok kuat filtrat selama
Memasukkan kedalam pot salep yang
30 detik. Jika terdapat busa tinggi 1 cm
sudah ditandai sesuai dengan
selama beberapa menit dan tidak hilang
konsentrasinya.
dengan penambahan 1 tetes HCL encer
maka menunjukkan adanya senyawa
saponin
Uji Evaluasi Sediaan Salep
3. Uji Alkaloid : tambah dan campurkan
serbuk simplisia 1 gram, 5 ml NH4OH, 1) Uji organoleptic
5 ml kloroform, 2 ml HCl 2N dan 1 ml Tujuan : memeriksa kesesuaian warna
pereaksi mayer ke dalam tabung reaksi. dan penampilan salep dimana sedapat
Munculnya endapan putih menunjukkan mungkin mendekati spesifikasi sediaan
adanya alkaloid. yang telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip : pemeriksaan warna, bau , rasa,
bentuk menggunakan panca indera.
Pembuatan Salep Ekstrak Daun
Penafsiran hasil : warna, bau, rasa,
Mangrove (Avicennia marina)
bentuk harus sesuai dengan spesifikasi
Persya Formula pada saat formulasi. (Fatmawaty, Nisa
Bahan Fungsi
ratan X1 X2 X3 K-
Ekstrak
dan Riski, 2015).
Daun
Mangrove
- Zat aktif 5% 10% 15% - 1) Uji homogenitas
Adeps Basis Tujuan : menjamin kehomogenan
- 10% 10% 10% 10%
Lanae Salep sediaan salep
Metil 0,02 –
Pengawet 0,2% 0,2% 0,2% 0,2% Prinsip : homogenitas dapat ditentukan
Paraben 0,3%
Vaselin Basis berdasarkan jumlah parikel maupun
- 100% 100% 100% 100%
Album ad Salep distribusi ukuran partikelnya dengan
Pembuatan Salep pengambilan sampel pada berbagai
tempat menggunakan mikroskop untuk
1) Menyiapkan alat dan bahan
hasil yang lebih akurat atau jika sulit
2) Menimbang semua bahan
dilakukan atau membutuhkan waktu

5
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

yang lama, homogenitas dapat Penafsiran hasil : 2 – 4 detik


ditentukan secara visual. menunjukkan waktu pelekatan sediaan
Penafsiran hasil : salep yang homogen semi solid yang nyaman dipakai yang
akan memperlihatkan jumlah atau menunjukkan kecepatan salep
distribusi ukuran partikel yang relatif menyerap ke dalam tubuh. (Sugiyono et
hampir sama pada berbagai tempat al . 2018).
pengambilan sampel. (Fatmawaty, Nisa 4) Uji Daya Sebar
dan Riski, 2015). Tujuan : untuk mengetahui kemampuan
2) Uji pH penyebaran suatu sediaan pada kulit..
Tujuan : untuk mengetahui pH (derajat Prinsip : meletakkan 0,5 gram salep
keasamam) dari sediaan salep yang diatas gelas objek lalu diletakkan gelas
akan diuji objek yang lain diatas sediaan salep,
Prinsip : pengukuran aktivitas ion biarkan selama 1 menit lalu ukur daya
hydrogen secara potensiometri atau sebar. Setelah itu ditambahkan beban
elektrometri dengan menggunakan pH seberat 150 gram dibiarkan selama 5
meter dengan cara mencelupkan stik pH menit lalu ukur Kembali daya sebarnya.
universal ke dalam salep lalu diamati Penafsiran hasil : daya sebar 5 – 7 cm
perubahan warnanya dan dicocokkan menunjukkan konsistensi semi solid
dengan standar pH universal. yang sangat nyaman dalam
Penafsiran hasil : pH sediaan salep penggunaan. (Elmitra,2017).
harus sama dengan pH kulit yaitu 4,6 – 5) Uji Iritasi
6,5. jika sediaan salep memiliki pH Uji iritasi ini menggunakan
dibawah 4,5 (terlalu basa) akan dapat hewan uji kelinci sebanyak 2 ekor
menimbulkan kulit menjadi kering berumur rata – rata 2 bulan. Uji iritasi
sedangkan jika sediaan salep memiliki menggunakan metode Remington yaitu
pH diatas 6,5 (terlalu asam) akan dapat patch test atau uji sampel. Rambut
menimbulkan iritasi pada kulit. kelinci dicukur pada bagian
(Elmitra,2017). punggungnya sampai bersih. Punggung
3) Uji Daya Lekat kelinci dibagi menjadi 5 bagian
Tujuan ; untuk mengetahui berapa lama berbentuk bujur sangkar dengan format
kemampuan melekat suatu sediaan pada pemberian perlakuan yaitu salep
kulit. ekstrak daun mangrove (Avicennia
Prinsip : sediaan salep sebanyak 0,25 marina) dengan konsentrasi 5%, 10%,
gram diletakkan diatas gelas objek yang 15% lalu basis salep dan tanpa
telah ditentukan luasnya kemudian perlakuan. Uji iritasi ini dilakukan
ditutup dengan gelas objek yang lain selama 72 jam untuk melihat perubahan
diatas salep tersebut. Lalu diberi beban – perubahan yang terjadi pada kulit
100 gram selama 5 menit. Gelas obyek kelinci seperti eritema dimana kulit
yang saling menempel dipasang pada menjadi kemerahan dan timbul bercak –
alat uji daya lekat dan dilepaskan bercak dilakukan pengecekan pada 24
dengan beban 80 gram kemudian jam, 48 jam dan 72 jam. Penilaian ini
dicatat waktu saat kedua gelas obyek didasarkan pada parameter reaksi kulit
tersebut lepas. kelinci yaitu :
0 = tidak ada reaksi

6
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

1 = eritema ringan (warna kulit agak f) Setelah sterilisasi selesai, mematikan


merah) listrik dan membiarkan jarum kembali
2 = eritema sedang (warna kulit merah ke titik nol dengan sendirinya.
dan timbul bitnik – bitnik merah) g) Setelah itu membuka tutup dan
mengeluarkan isi autoklaf,
3 = eritema kuat (warna kulit sangat
mengeringkan autoklaf.
merah dan bitnik merah lebih banyak).
(Latifah et al.2016).
2) Cara pembuatan media nutrient agar
Uji Aktivitas Antibakteri miring

1) Sterilisasi alat dan bahan Media yang digunakan adalah


Sterilisasi alat dan bahan yang diperlukan media padat agar (NA) miring untuk
dengan cara sterilisasi basah yaitu dengan peremajaan biakan murni bakteri
menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C Propionibacterium acnes dan
selama 15 menit dan ada pula alat tertentu Staphylococcus epidermidis dan media
yang disterilkan dengan pembakar spirtus cawan petri untuk uji antibakteri salep
atau Bunsen dengan cara di flambir. ekstrak daun mangrove (Avicennia
a) Mengisi Autoklaf dengan aquadest marina) terhadap bakteri bakteri
sampai batas volume autoklaf lalu Propionibacterium acnes dan
memanaskan aquadest yang ada di Staphylococcus epidermidis,
dalam autoklaf sampai mendidih. pembuatan media dilakukan dengan
b) Memasukkan alat dan bahan yang cara sebagai berikut :
akan disterilkan yang telah disusun
a) Mengkalibrasi 10 tabung reaksi
dalam rak autoklaf. Tutup autoklaf
masing – masing sebanyak 5 ml.
rapat – rapat dan mengencangkan
b) Memasukan nutrient agar 1 gram, dan
klepnya atau kunci penutupnya.
aquadest 50 ml ke dalam beaker glass,
c) Klep pengaman yaitu tempat air
memanaskan diatas penangas.
keluar untuk menjaga stabilitas
c) Mengaduk sampai larutan nutrient
tekanan tetap dibuka sampai terlihat
agar jernih dan homogen. Masukkan
ada air yang keluar ditandai dengan
ke dalam Erlenmeyer.
adanya air yang menetes dari klep.
d) Menyumbat mulut Erlenmeyer dan
d) Setelah air menetes dari klep, menutup
tabung reaksi dengan kapas dan kasa
klep. Pemanasan terus berlangsung.
steril, kemudian membungkus dengan
Setelah pengaman ditutup, jarum
kertas perkamen setelah itu mengikat
penunjuk suhu dan tekanan akan
dengan benang.
bergerak menuju angka yang lebih
e) Melakukan sterilisasi dengan suhu
besar, karena suhu dan tekanan dalam
121°C selama 15 menit.
autoklaf akan naik.
f) Setelah melakukan sterilisasi,
e) Bila jarum menunjukkan angka 1210
menuangkan larutan nutrient agar ke
C maka klep akan berbunyi,
dalam tabung reaksi steril, untuk 10
membiarkan kedudukan ini selama 15
tabung reaksi yang sudah dikalibrasi
menit.
masing-masing 5 ml.
g) Memiringkan tabung reaksi dengan
kemiringan 10° dan membiarkan

7
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

hingga padat. Pembuatan media agar Standar 1% 1% Perkiraan


dilakukan secara aseptik Mc. BaCl2 H2SO4 jumlah suspensi
3) Peremajaan bakteri Propionibacterium Farland (ml) (ml) bakteri/ml
acnes dan Staphylococcus epidermidis 0,5 0,05 9,95 1,5 x 108
a) Setelah agar memadat dilakukan 1,0 0,10 9,90 3,0 x 108
peremajaan bakteri. 2,0 0,2 9,80 6,0 x 108
b) Melakukan flambir jarum ose dari
3,0 0,3 9,7 9,0 x 108
pangkal sampai ujung hingga
4,0 0,4 9,6 1,2 x 109
berwarna merah.
5,0 0,5 9,5 1,5 x 109
c) Mengambil inokulasi dari biakan
6,0 0,6 9,4 1,8 x 109
induk Propionibacterium acnes
7,0 0,7 9,3 2,1 x 109
dengan menggunakan jarum ose
8,0 0,8 9,2 2,4 x 109
yang sudah dipijar.
9,0 0,9 9,1 2,7 x 109
d) Menanamkan inokulasi dalam media
10,0 1,0 9,0 3,0 x 109
agar miring bentuk zig-zag
e) Menginkubasi biakan selama 24 jam
dengan suhu 37°C 5) Pembuatan suspensi biakan bakteri
4) Pembuatan kesetaraan Mc. Farland a) memasukkan ke dalam tabung reaksi
Standar Mc. Farland digunakan 10 ml NaCl fisiologis 0,9% ke dalam
untuk membakukan perkiraan jumlah 2 tabung reaksi yang sudah diberi
bakteri dalam cairan suspense dengan tanda 1 untuk Propionibacterium
membandingkan kekeruhan uji acnes dan 2 untuk Staphylococcus
suspense dengan strandar Mc. Farland. epidermidis
Cara membuat larutan Mc. b) Mengambil biakan murni bakteri
Farland adalah dengan menggunakan Propionibacterium acnes dan
standar Barium Sulfat yaitu dengan Staphylococcus epidermidis yang
mencampurkan Barium Klorida (BaCl2) telah diinkubasi sebanyak 1 ose,
sebanyak 0,05 ml dengan larutan asam memasukkan ke dalam masing –
sulfat (H2SO4) 1% sebanyak 9,95 ml masing tabung reaksi.
dan dikocok homogen lalu disimpan c) Mensuspensikan NaCl dan bakteri di
pada tabung reaksi yang telah diberi dalam tabung reaksi kemudian
tanda. Tutup tabung reaksi dan simpan menggoyang – goyangkan hingga
pada suhu ruang ditempat gelap. tersuspensi secara sempurna.
Larutan ini akan stabil paling tidak 6 d) Membandingkan dengan standar Mc.
bulan. Untuk menggunakannya kocok Farland
tabung reaksi untuk mensuspensikan e) Menutup tabung reaksi dengan
Barium Sulfat. sumbat.
6) Pembuatan media agar untuk cawan
petri
NO Bahan Satuan 1 10
Cawan Cawan
1. Nutrient Gram 1 10
Agar
(NA)

8
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

2. Aquadest Ml 17 170 3) Pada saat medium sudah hangat


Cara pembuatan : kuku, memasukkan suspensi
a) Mengambil 2 erlenmeyer dan bakteri Propionibacterium acnes
menandai Y1 untuk medium pada Erlenmeyer bertanda Y1
bakteri Propionibacterium acnes sebanyak 1 ml (0,2 ml x 5 cawan =
dan Y2 untuk medium bakteri 1 ml) dan memasukkan juga
Staphylococcus epidermidis. suspensi bakteri Staphylococcus
b) Menimbang nutrient agar epidermidis pada Erlenmeyer
sebanyak 10 gram dan mengukur bertanda Y2 sebanyak 1 ml (0,2 ml
aquadest sebanyak 170 ml x 5 cawan = 1 ml) lalu menutup dan
menggunakan gelas ukur. menggoyangkan supaya merata.
c) Memasukkan semua bahan ke 4) Menuangkan 20 ml larutan
dalam beaker glass kemudian medium dan bakteri ke dalam
melarutkan dan memanaskan masing – masing cawan petri,
diatas penangas air hingga larut membiarkan padat dan dingin.
dan homogen sampai medium 5) Membuat sumuran atau lubang
jernih sambil sesekali diaduk. menggunakan perfolator sebanyak
d) Menuangkan ke dalam masing – 5 lubang untuk masing – masing
masing Erlenmeyer yang sudah cawan.
diberi tanda sebanyak 85 ml 6) Menggunakan spuit yang berbeda –
kemudian menyumbat dengan beda memasukkan 0,1 ml salep
kassa steril dan kapas. ekstrak daun mangrove ke dalam
e) Mensterilkan dengan metode sumuran atau lubang dari masing –
sterilisasi basah menggunakan masing konsentrasi (5%, 10%,
autoklaf pada suhu 1210C selama 15%) serta memasukkan kelompok
15 menit. control positif (K+) dan control
7) Uji aktivitas antibakteri salep ekstrak negative (K-) masing – masing
daun mangrove (Avicennia marina) sebanyak 0,1 ml.
terhadap bakteri Propionibacterium 7) Semua pengerjaan dilakukan
acnes dan bakteri Staphylococcus secara aseptis.
epidermidis 8) Menginkubasi selama 2 x 24 jam
Pengujian aktivitas sediaan pada suhu 30 – 370C
salep ekstrak daun mangrove dilakukan 9) Mencatat diameter yang didapat
dengan cara aseptis, yaitu : selama melakukan eksperimen
1) Menyiapkan 10 cawan petri, pada sebanyak 2 x 24 jam dan
bagian belakang cawan dibagi mengamati selama 2 hari.
menjadi 5 bagian (diberi tanda 5%, 10) Mengukur diameter zona bening
10%, 15%, K+ dan K-) dengan yang dihasilkan setiap sumuran
menggunakan spidol. pada tiap cawan petri
2) Mensterilkan alat dan bahan menggunakan jangka sorong.
menggunakan autoklaf pada suhu 11) Mengevaluasi aktivitas antibakteri
1210C selama 15 menit salep ekstrak daun mangrove
terhadap Propionibacterium acnes
dan Staphylococcus epidermidis.

9
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

ANALISA DATA – Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat


sebanyak 3 kg
Data yang diperoleh dari hasil
3. Hasil Pembuatan Simplisia
pengamatan uji aktivitas antibakteri salep
Daun mangrove segar dibuat
ekstrak daun mangrove (Avicennia marina)
menjadi simplisia. Dengan proses
terhadap bakteri Propionibacterium acnes
pemilihan (sortir basah) daun yang sesuai
dan Staphylococcus epidermidis. Tujuan
kriteria, dicuci bersih lalu dikeringkan
dilakukannya Analisa data yaitu untuk
selama 14 hari dengan menggunakan
menjawab semua hipotesis yang diajukan.
sinar matahari. Setelah kering dilakukan
Hipotesis dalam pengamatan ini yaitu :
pemilihan (sortir kering) lagi daun dari
H0 : sediaan salep ekstrak daun mangrove
benda asing atau pengotor lain yang tidak
(Avicennia marina) tidak mempunyai
digunakan untuk penelitian yang
aktivitas antibakteri terhadap
kemudian dikemas dalam wadah tertutup
pertumbuhan bakteri
baik dan terhindar dari sinar matahari.
Propionibacterium acnes dan
Dari sebanyak ± 3 kg daun basah
Staphylococcus epidermidis.
diperoleh 828 gram daun mangrove
H1 : sediaan salep ekstrak daun mangrove kering. Maka susut pengeringan simplisia
(Avicennia marina) mempunyai yaitu :
aktivitas antibakteri terhadap 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
X 100%
pertumbuhan bakteri 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Propionibacterium acnes dan Susut pengeringan:


3000 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 828 𝑔𝑟𝑎𝑚
Staphylococcus epidermidis. X 100% = 72,4%
3000 𝑔𝑟𝑎𝑚

Jadi susut pengeringan daun mangrove


(Avicennia marina) adalah 72,4%
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Hasil Ekstraksi
1. Hasil Determinasi Bahan Proses Hasil
Tanaman Mangrove (Avicennia 300 gram serbuk Dimaserasi dengan Filtrat I 1200 ml
simplisia daun menggunakan pelarut
marina) yang digunakan dalam
Mangrove etanol 70% sebanyak
penelitian ini perlu di determinasi (Aviennia 1700 ml
terlebih dahulu, dimaksudkan bahwa marina)
tanaman yang dijadikan sebagai bahan Ampas serbuk Ditambahkan 1300 ml Filtrat II 1195 ml
penelitian benar Mangrove (Avicennia simplisia daun etanol 70%
Mangrove
marina) sehingga tidak ada kesalahan
(Aviennia
dalam penggunaannya. marina)
Hasilnya adalah sampel daun Filtrat I dan Dicampur Ekstrak cair
mangrove (Avicennia marina) yang Filtrat II sebanyak 2.395 ml
diamati adalah benar daun mangrove Ekstrak Cair Diuapkan dipenangas 87,86 gram ekstrak
air kental
(Avicennia marina).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
2. Hasil Pengumpulan Bahan Rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 X 100%
Daun mangrove yang digunakan
87,86 𝑔𝑟𝑎𝑚
adalah daun mangrove yang segar dan = X 100% = 29,29 % .
300 𝑔𝑟𝑎𝑚
berwarna hijau. Daun Mangrove segar
ini diambil dari Pesisir Pantai Jadimulya

10
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

5. Hasil Uji Skrining Fitokimia X1 = sediaan salep ekstrak daun mangrove


konsentrasi 5%
No Uji Perlakuan Hasil X2 = sediaan salep ekstrak daun mangrove
1 gram serbuk konsentrasi 10%
simplisia + 10 (+) adanya
X3 = sediaan salep ekstrak daun mangrove
ml etanol warna coklat –
70%, 1 ml jingga konsentrasi 15%
1 Flavonoid K- = salep control negative (basis salep)
larutan HCL meunjukkan
pekat + 1,5 jenis flavonoid Waktu Perlakuan yang diberikan
gram serbuk flavononol pengamatan
Mg. (jam) X1 X2 X3 K- N
1 gram serbuk Hewan Uji 1
simplisia + 20 (+) Terdapat 24 0 0 0 0 0
2 Saponin ml aquadest + busa setinggi 48 0 0 0 0 0
1 tetes HCL 1,5 cm 72 0 0 0 0 0
encer. Hewan Uji 2
Serbuk 24 0 0 0 0 0
simplisia 1 48 0 0 0 0 0
gram + 5 ml 72 0 0 0 0 0
NH4OH + 5 (-) Tidak
3 Alkaloid ml kloroform terbentuk
+ 2 ml HCl endapan putih 7. Hasil Rekapitulasi Uji Aktivitas
2N + 1 ml
Antibakteri Selama 2x24 jam
pereaksi
mayer, Zona bening (cm)
konsentrasi Propionibacterium Staphylococcus
acnes epidermidis
6. Hasil Evaluasi Sediaan Salep X1 0,24 0,37
X2 1,07 0,84
X3 1,68 1,56
Organoleptis Homo Uj Daya Daya
Sampe Bentu Warn Bau genita i Leka Seba K+ 2,95 1,96
l k a s pH t r K- 0 0
X1 Semi Hijau Khas Rata - rata 1,2 0,95
Homo 2,3 5,2
solid lumut ekstra 5
gen detik cm
k
X2 Semi Hijau Khas PEMBAHASAN
solid lumut ekstra Homo 2,19 5,4
5
agak k agak gen detik cm Pada penelitian yang berjudul uji
gelap kuat
aktivitas antibakteri salep ekstrak daun
X3 Semi Hijau Khas
Homo 2,18 5,3 mangrove (Avicennia marina) terhadap
solid lumut ekstra 6
gen detik cm
gelap k kuat bakteri Propionibacterium acne dan
K- Semi Putih Khas
Homo 2,6 5,1 Staphylococcus epidermidis yang
solid agak semi 5
gen detik cm bertujuan untuk mengetahui sediaan salep
krim solid
Keterangan : ekstrak daun mangrove (Avicennia
marina) sebagai antibakteri terhadap
pH = 4,5 – 6,5 (Elmitra,2017). pertumbuhan bakteri Propionibacterium
Daya Sebar = 5 – 7 cm (Elmitra,2017). acne dan Staphylococcus epidermidis,
Daya Lekat = 2 – 4 detik. (Sugiyono et untuk mengetahui pada konsentrasi berapa
al.2018). sediaan salep ekstrak daun mangrove
(Avicennia marina) yang paling besar daya

11
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap senyawa alkaloid, hal ini bisa terjadi
bakteri Propionibacterium acne dan karena berbagai factor seperti adanya hasil
Staphylococcus epidermidis dan untuk negative palsu, human error , bahan yang
mengetahui uji evaluasi sediaan ekstrak dipakai sudah kadaluarsa atau factor
daun mangrove (Avicennia marina). lainnya.
Pada pembuatan simplisia, daun Kemudian simplisia diperoleh
Mangrove basah diambil sebanyak 3 kg dilakukan proses ekstraksi menggunakan
lalu melewati proses sortasi basah yang meode maserasi dengan menggunakan
dilakukan untuk memisahkan bahan yang pelarut etanol 70% sebanyak 3000 ml .
tidak dipakai dan bahan pengotor lainnya Metode ekstraksi maserasi merupakan
dari simplisia, kemudian melalui proses metode ekstraksi yang sederhana. Yang
pencucian, perajangan yang dilakukan menggunakan etanol 70% sebagai pelarut
untuk mempermudah pengeringan juga karena bersifat semipolar karena jika
mempercepat proses pengeringan dicampur dengan senyawa polar, nonpolar
simplisia dan dilakukan pengeringan alami atau senyawa semi polar sifatnya akan
dengan menggunakan sinar matahari mengikuti senyawa yang dicampurkan
langsung yang ditutupi oleh kain agar dan senyawa polar, nonpolar maupun
tehindar dari debu atau bahan pengotor semipolar dapat tertarik zat aktifnya
lainnya sampai menjadi simplisia dengan maksimal. Etanol 70% juga
kemudian dilakukan sortasi kering lalu memiliki keuntungan yaitu lebih selektif,
diblender sampai halus dan diayak. kapang dan bakteri sulit tumbuh, tidak
beracun, netral, serta panas yang
Serbuk simplisia sebanyak 300 gram
diperlukan lebih sedikit. Dari hasil
kemudian terlebih dahulu dilakukan uji
ekstraksi yang sudah di uapkan diperoleh
skrining fitokimia untuk memastikan
ekstrak kental sebanyak 87,86 gram
bahwa apakah benar positif mengandung
dengan Rendemen 29,29 %.
senyawa flavonoid dan saponin tersebut
yang berkhasiat sebagai antibakteri pada Daun mangrove (Avicennia marina)
simplisia daun Mangrove (Avicennia merupakan salah satu bagian tanaman
marina). Berdasarkan hasil uji skrining yang mengandung senyawa flavonoid dan
fitokimia didapat data bahwa daun saponin yang memiliki aktivitas
mangrove (Avicennia marina) yang antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
dipakai positif mengandung senyawa Propionibacterium acne dan
flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya Staphylococcus epidermidis. Pada
larutan berwarna coklat – jingga yang penelitian ini ekstrak daun Mangrove
mendefinisikan jenis flavonoid yang (Avicennia marina) dibuat dalam bentuk
terkandung dalam daun mangrove sediaan salep, karena bakteri
(Avicennia marina) adalah jenis flavonol Propionibacterium acne dan
dan juga menunjukkkan positif Staphylococcus epidermidis lebih banyak
mengandung senyawa saponin dalam uji menyerang pada bagian kulit. Peneliti
skrining fitokimia yang ditunjukkan memilih bentuk sediaan salep karena salah
dengan adanya busa setinggi 1,5 cm dalam satu kelebihan salep adalah kemampuan
campuran yang diuji. Sedangkan dalam uji absorbsi zat aktif ke dalam tubuh yang
alkaloid tidak menunjukkan adanya cepat bila dibandingkan dengan sediaan

12
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

farmasetika yang lain misalnya gel. Salep konsentrasi 5% mempunyai rata - rata daya
juga bisa melindungi kulit dari iritan cair sebar sebesar 5,2 cm, konsentrasi 10%
maka dari itu peneliti menduga bahwa mempunyai rata – rata daya sebar sebesar
dalam bentuk sediaan salep ini waktu 5,4 cm, konsentrasi 15% mempunyai daya
penyembuhan untuk penyakit topikal sebar sebesar 5,3 cm dan K- mempunyai
khususnya di kulit yang disebabkan oleh daya sebar sebesar 5,1 cm. dilakukannya
bakteri Propionibacterium acne dan uji daya sebar ini adalah untuk mengetahui
Staphylococcus epidermidis dapat sembuh kemampuan penyebaran suatu sediaan
lebih cepat. pada kulit. Berdasarkan hasil uji daya
sebar dari keempat sediaan
Pada uji homogenitas didapat hasil
diklasifikasikan sebagai daya sebar yang
sediaan salep dengan konsentrasi 5%,
baik menurut persyaratan daya sebar
10%, 15% dan K- adalah homogen.
sediaan semi solid yang baik yaitu dalam
Dilakukannya uji homogenitas ini
rentang 5 – 7 cm karena menunjukkan
bertujuan untuk memeriksa
konsistensi semi solid yang sangat nyaman
kehomogenitasan sediaan salep yang
dalam penggunaan karena jika suatu
hasilnya dikatakan homogen jika
sediaan salep mudah dioleskan tanpa
memperlihatkan jumlah atau distribusi
menggunakan tekanan berarti luas
ukuran partikel yang relatif hampir sama
permukaan kontak obat dengan kulit
pada berbagai tempat pengambilan
semakin besar sehingga absorbsi obat
sampel. (Fatmawaty, Nisa & Riski, 2015).
ditempat pemberian semakin optimal.
pH sediaan salep ekstrak daun (Elmitra .2017).
mangrove dengan konsentrasi 5%, 10%
Pada uji daya lekat didapatkan hasil
dan K- adalah 5 sedangkan sediaan salep
sediaan salep ekstrak daun mangrove
ekstrak daun mangrove dengan konsentrasi
konsentrasi 5% mempunyai daya lekat
15% memiliki pH 6. Tujuan dilakukannya
sebesar 2,50 detik, konsentrasi 10%
uji pH ini adalah untuk memeriksa pH
mempunyai daya lekat sebesar 2,19 detik,
(derajat keasaman) dari sediaan salep.
konsentrasi 15% mempunyai daya lekat
Nilai pH dari salep ekstrak daun mangrove
sebesar 2,18 detik dan K- mempunyai daya
dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan K-
lekat sebesar 2,06 detik. Dilakukannya uji
masih berada dalam rentang persyaratan
daya lekat ini bertujuan untuk mengetahui
nilai pH yang diperbolehkan. Sediaan
berapa lama kemampuan melekat suatu
salep ini sebaiknya memiliki pH yang
sediaan pada kulit. Berdasarkan hasil dari
sama dengan pH kulit yaitu 4,5 sampai 6,5.
keempat sediaan salep yang diperoleh dan
Karena jika sediaan salep memiliki pH
berdasarkan persyaratan waktu uji daya
dibawah 4,5 (terlalu basa) akan dapat
lekat sediaan semi solid yang baik yaitu 2
menimbulkan kulit menjadi kering
– 4 detik, maka dapat disimpulkan bahwa
sedangkan jika sediaan salep memiliki pH
keempat sediaan masih masuk dalam
diatas 6,5 (terlalu asam) akan dapat
rentang uji daya lekat yang baik dimana
menimbulkan iritasi pada kulit. (Elmitra,
dalam rentang waktu rata – rata 2,23 detik
2017).
adalah waktu pelekatan sediaan semi solid
Pada uji daya sebar didapatkan hasil yang nyaman dipakai. Semakin lama
sediaan salep ekstrak daun mangrove waktu yang dibutuhkan maka semakin

13
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

baik pula daya lekatnya. (Sugiyono et al. Mekanisme kerja saponin sebagai
2018). antibakteri yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan sehingga
Pada uji iritasi sediaan salep ekstrak
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
daun mangrove pada hewan uji kelinci
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa
jantan yang berumur 2 – 3 bulan yang
intraseluler akan keluar. Maka dapat
dicukur punggungnya dan diamati selama
disimpulkan bahwa semakin banyak
3x24 jam, didapatkan hasil bahwa sediaan
konsentrasi ekstrak daun mangrove
salep ekstrak daun mangrove tidak
(Avicennia marina) yang ditambahkan
menimbulkan reaksi apapun pada hewan
dalam sediaan salep maka akan semakin
uji kelinci dikarenakan pH dari sediaan
banyak kandungan zat antibakteri sehingga
salep ekstrak daun mangrove ini berkisar
semakin besar daya hambat pertumbuhan
pada kulit normal manusia yaitu 4,5 – 6,5.
bakteri yang dihasilkan oleh zona bening
(Latifah et al. 2016).
pada cawan petri. (Trisia et al.2018)
Dari hasil rekapitulasi zona bening
Kontrol negatif basis salep yang
yang diperoleh untuk bakteri
digunakan tidak memiliki zona hambat
Propionibacterium acnes pada konsentrasi
karena basis yang digunakan bersifat
5% adalah 0,24 cm, 10% adalah 1,07 cm,
melindungi kulit dari hidrasi dan iritasi
15% adalah 1,68 cm, kontrol positif
serta mempercepat penyerapan zat aktif
oxytetrasiklin adalah 2,95 cm , kontrol
dalam salep dalam arti tidak bersifat
negatif adalah 0 cm. sedangkan untuk
bakterisidal. Sedangkan kontrol positif
bakteri Staphylococcus epidermidis pada
salep oksitetrasiklin menunjukkan
konsentrasi 5% adalah 0,37 cm, 10%
perbedaan yang bermakna dengan kontrol
adalah 0,84 cm, 15% adalah 1,56 cm,
negatif dan berbagai konsentrasi ekstrak
kontrol positif oxytetrasiklin adalah 1,96
daun mangrove (Avicennia marina) karena
cm , kontrol negatif adalah 0 cm. dapat
menghasilkan aktivitas antibakteri dengan
disimpulkan bahwa daun mangrove
diameter zona bening paling besar
(Avicennia marina) memiliki khasiat
terhadap bakteri kedua uji. Mekanisme
sebagai antibakteri dengan zat aktif untuk
kerja salep oksitetrasiklin ini adalah
antibakterinya yaitu senyawa flavonoid
menghambat pengikatan aminoasil- tRNA
dan saponin yang ditunjukkan dengan
ke unit 30S ribosom bakteri.
terbentuknya zona bening yang terdapat
Oksitetrasiklin mempunyai senyawa yang
dalam cawan petri tepatnya disekitar
lebih kuat dalam menghambat
sumuran yang telah diberi sediaan yang
pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan
terkandung dalam ekstrak daun mangrove
ekstrak daun mangrove (Avicennia
(Avicennia marina) dengan zat aktif
marina). (Jawetz,, 2013).
flavonoid yang mempunyai mekanisme
kerja membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler dan terlarut
KESIMPULAN
sehingga dapat merusak membrane sel
bakteri yang diikuti dengan keluarnya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
senyawa intraseluler dan menyebabkan dilakukan dapat disimpulkan bahwa Salep
lisis (kematian) sel pada bakteri. (Trisia et ekstrak daun mangrove (Avicennia marina)
al.2018) memiliki aktivitas antibakteri terhadap

14
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

bakteri Propionibacterium acnes dan Molecular Biology, University of


Staphylococcus epidermidis. Pada Leeds,UK.
konsentrasi X3 (15%) salep ekstrak daun
Brooks, G. F. J. S. Butel dan S, A, Morse.
mangrove (Avicennia marina) memiliki
2005. Medical Microbiology. New
daya aktivitas antibakteri paling besar
York : Mc Graw Hill.
terhadap bakteri Propionibacterium acnes
dan Staphylococcus epidermidis. Salep Brown, Robin Graham. Burns,Tony. 2011.
ekstrak daun mangrove (Avicennia marina) Dermatology Lecture Notes 10 th
memenuhi syarat uji evaluasi sediaan. edition. USA: Wiley-Blackwell.
Bruggeman et al. 2010. Skin:Acne and
Propionibacterium acne Genomics.
DAFTAR PUSTAKA
Handbook of Hydrocarbon and
Amirkaveei, S., dan Behbahani, B.A. 2011. Lipid Microbiology.
Antimicrobial Effect of angrove
Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi. Jakarta:
Extract on Escherchia coli and
EGC, 2009
Penicillim digitatum. Internasional
Conference On Food Engineering Danata, Ridha Handriany & Yamindago,
and Biotechnology IPCBEE vol.9 Ade. 2014. Analisis Aktivitas
Singapore. Hal. 185-188. Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove
Avicennia marina dari Kabupaten
Anggraito, Y Ulung et al . 2018.Metabolit
Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan
Sekunder dari Tanaman : Aplikasi
Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi. Semarang.
Staphylococcus aureus dan Vibrio
hutFakultas Matematika dan Ilmu
alginolyticus, Jurnal Kelautan Vol 7
Pengetahuan Alam Universitas
no 1 April 2014.
Negeri Semarang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat Teori
1979. Farmakope Indonesia Edisi
dan Praktik. Cetakan ke lima belas.
III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Yogyakarta: Gadjah Mada
Republik Indonesia.
University Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anief, M. 2015. Ilmu Meracik Obat Teori
1995. Farmakope Indonesia Edisi
dan Praktik. Cetakan ke enam belas.
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Yogyakarta: Gadjah Mada
Republik Indonesia.
University Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anief, M. 2018. Farmasetika. Yogyakarta:
1995. Farmakope Indonesia Edisi V.
Gadjah Mada University Press.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Bojar, Richard A. Keith T Holland. 2004. Republik Indonesia
Acne and Propionibacterium acnes.
Dharmojono. Tekhnik Hebat Penyembuhan
Clinics in Dermatology Vol 22,
dengan Akupuntur dan Moksibasi.
Issue 5. Skin Research Center,
Yogyakarta: Media Pressindo, 2009
Division of Microbiology,
Departement of Biochemistry and

15
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

Djamaluddin, R. (2018). Mangrove : Jawetz, Melnick, & Adelberg"s. (2013).


Biologi, Ekologi, Rehabilitasi, dan Medical Microbiology 26th Edition.
Konservasi. Manado: Unstrat Press. New York: MCGraw - Hill
Companies.
Elmitra. 2017. Dasar - Dasar Farmasetika
dan Sediaan Semi Solid. Cetakan K. Baderan, D. W., & Sukirman, R. 2017.
Pertama. Yogyakarta: Deepublish. M. S. Hamidun (ed). Hutan
Mangrove dan Pemanfaatannya.
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan
Yogyakarta: Deepublish.
Fitokimia. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan. Karimela et al . 2018. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Staphylococcus
Fatmawaty, H., Nisa, M., & Riski, R. 2015.
epidermidis pada Ikan Asam
Teknologi Sediaan Farmasi.
Pinekuhe. Jurnal Teknologi
Yogyakarta: Deepublish.
Perikanan dan Kelautan Vol.9 No.1
Harnani, Y., & Rasyid, Z. 2015. Statistik Mei 2018.
Dasar Kesehatan. Yogyakarta:
Khan, Z. Z., Assi, M., & Moore, T. (2009).
Deepublish.
Recurrent Epidural Abcess Caused
Hut 6D. (2013). Jenis - Jenis Flora di by Propionibacterium acnes. Kansas
Ekosistem Mngrove. Medan: Journal of Medicine, 92 - 95
fakultas Pertanian, Universitas
Kristanti, A. N., Aminah, N. S., Tanjung,
Sumatera Utara.
M., & Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar
Indijah, Sujati Woro dan Fajri, Purnama. Fitokimia. Surabaya: Airlangga
2016. Modul Bahan Cetak Farmasi University Press.
Farmakologi. Jakarta : Kementerian
Latifah et al. 2016. Evaluasi Sifat Fisik dan
Kesehatan Republik Indonesia.
Daya Iritasi Sediaan Lotion Minyak
Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA Atsiri Bunga Cengkeh (Syzigium
Kelas XI Edisi Revisi 2016. Jakarta: aromaticum) dengan Berbagai
Penerbit Erlangga. Variasi Konsentrasi. Traditional
Medicine Journal, 21 (1) 2016.
Ismail, F. 2018. Statistik Untuk Penelitian
Pendidikan dan Ilmu - Ilmu Sosial. Mulyani, Apdhan, D., A. dan Zulkifli. 2013.
Edisi pertama. Jakarta: Kencana. Produksi dan Kandungan Karbon
Serta Laju Dkomposisi Serasah
Istono, Hilwan, I., & Kusmana, C. 2017.
Xylocarpus sp. di Perairan Sungai
Tumbuhan Alami di Jawa Barat :
Mesjid Dumai, Riau.
Mangrove, Pantai, Dataran Rendah
dan Pegunungan. Bogor: IPB Press. Mulyani, Yeni. Bachtiar, Eri. Kurnia A, M
Untung. 2013. Peranan senyawa
Jawetz, Melnick, & Adelberg"s. (2007).
metabolit sekunder tumbuhan
Medical Microbilogy 24th Edition.
mangrove terhadap infeksi bakteri
New York: McGrow - Hill
Aeromonas hydrophila pada ikan
Companiies.
mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal

16
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

Akuatika Volume IV No.1 Maret Robinson, T. (1995). Kandungan Organik


2019. Tumbuhan Tinggi. Bandung:
Penerbit ITB
Mumpuni, Y., & Wulandari, A. 2010. Cara
Jitu Mengatasi Jerawat. Salle,A J, 1961. Fundamental Principle of
Yogyakarta: Penerbit Andi. Bacteriology 5 th Edition. New
York: Mc.Graw Hill Book
Murwani, E. A., Iswarin, & Jazimah, S.
Company Inc.
2017. Botani Farmasi. Yogyakarta:
PT. Kanisius. Sugiyono et al.2018. Media Farmasi
Indonesia Vol 11 No 2 : Formulasi
Murwani, Sri. 2015. Dasar - Dasar
ekstrak air tokek (Gekko gecko L.)
Mikrobiologi Veteriner. Cetakan
untuk penyembuhan luka.
Pertama. Malang: Universitas
Brawijaya Press (UB Press). Suparni, I., & Wulandari, A. 2012. Herbal
Nusantara : 1001 Ramuan
Najib, Ahmad. 2018. ekstraksi Senyawa
Tradisional Asli Indonesia.
bahan Alam. Yogyakarta:
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Deepublish.
Steenis, V. 2005. Flora Untuk Sekolah di
Noor, Y. R., M. Khazali, & Suryadiputra, I.
Indonesia. Jakarta: PT. Pradya
2006. Panduan Pengenalan
Pramita.
Mangrove di Indonesia. Bogor:
PHK/WI - IP. Syahputri, Mimi. 2005. Pemastian Mutu
Obat: Kompendium Pedoman dan
Novel, S. S. 2015. Kuasai Materi Biologi
Bahan - Bahan Terkait Volume 1.
SMA / MA Kelas X, XI, XII (Seri
Jakarta: EGC
Indonesia Cerdas). Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. Tim MGMP Pati. 2015. Farmakognosi Jilid
1. Yogyakarta: Deepublish.
Prabhu, Vinod dan C. Guruvayoorappan.
2012. Phytochemical Screening of Tjay, Tann Hoan dan Rahardja, Kirana.
Methanolic Extract of Mangrove 2015. Obat - Obat Penting. Edisi
Avicennia marina (Forssk.) Vierh. ketujuh cetakan pertama.
Der Pharmacia Sinica III.
Todar,K. 2011. Bacterial Mechanisms of
Priyono, A. (2010). Panduan Praktis Tehnik Antibiotic Resistence. Online
Rehabilitasi Mangrove di Kawasan textbook of bacteriology, Madison.
Pesisir Indonesia. Semarang:
Tranggono, Retno Iswari. Fatma Latifah.
KeSEMaT.
2007. Buku Pegangan Ilmu
Repi, N.B., C. Mambo dan J. Wuisan. 2016. Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Uji Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Gramedia Pustaka Utama.
Kayu Manis (Cinnamomum
Trisia, Adelgrit et al. 2018. Uji Aktivitas
burmanii) terhadap Escherchia coli
Antibakteri Daun Kalanduyung
dan Streptococcus pyogenes. Jurnal
(Guazuma ulmifolia Lam)Terhadap
e-Biomedik (eBm) 4 (1).
Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus Dengan Metode Difusi

17
Ika Nursafitri Nanda Thohari | 2021

Cakram (KIRBY-BAUER). Anterior


Jurnal Volume 17 Issue 2 Halaman
136 - 143.
Wibowo, C., Kusmana, A. Suryani, Y. H., &
Oktadiyani, P. 2009. Pemanfaatan
jenis pohon mangrove api-api
(Avicennia spp.) sebagai bahan
pangan dan obat-obatan. Seminar
Hasil Penelitian. Institut Pertanian
Bogor: Bogor
Yusuf, A. M. 2014.Metode Penelitian :
Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana.

18

Anda mungkin juga menyukai