Anda di halaman 1dari 5

POTENSI EKSTRAK METANOL DAUN MANGROVE AVICENNIA MARINA

SEBAGAI ANTI JAMUR CANDIDA ALBICANS DAN ASPERGILLUS NIGER

POTENTIAL OF MANGROVE LEAF METANOL EXTRACTS AVICENNIA


MARINA AS AN ANTI-MUSHROOM CANDIDA ALBICANS AND ASPERGILLUS
NIGER

Fahmi Abbas Saleh Pasallo*1, Usman*2


1
Program Studi Sarjana Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman,
Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
2
Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
*2Corresponding Author: sainusman@ymail.com (+6281347105831)
ABSTRAK
Mangrove Aviciennia Marina merupakan mangrove yang tumbuh di pasir berlumpur yang biasa
kita jumpai di daerah air payau, atau daerah muara lautan. Daun mangrove ini biasa digunakan
sebagai obat-obatan tradisional seperti menyembuhkan luka dan lain sebagainya. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan senyawa dalam daun mangrove Aviciennia
Marina dan efek senyawa tersebut dalam menghambat jamur Candida Albicans dan jamur
Aspergilus Niger. Candida albicans merupakan jamur opportunistik penyebab sariawan, lesi
pada kulit, vulvaginistis, candida pada urin (kandiduria), gastrointestinal kandiasisis yang dapat
menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Kurniawan, 2009 dan
Mutschler, 1991). Aspergillus Niger merupakan penyebab umum penyakit otomikosis.
Berdasarkan hasil uji fitokimia daun mangrove Aviciennia Marina mengandung flavonoid dan
steroid. Metode yang digunakan dalam uji anti jamur ini yaitu metode gores. Ektraks metanol
daun mangrove dengan varian konsentrasi 1000 ppm, 800 ppm, 600 ppm, 400 ppm, 200 ppm dan
ketoconazole 1000 ppm sebagai kontrol positif. Hasilnya ditumbuhi jamur (tidak ada zona
hambat). Ektraks metanol daun mangrove Aviciennia Marina tidak dapat menghambat
disebabkan oleh rendahnya konsentrasi yang digunakan dan kemungkinan adanya kontaminasi
pada paperdics.
Kata kunci : Avicennia marina, fitokimia, antijamur, Candida albicans, Aspergilus nige, steroid,
flavonoid
ABSTRACT
Aviciennia Mangrove Marina is a mangrove growing in the muddy sand that we usually encounter
in the area of brackish water, estuaries or the sea area. This mangrove leaves are commonly used
as traditional medicines such as wound healing and so forth. The purpose of this study is to
determine the content of compounds in the leaves of mangrove Aviciennia Marina and the effects
of these compounds to inhibit the fungus Candida albicans and Aspergillus niger fungus. Candida
albicans is an opportunistic fungus causes thrush, skin lesions, vulvaginistis, candida in the urine
(candiduria), gastrointestinal kandiasisis which can cause gastric ulcers, or even can be a
complication of cancer (Kurniawan, 2009 and Mutschler, 1991). Aspergillus niger is a common
cause of disease otomikosis. Based on the test results phytochemical Aviciennia Marina mangrove
leaves contain flavonoids and steroids. The method used in this test is the method of anti-fungal
scratch. Ektraks mangrove leaf variants with a concentration of 1000 ppm, 800 ppm, 600 ppm,
400 ppm, 200 ppm and ketoconazole (positive control) 1000 ppm overgrown mushroom (no
inhibition zone). Ektraks mangrove leaves Aviciennia Marina can not hamper due to the low
concentrations used and the possibility of contamination in paperdics.
Keywords: Avicennia marina, phytochemicals, antifungal, Candida albicans, Aspergillus nige,
steroids, flavonoids

1
PENDAHULUAN immunocompromised. Populasi memperluas ini
terdiri dari pasien dengan neutropenia
Jamur merupakan salah satu penyebab berbagai
berkepanjangan, infeksi HIV lanjut, dan mewarisi
penyakit terutama pada negara-negara tropis.
immunodeficiency dan pasien yang telah menjalani
Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia
alogenik hematopoietik transplantasi sel induk
memiliki iklim dengan kelembaban udara yang tinggi
(HSCT) dan / atau transplantasi paru-paru (Walsh,
sehingga sangat mendukung sebagai tempat
T.J., Dkk., 2008).
tumbuhnya jamur. Banyaknya infeksi jamur juga
didukung oleh masih banyaknya masyarakat Perlu adanya upaya berkesinambungan
Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan memperbaiki obat-obat moderen beralih pada obat
sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi tradisional yang memungkinkan untuk dijadikan obat
dan pola hidup. antijamur yang lebih efektif. Mangrove merupakan
salah satu tumbuhan yang biasa digunakan
Candida Albicans adalah jamur patogen
masyarakat sebagai antibiotik tradisional, sehingga
oportunistik yang ada sebagai komensal berbahaya di
menarik untuk ditindak lanjut untuk diujikan pada
saluran pencernaan dan genitourinari di sekitar 70%
jamur Candida Albicans dan Aspergilu Niger.
dari manusia dan sekitar 75% wanita menderita
infeksi Candida setidaknya sekali dalam seumur Indonesia merupakan sebuah negara dengan
hidup mereka [1-4]. Namun, itu menjadi patogen kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah
oportunistik untuk pasien immunocompromised, satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
untuk beberapa individu imunologis lemah, atau adalah tanaman Mangrove Avicennia Maria yang
bahkan untuk orang yang sehat. Infeksi yang lebih dikenal sebagai Pidada Merah. Di Indonesia
disebabkan oleh C. albicans umumnya dikenal tanaman ini banyak dijumpai pada hutan-hutan
sebagai kandidiasis (Asakura, H., Dkk., 2012) mangrove yang tumbuh khususnya di tempat-tempat
dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
Insiden infeksi jamur telah meningkat secara
organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung
signifikan, sehingga berkontribusi terhadap
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai
morbiditas dan kematian. Hal ini disebabkan oleh
dimana air melambat dan mengendapkan lumpur
peningkatan resistensi antimikroba dan jumlah
yangn dibawanya dari hulu. Tanaman mangrove ini
terbatas obat antijamur, yang mempertahankan
mempunyai kandungan kimia yang aktivitasnya
banyak efek samping. spesies Candida Albicans
sebagai antijamur. Salah satu kandungan yang
adalah jamur manusia utama patogen yang
terdapat dalam tanaman ini adalah metanol.
menyebabkan kedua mukosa dan infeksi jaringan
dalam. Bukti terbaru menunjukkan bahwa sebagian Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
besar infeksi yang dihasilkan oleh patogen ini untuk melakukan penelitian potensi antijamur ekstrak
berhubungan dengan pertumbuhan biofilm. Biofilm metanol daun mangrove Avicennia Maria terhadap
adalah komunitas biologis dengan tingkat tinggi jamur Candida albicans dan Aspergillus niger
organisasi, di mana mikro-organisme membentuk sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pengobatan
terstruktur, terkoordinasi dan fungsional masyarakat. tradisional untuk pengobatan penyakit yang
Ini komunitas biologis yang tertanam dalam matriks disebabkan oleh jamur.
ekstraselular diciptakan sendiri. Produksi Biofilm
METODE PENELITIAN
juga terkait dengan tingkat tinggi resistensi
antimikroba dari organisme terkait. Kemampuan Jenis penelitian ini tergolong dalam jenis uji
spesies Candida untuk membentuk drugresistant kualitatif. Sample yang digunakan adalah ekstrak
biofilm merupakan faktor penting dalam kontribusi daun mangrove Avicennia Marina yang akan diujikan
mereka terhadap penyakit manusia (Sardi. J.C.O., pada jamur Candida Albican dan Aspergilus Niger
Dkk., 2013). dengan metode difusi.

Jamur lainnya yang dapat menyebabkan Pada penelitian ini ada 4 tahap yang dilakukan
penyakit yaitu Aspergillus niger yang merupakan yaitu tahap sterilisasi alat dan bahan, membuat
fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, larutan uji, membuat larutan kontrol dan pengujian
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan anti jamur. Larutan kontrol yang digunakan pada
melimpah di alam (Madigan dan Martinko, 2006). penelitian ini adalah ketoconazole dan larutan ujinya
adalah ekstrak daun mangrove Avicennia Marina
Aspergillus muncul sebagai penyebab penting
dari infeksi yang mengancam jiwa pada pasien

2
dengan konsentrasi yang digunakan yaitu 1000 ppm, diletakkan di tempat tertutup, hal ini bertujuan agar
800 ppm, 600 ppm, 400 ppm, dan 200 ppm. pelarut yang digunakan tidak menguap sehingga
dapat menyebabkan sedikitnya ekstrasi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh karena pelarut yang berkurang dari volume
Mangrove yang digunakan berasal dari kawasan pelarut yang telah ditentukan. Hasil maserasi yang
mangrove Bontang, Kalimantan Timur. Pada proses diperoleh masih terkandung cair pelarut, untuk
awal, daun mangrove Avicennia Maria pertama-tama memisahkannya digunakan rotary evoporator yang
yang dilakukan yaitu mencuci daun mangrove dengan kemudian hasilnya di keringkan mengunakan oven
air bersih agar kotoran atau benda-benda asing pada agar pelarut benar-benar hilang (menguap), yang
permukaan daun mangrove dapat hilang. Kemudian tersisa hanyak murni senyawa metabolit skunder.
daun mangrove dikeringkan agar tidak ditumbuhi Ekstrak kering yang diperoleh dari 100 gram buah
jamur yang dapat merusak sampel, sehingga sampel mangrove Avicennia marina dalam pelarut metanol
dapat bertahan lama. Selain dikeringkan agar mutu 400 mL dengan 3 kali maserasi adalah 43,9027 gram
sampel tidak berkurang ada cara lain yaitu dengan dengan rendamen 43,90%.
menghentikan reaksi enzimetik. Selanjutnya sampel
Selanjutnya dilakukan uji fitokimia pada hasil
yang telah kering dihaluskan dan dimaserasi dengan
ektraksi daun mangrove Avciennia marina. Senyawa
menggunakan pelarut metanol. Sampel yang telah
metabolit sekunder merupakan senyawa pemunjang
kering dihaluskan untuk memperoleh serbuk-serbuk
dalam proses metabolisme. Metabolit skunder yang
yang kecil sehingga mempermudah proses penarikan
terkandung dalam setiap spesies yang satu dengan
zat aktif yang ada pada sampel saat dilakukannya
yang lain ditemukan dalam bentuk yang unik dan
ekstraksi.
berbeda-beda (Varpoorte & Alfermann, 2000).
Maserasi dilakukan dengan menggunakan Senyawa metabolit skunder yang umum terdapat
pelarut metanol karena metanol memiliki molekul dapat pada mangrove berupa alkaloid,
yang lebih kecil shingga mampu berdifusi kedalam steroid/terpenoid, flavonoid atau fenolik.
bagian dalam sel daun manrove Avicennia marina. Berdasarkan dari hasil uji fitokimia pada ekstrak daun
Menurut Darwis (2000) dalam Prabowo dkk (2011), mangrove Avciennia marina, didapatkan bahwa pada
bahwa secara umum pelarut metanol merupakan yang ekstraks tersebut terkandung senyawa flavonoid dan
paling banyak digunakan dalam proses isolasi steroid, hasil ini bisa di lihat pada gambar (1)
senyawa organik bahan alam, karena hampir terlampir
melarutkan seluruh golongan skunder baik yang polar
Pada awal pengujian anti jamur semua alat dan
maupun non polar. Sarker dkk (2006) dalam Prihanto
bahan di siapkan terlebih dahulu untuk disterlisasi
dkk (2011) menyebutkan bahwa efisiensi dan
dalam autoclaf. Sebelum alat dan bahan di masukkan
efektivitas ekstraksi sangat dipengaruhi oleh
kedalam autoclaf, alat dan bahan terlebih dahulu
kemampua pelarut berdifusi ke dalam selnya.
disumbat menggunakan kapas dan dibungkus
Proses maserasi dilakukan selama 4 hari atau 94 menggunakan kertas HVS. Setelah semua sudah siap
jam dimana setiap 24 jam pelarut sampel. Proses alat dan bahan tersebut dimasukkan kedalam
maserasi dilakukan selama 4 hari karena pada waktu autoclaf. Sterilisasi alat dan bahan dilakukan secara
tersebut merupakan waktu optimum untuk zat yang terpisah dalam autoclaf. Sterilisasi dilakukan selama
terkandung dalam sampel dan pelarut terjadi kontak 60 menit. Prinsip kerja dari autoclaf yaitu
sehingga semakin banyak komponen bioaktif yang menggunakan panas basah dimana uap air akan
terkandung dalam sampel dapat terlarutkan hingga menembus alat dan bahan yang disterilkan. Suhu
larutan mencapai titik jenuh. Dilakukannya pada autoclaf yaitu mencapai 1210C. Uap air dalam
pengantian pelarut setiap 24 jam bertujuan untuk dalam autoclaf ini akan mengkoagulasi protein
mendapatkan hasil ektrasi yang optimum karena penyusun membran sel mikroba yang ada pada alat
selama 24 jam tesebut akan terjadi kejenuhan larutan, atau bahan yang menyebabkan mikroba tersebut mati.
dengan digantikannya pelarut tersebut diharapkan
Selanjutnya pembuatan larutan ektraksi daun
pelarut dapat melarutkan sisa-sisa senyawa metabolit
mangrove Aviciennia Marina dengan varian
skunder yang masih terkandung dalam serbuk
konsentrasi 1000 ppm, 800 ppm, 600 ppm, 400 ppm,
sampel. Semakin banyak dilakukan pengulangan
200 ppm, dan larutan ketoconazole dengan
maserasi, semakin banyak hasil ektraksi yang
konsentrasi 1000 ppm sebagai kontrol positif serta
diperoleh dari serbuk sampel mangrove Avecinnia
aquades sebagai kontrol negatif. Yang dimaksut
marina. Pada saat maserasi, sampel tersebut

3
dengan kontrol positif yaitu yang menjadi tolak ukur Albicans maupun jamur Aspergillus Niger. Hal ini
keefektifan hasil ektraksi dalam menghambat jamur disebabkan rendahnya konsentrasi yang peneliti
karena ketoconazole merupakan obat anti jamur dan gunakan hal ini bisa dilihat dari penelitian yang
kontrol negatif sebagai tolak ukur apa bila hasil dilakukan Noviyanti (2016) dengan metode yang
ektraksi tidak dapat menghambat jamur karena nanti sama akan tetapi dengan konsentrasi mangrove yang
akan ditumbuhi jamur. Setelah larutan tersebut jadi, lebih tinggi yaitu 20.000 ppm, 40.000 ppm, 60.000
dimasukkan paperdics kedalam larutan tersebut. ppm, dan 80.000 ppm dengan zona hambat berturut-
Lanjut pada pembuatan media perkembangbiakan turut adalah 11,593 mm; 12,825 mm; 14,143 mm;
jamur. Media yang umum digunakan yaitu PDA 15,443 mm dan 15,812 mm. Bila diameter hambat 6
(Potato Dexstrose Agar). Media ini digunakan karena mm atau kurang maka aktivitas penghambatnya
mengandung nutrisi yang cocok untuk pertumbuhan dikategorikan lemah, diameter daya hambat 6-10 mm
jamur. PDA tersedia dalam bentuk bubuk yang dikategorikan sedang, diameter daya hambat 10-19
dimana penggunaannya sebagai tempat mm dikategorikan kuat dan diameter daya hambat 20
perkembangbiakan jamur harus lah dalam bentuk mm atau lebih dikategorikan sangat kuat (Andayani,
agar-agar. Untuk itu PDA yang masih dalam bentuk 2014). Semakin besar konsentrasi yang digunakan,
bubuk ini harus dilarutkan menggunakan aqudes semakin besar juga zona hambatnya. Kandungan
terlebih dahulu yang kemudian dipanaskan yang terdapat dalam mangrove yang dia gunakan
menggunakan hot plat agar cepat larut, hingga larutan Noviyanti (2016) yaitu alkaloid, flavonoid, tannin,
menjadi bening lalu dibiarkan dingin beberapa saat saponin. Alkaloid memiliki manfaat sebagi anti jamur
hingga larutan PDA memadat membentuk agar-agar. sedangkan dalam daun mangrove Avciennia Marina
Setelah PDA membantuk agar-agar, PDA ini terkandung flavonoid dan steroid, dimana steroid
disterilisasi dalam autoclaf pada suhu 1210C. juga mempunyai fungsi atau manfaat yang sama
Kemudian PDA kembali di panaskan agar mencair seperti alkaloid yaitu sebagai anti jamur.
dan diiambil sebanyak 3 mL di masukkan kedalam
Selain itu juga dimungkinkan karena adanya
tabung reaksi. Tabung reaksi yang telah dimasukkan kontaminasi mikroorganisme pada paperdisc
larutan PDA ditempatkan dengan posisi miring dan sehingga senyawa hasil ektraksi daun mangrove
dibiarkan memadat membentuk agar-agar kembali
Avciennia Marina telah bereaksi dengan
dan setelah itu dilakukan pembutan suspensi jamur.
mikroorganisme yang mengkontaminasi, sehingga
Pembuatan supensi jamur ini dilakukan dengan cara
saat diujiikan pada jamur sudah tidak bereaksi lagi
mengambil jamur menggunakan sepatula lalu di (tidak dapat menghambat), hal ini dapat dilihat bahwa
goreskan secara zig-zag perlahan-lahan pada media ternyata kontrol positif juga tidak dapat menghambat
dan dibiarkan beberapa hari. Setelah jamur tumbuh, (ditumbuhi jamur).
ditambahkan NaCl dengan perbandingan 1:9, lalu
divortex hingga homogen. Sebelum dimasukkan SIMPULAN
campuran tersebut terlebih dahulu di masukan Berdasarkan hasil penelitian dapa disimpulkan
terlebih dahulu PDA kedalam cawan petri, lalu bahwa; (1) Ekstrak jaringan daun mangrove
kemudian dimasukkan campuran tersebut kedalam Avicennia marina mengandung senyawa metabolit
cawan petri dan dihomogenkan dengan cara sekunder yaitu flavonoid dan steroid, (2) Ekstrak
menggoyangkan cawan petri membentuk angka 8. metanol jaringan daun mangrove Avicennia marina
Setelah homogen dan memadat, dimasukkan pada konsentrasi 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800
paperdics ektraksi daun mangrove Aviciennia Marina ppm, dan 1000 ppm tidak mampu menghambat
dengan varian konsentrasi 1000 ppm, 800 ppm, 600 pertumbuhan jamur Candida albicans dan
ppm, 400 ppm, 200 ppm, ketoconazole (kontrol Aspergillus niger.
positif) 1000 ppm dan aqudes (kontrol negatif).
Selanjutnya dilakukan inkubasi dalam inkubator
UCAPAN TERIMAKASIH
dengan posisi terbalik selama 3x24 jam. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas kerja samanya kepada dosen
Setelah dinkubasi selama 3x24 jam peneliti
pembimbing atas bimbingannya dan teman-teman
mengamati zona hambat pada paperdisc ektraks daun
yang telah membantu penulis melaksanakan
mangrove Avciennia Marian dengan varian
penelitian.
konsentrasi 1000 ppm, 800 ppm, 600 ppm, 400 ppm,
dan 200 ppm ternyata tidak terlihat sama sekali
adanya zona hambat terhadap jamur Candida

4
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam
Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati”,
Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia
Dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam
Hayati FMIP A Universitas Andalas: Padang.
Jawetz, dkk. 2004. Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika : Jakarta.
Noviyanti dkk, 2016, Uji Fitokimia, Toksisitas Dan
Aktivitas Antibakteri Terhadap Ekstrak Etanol
Daun Rambusa (Passiflora Foetida L.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia
Coli, FMIPA Universitas Mulawarman:
Samarinda
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of
Microorganisms, 11th ed. Pearson Education:
New Jersey.
Sardi, J.C.O., dkk, 2013,“Candida Species: Current
Epidemiology, Pathogenicity, Biofilm Formation,
Natural Antifungal Products And New
Therapeutic Options, Journal of Medical
Microbiology
Sarker,dkk. 2006, Natural Products Isolation,
Totowa : Humana Press
Walsh, T.,dkk 1997, Molecular Pathology of Breast
Cancer and Its Aplication To Clinical
Management, Cancer and metastatis Rev.

Anda mungkin juga menyukai