Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN TOKSISITAS LARUTAN BUAH PARE

(Momordica charantia linnaeus) DAN BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi linnaeus)
SEBAGAI BIOLARVASIDA Culex sp

Alifatun Khunafa’1, Ngadino2, Hadi Suryono3


1
Prodi D4 Kesehatan Lingkungan Surabaya
2,3
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya
e-mail : alifakhunafa25@gmail.com
ABSTRAK

Salah satu strategi menanggulangi kasus filariasis adalah dengan cara mematikan vektor
yaitu nyamuk Culex sp, dan biasanya menggunakan bahan kimiawi sebagai larvasida dalam jangka
panjang dapat menyebabkan resistensi pada larva dan pencemaran lingkungan. Buah pare
(Momordica charantia linnaeus) dan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linneus) dapat
menyebabkan kematian pada larva karena mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, serta bersifat aman terhadap hewan dan bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan toksisitas larutan buah pare ( Momordica charantina linnaeus) dan buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linnaeus) sebagai biolarvasida Culex sp.
Metode penelitian adalah eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan
adalah post test only control group design . Sampel berupa larva nyamuk Culex sp instar III.
Penelitian menggunakan 4 replikasi dan 7 perlakuan dengan jumlah larva uji masing-masing
perlakuan sebanyak 25 ekor. Konsentrasi buah pare (Momordica charantia linnaeus) dan buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linneus) yaitu 0% (kontrol); 11% ; 22% ; 44%. Analisis data
dilakukan secara analitik menggunakan uji probit dan uji beda (Two Way Anova).
Hasil penelitian menunjukkan larutan buah pare ( Momordica charantia linnaeus) dan buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linnaeus) berpotensi sebagai biolarvasida dan memiliki angka
kematian pada konsentrasi 0% (kontrol), pada buah pare konsentrasi 11% ; 22% ; 44% sebesar
73%, 89%, 100%. Sedangkan pada buah belimbing wuluh konsentrasi 11% ; 22% ; 44; sebesar
95%, 99%, 100%. Uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kontrol, larutan
buah pare (Momordica charantia linnaeus) dan larutan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi
linnaeus) terhadap kematian larva nyamuk Culex sp (α < 0,05)
Saran yang dapat diberikan adalah agar buah pare ( Momordica charantia linnaeus) dan
buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linnaeus) dapat dimanfaatkan sebagai biolarvasida dan
dijadikan sebagai larvasida alternatif sebagai pengganti larvasida kimia, serta diperlukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan larva yang berbeda.

Kata Kunci : Biolarvasida, larutan buah pare, larutan buah belimbing wuluh, Culex sp
menggunakan insektisida kimia tersebut maka
perlu dilakukan suatu usaha untuk memutus
PENDAHULUAN
mata rantai penularan penyakit dengan
Penyakit filariasis merupakan salah satu
menggunakan insektisida nabati yang tidak
penyakit menular yang masih menjadi masalah
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit ini
manusia, yaitu dengan menggunakan tumbuh-
disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan
tumbuhan yang berasal dari alam.
melalui gigitan nyamuk. Penyakit filariasis
Beberapa tanaman yang dapat digunakan
disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu
sebagai biolarvasida pada nyamuk diantaranya
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
adalah buah pare (Momordica charantia
Brugia timori. Vektor penular filariasis
linnaeus) dan buah belimbing wuluh ( Averrhoa
sebanyak 23 spesies dari genus Anopheles,
bilimbi linnaeus) yang mempunyai kandungan
Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeles
senyawa toksik yang dapat memberikan efek
(Nurjazuli et al, 2018).
sebagai biolarvasida. Senyawa toksik yang
World Health Organization (WHO) pada
tersebut adalah golongan senyawa flavonoid,
bulan Oktober tahun 2018 menyatakan bahwa
alkaloid, saponin, dan tannin (Syam, 2015).
pada saat ini di dunia terdapat 856 juta
Hasil uji probit penelitian Rindiani (2018)
penduduk di 52 negara di seluruh dunia yang
tentang “uji efikasi konsentrasi buah
berisiko tertular penyakit filariasis, dimana
mentimun (Cucumis cativus L.) dan buah pare
60% dari seluruh kasus berada di Asia
(Momordica charantia L.) sebagai larvasida
Tenggara. WHO sendiri telah menetapkan
nyamuk Culex sp” pada konsentrasi 20%,
kesepakatan global (The Global Goal of
40%, 60%, dan 80% diperoleh LC 50 sebesar
Elimination of Lymphatic Filariasis as a Publik
21,58%, sedangkan hasil uji probit peneliti
Health problem by The Year 2020) sebagai
efektifitas buah pare terhadap kematian larva
bentuk eliminasi terhadap penyakit filariasis.
culex sebagai penelitian pendahuluan pada
Program eliminasi filariasis di Indonesia dimulai
konsentrasi 11%, 22%, 44% didapatkan LC50
pada tahun 2002, dari 495 kabupaten atau
sebesar 21,094%.
kota terdapat 356 kabupaten atau kota yang
Hasil uji probit penelitian Afridayanti
endemis filariasis (71,9%) dan 139 kabupaten
(2017) tentang “efektifitas buah belimbing
atau kota (28,1%) tidak endemis filariasis.
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai larvasida
Jumlah kasus kronis filariasis di Indonesia pada
nyamuk Aedes sp.” pada konsentrasi 2%, 3%,
tahun 2016 terdapat 13.009 kasus kronis,
4%, 5%, 6%, 7% dan 8% diperoleh LC 50
kemudian pada tahun 2017 terdapat 12.677
sebesar 4,080%.
kasus kronis filariasis (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti
Vektor penyakit filariasis salah satunya
berkeinginan menguji biolarvasida dari buah
adalah Culex sp. Salah satu cara untuk
pare (Momordica charantia linnaeus) dan buah
menurunkan angka kejadian penyakit filariasis
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linnaeus)
dengan memutuskan mata rantai
pada larva Culex sp. Peneliti menggunakan
penularannya, yaitu mengendalikan vektor
konsentrasi 11%. 22%, 44% pada pra
nyamuk filariasis. Pada saat ini masyarakat
eksperimen, karena pada konsentrasi tersebut
mengendalikan nyamuk menggunakan anti
mampu mematikan 100% larva pada waktu 24
nyamuk bakar, lotion anti nyamuk yang dijual
jam sehingga didapatkan LC50 sebesar
di pasaran dan anti nyamuk tersebut terbuat
21.094% Adapun konsentrasi yang digunakan
dari berbagai bahan kimia. Dampak dari
pada penelitian adalah (0% (kontrol) ; 11% ;
insektisida kimia adalah adanya residu bahan
22% ; 44%).
aktif yang sulit terurai di alam. Dampak negatif
tersebut perlu dihindarkan dengan mengganti
METODE PENELITIAN
insektisida kimia dengan insektisida nabati.
Penelitian ini merupakan True-
Insektisida nabati merupakan salah satu
eksperimental dengan desain penelitian post
bentuk pengendalian alternatif yang layak
test only control design dimana kelompok
dikembangkan, karena senyawa yang terdapat
benar-benar dipilih secara random dan diberi
dalam tumbuhan tersebut mudah terurai di
perlakuan serta ada kelompok pengontrolnya.
lingkungan, tidak menyebabkan residu dalam
Kelompok sampel dilakukan secara
air, udara dan tanah. serta mempunyai tingkat
randomisasi baik pada kelompok eksperimen
keamanan yang lebih tinggi (Kusumastuti,
maupun kelompok kontrol, sehingga kelompok
2014).
tersebut dapat dikatakan sama sebelum
Sehubungan mengenai dampak yang
dilakukan perlakuan. Rancangan ini
ditimbulkan oleh pengendalian larva dengan
memungkinkan dilakukan pengukuran untuk III 25 0 0%
mengetahui pengaruh perlakuan pada IV 25 0 0%
kelompok eksperimen dengan cara
membandingkan antara kelompok tersebut dan
kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2005) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei bahwa kematian larva Culex sp pada kontrol
hingga Desember 2019 di Laboratorium selama 24 jam adalah sebesar 0% atau tidak
Entomologi jurusan Kesehatan Lingkungan ada yang mati.
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Data primer diperoleh dari hasil observasi Kematian Larva Nyamuk Culex sp Pada
atau pengamatan langsung yang dilakukan Larutan Buah Pare
oleh peneliti. Data yang dihasilkan berupa Jumlah kematian larva nyamuk Culex sp
jumlah kematian larva nyamuk Culex sp yang pada larutan buah pare selama 24 jam
telah diberi perlakuan dengan beberapa didapatkan hasil sebagai berikut :
konsentrasi larutan buah pare (Momordica
charantia linnaeus) dan buah belimbing wuluh
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah
(Averrhoa bilimbi linnaeus).
Kematian Larva Pada
Data sekunder diperoleh dari studi
Larutan Buah Pare
pustaka yang berasal dari buku-buku, jurnal
ilmiah, internet dan hasil peneliti terduhulu
yang bersangkutan dan mendukung.
Setelah semua data yang didapatkan dari
jumlah kematian larva Culex sp instar III
diolah, selanjutnya dilakukan analisis data.
Perlakuan dianalisa menggunakan analisis Two
Way Anova untuk melihat perbandingan rata-
rata beberapa kelompok biasanya lebih dari
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan
dua dengan kriteria penolakan Ho jika p < α
bahwa rata-rata kematian larva Culex sp
(0,05).
terendah terjadi pada konsentrasi 11% yaitu
sebanyak 73% dan tertinggi terjadi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 44% yaitu sebanyak 100%.
Konsentrasi Larutan
Berdasarkan hasil uji probit yang telah
Kematian Larva Culex sp Pada Larutan
dilakukan pada buah pare menunjukkan bahwa
Buah Belimbing Wuluh
nilai LC50 larutan buah pare adalah 21.094%.
Jumlah kematian larva nyamuk Culex sp
Hal tersebut berarti bahwa kosentrasi larutan
pada larutan buah belimbing wuluh selama 24
buah pare yang dapat membunuh 50% larva
jam didapatkan hasil sebagai berikut :
uji adalah 21.094%, dari hasil uji probit
tersebut dijadikan sebagai patokan dari Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah
konsentrasi dengan menambah variasi yakni Kematian Larva Pada
berupa penurunan dan kenaikan pada Larutan Buah Belimbing
konsentrasi sebesar 11%, 22%, 44%. Wuluh

Kematian Larva Nyamuk Culex sp Pada


Kontrol
Jumlah kematian larva nyamuk Culex sp
pada kontrol didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah


Kematian Larva Pada
Kontrol
Replikasi Jumlah ΣLarva % Berdasarkan Tabel 3 diatas
larva yang menunjukkan bahwa rata-rata kematian larva
uji mati Culex sp terendah terjadi pada konsentrasi
(ekor) (24jam) 11% yaitu sebanyak 95% dan tertinggi terjadi
I 25 0 0%
II 25 0 0%
pada konsentrasi 44% yaitu sebanyak 100%
dan kontrol tidak ada yang mati.

Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc Least


Analisis Perbedaan Kematian Larva Culex Significance Difference (LSD)
sp Antara Larutan Buah Pare (Momordica Antar Konsentrasi Larutan
charantia Linnaeus) Dengan Larutan Terhadap Kematian Larva
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Nyamuk Culex sp
Linnaeus)
Hasil uji normalitas kelompok kontrol Larutan Sig. Hasil
dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi
Buah Pare
0% (kontrol) ; 11% ; 22% ; 44% larutan buah
11% 0.000 Ada perbedaan kematian
pare dan buah belimbing wuluh diketahui
22% 0.000 larva
berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat
44% 0.000
nilai P pada masing-masing konsentrasi
Buah
memiliki hasil lebih dari 0,05 (α). Dari hasil
Belimbing
tersebut dapat dilanjutkan pengujian statistik
Wuluh
menggunakan uji beda Two Way Anova.
11% 0.000 Ada perbedaan kematian
Adapun hasil Two Way Anova dapat dilihat
22% 0.000 larva
pada tabel berikut.
44% 0.000

Tabel 4. Hasil Analisis Two Way Anova


Type Mean Sig.
Hasil uji beda antar perlakuan ragam
IIISum Square
konsentrasi larutan dengan menggunakan
of
LSD atau BNT dapat dijelaskan sebagai berikut
Squares
: terdapat perbedaan yang nyata kematian
Corrected Model 1978.429 329.738 .000 larva Culex sp antara konsentrasi 0% (kontrol)
group 42.667 42.667 .000 dengan 11%, 22% dan 44% ( p value = 0,000
konsentrasi 65.333 32.667 .000 < 0,05). Terdapat perbedaan yang nyata
group* 15.167 .000 kematian larva Culex sp antara konsentrasi
30.333
konsentrasi larutan 11% dengan konsentrasi larutan 22%
dan 44% (p value = 0,000 < 0,05). Sedangkan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pada konsentrasi larutan 22% berbeda secara
terdapat perbedaan yang nyata kematian larva nyata dengan kosnetrasi larutan 44% terhadap
Culex sp antara kontrol, larutan buah pare dan kematian larva Culex sp.
larutan buah belimbing wuluh. (p-value =
0,000 < 0,05 ), terdapat perbedaan yang PEMBAHASAN
nyata kematian larva Culex sp antara Jumlah Kematian Larva Culex sp pada
konsentrasi 11%, 22% dan 44%( p-value = kontrol
0,000) Hasil pengamatan jumlah kematian
Analisis Post-Hoc Least Significance larva Culex sp pada kontrol didapatkan bahwa
Difference (LSD) atau uji lanjut digunakan kematian pada kontrol selama 24 jam adalah
untuk menarik kesimpulan apakah ada sebesar 0% atau tidak ada yang mati. Hal ini
perbedaan antar konsentrasi dapat dilihat menunjukkan bahwa media air sumur (air
sebagai berikut : perindukan larva) yang dijadikan sebagai
pelarut tidak terdapat efek yang berpengaruh
terhadap kematian larva, karena larva nyamuk
tidak mendapat interferensi atau tekanan
kontrol sehingga larva nyamuk tetap hidup
normal, tetap aktif bergerak, aktifitas
makannya berjalan seperti biasanya. Pada
kontrol tersebut tidak adanya larutan buah
pare dan buah belimbing wuluh sehingga tidak
terjadi mortalitas yang disebabkan oleh
kecepatan difusi zat toksik yang masuk ke
dalam sel larva nyamuk (Oktavia et al, 2011).
rata-rata persentase kematian larva berturut-
turut sebesar 95%, 99%, 100%.
Berdasarkan hasil kematian larva
Kematian Larva Nyamuk Culex sp pada nyamuk Culex sp tersebut menunjukkan
larutan Buah Pare bahwa adanya efek larvasida pada pemberian
Berdasarkan hasil penelitian yang larutan buah belimbing wuluh ( Averrhoa
dilakukan dengan menggunakan larutan buah bilimbi linnaeus) yang mempengaruhi jumlah
pare (Momordica charantia linnaeus) pada kematian larva nyamuk Culex sp. Penambahan
konsentrasi 11%, 22%, 44% dengan konsentrasi larutan buah belimbing wuluh
perlakuan selama 24 jam didapatkan hasil (Averrhoa bilimbi linnaeus) dapat
rata-rata persentase kematian larva berturut- menyebabkan peningkatan jumlah kematian
turut sebesar 73%, 89%, 100%. larva nyamuk Culex sp. Hal tersebut
Hal diatas terlihat perbedaan menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dan lama waktu larva terpajan konsentrasi larutan buah belimbing wuluh
larutan buah pare (Momordica charantia (Averrhoa bilimbi linnaeus) yang diberikan
linnaeus) mempengaruhi jumlah kematian maka semakin besar rata-rata kematian larva
larva. Penambahan konsentrasi larutan buah nyamuk Culex sp. Adanya kandungan senyawa
pare (Momordica charantia linnaeus) kimia yang dapat mempengaruhi kematian
menyebabkan peningkatan kematian larva. pada larva Culex sp diantaranya adalah
Semakin tinggi konsentrasi larutn buah pare senyawa flavonoid, saponin, alkaloid dan
(Momordica charantia linnaeus) yang tannin.
digunakan maka semakin besar pula rata-rata Senyawa flavonoid merupakan senyawa
persentase kematian larva nyamuk Culex sp kimia yang memiliki sifat insektisida, larut
dan semakin lama larva Culex sp terpajan oleh dalam air, dapat menyerang bagian syaraf
larutan buah pare (Momordica charantia pada beberapa organ vital serangga sehingga
linnaeus) maka semakin besar pula rata-rata timbul suatu perlemahan syaraf seperti yang
persentase kematian larva Culex sp. Adanya terjadi pada pernafasan (Lailatul et al, 2010).
kandungan senyawa kimia yang dapat Senyawa saponin masuk ke dalam
mempengaruhi kematian pada larva Culex sp tubuh nyamuk sebagai racun perut yang dapat
diantaranya adalah senyawa flavonoid, menurunkan aktivitas enzim pencernaan,
saponin, alkaloid dan tannin. mengganggu proses penyerapan pada
Senyawa flavonoid merupakan senyawa makanan. Senyawa tannin mempunyai fungsi
kimia yang memiliki sifat insektisida, larut dalam merusak membran sel larva dengan
dalam air, dapat menyerang bagian syaraf memperlambat aktivitas dan biosintesis enzim
pada beberapa organ vital serangga sehingga yang digunakan dalam reaksi metabolism.
timbul suatu perlemahan syaraf seperti yang Senyawa alkaloid berperansebagai racun yang
terjadi pada pernafasan (Lailatul et al, 2010). dapat mengganggu sistem pernafasan dan
Senyawa saponin masuk ke dalam syaraf (Moniharapon et al, 2019).
tubuh nyamuk sebagai racun perut yang dapat
menurunkan aktivitas enzim pencernaan, Analisis perbedaan kematian larva culex
mengganggu proses penyerapan pada sp dengan larutan buah pare (Momordica
makanan. Senyawa tannin mempunyai fungsi charantia linnaeus) dan larutan buah
dalam merusak membran sel larva dengan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
memperlambat aktivitas dan biosintesis enzim linnaeus)
yang digunakan dalam reaksi metabolism. Berdasarkan hasil uji normalitas
Senyawa alkaloid berperansebagai racun yang menunjukkan nilai p-value = 0,321 yang
dapat mengganggu sistem pernafasan dan artinya data tersebut berdistribusi normal. Dari
syaraf (Moniharapon et al, 2019). hasil tersebut dapat dilanjutkan pengujian
statistik menggunakan uji beda Two Way
Anova.
Kematian Larva Nyamuk Culex sp pada Uji Anova (Two Way Anova)
larutan Buah Belimbing Wuluh digunakan untuk membandingkan perbedaan
Berdasarkan hasil penelitian yang rata-rata antara kelompok yang telah dibagi
dilakukan dengan menggunakan larutan buah pada dua variable independent (disebut faktor)
pare (Averrhoa bilimbi linnaeus) pada antara larutan buah pare dan buah belimbing
konsentrasi 11%, 22%, 44% dengan wuluh sebagai biolarvasida Culex sp pada
perlakuan selama 24 jam didapatkan hasil semua kelompok uji. Berdasarkan hasil uji Two
Way Anova menunjukkan nilai signifikan 0,000
(p-value < 0,05). Sehingga didapatkan mengganggu sistem pernafasan dan syaraf
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang (Suluvoy dan Grace, 2017).
nyata kematian larva Culex sp antara kontrol,
larutan buah pare dan larutan buah belimbing
wuluh sebagai biolarvasida Culex sp selama 24
jam perlakuan. Untuk melihat adanya KESIMPULAN
kelompok yang memiliki perbedaan yang Berdasarkan hasil penelitian perbedaan
signifikan, maka dilakukan uji Post-Hoc Least toksisitas larutan buah pare dan buah
Signigicance Difference (LSD). belimbing wuluh sebagai biolarvasida Culex sp
Hasil uji Post-Hoc Least Significance dapat disimpulkan sebagai berikut :
Difference (LSD) menunjukkan nilai pada 1. Penentuan kosentrasi yang digunakan
masing-masing kelompok konsentrasi larutan adalah berdasarkan hasil uji probit buah
buah pare (Momordica charantia linnaeus) dan pare pada LC50 yaki sebesar 21.0945 yang
buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi dijadikan sebagai patokan dari konsentrasi
linnaeus) yang digunakan sebagai uji sebesar dengan menambah variasi yakni berupa
0.000 (p-value < 0,05 (α)) maka H0 ditolak penurunan dan kenaikan konsentrasi
yang artinya ada perbedaan yang nyata sebesar 11%, 22%, 44%.
kematian larva Culex sp antara kontrol dengan 2. Hasil pengamatan jumlah kematian larva
biolarvasida dari larutan buah pare dan Culex sp pada kontrol didapatkan bahwa
biolarvasida dari larutan buah belimbing kematian pada kontrol selama 24 jam
wuluh. Sedangkan p-value yang didapatkan adalah sebesar 0% atau tidak ada yang
dari larutan buah pare dan buah belimbing mati.
wuluh sebesar 0.000 (p-value < 0,05) yang 3. Hasil kematian larva nyamuk Culex sp
artinya ada perbedaan yang nyata kematian dengan pemberian larutan buah pare
larva Culex sp antara biolarvasida dari larutan (Momordica charantia L.) yang diamati
buah pare dengan biolarvasida buah belimbing selama 24 jam yaitu pada konsentrasi 11%
wuluh, karena hasil p-value adalah 0.000 (p- sebesar 73%, konsentrasi 22% sebesar
value < 0.05 (α)), maka H0 ditolak yang artinya 89% dan pada konsentrasi 44% sebesar
ada perbedaan toksisitas antara larutan buah 100%.
pare (Momordica charantia linnaeus) dan buah 4. Hasil kematian larva nyamuk Culex sp
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linnaeus) dengan pemberian larutan buah belimbing
sebagai biolarvasida Culex sp. wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang diamati
Senyawa aktif yang terkandung dalam selama 24 jam yaitu pada konsentrasi 11%
larutan buah pare dan buah belimbing wuluh sebesar 95%, konsentrasi 22% sebesar
menyebabkan kematian pada larva Culex sp. 99% dan pada konsentrasi 44% sebesar
Semakin tinggi senyawa aktif yang diberikan 100%.
maka semakin banyak senyawa aktif yang 5. Terdapat perbedaan kematian larva culex
diterima. Senyawa aktif yang terkandung sp pada larutan buah pare (Momordica
dalam larutan buah pare dan buah belimbing charantia L.) dan larutan buah belimbing
wuluh adalah alkaloid, saponin, flavonoid, wuluh (Averrhoa bilimbi L.) konsentrasi
tannin dimana senyawa-senyawa tersebut 11%, 22%, 44%.
bersifat larvasida.
Senyawa Flavonoid bersifat SARAN
menghambat proses pertumbuhan serangga,
memiliki rasa pahit bersifat menolak serangga 1. Bagi instansi terkait agar bisa menjadikan
(Asna dan Noriham, 2014). Senyawa saponin buah belimbing wuluh dan buah pare
merupakan senyawa bersifat racun pada sebagai larvasida alternatif selain
hewan berdarah dingin yang dapat menggunakan larvasida kimia dalam
menyebabkan penurunan nafsu makan larva menekan jumlah populasi nyamuk Culex
sehingga dapat mempercepat kematian larva sp sehingga dapat mengurangi jumlah
(Fahrunnida dan Rarastoeti, 2015). kasus filariasis.
Senyawa tanin berperan untuk merusak 2. Bagi masyarakat agar dapat
membrane sel pada larva yang dapat memanfaatkan buah pare (Momordica
memperlambat aktivitas dan biosintesis enzim charantia L.) dan buah belimbing wuluh
yang digunakan dalam reaksi metabolisme (Averrhoa bilimbi L.) sebagai biolarvasida
(Singh, et al, 2011). Senyawa alkaloid dalam pengendalian nyamuk Culex sp.
berperan sebagai racun yang dapat
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Badan Penelitian dan Pengembangan
dengan menggunakan larva yang Kesehatan
berbeda.
Lela Lailatul K, Asep Kadarohman,
Ratnaningsih Eko. 2010. Efektivitas
Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah
DAFTAR PUSTAKA Penyulingan Minyak Akar Wangi
(Vetiveria zizanoides) Terhadap Larva
Afrindayanti. 2017. Efektivitas Buah Belimbing Nyamuk Aedes Aegypti, Culex sp, dan
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anopheles sundaicus. Bandung:
Larvasida Nyamuk Aedes sp. Kendari: Universitas Pendidikan Indonesia.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
A.Noor Asna and A.Noriham. 2014. Antioxidant Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
activity and bioactive act of oxalidaceae Cipta.
fruit extracts. The Malaysian Journal of
Analytical Science, Vol. 18 No 1(2014): Nurjazuli, Hanan Lanang Dangiran, Asti
116-126 Awiyatul Bari’ah. 2018. Analisis Spasial
Kejadian Filariasi di Kabupaten Demak
D.R. Singh, Shrawan Singh, K.M. Salim, R.C. Jawa Tengah. Semarang: Universitas
Srivastava. 2011. Estimation of Diponegoro
phytochemicals and antioxidant activity of
underutilize fruits of Andaman Islands Oktavia, Eva. 2011. Pengaruh Konsentrasi
(India). International Journal of Food Ragi dan Media Pembungkus Yang
Science and Nutrition, 63(4):446-452 Berbeda Terhadap Kualitas Tape
Bekatul Dilihat Dari Kadar Etanol.
Debby D. Moniharapon , Abdul Mahid Ukratalo, Skripsi. Surakarta: FKIP Biologi,
Bayu Wisnanda. 2019. Aktivitas Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Biolarvasida Ekstrak Etanol Kulit Batang
Kedondong (Spondias Pinnata) Terhadap Rindiani. 2018. Uji Efikasi Konsentrasi Buah
Nyamuk Aedes Aegypti. Ambon: Universitas Mentimun (Cucumis cativus L.) dan
Pattimura. Buah Pare (Momordica charantia L.)
sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp.
Fahrunnida dan Rarastoeti Pratiwi. 2015 . Mataram: Universitas Negeri Mataram
Kandungan Saponin Buah, Daun dan
Tangkai Daun Belimbing Wuluh.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Ilham Syam dan Esse Puji Pawenrusi. 2015 .


Efektivitas Ekstrak Buah Pare Dalam
Mematikan Jentik Nyamuk Aedes aegypti.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
10(1):19-23.

Jagadish Kumar Suluvoy, V. M. Berlin Grace.


2017. Phytochemical profile and free radical
nitric oxide (NO) scavenging activity of
Averrhoa bilimbi L. fruit extract. 3 Biotech
7:85 DOI 10.1007/s13205-017-0678-9

Kementerian Kesehatan. 2018. Profil


Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.

Kusumastuti, N. 2014. Penggunaan Insektisida


Rumah Tangga Antinyamuk Di Desa
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran.

Anda mungkin juga menyukai