Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan

Pada tanggal 6 April 2021 dilakukan nekropsi pada itik dengan kode

protokol I-22 dengan nama pemilik Tn. Fauzi beralamat di desa jarak kecamatan

plosoklaten kabupaten kediri. Anamnesa menunjukan itik, berumur 3 bulan, BB

300 gram, populasi 100 ekor, dengan kematian 4 ekor perhari, kondisi kandang

kotor, sanitasi kandang kurang, tortikolis, keluar leleran hidung, bulu kusam, feses

putih.Setelah dilakukan pengamatan makroskopis, ditemukan perubahan

patognomonis pada beberapa organ tubuh ayam A–61. Perubahan yang paling

jelas terlihat pada organ paru-paru, ginjal dan intestine.

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan pada paru-paru secara makroskopis terdapat adanya

hemoragi, adanya nodul berwarna hitam. Paru-paru juga mengalami perubahan

pada konsistensinya dan pada uji apung terlihat semi apung. Sedangkan pada

pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya hemoragi, kongesti, Empisema,

penebalan pada septa alveoli, Infiltasi sel radang

Gambar 1. Paru-paru itik I-22 yang mengalami hemoragi dan terdapat


nodul berwarna hitam (dokumentasi pribadi).
A

Gambar 2. (A) Hemoragi, (B) Kongesti


(H&E, 40x)

.
Gambar 3. (A) Empisema, (B) Penebalan pada septa alveoli, (C) Infiltasi
sel radang

Menurut Wahyuwardhani dkk (2014), secara mikroskopis patologi

anatomi kolibasilosis pada unggas paru-paru berwarna kehitaman dan adanya

banyak eksudat pada saluran pernafasan, sehingga ketika paru-paru dilakukan uji

apung semi tenggelam. Terjadinya lesi histopatologi pada paru disebabkan karena

enterotoksin E. coli menyebabkan degenerasi otot jantung hingga terjadi

gangguan sirkulasi darah dari jantung. Pada keadaan ini dapat berakibat darah
akan terbendung dalam paru. Bila keadaan ini berlangsung lama maka akan

mengakibatkan perdarahan (Meha, dkk, 2016).

Pemeriksaan pada organ ginjal secara makroskopis didapatkan warna organ

pucat dan terdapat nodul putih. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis terlihat

adanya hemoragi, nekrosis, Glomerulonepritis, Kapsul bowman menebal,

Nekrosis pada tubulus.

Gambar 4. Ginjal itik I-22 yang berwarna pucat dan terdapat


nodul putih (dokumentasi pribadi)

Gambar 5. (A) Hemoragi, (B) Nekrosis


(H&E,40x)
C

Gambar 6. (A) Glomerulonepritis, (B) Kapsul bowman menebal, (C)


Nekrosis pada tubulus (H&E, 40x)

Ginjal merupakan organ yang rentan terhadap zat-zat yang bersifat racun

dan juga rentan terhadap infeksi bakteri. Parameter histopatologi ginjal dapat

dilihat berupa degenerasi, nekrosis, kongesti, dan infiltrasi sel inflamasi

(Andayani dkk, 2018). Nekrosis adalah kematian sel jaringan akibat luka pada

saat individu masih hidup. Secara mikroskopis, terjadi perubahan nukleus yaitu

hilangnya kromatin, menjadi keriput, tidak lagi vaskular, tampak lebih pekat dan

gelap (piknosis), terpecah menjadi fragmen (karioreksis), atau hilangnya nukleus

(kariolisis) (Andayani dkk, 2018).

Mekanisme infeksi E.coli ke ginjal melalui beberapa tahapan dimulai dari

proses kontaminasi sel ureter oleh patogen yang berasal dari usus dilanjutkan

dengan proses kolonisasi bakteri dan proses migrasi sebagian kecil bakteri ke

kloaka oleh menggunakan flagela dan pili. Kemudian di epitel kloaka, beberapa

koloni bakteri menempel atau menempel pada reseptor epitel dan mengeluarkan

racun dan enzim protease untuk melepaskan nutrisi dari sel inang yang kemudian

digunakan sebagai sumber asupan nutrisi untuk metabolisme. Selain

menghasilkan toksin dan enzim, bakteri juga menghasilkan siderofor untuk


memperoleh asupan mineral. Selama proses penempelan, sistem kekebalan sel

aktif dan mencoba untuk menghilangkan bakteri, tetapi jika strain bakteri

memiliki kemampuan pertahanan yang kuat, seperti pertumbuhan yang sangat

cepat adanya gen resisten, mekanisme eliminasi sistem kekebalan tidak

berpengaruh signifikan. Setelah sel imun inang lemah, bakteri bermigrasi kembali

ke ginjal melalui aliran darah dan menempel pada sel epitel ginjal, menjajah dan

merusak jaringan ginjal melalui produksi racun dan enzim (Andayani dkk, 2018).

Pemeriksaan makroskopis pada ilium dan duodenum terdapat hemoragi

pada mukosa intestine. Pemeriksaan mikroskopis pada intestine mengalami ruptur

jaringan, hemoragi, infiltrasi sel radang, hemoragi, Ruptur pada vili, hemoragi

kelenjar bunner, radang intestin infiltrasi sel radang, sel goblet bentuknya tidak

beraturan.

A B

Gambar 5. Duodenum (A), Ilium (B)


B

Gambar 6. Duodenum mengalami ruptur jaringan (A), hemoragi (B),


infiltrasi sel radang (C), hemoragi (D) (H&E, 40x)

B
C

Gambar 7. Ruptur pada vili (A), Hemoragi kelenjar bunner (B), Radang
intestin infiltrasi sel radang, sel goblet bentuknya tidak beraturan (C) (H&E,40x)

Sistem pencernaan berhubungan langsung dengan lingkungan luar, sehingga

merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen secara potensial dan

menyebabkan saluran cerna mudah terinfeksi oleh agen infeksi seperti bakteri, dan

cacing sehingga dapat menyebabkan gangguan absorbsi nutrisi seperti elektrolit-

elektrolit, vitamin-vitamin, dan mineral yang berimplikasi pada perlambatan

pertumbuhan serta dapat menimbulkan kerusakan vili usus (Balqis et al., 2011

dalam Daud, 2016). Vili yang mengalami kerusakan, akan mengganggu proses

penyerapan makanan di dalam usus halus. Selain itu, luas permukaannya akan

digunakan oleh bakteri patogen (E. coli) untuk menempel dan berkoloni, sehingga

dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan usus halus. Bakteri

patogen muncul dalam bentuk kolonisasi di dalam usus pada vili dan lapisan usus.

Bakteri patogen akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan pada vili

usus sehingga mengurangi penyerapan zat gizi (Daud dkk, 2016). Kumar dkk

(2013) mengatakan usus menunjukkan enteritis yang ditandai dengan deskuamasi

mukosa epitel vili, dan infiltrasi heterofil dan limfosit di mukosa.


DAFTAR PUSTAKA:

Ali, Intisar H. Jabir, Majid S. Sulaiman,Ghassan M. Sadoon, Ali H. 2018.


Pathological And Immunological Study On Infection With
Escherichia Coli In ale BALB/c mice. IOP Conf. Series: Journal of
Physics: Conf. Series 1003 (2018) 012009

Andayani, Ni Kadek, PS. Setyawati, Iriani, Joni, Martin. 2018. Kidney


Histopathology of Gallus gallus domesticus Infected by E. coli in
Denpasar. Badung : Advances in Tropical Biodiversity and
Environmental Sciences Vol. 2 No. 1: 14-17, February 2018

Bhalerao, Ashwin Kumar. Gupta, R.P. Kumari, Mamta. 2013. Pathological Studies
On Natural Cases Of Avian Colibacillosis In Haryana State. Department
of Veterinary Pathology, College of Veterinary Sciences Lala Lajpat Rai
University of Veterinary and Animal Sciences, Hisar-125 004. Haryana
Vet. 52 (December, 2013) pp 118-120

Bharathi, A. Arun. Muthusamy, P. Rathnapraba, Selvan, ST. Srinivasan, G. 2018.


Evaluation of Histopathological Changes in Ducks Infected With
Newcastle Disease Virus. International Journal of Current
Microbiology and Applied Sciences ISSN: 2319-7706 Volume 7
Number 06.

Daud M., Yaman M.A., Zulfan., 2019. Gambaran Histopatologi dan Populasi
Bakteri Asam Laktat pada Duodenum Ayam Pedaging yang Diberi
Sinbiotik dan Diinfeksi Escherichia coli. Jurnal Veteriner Jurnal
Veteriner, 3 : 307-315

Kumar, Ashwin. Bhalerao.Dkk. 2013. PATHOLOGICAL STUDIES ON


NATURAL CASES OF AVIAN COLIBACILLOSIS IN HARYANA
STATE. Department of Veterinary Pathology, College of Veterinary
Sciences Lala Lajpat Rai University of Veterinary and Animal
Sciences, Hisar-125 004. Haryana Vet. 52 (December, 2013) pp 118-
120

Tonu, N.S. Sufian, M. A. Sarker, S.Kamal, M.M.Rahman, M.H. Hosain, M.M.


2011. Pathological Study On Colibacillosis In Chickens And
Detection Of Escherichia Coli By Pcr. Department of Pathology,
Faculty of Veterinary Science, Bangladesh Agricultural University,
Mymensingh-2202, Bangladesh. Bangl. J. Vet. Med. (2011). 9(1):
17 – 25

Wahyuwardani, Sutiastuti. Noor. Dkk. 2014. Kasus Kolibasilosis pada Peternakan


Ayam Pedaging di Yogyakarta dan Bogor. Balai Besar Penelitian
Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014

Anda mungkin juga menyukai