Pada tanggal 6 April 2021 dilakukan nekropsi pada itik dengan kode
protokol I-22 dengan nama pemilik Tn. Fauzi beralamat di desa jarak kecamatan
300 gram, populasi 100 ekor, dengan kematian 4 ekor perhari, kondisi kandang
kotor, sanitasi kandang kurang, tortikolis, keluar leleran hidung, bulu kusam, feses
patognomonis pada beberapa organ tubuh ayam A–61. Perubahan yang paling
pada konsistensinya dan pada uji apung terlihat semi apung. Sedangkan pada
.
Gambar 3. (A) Empisema, (B) Penebalan pada septa alveoli, (C) Infiltasi
sel radang
banyak eksudat pada saluran pernafasan, sehingga ketika paru-paru dilakukan uji
apung semi tenggelam. Terjadinya lesi histopatologi pada paru disebabkan karena
gangguan sirkulasi darah dari jantung. Pada keadaan ini dapat berakibat darah
akan terbendung dalam paru. Bila keadaan ini berlangsung lama maka akan
pucat dan terdapat nodul putih. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis terlihat
Ginjal merupakan organ yang rentan terhadap zat-zat yang bersifat racun
dan juga rentan terhadap infeksi bakteri. Parameter histopatologi ginjal dapat
(Andayani dkk, 2018). Nekrosis adalah kematian sel jaringan akibat luka pada
saat individu masih hidup. Secara mikroskopis, terjadi perubahan nukleus yaitu
hilangnya kromatin, menjadi keriput, tidak lagi vaskular, tampak lebih pekat dan
proses kontaminasi sel ureter oleh patogen yang berasal dari usus dilanjutkan
dengan proses kolonisasi bakteri dan proses migrasi sebagian kecil bakteri ke
kloaka oleh menggunakan flagela dan pili. Kemudian di epitel kloaka, beberapa
koloni bakteri menempel atau menempel pada reseptor epitel dan mengeluarkan
racun dan enzim protease untuk melepaskan nutrisi dari sel inang yang kemudian
aktif dan mencoba untuk menghilangkan bakteri, tetapi jika strain bakteri
berpengaruh signifikan. Setelah sel imun inang lemah, bakteri bermigrasi kembali
ke ginjal melalui aliran darah dan menempel pada sel epitel ginjal, menjajah dan
merusak jaringan ginjal melalui produksi racun dan enzim (Andayani dkk, 2018).
jaringan, hemoragi, infiltrasi sel radang, hemoragi, Ruptur pada vili, hemoragi
kelenjar bunner, radang intestin infiltrasi sel radang, sel goblet bentuknya tidak
beraturan.
A B
B
C
Gambar 7. Ruptur pada vili (A), Hemoragi kelenjar bunner (B), Radang
intestin infiltrasi sel radang, sel goblet bentuknya tidak beraturan (C) (H&E,40x)
menyebabkan saluran cerna mudah terinfeksi oleh agen infeksi seperti bakteri, dan
pertumbuhan serta dapat menimbulkan kerusakan vili usus (Balqis et al., 2011
dalam Daud, 2016). Vili yang mengalami kerusakan, akan mengganggu proses
penyerapan makanan di dalam usus halus. Selain itu, luas permukaannya akan
digunakan oleh bakteri patogen (E. coli) untuk menempel dan berkoloni, sehingga
patogen muncul dalam bentuk kolonisasi di dalam usus pada vili dan lapisan usus.
Bakteri patogen akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan pada vili
usus sehingga mengurangi penyerapan zat gizi (Daud dkk, 2016). Kumar dkk
Bhalerao, Ashwin Kumar. Gupta, R.P. Kumari, Mamta. 2013. Pathological Studies
On Natural Cases Of Avian Colibacillosis In Haryana State. Department
of Veterinary Pathology, College of Veterinary Sciences Lala Lajpat Rai
University of Veterinary and Animal Sciences, Hisar-125 004. Haryana
Vet. 52 (December, 2013) pp 118-120
Daud M., Yaman M.A., Zulfan., 2019. Gambaran Histopatologi dan Populasi
Bakteri Asam Laktat pada Duodenum Ayam Pedaging yang Diberi
Sinbiotik dan Diinfeksi Escherichia coli. Jurnal Veteriner Jurnal
Veteriner, 3 : 307-315