DOSEN PEMBIMBING :
Rahmani, S.TP, MP
DISUSUN OLEH :
Rosalina : P07131215119
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Membuat bandeng presto
2. Membandingkan warna, tekstur, aroma, dan rasa ikan bandeng presto
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu hasil olahan ikan bandeng adalah bandeng duri lunak. Mempunyai ciri
hampir sama dengan pindang bandeng, dengan kelebihan yakni tulang, duri dari ekor
hingga kepalanya cukup lunak, sehingga dapat dimakan tanpa menimbulkan gangguan
duri pada mulut (Arifudin, 1988).
Menurut SNI No: 4106.1-2009, bandeng presto/duri lunak adalah produk olahan
hasil perikanan dengan bahan baku ikan utuh yang mengalami perlakuan sebagai berikut:
penerimaan bahan baku, sortasi, penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan,
pengukusan, pendinginan, pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan.
Bandeng duri lunak merupakan salah satu jenis diversifikasi pengolahan hasil
perikanan terutama sebagai modifikasi pemindangan yang memiliki kelebihan yaitu
tulang dan duri dari ekor sampai kepala lunak sehingga dapat dimakan tanpa
menimbulkan gangguan duri pada mulut (Arifudin, 1988).
Dalam pengolahan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional, wadah
yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum yang dimodifikasi atau dandang
berukuran besar. Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional menggunakan prinsip
pengolahan ikan pindang.
Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional dilakukan dengan menggunakan
prinsip pemindangan. Dalam proses pemindangan, ikan diawetkan dengan cara
mengukus atau merebusnya dalam lingkungan bergaram dan bertekanan normal, dengan
tujuan menghambat aktivitas atau membunuh bakteri pembusuk maupun aktivitas enzim
(Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Secara modern, pengolahan bandeng duri lunak menggunakan presto. Bandeng
presto merupakan hasil olahan dari ikan bandeng yang melalui proses pemanasan dan
tekanan. Pengolahan bandeng presto menggunakan suhu tinggi (115-1210C) dengan
tekanan 1,5 atmosfer. Suhu dan tekanan yang tinggi dicapai dengan menggunakan
autoclave yaitu alat bertekanan tinggi atau dalam skala rumah tangga dengan alat
presscooker selama 60-90 menit (Arifudin, 1993). Pada pemasakan presto adanya uap
bertekanan tinggi akan dapat melunakkan duri sehingga duri ikan akan menjadi rapuh
dan mudah hancur, namun bentuk ikan masih seperti aslinya (Achyadi, 2001).
Dalam pengolahan bandeng presto juga ditambahkan garam sebagai pengawet yang
berfungsi mengurangi kadar air pada suatu bahan pangan sehingga akan menghambat
atau menghentikan sama sekali aktivitas enzim dan bakteri yang berperan dalam proses
penurunan mutu ikan, selain itu garam juga bersifat bakteristatik (Wahyuningsih, 2002).
Menurut (Loppies, 1992) kandungan protein presto ikan mengalami peningkatan
menjadi 28,8 32,1 persen akibat adanya proses pengolahan dengan menggunakan
garam serta penggunaan suhu tinggi karena adanya pengeluaran dari daging ikan yang
menyebabkan protein lebih terkonsentrasi dibandingkan dengan ikan segar yang belum
mengalami pengolahan.
Proses pengolahan bandeng duri lunak dengan uap air panas bertekanan tinggi
menyebabkan tulang dan duri menjadi lunak. Selain itu uap air panas yang bertekanan
tinggi ini sekaligus berfungsi menghentikan aktifitas mikroorganisme pembusuk ikan,
kerasnya tulang ikan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik pada tulang.
Bahan anorganik meliputi unsur-unsur kalsium, phosphor, magnesium, khlor dan flour
sedangkan bahan organik adalah serabut-serabut kolagen. Tulang menjadi rapuh dan
mudah hancur bila bahan organik yang terkandung di dalamnya larut (Soesetiadi, 1977).
Ketika merebus atau mengukus, maka temperatur maksimal rebusan atau kukusan
tidak akan lebih dari 1000C (pada tekanan atmosfer) selama masih terdapat air dalam fase
cair. Untuk menaikkan temperatur rebusan ini, maka perlu dinaikkan tekanan air dalam
panci, sehingga temperatur air rebusan juga akan naik. Karena bentuk panci yang
tertutup, maka tekanan air dalam panci dapat dibuat naik, sehingga temperaturnya juga
naik, maka bahan makanan yang kita letakan dalam panci presto akan lebih cepat empuk
dan menjadi lebih lunak. Untuk Lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut :
Kalor yang diterima
sistem terperangkap
didalam sistem
{SYSTEM}
sehingga tidak ada
kalor yang dilepas
Berdasarkan skema diatas dapat disimpulkan bahwa kalor yang diberikan oleh
lingkungan kepada sistem tidak dapat dilepaskan kembali kepada lingkungan yang
dikarenankan sistem tertutup rapat, sehingga dapat disimpulkan apabila volume gas yang
berada diruang tertutup dipertahankan konstant, maka tekanan gas sebanding suhu
mutlaknya dan hal ini sesuai dengan hukum Gay Lussac untuk lebih jelasnya perhatikan
air. Grafik ini dinamakan diagram fasa. Dimana bagian diagram antara titik O dan C
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan panci presto bila dipanaskan, kerapatan
cairan akan berkurang dan kerapatan uap bertambah. Dimana molekul gas didalam uap
bertambah dan bergerak sangat cepat dan tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi
pada molekul tersebut kecuali selama tumbukan yang bersifat elastik dan terjadi dalam
waktu yang sangat singkat, dan tekanan dari banyaknya molekul gas didalam uap dapat
Sedangkan pada titik C merupakan titik kritis dimana tidak terdapatnya perbedaan
antara cairan dengan gas. Dan jika panci presto didinginkan, maka sebagian uap
mengembun menjadi cairan sewaktu bergerak kembali kekurva OC sampai zat mencapai
titik O pada gambar 2.7. dimana titik O adalah titik triple yaitu suatu titik fasa uap,cair
Persyaratan mutu bandeng duri lunak menurut SNI No: 4106.1-2009 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Persyaratan mutu bandeng presto menurut SNI No: 4106.1-2009
2.6 Alat/Bahan :
1. Alat
Pisau, baskom, alumunium foil
2. Bahan
Ikan bandeng, garam, bumbu dihaluskan (tiap kg ikan : bawang merah 5 siung,
bawang putih 1,5 siung, kunyit 0,5 cm, dan jahe 0,25 cm)
2.7 Prosedur :
1. Siangi ikan (sisik tidak perlu dibersihkan), keluarkan insang dan isi perutnya,
lalu cuci
2. Rendam ikan dalam larutan garam 3% selama 20 menit, tutup dengan es batu di
permukaannya
3. Tiriskan ikan dan beri garam halus 2%
4. Lumuri ikan dengan bumbu yang dihaluskan
5. Bungkus ikan dengan alumunium foil
6. Masak selama 60 menit dalam panci presto
7. Angkat ikan setelah panci dingin, tiriskan, amati mutu organoleptik dan kadar
air bandeng
8. Catatan : masing-masing perlakuan 2 ekor ikan
Siangi ikan
Cuci ikan
Angkat ikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil :
Sifat organoleptik :
Warna : kuning
Tekstur : lunak
Rasa : gurih
Aroma : khas ikan bandeng
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang kelompok kami lakukan diketahui bahwa terjadi penurunan
berat ikan bandeng sebesar 78 gram. Hal ini dikarenakan menurunnya kadar air sehingga
mempengaruhi berat ikan. Menurut Mainaliza (2003), kadar air merupakan parameter
yang umum diisyaratkan dalam standar mutu suatu bahan pangan, karena kadar air dalam
kandungan bahan pangan sangat menentukan kemungkinan terjadinya reaksi-reaksi
biokimia. Selain itu dengan adanya reaksi biokimia akan mengakibatkan penurunan mutu
dari suatu produk pangan sehingga sebagian air harus dikeluarkan dari produk pangan
tersebut (Buckle et al., 1987).
Menurut Gaman dan Sherrington (1994) penurunan kadar air disebabkan lama waktu
pemasakan menyebabkan air yang terdapat dalam pangan menguap. Jamasuta dkk.,
(1996) menambahkan lama waktu pemasakan akan berpengaruh terhadap reaksi
perpindahan garam dari lingkungan luar kedalam jaringan daging ikan.
Dari hasil organoleptik yang kami lakukan diketahui warna produk kuning, tekstur
lunak, rasa gurih dan aroma khas ikan bandeng. Warna, rasa dan aroma bandeng presto
dipengaruhi adanya bumbu. Bumbu memegang peranan penting karena menentukan cita
rasa produk akhir. Selain itu daya awet ikan Bandeng duri lunak juga dapat ditunjang
oleh penggunaan bumbu dalam proses pengolahannnya. Ada 2 macam bumbu yang
digunakan dalam pembuatan Bandeng duri lunak, yaitu bumbu rendam dan bumbu urap.
Istilah tersebut mengacu pada cara perlakuan pada waktu memberikan bumbu, ada yang
digunakan untuk merendam bandeng dan ada yang diurapkan ke seluruh tubuh bandeng.
Bahkan ada juga yang langsung merebus bandeng dalam larutan garam. Cara terakhir ini
biasanya digunakan dalam pembuatan bandeng duri lunak secara tradisional, yang
memakan waktu sekitar 6 sampai 7 jam (Purnomowati, 2006).
Rasa menunjang peranan penting dari penerimaan suatu produk oleh konsumen. Rasa
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah garam yang ditambahkan,
bumbu-bumbu, gula dan lemak/minyak setelah produk dimasak/digoreng rasa akan
muncul (Hangesti, 2006). Rasa juga dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan dan adat
masyarakat terhadap makanan.
Penggunaan panas dengan waktu yang tepat akan menyebabkan air yang terdapat
pada daging ikan menguap sehingga akan berpengaruh terhadap jaringan tekstur daging
ikan (Ratnasari, 2009).
Tekstur lunak pada bandeng presto dikarenakan Pengolahan bandeng presto
menggunakan suhu tinggi (115-1210C) dengan tekanan 1,5 atmosfer. Suhu dan tekanan
yang tinggi dicapai dengan menggunakan autoclave yaitu alat bertekanan tinggi atau
dalam skala rumah tangga dengan alat presscooker selama 60-90 menit (Arifudin, 1993).
Pada pemasakan presto adanya uap bertekanan tinggi akan dapat melunakkan duri
sehingga duri ikan akan menjadi rapuh dan mudah hancur, namun bentuk ikan masih
seperti aslinya (Achyadi, 2001).
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan :
Panci presto (preasure cooker) adalah sebuah alat memasak untuk membuat masakan
menjadi cepat matang. Salah satu produk yang menggunakan panci presto adalah bandeng
presto. Bandeng presto memiliki rasa yang gurih, tekstur yang lunak, warna cerah (kuning),
dan aroma yang khas. Berat ikan sebelum proses presto dibandingkan dengan sesudah proses
presto mengalami penurunan berat karena menurunnya kadar air karena adanya proses presto.
Pada praktiknya pembuatan bandeng presto merupakan salah satu bentuk pengolahan
ikan untuk pengawetan dan daya simpan yang lebih lama serta menambah cita rasa agar
menarik para konsumen selain itu sebagai bentuk dari diversifikasi pangan khususnya
pengolahan ikan. Pengolahan ikan pindang relatif murah, mudah dilakukan dan menggunakan
bahan dan alat-alat yang cukup sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawati. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 2015. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digilib.unimus.ac.id/download.php?
id=12441. Diakses pada 24 April 2017
Arifudin, R. 1988. Bandeng Presto dalam Kumpulan Hasil Penelitian Teknologi Pasca Panen
Perikanan. BPTP. Jakarta.
Rizal, Syamsul. 2012. Prinsip Kerja Presto.
http://fisikagoblog.blogspot.co.id/2012/06/prinsip-kerja-presto.html. Diakses pada 24
April 2017
Susanto, Eko. 2010. Pengolahan Bandeng (Channos channos forsk) Duri Lunak.
eprints.undip.ac.id/19138/1/bandeng_duri_lunak.pdf. Diakses pada 24 April 2017