Anda di halaman 1dari 17

STANDARDISASI

PANGAN
KELOMPOK 1

AYU CYNTHIA
DEWI RADITYANI
1910511026
KOMANG PUSPITA
DEWI

ANGGOTA 1910511013
1910511027
KELOMPOK MADE ARDHA
1910511021 KUSUMANING AYU
NI PUTU DAMAYANTI
INDRASWARI
1910511010
NI LUH GDE
AMRITASYA MUTIARA
PENGERTIAN
STANDARDISASI
Kata standar dalam Bahasa Indonesia pada dasarnya
merupakan sebuah dokumen yang berisikan persyaratan
tertentu yang disusun berdasarkan konsensus oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dan disetujui oleh suatu
lembaga yang telah diakui bersama. Standardisasi adalah
proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan
merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui
kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan.
PENGERTIAN
STANDARDISASI
Definisi standar dan standardisasi yang digunakan BSN
(Badan Standardisasi Nasional) diacu dari PP No. 102
Tahun 2000 adalah sebagai berikut: Standar adalah
spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk
tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Standardisasi dan Keamanan Pangan dalam
Industri Berbasis Pertanian

Perubahan dunia menyangkut populasi, lingkungan hidup,


gaya hidup, kebiasaan dan pola makan, serta produksi
pangan memicu munculnya masalah keamanan pangan
secara umum. Masalah keamanan pangan di Indonesia
dapat dilihat dari banyaknya produk pangan yang tidak
memenuhi syarat (TMS) yang beredar di pasaran dan
banyaknya kasus keracunan akibat pangan serta
penyalahgunaan bahan tambahan yang dilarang untuk
pangan. Maka dari itu dilakukanlah pengembangan sistem
keamanan pangan nasional sebagai salah satu upaya
perlindungan konsumen dan menjadi standar yang sangat
penting dalam kerangka pengawasan keamanan pangan.
Standardisasi dan Keamanan Pangan dalam
Industri Berbasis Pertanian

Berdasarkan wewenang Badan POM dan konsekuensi


berkenaan dengan pengawasan keamanan pangan, maka
penyusunan standar penggunaan bahan tambahan pangan
dan penentuan batas cemaran dalam produk pangan
menjadi prioritas utama. Kelengkapan informasi yang
diperlukan konsumen, produsen, dan pemerintah dalam
suatu produk pangan harus lengkap sehingga konsumen
dapat meningkatkan pengetahuan tentang produk pangan
yang dipilih.
BTP menurut Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
Standar Penggunaan Bahan Tambahan

adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai


makanan dan bukan pula merupakan ingredient (bahan
ramuan) khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan
ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
Team Member Name Herepengepakan, pengemasan, penyimpanan,
perlakuan,
atau pengangkutan makanan unbtuk menghasilkan atau
Pangan

diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak


langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.

Frazer (dalam Mahindru, 2000) menyimpulkan


bahwa prinsip pengaturan penggunaan BTP adalah
efektif secara teknologi, aman dalam penggunaannya,
dalam jumlah yang benar-benar diperlukan, tidak
pernah bermaksud untuk menyesatkan konsumen
berkenaan dengan karakteristik atau mutu dari produk
pangan dan penggunaan minimum bagi BTP nir-gizi.
Team Member Name Here
Standar Penggunaan Bahan Tambahan

Team Member Name Here


Pangan

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam


Permenkes No. 722/88 tersebut adalah ADI (Acceptable
Daily Intake) untuk setiap BTP tidak dicantumkan dan
jenis produk pangan banyak tidak dicantumkan sehingga
menimbulkan banyak interpretasi bagi pengguna. Maka
materi yang diatur oleh Permenkes tersebut sudah tidak
memadai lagi mengingat perkembangan IPTEK pangan
dan kesehatan serta perubahan gaya hidup, sehingga
perlu direvisi agar dapat mengimbangi laju
perkembangan penggunaan BTP dalam industri pangan.
CAC mendefinisikan cemaran adalah senyawa/bahan/zat
yang secara tidak sengaja terdapat dalam makanan sebagai
hasil dari kegiatan produksi (termasuk kegiatan yang
dilakukan dalam perkebunan, peternakan, dan pengobatan
Standar Cemaran dalam

hewan), pabrikasi, pengolahan, penyiapan, perlakuan,


pengepakan,
Team Member pengemasan, pengiriman, atau penyimpanan
Name Here
Produk Pangan

atau sebagai hasil kontaminasi dari lingkungan.

Komponen yang berpengaruh terhadap keamanan


pangan mencakup obat-obatan antimikroba, obat-obatan
yang digunakan dokter hewan, pestisida, bahan
pengemas, residu senyawa organic, mikotoksin, logam
berat, aluminium, arsenikum, cadmium, flourida, timbal,
air raksa, selenium, timah, vanadium, tembaga,
komponen germanium, yodium, besi, nikel, platinum,
seng, dan radionukleotida.
PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR
KEAMANAN PANGAN

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.


01 03725/B/ SK/VII/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam dalam Makanan.

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.


02 03726/B/ SK/VII/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dalam Makanan.

Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan


03 Nomor : 881/ MENKES/SB/VIII/1996/771/Kpts/TP.270/8/1996
tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil Pertanian.
Pengaturan cemaran dalam produk pangan di masa depan
cenderung ditekankan pada batas maksimum yang pasti
dan rendah serta berlaku secara internasional. Seperti
halnya dalam penyiapan materi kebijakan tentang
penggunaan BTP, maka dalam penyiapan materi kebijakan
tentang batas cemaran, Direktorat Standardisasi Produk
Pangan juga melibatkan tim ahli dalam mengkaji perihal
cemaran logam dalam produk pangan.
Standar dan Peraturan
Keamanan Pangan di Indonesia

1. Sistem Standardisasi Keamanan


Pangan Nasional
Sistem standardisasi di Indonesia telah diatur
di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 102
tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah
lembaga pemerintah yang berwenang dalam
mengkoordinasikan sistem standardisasi nasional.
2. Prinsip-Prinsip Baik Pengembangan
Standar dan Peraturan Keamanan Pangan menurut BSN (2009)
Transparan berarti prosesnya mengikuti suatu prosedur yang dapat
1 diikuti oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan untuk mengikuti program


2 pengembangan standar.

Konsensus dan tidak memihak, memberikan kesempatan bagi pihak


3 yang memiliki kepentingan berbeda

Efektif dan relevan, untuk memenuhi kepentingan para pelaku usaha


4 dan untuk mencegah hambatan yang tidak perlu dalam perdagangan

Koheren, untuk menghindari ketidakselarasan di antara standar, maka


5 Badan Standardisasi Nasional (BSN) perlu mencegah adanya duplikasi

Berdimensi pengembangan, hambatan yang biasanya dialami oleh


6
usaha kecil/menengah untuk ikut berpartisipasi dalam perumusan
standar nasional harus menjadi pertimbangan.
3. Kasus terkait SNI di Indonesia

1) Rendahnya tingkat relevansi standar (keamanan)


pangan yang telah ditetapkan oleh BSN dan/atau
diberlakukan wajib oleh instansi teknis (BPOM RI,
misalnya) disebabkan karena kurang didukung oleh
data hasil kajian dan penelitian sebelumnya

2) Belum diterapkannya secara penuh


prinsip perlunya dukungan data
ilmiah ini bisa juga menyebabkan
penetapan batas-batas (maksimal
atau minimal) yang terlalu longgar
Contoh penerapan SNI pada Suatu Produk Pangan
“Kualitas Produk Biskuit Menghadapi Pemberlakuan Sni Biskuit Secara Wajib”
Pengukuran terhadap parameter produk
biskuit perlu dilakukan untuk
menentukan kualitas, karakteristik dan
daya simpanya, selain itu juga untuk
menjamin kepuasan konsumen. Seperti :
6. Pengujia 7. Pengujia
n Arsen n
Cemaran
Mikroba
4. Pengujian
5. Pengujian
Asam
Cemaran
Lemak Logam

2. Pengujian 3. Pengujia
Kadar Air n Protein

1. Pengujian
Keadaan
Daftar Pustaka
Broto, W. 2005. STANDARDISASI DAN KEAMANAN PANGAN DALAM INDUSTRI
BERBASIS PERTANIAN. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif
Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian (1007-
1016). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca panen Pertanian.
<https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42209>. Diakses pada
tanggal 2 Maret 2021.

Purwanggono, B., Syamsir A., et al. 2009. PENGANTAR STANDARDISASI Edisi


Pertama.Jakarta:BadanStandardisasiNasional.<http://alexandersutan.lectu
re.ub.ac.id/files/2012/01/Textbook-Pengantar-Standardisasi.pdf >. Diakses
pada tanggal 2 Maret 2021.

Sumarto, Purwiyatno Hariyadi, Eko Hari Purnomo. 2014. Kajian Proses Perumusan
Standar dan Peraturan Keamanan Pangan di Indonesia. Pangan. Vol 23:
108-119.

Susanto, Denar A. 2018. Kualitas Produk Biskuit Menghadapi Pemberlakuan Sni


Biskuit Secara Wajib. Penelitian Gizi dan Makanan, Vol 41: 1-12.
Thanks
For
Attentio
n!

Anda mungkin juga menyukai