Anda di halaman 1dari 6

Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

PENGERINGAN IKAN TERI DENGAN SISTEM VAKUM DAN PAKSA


Oleh : Bambang Setyoko, Senen, Seno Darmanto

ABSTRACT

Design and applied of stolephorus drying were done to improve drying technology
of fish in Tambak Lorok Semarang. Procedure of design and applied of stolephorus drying
were done in laboratory and industry. Mechanisme of making drying machine consist of
design evaluation, material input, doing in workshop, performance testing and maintenance.
Drying machine is done in 5 (five) level with 40 kg of maximum capacity. Material in drying
room was made of allumunium sheet. Then testing of drying machine performance show that
time of drying only need 4 hours. Termal efficiency can reach between 31% - 36%. And
water content of stolephorus can reach between 20% -25%. Alternative fuel can be done with
gas fuel and gasoline
Keyword: stolephorus, drying, capacity, time, water content and efficiency.

Ikan teri merupakan produk makanan kan dengan proses pengeringan secara
laut yang mempunyai nilai ekonomis alami yakni dengan menjemur ikan di
tinggi. Harga 1 kg ikan teri kering mentah bawah terik sinar matahari. Ada
(belum diolah) dapat mencapai Rp 25.000 penurunan kandungan gizi tentunya
– Rp 30.000.. Produk ikan teri biasanya dengan pengawetan seperti ini. Proses
dijadikan lauk, keripik, pendukung pengeringan ikan selama ini dilakukan
sayuran, bahan baku lauk/kue kering, dengan menjemur ikan di bawah terik
sambal kering dan penyedap masakan matahari dengan metode pengasapan
(terasi). Ikan teri mempunyai kandungan (smoking) di musim penghujan. Dengan
pro-tein yg tinggi dan sedikit karbohidrat. metode pengeringan alami dan
Banyak cara untuk mengolah ikan teri baik pengasapan, ada kendala berke naan
bentuk dan rasa. Untuk bentuk, ikan teri dengan efisiensi pengeringan dan kualitas
umumnya dapat diolah mejadi produk ikan teri. Proses pengeringan alami dan
makanan kering (seperti bentuk aslinya) pengasapan mempunyai banyak keku
dan dilembut kan (powder). Sedangkan rangan yaitu waktu pengeringan lama,
untuk rasa, ikan teri dapat diolah dengan memerlukan area yang cukup luas,
aroma rasa manis, pedas, gurih dan asin. kualitas ikan akan menurun karena
Produksi dan permintaan ikan cukup terkena debu atau lalat yang menempel,
tinggi di masyarakat Indonesia. Kondisi rawan terhadap gangguan binatang–
geografis Indonesia yang sebagian lautan binatang seperti ayam, kucing dan anjing
mempunyai potensi produksi laut serta membutuhkan tenaga kerja yang
melimpah termasuk ikan teri. Di sisi lain, cukup banyak.
penanganan ikan pasca penangkapan Pemasaran ikan teri kering relatif
masih dilakukan secara tradisional. baik. Ikan teri kering telah dijual secara
Nelayan umumnya menjual ikan pada luas baik di pasar tradisional, toko
kondisi basah. Ada kekawatiran kalau maupun di mal/super market (toko besar).
tidak segera dijual ikan akan cepat Di pasar tradisional, jenis ikan teri yang
membusuk. Teknologi yang memadai dijual umumnya merupakan ikan teri
untuk mendukung pengolahan ikan pasca kering hasil pengeringan secara alami
penangkapan belum memadai. Pengolahan sehingga harga ikan teri biasanya lebih
dan pengawatetan ikan umumnya dilaku murah. Warna ikan agak sedikit

1
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

kecoklatan. Sedangkan di toko terutama Batas kadar air ikan secara umum
supermarket, jenis ikan yang dipasarkan yang diperlukan kira–kira 30% atau
merupakan ikan teri kering hasil setidak–tidaknya 40%, supaya perkem
pengeringan dengan sistem drying bangan jasad–jasad bakteri pembusuk dan
sehingga kualitas tampilan (termasuk gizi) jamur dapat terhenti. (Moeljanto, 1992).
akan lebih baik. Warna ikan tampak lebih Proses pengeringan ikan teri
bersih. terkadang dapat mengalami reaksi
pencoklatan non–enzymatis yang dapat
TINJAUAN PUSTAKA menurunkan gizi. Di dalam reaksi
maillard (pencoklatan non–enzymatis)
Pengeringan adalah proses pemin terbentuk pigmen coklat (melanoidin) dan
dahan atau pengeluaran kandungan air umumnya terjadi pada bahan makanan
bahan hingga mencapai kandungan air yang mengalami pemanasan seperti
tertentu agar kecepatan kerusakan bahan pengeringan. Reaksi ini tergantung pada
dapat diperlambat. Proses pengeringan ini air yang merupakan akibat dari dua
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara peranan air yaitu sebagai pelarut dan
lingkungan, kecepatan aliran udara sebagai suatu produk dari reaksi (Sutardi
pengering, kandungan air yang diinginkan, & Tranggono, 1990).
energi pengeringan dan kapasitas Ikan teri adalah termasuk species
pengeringan. Pengeringan yang terlampau Stelophorus Spp, di mana Stolephorus
cepat dapat merusak bahan sehubungan (ikan teri) umumnya tidak berwarna atau
permukaan bahan terlalu cepat kering sedikit kemerahan. Bentuk tubuhnya bulat
sehingga kurang bisa diimbangi dengan memanjang. Sisiknya kecil tipis dan
kecepatan gerakan air bahan menuju mudah terlepas. Di samping tubuhnya
permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan terdapat selempang putih, keperakan
cepat menyebabkan pengerasan pada memanjang dari kepala sampai ekor
permukaan bahan sehingga air dalam (Hutomo, 1987).
bahan tidak dapat lagi menguap karena Ikan teri mempunyai sebaran yang
terhambat. Di samping itu, kondisi luas dan dapat diperoleh hampir di
pengeringan dengan suhu yang terlalu seluruh pantai Indonesia dari Sabang
tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan sampai Merauke. Wilayah perairan utara
suhu dan lamanya waktu pengeringan Jawa merupakan salah satu pantai paling
dilakukan dengan mem perhatikan kontak banyak menghasilkan ikan teri
antara alat pengering dengan alat pemanas (Burhanuddin, 1987).
(baik berupa udara panas yang dialirkan
maupun alat pemanas lainnya). Namun Pengeringan Ikan Teri dengan Sistem
demi pertimbangan-pertim bangan standar Vakum dan Paksa
gizi maka pemanasan dianjurkan tidak Pengeringan ikan dengan bantuan
lebih dari 85oC (Kuntjoko, Dkk, November teknologi permesinan umumnya
1989). dilakukan dengan sistem pengasapan
Pengeringan ikan adalah pengawetan (smoking). Sistem pengasapan dalam
dengan cara penguapan air dari ikan, pengeringan ikan biasa dinamakan
sehingga tercipta suasana yang tidak pengasapan ikan. Pengasapan ikan
memungkinkan bakteri pembusuk dan mempunyai beberapa kendala meliputi
jamur untuk tumbuh serta kegiatan warna ikan berubah hitam kecoklatan, bau
enzymatic (Ilyas, 1973). bahan bakar (bebarapa jenis ikan tidak
cocok dengan kontak langsung asap/fluida

2
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

pemanas) dan mudah terkontaminasi bahan air keluar dari ruang pengeringan
lain yang berasal dari asap (media/fluida melewati cerobong. Kecepatan aksial
pemanas). Pengasapan ikan akan (axial) fan perlu dikaji dan dianalisa
menghasilkan kualitas ikan/produk untuk mendapatkan kecepatan aksial dan
pengeringan yang baik jika menggunakan radial yang optimum untuk mendukung
media pemanas yang bersih seperti gas kualitas pengeringan emping melinjo.
elpiji (LNG), arang dan biogas.
Pengeringan ikan teri dengan sistem BAHAN DAN METODE
sumber kalor tidak kontak langsung Metode yang akan diterapkan dalam
dengan bahan yang dikeringkan (drying pengembangan teknologi tepat guna di
system) telah mulai dikembangkan industri Produsen Pengeringan Ikan Teri
sehubungan dengan tuntutan jaminan melalui Program Vucer mengacu pada
kesehatan (hyginies). penyempurnaan keleng kapan unit-unit
Mesin pengering jenis drying telah kerja terutama unit produksi pengeringan
banyak diterapkan untuk pengeringan ikan. Dan untuk rancang bangun peralatan
bahan makanan, produk pertanian, kayu pengering ikan, tim pengabdian menyusun
untuk mebel, industri-industri pengawet langkah kerja sebagai berikut:
makanan. Banyak keunggulan pengeringan a. Persiapan:
jenis drying yakni bahan bersih, warna 1. Menyiapkan dan menyempurnakan
alami, kontaminasi bahan pengotor rendah model mesin pengering ikan melipu ti
dan rasa/kualitas lebih baik. Produk- ruang pengering, ruang pengelua-ran
produk pertanian dikeringkan dengan oven udara basah, ruang tungku dan
pengering hasil pertanian (Widayanti, kerangka utama. Penyempurnaan dan
1996). Pengeringan dengan sistem aliran rancang bangun disesuaikan dengan
udara alami telah menghasilkan ikan bahan dan ukuran ruang pengeringan.
dengan kadar air rata-rata 30 % dalam 2. Menyiapkan gambar susunan dan
waktu rata-rata 5 jam dan temperatur kerja rinci (teknik) mesin pengering ikan.
60oC (Darmanto at. al, 2005). Penelitian Gambar teknik memberikan gam-
tentang pengeringan sistem drying dengan baran secara tiga dimensi detail dari
kecepatan dan kapasitas tinggi dilakukan instalasi mesin pengering ikan
dengan menggunakan oven jenis drying tersebut. Detail gambar rancangan/
dengan sistem aliran udara vakum dan susunan mesin pengering ikan dan
paksa. tahapan pengerjaan mesin
Pengeringan dengan sistem aliran pengeringan ikan.
udara vakum dan paksa dapat dilakukan 3. Membuat maket mesin pengering
dengan mendesain ruang yang rapat ikan. Maket memberikan kemudah an
(memasang pengencang (penjepit) di dalam menyusun instalasi mesin
pintu) dan memasang fan hisap di pengering ikan di industri.
cerobong mesin pengering. Kebocoran 4. Menentukan langkah kerja. Tahapan
aliran udara luar ke ruang pengeringan pengerjaan & penyusunan peralatan
lebih banyak melewati sela-sela di pintu. mesin pengering ikan meliputi
Pemasangan karet (seal) di sekeliling meliputi ruang pengering, ruang
permukaan dalam pintu akan mereduksi pengeluaran udara basah, ruang
kebocoran/ kontak langsung udara luar tungku dan kerangka utama.
dengan ruang pengeringan. Pemasangan b. Pelaksanaan Pengabdian di industri
fan hisap di cerobong akan mempercepat Produses Ikan Teri Tambak Lorok.
/mendorong udara yang mengandung uap

3
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

1. Pembelajaran dan pelatihan meka- kecepatan optimum pengeringan ikan teri.


nisme kerja, pemasangan, operasi dan Pengeringan teri secara mendadak akan
perawatan peralatan/ mesin pengering mempengaruhi permukaan ikan teri. Dan
ikan meliputi ruang pengering, ruang pengujian efisiensi difokuskan pada
pengeluaran udara basah, ruang tungku tingkat keekonomisan peralatan pengering
dan kerangka utama. terhadap bahan bakar dan lamanya waktu
2. Menyiapkan dan menentukan pengeringan. Uji unjuk kerja dilakukan di
kebutuhan bahan dan komponen utama laboratorium dan di lokasi industri mitra.
mesin pengering ikan meliputi ruang Kadar Air Ikan Teri
pengering, ruang pengeluaran udara Ikan teri akan mengalami
basah, ruang tungku dan kerangka penurunan kadar air selama pengeringan.
utama sesuai spesifikasi yang Penurunan kadar air ditunjukkan di
didasarkan dari hasil studi kelayakan gambar 1.
dan analisa.. 90

Kandungan Kadar Air Ikan Teri (%)


80
3. Melakukan proses pengerjaan 70

komponen-komponen mesin pen-


60 Kandungan air To 1R
50 Kandungan air To 2R

gering di Laboratorium Produksi


40 Kandungan air To 3R
Kandungan air To 4R
30

(bubut, las & kerja bangku mesin). 20


10

4. Melakukan pemasangan kompo nen 0


0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390

dan pengujian mesin penge ring ikan Waktu (menit)

secara langsung. Pengujian dilakukan Gb. 1 Hubungan antara kandungan kadar air
dengan mengerinkan ikan teri. akhir ikan teri dengan waktu
5. Melakukan pelatihan dan praktek pengering.
secara langsung tahap-tahap
pengeringan ikan teri di Produsen Untuk percobaan pertama dengan fan
Pengeringan Ikan Teri Tambak Lorok. dalam keadaan mati, pada menit pertama
6. Melakukan monitoring dan perawatan kandungan air mengalami penurunan
berkala. Monitoring dilakukan tiap 1 secara bertahap, hingga menit ke 375
bulan sekali selama program. kandungan air menjadi 21,42 %. Sedang
Sedangkan perawatan dilakukan kan untuk percobaan kedua dengan
seiring dengan monitoring dan menggunakan kecepatan fan 0,8 m/s pada
dilakukan apabila ada keluhan dan 15 menit pertama kandungan air menurun
kerusakan. secara bertahap hingga menit ke 285
7. Membuat dan menyusun jadwal kandungan air menjadi 19,06%. Pada
perawatan dan perbaikan berkala percobaan ketiga dengan menggunakan
mesin pengering ikan . Tabel 1. Jadwal fan dengan kecepatan 1,4 m/s kandungan
kegiatan di industri Produses Ikan Teri air pada ikan teri mengalami penurunan
Tambak Lorok secara bertahap, hingga pada menit ke 255
menjadi 20,17 %. Sedangkan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN percobaan keempat dengan kecepatan fan
Pengujian unjuk kerja peralatan 2,8 m/s kandungan air ikan teri menga
pengering didasarkan pada kadar air, lami penurunan menjadi 19,57 % pada
variasi kecepatan fan hisap dan efisiensi. menit ke 180. Dari analisa hubungan
Analisa kadar air dimaksudkan untuk antara kandungan kadar air akhir ikan teri
menentukan penyusutan ikan teri dan batas dengan waktu pengering didapat kan
minimal pengeringan ikan. Selanjutnya faktor–faktor yang dapat mempen garuhi
variasi fan diarahkan untuk menentukan pengeringan seperti : kesulitan mengenda

4
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

likan ruang bakar (nyala api batubara yang mengeringkan ikan teri akan semakin
tidak stabil), kecepatan fan yang sedikit.
dibutuhkan, jenis ikan teri yang akan
dikeringkan, dan kebutuhan bahan bakar.
Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar 5.1 4000

Kebutuhan Bahan Bakar (gr)


Efisiensi termal akan menga lami 3000

kenaikan dengan pemasangan fan hisap. 2000


Pada gambar 2 maka dapat dijelaskan
bahwa untuk percobaan per tama fan 1000
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2 2.4 2.8 3.2
dalam keadaan mati, didapat kan effisiensi Kecepatan Fan (m/s)

thermal yang agak rendah dibandingkan Gb 3 Hubungan antara kecepatan fan dengan
dengan yang menggunakan fan baik kebutuhan bahan bakar
dengan kece patan 0,8 m/s, 1,4 m/s Kecepatan fan hisap mempengaruhi
maupun yang 2,8 m/s. Hal itu terjadi waktu penegringan. Semakin cepat
dikarenakan fan menghisap paksa udara kecepatan fan yang digunakan dalam
basah dari ikan teri, sehingga didapat pengujian, maka waktu yang diperlukan
effisiensi thermal yang lebih besar. Dari dalam proses pengeringan adalah semakin
analisa hubungan effisiensi thermal dengan cepat. Hal ini disebabkan karena fan akan
kecepatan fan didapatkan faktor–faktor menghisap paksa uap dari ikan teri.
yang dapat mempengaruhi pengeringan Sehingga ruangan akan cepat homogen
seperti : mengendalikan ruang bakar (nyala dan mempercepat proses perambatan
api batubara yang tidak stabil), Kecepatan kalor pada ruang pengering, sehingga
fan yang dibutuhkan, jenis ikan teri yang waktu yg dihasilkan untuk mengeringkan
akan dikeringkan, kandungan air ikan teri, ikan teri akan semakin cepat. Dari analisa
waktu pengering, kebutuhan bahan bakar, hubungan antara kecepatan fan dengan
dan perambatan kalor yang tidak secara waktu pengeringan didapatkan faktor –
langsung (melewati sirip – sirip, ducting, faktor yang dapat mempengaruhi penge
serta rak ikan). ringan seperti : kesulitan mengendalikan
50
45 ruang bakar (nyala api dari batubara yang
40
35 tidak stabil), kecepatan fan yang
Effisiensi (%)

dibutuhkan, perambatan kalor ke ruang


30
25
20
15
10
pengering tidak secara langsung (karena
5
0
melewati sirip – sirip, ducting, rak ikan
0 0.5 1 1.5 2
Kecepatan Fan (m/s)
2.5 3
teri), jenis ikan teri yang akan
dikeringkan, dan kebutuhan bahan
Gb 2 Hubungan antara effisiensi thermal
dengan kecepatan fan
bakar.Hal ini seperti yang ditunjukkan
Kecepatan fan hisap berpenga ruh pada gambar 4
secara tidak langsung terhadap kebutuhan
7

6
bahan bakar. Semakin besar kecepatan fan
Waktu Pengeringan (jam)

yang digunakan maka bahan bakar yang 4

dibutuhkan semakin sedikit. Ini 3

disebabkan karena fan akan menghisap 2

1
paksa udara basah dari ikan teri. Sehingga 0

ruangan akan cepat homogen dan 0 0.5 1 1.5


Ke ce patan Fan (m /s )
2 2.5 3

mempercepat proses perambatan kalor


pada ruang pengering, sehingga kebutuhan Gb 4 Hubungan antara kecepatan fan dengan
waktu pengeringan
bahan bakar yang diinginkan untuk
5
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XI, Nomor 1 Pebruari 2008

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Pengeringan sistem drying akan lebih Holman, J.P., 1988, ”Perpindahan


efektif dengan bantuan fan hisap dan Kalor”,.Erlangga. Edisi keenam.
ducting. Dan pengeringan ikan teri dengan Jakarta
peralatan pengering sistem vakum dan Ilyas, S., 1973, ”Pengantar Pengolahan
paksa memberikan karakteristik sebagai Ikan”, Edisi 3, Lembaga
berikut: Teknologi Hasil Perikanan,
1. Target waktu pengeringan selama 4 Direktorat Jendral Perikanan.
jam dapat tercapai. Jakarta
2. Bahan bakar yang digunakan selama Incropera, F. P., 1985, “Introduction to
pengeringan cukup efisisen. Heat Transfer”, John Willey K.
3. Effisiensi aliran kalor yang Sons., Canada.
dihasilkan antara 31% -36 %. Joeswadi, 1986, ” Alat Pengering Ikan”,
4. Kandungan air akhir ikan teri yang BPPI Medan, Medan.
didapatkan yaitu antara 20 % -25 %. Moeljanto, Drs., 1992, ”Pengawetan &
5. Analisa ekonomi pembuatan alat Pengolahan Hasil Perikanan”,
pengering teri ini cukup Penebar Swadaya, Jakarta.
menguntungkan bagi petani ikan. Noviana dan Widayanti, 1996, ”Oven
Pengering Hasil Pertanian”,
Saran Jakarta
1. Kemungkinan sebagai alternatif lain Prasetyo & Totok, 2002, “Thermodinami
rangka dibuat menggunakan bahan ka Dasar”, Jilid 1, Cetakan
stainles steel sesuai dengan standar Pertama. CV Mutiara Persada,
penggunaan bahan untuk pengering Semarang.
bahan pangan. Reynold C. William, 1987, ”
2. Ruang kompor yang didesain ulang Thermodinamika Teknik”, Erlangga.
atau di modifikasi untuk dapat Jakarta.
mengurangi kerugian kalor, sehingga Stoecker, W. F., 1987, ”Refrigerasi Dan
dapat diperoleh efisiensi yang lebih Pengkodisian Udara”, Edisi
tinggi. Kedua Erlangga, Jakarta.
• Untuk selanjutnya alat pengering ini Suharto, Ir., 1991, ”Teknologi
diharapkan agar dapat menggunakan Pengawetan Pangan”, Cetakan
alternatif energi lain selain minyak Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.
tanah dan gas sehingga dari segi Sutardi & Tranggono, 1990, ”Biokimia &
ekonomi dapat diperoleh keuntungan Teknologi Pasca Pane”, Pusat
yang lebih besar. Antar Universitas, Yogyakarta.
Yunus, A, C, 1994, “Thermodinamics An
Enginerring Approach”, Edisi
Kedua Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai