PENDAHULUAN
Pemerintah Indoesia telah menetapkan ikan asin sebagai salah satu dari
Sembilan bahan pokok masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ikan asin tidak
hanya digemari oleh masyarakat ekonomi kela bawah, tetapi juga kelas
menengah dan atas. Daya tarik ikan asin ini terutama terletak pada cita-rasa,
aroma dan teksturnya yang khas (Astawan, 1997). Apabila ikan asin masih tetap
dipertahankan sebagai bahan makanan pokok, maka pilihan teknologi haruslah
pada industri pengeringan dengan mekanisasi penuh. Di daerah tropis, bila
pengeringan dilakukan hanya pada sinar matahari, besar kemungkinan proses
pembusukan akan terjadi. Untuk mencegah hal tersebut, maka sebaiknya
dilakukan pengeringan buatan (cabinet dryer) sehingga proses pengeringan
dapat dipercepat (Berhimpon dkk, 1990).
Page 1
1.3 Rumusan masalah
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Kecepatan udara, makin cepat udara di atas ikan, makin cepat ikan menjadi
kering.
b. Suhu udara, makin tinggi suhu, makin cepat ikan menjadi kering
c. Kelembaban udara, makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering
d. Ukuran dan tebal ikan, makin tebal ikan, makin lambat kering. Makin luas
permukaan ikan, makin cepat ikan menjadi kering.
e. Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin cepat ikan
menjadi kering.
f. Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan
Page 3
2.2 Prinsip Pengeringan
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai
Proses pengeringan didasari oleh terjadinya penguapan air (pengisapan air oleh
udara) sebagai akibat perbedaan kandungan air produk dengan udara sekitar.
Apabila kandungan uap air diudara cukup rendah berarti udara mempunyai
penguapan semakin besar. Makin tinggi perbedaan kandungan uap air di udara
dengan produk, maka semakin banyak kandungan air yang dikeringkan dapat
Page 4
suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan mem perhatikan kontak
antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa udara panas yang
dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-
pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 850C.
Page 5
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran
udara pengering, dan kelembaban udara.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal, dan
tekanan parsial dalam bahan.
Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju udara
karena adanya perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan. Tujuan pengeringan antara lain agar produk dapat disimpan lebih
lama, mempertahankan daya fisiologi biji-bijian/benih, mendapatkan kualitas
yang lebih baik. (Gunarif Taib, 1988).
dengan menjemur ikan selama ± 3 hari jika cuaca cerah dan membalik-balik ikan
memerlukan tempat yang luas karena ikan yang dikeringkan tidak bisa ditumpuk
saat dijemur. Pada saat udara luar terlalu kering dan panas, pengeringan dapat
terjadi terlalu cepat sehingga terjadi case hardening (permukaan daging ikan
Page 6
penanganan khhusus dan mahal serta dapat dikerjakan oleh siapa saja. Namun
pengeringan pun tidak merata dan pelaksanaan tergantung oleh alam. Jarang
diperoleh ikan kering yang berkualitas tinggi, selain itu memerlukan tempat yang
dan angin, ikan dijemur diatas rak – rak yang dipasang agak miring (±150) kearah
datangnya angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas
bertiup. Angin berfungsi memindahkan uap air yang terlepas dari ikan ketempat
lain, sehingga penguapan dapat berlangsung lebih cepat. Tanpa ada pergerakan
udara, misalnya jika penjemuran dilakukan pada tempat tertutup dan tidak ada
angin di tempat itu, maka pengerngan akan berjalan lambat. Bagitu halnya
kecepatan penguapan. Penguapan berjalan lebih lambat apabila tidak ada sinar
Menurut Zaelanie (2004), pada musim hujan, pengerigan ikan biasanya akan
berjalan lebih lambat, apalgi bila tidak ada angin. Hal ini sangat merugikan
karena pembusukan sering kali terjadi. Sebaliknya jika udara terlalu panas,
- Penjemuran secara periodic, misalnya ikan dijemur pada pagi sampai siang
Page 7
2.6.2 Mechanical Drying
yang didapat pada pengeringan secara alami, maka manusia telah mencoba
membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang
lebih efisien. Alat pengering mekanis berupa suatu ruang atau cabinet dengan
udara panas yang ditiupkan didalamnya. Hal – hal pokok yang membuat
Udara dalam dryer disirkulasikan dengan blower (kipas angin) yang terletak
didalam ruangan atau di dinding. Kecepatan udara yang optimal adalh 70 – 100
merata.
dipanaskan kemudian dialirkan kedalam ruangan yang berisi ikan dalam rak-rak
dikeluarkan dan diganti dengan ikan yang lainnya, demikian dilakukan terus
Page 8
Digambarkan dalam penelitian Haryanto et al., (2008) bahwa alat
pengering tipe cabinet (cabinet dryer) dalam skala kecil berkapasitas 5 kg.
spesifikasi alat pengering ini adalah berupa kotak bertingkat, bagian bawah utuk
panjang kabin 190 cn, lebar 65 cm, tinggi 97 cm. Udara pengering di sirkulasikan
bahan pangan. Pada cara pengeringan ini semua bahan pada awalnya
dalam suatu lemari hampa udara. Kristal-kristal es ini yang terbentuk Selma
berubah secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini
akan menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat
kecil terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Karena panas yang digunakan
sedikit, maka kerusakan karena panas juga kecil dibandingkan dengan cara-cara
mengubahnya dari bentuk beku (es) ke bentuk gas (uap air) tanpa melalui fase
Page 9
udara dan suhu sangat rendah. Pengeringan beku ini menghasilkan produk
terbaik, terutama karena pangan tidak kehilangan banyak aroma dan rasa atau
nilai gizi. Namun, proses ini mahal karena memerlukan suhu rendah maupun
tinggi dan keadaan hampa udara. Penggunaan cara ini hanya dibenarkan jika
panga sangat peka terhadap panas, dan produk yang diperoleh harus memenuhi
standar gizi yang tinggi (WHO, 1988). Cara kerja dari pengeringan metode ini
sebagai berikut:
merubah menjadi uap air (menyublim) sebagai akibat tekanan yang rendah.
- Uap air yang terjadi masuk kedalam kondensor dan dirubah menjadi es
2. Kerusakan yang ditimbulkan oleh enzim, baik dari ikan sendiri atau dari bakteri
3. kerusakan fisik, misalnya ikan menjadi terlalu kering dan keras seperti kayu,
kerusakan karena dimakan serangga, tikus.
4. Bau ikan menjadi tengik, diakibatkan oleh reaksi lemak ikan dengan oksigen
dari udara.
Page
10
5. Kerusakan lain karena kecerobohan kerja, misalnya tersiram air, tercampur
kotoran. Dll.
2. sirkulasi udara yang cukup untuk menghilangkan bau-bau yang tidak enak.
4. Benda yang dapat mencemari misalnya pestisida, minyak tanah, dll sebaiknya
tidak disimpan berdekatan.
Page
11
akan terhambat atau terhenti. Perubahan yang terjadi dan merugikan dalam
daging ikan juga akibat kegiatan enzim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Page
12
DAFTAR PUSTAKA
Page
13
Taib, Gunarif,dkk. 1988. Operasi pengeringan pada Pengolahan Hasil
Pertanian. Jakarta: Penerbit Melton Putra.
Tuyu, A., H. Onibala., dan D. M.Makapedua. Studi Lama
Pengeringan Ikan Selar(Selaroides sp) Asin Dihubungkan
Dengan Kadar Air Dan Nilai Organoleptik. 2014. Jurnal Media
Teknologi Hasil Perikanan. Vol 2(2):20-26.
Page
14