Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sulit untuk
terpuaskan. Apabila satu atau beberapa kebutuhannya tercapai, maka dia akan
berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kemajuan di berbagai bidang dewasa ini, juga merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia. Hal ini, baik langsung maupun
tidak langsung akan berakibat meningkatnya rasa ingin tahu dan ingin mencapainya
sebagai satu kebutuhan.
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, maka manusia melakukan berbagai
usaha baik usaha dengan sadar maupun tanpa sadar.
Usaha-usaha itu akan membuahkan pengetahuan, dan jenis upaya yang
dilakukan akan menentukan atau akan menandai apakah pengetahuan itu akan
tergolong pengetahuan ilmiah (science) atau pengetahuan non ilmiah
(knowledge). Dalam upaya untuk memenuhi rasa ingin tahu itu banyak jalan yang
dapat ditempuh oleh manusia (ways of knowing). Dan masing-masing jalan untuk
pemenuhan rasa ingin tahu itu telah mewarnai sejarah panjang kehidupan manusia.
Upaya itu antara lain meliputi: penggunaan mitos, prasangka, intuisi, otoritas ahli, trial
and error, common sense, pengamatan indrawi, pengalaman pribadi dan upaya
lainnya. Upaya-upaya ini sejauh ini kurang begitu dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, antara lain karena hasil dari upaya-upaya tersebut tidak dapat ditelusuri
ulang (unreliable) dan besarnya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki manusia. Bukankah ahli pun bisa salah? Bukankah indera kita terbatas
daya inderanya ? Bukankah pengalaman pribadi sangat subjektif ? Bukankah intuisi
bisa saja hanya sekedar ilusi ?

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah:
1. Bagaimana struktur ilmu pengetahuan
2. Bagaimana metode ilmiah, teori, hipotesis, logika, data dan informasi,
pembuktian, evaluasi dan paradigma?

C. Tujuan

1
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui struktur metode ilmiah
2. Untuk mengetahui metode ilmiah, teori, hipotesis, logika, data dan
informasi, pembuktian, evaluasi dan paradigma

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Ilmu


“Ilmu” berasal dari bahasa ‘Arab “alima” sama dengan kata dalam bahasa
Inggris “Science” yang berasal dari bahasa Latin “Scio” atau “Scire” yang kemudian di
Indonesiakan menjadi Sains. Thomson dalam Sidi Gazalba menggambarkan “Ilmu
adalah pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-
istilah yang sesederhana mungkin, pelukisan secara lengkap dan konsisten itu melalui
tahap pembentukan definisi, melakukan analisa, melakukan pengklassifikasian dan
melakukan pengujian”(Sidi Gazalba, Jakarta 1973. h. 54-55).
Jujun S. Suriasumantri menggambarkannya dengan sangat sederhana namun
penuh makna “Ilmu adalah seluruh pengetahuan yang kita miliki dari sejak bangku SD
hingga Perguruan Tinggi”(Jujun S Suriasumantri,1990, h. 19). Beerling, Kwee, Mooij
dan Van Peursen menggambarkannya lebih luas “Ilmu timbul berdasarkan atas hasil
penyaringan, pengaturan, kuantifikasi, obyektivasi, singkatnya, berdasarkan atas hasil
pengolahan secara metodologi terhadap arus bahan-bahan pengalaman yang dapat
dikumpulkan.”(Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, Yogyakarta, 1990, h. 14-15).
Sehingga dengan demikian, ilmu adalah kumpulan pengetahuan secara holistik yang
tersusun secara sistematis yang teruji secara rasional dan terbukti empiris.
Struktur adalah perangkat unsur yang diantaranya ada hubungan yang bersifat
ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang bersifat
intuitif. (kamus Linguistik; Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana:1993)
Jadi, Struktur ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan
sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau
dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan
termaksud. The Liang Gie (2000: 139)
Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari
mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun bersistem dan kompleks.
Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala
alam yang terjadi. Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah
teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten Makin tinggi tingkat keumuman suatu
konsep maka makin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis suatu konsep maka makin
jauh penyataan yang dikandungnya. Ilmu-ilmu murni berkembang menjadi ilmu-ilmu
terapan. Ilmu-ilmu terapan ini akan melahirkan teknologi atau peralatan-peralatan
yang berfungsi sebagai sarana yang memberi kemudahan dalam kehidupan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuwan adalah suatu cara
dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur tertentu harus diikuti untuk

3
mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyan tertentu pula. Mungkin epistimologi dari
ilmu pengetahuan akan lebih mudah dibicarakan jika kita mengarahkan perhatian kita
kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir sekaligus
menjadi unsur-unsur dalam ilmu pengetahuan yang diatur dalam urutan tertentu.
Kerangka dasar prosedur ini dapat diurutkan dalam 8 rangka: 

1. Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang


disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan
suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang
sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam memplajari peraturan-
peraturan dalam metode trsebut. Jadi metodlogi ilmiah merupakan pengkajian dari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara  filsafat
termasuk dalam apa yang dinamakan epistimologi. Epistimologi merupakan
pembahasan mengenai bagaimana kita mendapat kan pengetahuan. Apakah sumber-
sumber pengetahuan ?, apa hakikat pengetahuan apakah manusia di mungkinkan
mendapatkan pengetahuan ?, sampai tahapan manakah pengetahuan yang mungkin
ditangkap manusia ? 

Seperti diketahui berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan


pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran,
dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai
karakteristik tertentu yang diminta oleh ilmu pengetahuan yaitu sifat rasional dan
teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disususnya merupakan
pengetahuan yangdapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba
menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam
menggabungkan tubuh pengetahuannya. 

Secara garis besar metode ilmiah dibagi menjadi 2 :

4
Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis
dan metode nondeduksi. Metode analitiko-sintesis merupaka gabungan dari metode
analisi dan metode sintesis. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode
deduksi dan metode induksi. 

Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode


penyelidikan yang berbentuk daur/ metode siklus empiris dan metode vertikal atau
yang berbentuk garis lempeng atau metode linier. 

a. Yang dinamakan metode siklus-empiris adalah suatu cara penanganan terhadap


suatu obyek ilmiah tertentu biasanya bersifat empiris-kealamaan dan
penerapanya terjadi ditempat yang tertutup, misalna seperti di dalam
laboratorium. 
b. Metode vertikal atau berbentuk garis tegak lurus atau metode linier atau
berbentuk garis lempeng digunakan dalam penyelidikan yang pada umumnya
mempunyai objek materialnya hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan,
yaitu lazimnya berupa atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam
berbagai bidang kehidupan seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
sebagainya.penerapan metode seperti ini apabila dikatakan mengambil bentuk-
bentuk garis tegak lurus berarti suatu proses yang  bertahap dan apabila
dikatakan mengambil bentuk garis lempeng berarati proses yang bersifat
setapak demi setapak. Penerapan metode ini  diawali dengan pengumpulan
bahan penyelidikan secukupnya, kemudian bahan itu dikelompokkan menurut
satu pola atau satu bagian tertentu. Dalam babak terakhir kita menarik
kesimpulan yang umum berdasarkan atas pengelompokan bahan semacam itu
dan apabila di pandang perlu kita dapat pula mengadakan peramalan atau 
prediksi yang menyangkut obyek penyelidikan yang bersangkutan.
Penyelidikan semacam ini biasanya dilakukan di alam bebas atau dialam
terbuka, yaitu kelompok manusia tertentu. 

2. Teori

5
Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat
dalam dunia fisik tersebut. Teori merupakan suatu absraksi intelektual dimana
pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori
ilmu merupakan sesuatu penjelasan rasional yang bersesuaian dngan obyek yang
dijelaskannya.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai


suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarna tujuan akhir dari setiap
disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh
dan kosisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja seperti
umpamanuya fisika. Bila dalam fisika saja keadaannya sudah seperti ini maka dapat
dibayangkan bagaimana situasi perkembangan penjelasan teoritis pada disiplin-
disiplin keilmuan dalam bidang sosial. Ilmu sosial pada kenyataanyaterdiri berbagai
teori yang tergabung dalam suatu disiplin keilmuan satu sama lain belum membentuk
suatu perspektif teoritis yang bersifat umum. 

Suatu teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakiatnya


merupakan pernyataan  yang menyatakan hubungan variabel atau llebih dallam satu
kaitan sebab akibat yang mencakup hubungan sebab akibat ini, atau dengan perkataan
lain hubungan kasualitas, memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang terjadi 
sebagai akibat dari sebuah sebab. Secara mudah maka dapat kita katakan bahwa teori
adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu
gejala-gejala terjadi. Sedsngkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk
meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah yang berbentuk
teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara
idealnya, harus bersifat universal. 

3. Hipotesis
Fakta tidak berbicara untuk diri mereka sendiri. Dalam dunia yang telaah ilmu,
sekelompok molekul atau sel tidak meloncat-loncat, melambaikan tangan, bersuit-suit,
dan mengatakan. “hai, lihat saya! Disini! Saya adalah batu,atau pohon, atau kuda.”
Apanya suatu  benda yang tergantung kepada merek yang diberikan pada manusia
kepada benda tersebut. Kenyataan ini membawah kita kepada segi yang paling sulit
dari metodologi keilmuan yakni peranan dari hipotesis.
Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang hubungan antara variabel.
Hubungan hipotesis ini diajuhkan dalam bentuk dugaan kerja atau teori, yang
merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis
diajuhkan secara khas dengan dasar coba-coba. Hipotesis berfungsi untuk mengikat
data sedemikian rupa sehingga hubungan yang diduga dapat kita gambarkan dan

6
penjelasan yang mungkin dapat kta ajukan. Oleh karena itu maka sebelum teruji
kebenarannyasecara empiris semua penjelasan rasional yang diajuhkan statusnya
hanyalah bersifat sementara. Sekiranya menghadapi suatu masalh tersebut kita dapat
memajuhkan hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dari
sekian hipotesis yang diajuhkan hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria
kebenaran korespondensi yakni hipotesis yang didukung oleh fakta empiris.

4. Logika

Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan.


Agar pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses
bergikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap valid kalaw proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara
tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas
didefinisikan sebagai ” pengkajian berfikir secara valid”. 

Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang


lurus, tempat dahn sehat. Logika menurut The Liang Gie digolongkan menjadi 5
macam yakni: 

a. Logika dalam pengertian luas dan sempit


b. Logika deduktif dan induktif
c. Logika formal dan material
d. Logika murni dan terapan
e. Logika filsafati dan matematik

5. Data-Informasi

Tahapan ini merupakan suatu yang dikenal dalm metode keilmuan. Disebab
oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka
banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil
observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan
dan klasifikasih data tahapan metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan
kata dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang
ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisia, membadingkan, dan membedakan
fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang disebut taksonomi dan
ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang
keilmuan mereka.

6. Pembuktian

7
Langka selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis
tersebut dengan mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering kali
dalam hal ini kita harus melakukan perantara yakni menentukan faktor yang kita uji
dalam langka melakukan verifiasi terhadap keseluruan hipotesis tersebut. Kadang-
kadang kita membutuhkan instrumen yang membantu panca indra kita umpamanya
teleskop atau mikroskop. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhka
alat yang rumit sekali sehingga terjadi bahwa hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa
lama setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang
dibutuhkan.

Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif-alternatif hipotesis


dengan pengamatan kenyatan sebenarnya. Dalam hubungan ini maka keputusan
terakhir terletak pada fakta. Jika fakta satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih
dan diperoses ulang. 

7. Evaluasi

Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian
apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam
proses menguji hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis
itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Evaluasi dapat berupa penjelasan dari seluruh rangakaian metode ilmiah.


Setelah ilmuan melakukan pengamatan membuat deskriptis yang menurut dia adalah
relevan dengan masalahnya, dia menghadapi salah satu terpenting dari usahanya,
yakni memberikan penjelasan. Penjelasan ilmu pada dasarnya adalah mejawab
pertanyaan “mengapa”. Terdapat empat cara berbeda ynag digunakan dalam ilmu
untuk menjawab pertanyaan ini yakni, dekduktif probabilistik, genetis, dan
fungsional. 

8. Pragdigma

Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat kenyakinan atau dasar


yang menuntut seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurut Guba pradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat
kenakinan mendasar yang memandu tidakan-tindakan manusia dalam keseharian atau
penyelidikan ilmiah. Pandangan tetntang pradigma ilmu pengetahuan berubah antar
waktu. Perubahan pradigma dalam ilmu pengetahuan mencakaup seluruh aspek
pradigma.

BAB III

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu timbul berdasarkan atas hasil penyaringan, pengaturan, kuantifikasi,
obyektivasi, singkatnya, berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi terhadap
arus bahan-bahan pengalaman yang dapat dikumpulkan. Dalam kaitannya dengan
pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997) menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan
antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan
logis yang harus ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas,
aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis
itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara
aktivitas, metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu.
Ilmu merupakan sesuatu kegiatan yang dilaksanakan orang (aktivitas
manusiawi) yang bersifat rasional, kognitif, dan teologis. Metode ilmiah merupakan
prosedur yang digunakan ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan
ilmiah yang dilakukan secara rasionalis, empiris, dan sistematis.

DAFTAR PUSTAKA

9
academia .edu/9839877/Filsafat_Ilmu.  

Best John W. (1982) Metodologi Penelitian Pendidikan, disunting oleh Sanafiah


Faisal & Mulyadi. Surabaya:Usaha Nasional.

Susanto, A. (2011). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

Suriasumantri,J.S. (1985).Filsafat Ilmu suatu Pengantar Populer. Jakarta:sinar


harapan.

----------------------(1989) Ilmu dalam persfektif Sebuah karangan tentang hakikat


Ilmu,
Jakarta: Gramedia.

Suparno. P. 2001. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius


The Liang Gie. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

http://www.academia .edu/9839877/Filsafat_Ilmu.

10

Anda mungkin juga menyukai