PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sulit untuk
terpuaskan. Apabila satu atau beberapa kebutuhannya tercapai, maka dia akan
berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kemajuan di berbagai bidang dewasa ini, juga merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia. Hal ini, baik langsung maupun
tidak langsung akan berakibat meningkatnya rasa ingin tahu dan ingin mencapainya
sebagai satu kebutuhan.
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, maka manusia melakukan berbagai
usaha baik usaha dengan sadar maupun tanpa sadar.
Usaha-usaha itu akan membuahkan pengetahuan, dan jenis upaya yang
dilakukan akan menentukan atau akan menandai apakah pengetahuan itu akan
tergolong pengetahuan ilmiah (science) atau pengetahuan non ilmiah
(knowledge). Dalam upaya untuk memenuhi rasa ingin tahu itu banyak jalan yang
dapat ditempuh oleh manusia (ways of knowing). Dan masing-masing jalan untuk
pemenuhan rasa ingin tahu itu telah mewarnai sejarah panjang kehidupan manusia.
Upaya itu antara lain meliputi: penggunaan mitos, prasangka, intuisi, otoritas ahli, trial
and error, common sense, pengamatan indrawi, pengalaman pribadi dan upaya
lainnya. Upaya-upaya ini sejauh ini kurang begitu dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, antara lain karena hasil dari upaya-upaya tersebut tidak dapat ditelusuri
ulang (unreliable) dan besarnya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki manusia. Bukankah ahli pun bisa salah? Bukankah indera kita terbatas
daya inderanya ? Bukankah pengalaman pribadi sangat subjektif ? Bukankah intuisi
bisa saja hanya sekedar ilusi ?
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah:
1. Bagaimana struktur ilmu pengetahuan
2. Bagaimana metode ilmiah, teori, hipotesis, logika, data dan informasi,
pembuktian, evaluasi dan paradigma?
C. Tujuan
1
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui struktur metode ilmiah
2. Untuk mengetahui metode ilmiah, teori, hipotesis, logika, data dan
informasi, pembuktian, evaluasi dan paradigma
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyan tertentu pula. Mungkin epistimologi dari
ilmu pengetahuan akan lebih mudah dibicarakan jika kita mengarahkan perhatian kita
kepada sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir sekaligus
menjadi unsur-unsur dalam ilmu pengetahuan yang diatur dalam urutan tertentu.
Kerangka dasar prosedur ini dapat diurutkan dalam 8 rangka:
1. Metode ilmiah
4
Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis
dan metode nondeduksi. Metode analitiko-sintesis merupaka gabungan dari metode
analisi dan metode sintesis. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode
deduksi dan metode induksi.
2. Teori
5
Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat
dalam dunia fisik tersebut. Teori merupakan suatu absraksi intelektual dimana
pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori
ilmu merupakan sesuatu penjelasan rasional yang bersesuaian dngan obyek yang
dijelaskannya.
3. Hipotesis
Fakta tidak berbicara untuk diri mereka sendiri. Dalam dunia yang telaah ilmu,
sekelompok molekul atau sel tidak meloncat-loncat, melambaikan tangan, bersuit-suit,
dan mengatakan. “hai, lihat saya! Disini! Saya adalah batu,atau pohon, atau kuda.”
Apanya suatu benda yang tergantung kepada merek yang diberikan pada manusia
kepada benda tersebut. Kenyataan ini membawah kita kepada segi yang paling sulit
dari metodologi keilmuan yakni peranan dari hipotesis.
Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang hubungan antara variabel.
Hubungan hipotesis ini diajuhkan dalam bentuk dugaan kerja atau teori, yang
merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis
diajuhkan secara khas dengan dasar coba-coba. Hipotesis berfungsi untuk mengikat
data sedemikian rupa sehingga hubungan yang diduga dapat kita gambarkan dan
6
penjelasan yang mungkin dapat kta ajukan. Oleh karena itu maka sebelum teruji
kebenarannyasecara empiris semua penjelasan rasional yang diajuhkan statusnya
hanyalah bersifat sementara. Sekiranya menghadapi suatu masalh tersebut kita dapat
memajuhkan hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dari
sekian hipotesis yang diajuhkan hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria
kebenaran korespondensi yakni hipotesis yang didukung oleh fakta empiris.
4. Logika
5. Data-Informasi
Tahapan ini merupakan suatu yang dikenal dalm metode keilmuan. Disebab
oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka
banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil
observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan
dan klasifikasih data tahapan metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan
kata dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang
ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisia, membadingkan, dan membedakan
fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang disebut taksonomi dan
ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk bidang
keilmuan mereka.
6. Pembuktian
7
Langka selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis
tersebut dengan mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering kali
dalam hal ini kita harus melakukan perantara yakni menentukan faktor yang kita uji
dalam langka melakukan verifiasi terhadap keseluruan hipotesis tersebut. Kadang-
kadang kita membutuhkan instrumen yang membantu panca indra kita umpamanya
teleskop atau mikroskop. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhka
alat yang rumit sekali sehingga terjadi bahwa hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa
lama setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta yang
dibutuhkan.
7. Evaluasi
Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian
apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam
proses menguji hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis
itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.
8. Pragdigma
BAB III
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu timbul berdasarkan atas hasil penyaringan, pengaturan, kuantifikasi,
obyektivasi, singkatnya, berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi terhadap
arus bahan-bahan pengalaman yang dapat dikumpulkan. Dalam kaitannya dengan
pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997) menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan
antara pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan
logis yang harus ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas,
aktivitas harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis
itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara
aktivitas, metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu.
Ilmu merupakan sesuatu kegiatan yang dilaksanakan orang (aktivitas
manusiawi) yang bersifat rasional, kognitif, dan teologis. Metode ilmiah merupakan
prosedur yang digunakan ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan
ilmiah yang dilakukan secara rasionalis, empiris, dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
9
academia .edu/9839877/Filsafat_Ilmu.
http://www.academia .edu/9839877/Filsafat_Ilmu.
10