Anda di halaman 1dari 6

2.

3 FUNGSI DAN PERAN STEM CELL


Fungsi setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro sirkulasi darah sehingga bagi
pasien yang stroke, tekanan darah tinggi, leukimia, dan cuci darah akan sembuh.
2. Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat mematikan virus dan bakteri,
3. Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
4. Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga pasien setelah diterapi
stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.
5. Mempercepat metabolisme tubuh.
6. Menambah kinerja sel badan.
7. Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang.
8. Meningkatkan kemampuan anti kanker.
Sedangkan peran stemcell adalah sebagai berikut:
1. Terapi gen sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat
dilacak jejaknya apakah stemcell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
2. Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan.
4. Terapi sel berupa replacement

2.4 Penggunaan Kultur Stem Cell dalam Bidang Bioteknologi


Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun pengobatan.
Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:

2.4.1 Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset


1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen
ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil
mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat
self-renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang,
selain itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel,
sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat ini dapat
digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan ditransplantasikan ke
dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu tanpa mengganggu organ
tubuh.

Penggunaan stem cells untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip
terapi adalah dengan melakukan transplantasi stem cells pada organ yang rusak.
Jenis-jenis Transplantasi Sel Punca
1. Transplantasi sel punca dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
2. Transplantasi sel punca darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation).
3. Transplantasi sel induk darah tali pusat.
Tujuan dari transplantasi stem cells ini adalah
1) Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau
organ tubuh pasien
2) Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-
sel baru yang ditranspalantasikan.
Ada beberapa alasan penggunaan stem cell dalam cell based therapy:
a. Stem cell dapat diperoleh dari pasien sendiri, artinya transplantasi dapat bersifat autolog
sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan
organ donor yang harus match, transplantasi stem cells dapat dilakukan tanpa organ donor yang
sesuai.
b. Mempunyai kemampuan untuk berproliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Pada luka bakar yang luas jaringan kulit yang tersisa
tidak cukup untuk menutupi lesi luka baker tersebut.
c. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metoda
transfer gen.
d. Mempunyai kemampuan untuk bermigrasi kejaringan target misalnya ke otak
e. Mempunyai kemampuan untuk berintegrasi dengan jaringan host dan berinteraksi dengan
jaringan sekitarnya
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan jaringan dapat digunakan metoda SCNT atau terapi
kloning adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari resiko penolakan atau rejeksi. Pada
teknik ini inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel resipien. Sel yang telah
dimanipulasi ini kemudian akan membelah diri dan setelah menjadi blastokista maka inner cell
massnya akan diambil sebagai embryonic stem cells. Stem cells ini kemudian akan dimasukkan
kembali kedalam tubuh resipien dan stem cells ini kemudian akan berdifferensiasi menjadi sel
organ (sel pankreas, sel otot jantung dan lain-lain).
Mekanisme pengobatan stem cell pada kasus sirosis/pengerasan hati adalah pertama
pengambilan sumsum tulang dari tubuh pasien, kemudian pemisahan ,pemeliharaan, dan
pengembangbiakan sel induk diluar tubuh selanjutnya stem cell dimsukkan ke hati pasien maka
Stem cell akan bekerja di dalam hati dan berdiferensiasi menjadi sel hati yang baru.

2.4.2 Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit


Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem
cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk mengobati penyakit
dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah dengan melakukan
transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan
atau organ tubuh pasien.
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan
sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai kemampuan untuk
dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast,
fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan
yang rusak. Sel induk dewasa (adult stem cells) juga dapat digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan
dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan
kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi
neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan
remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat menghasilkan
oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim (mesenchymal
stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang.
Setelah disuntikkan perifer MSC akan melintas saw9ar darah otak pada daerah otak yang
rusak. Pemberian MSC intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan
menyebabkan proliferasi sel endogen setelah terjadinya stroke.
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin.
Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi sel pulau
Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga
diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin
besar pula kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian
yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol
transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi
yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang
diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan
dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara
membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat menggantikan
injeksi insulin secara permanen.
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat
membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal
ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah
penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun
luka bakar.
5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal, yang
merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang berperan
dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka pada penyakit
Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron
dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan
penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung
neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita
Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya
setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit
Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET;
perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun,
15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau
dihentikan.
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam pengobatan
penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS menyerang sistem
kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap gangguan virus atau penyakit.
Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami degradasi akan tergantikan sehingga
kekebalan tubuh pengidap akan berangsur pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang
mengakibatkan sel darah menjadi resisten terhadap virus HIV.
Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang secara normal
ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan tubuh yang diserang oleh
virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5 delta 32, dan
ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di Eropa.
Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem kekebalan
tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi mampu
menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang mengalami mutasi
gen.
Daftar Pustaka

Brooks, Geo.F .1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Citrawathi, Desak Made. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja: Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan

D. Enger, Eldon. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill Companies

Jusuf. A. A. 2008.Aspek Dasar Sel Punca Embrionik dan Potensi Pengembangannya. Depok:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The Americans: Mc Graw
Hill Higher Education

Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit
Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online) (diakses pada tanggal 19 Maret 2011)

Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of Viruses Second Edition. New York: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai