Anda di halaman 1dari 51

Tentang ICRC

Aksi ICRC didasarkan pada Konvensi Jenewa 1949, Protokol-protokol


Tambahan, Anggaran Dasar ICRC dan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
dan resolusi Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. ICRC adalah organisasi
yang netral dan mandiri yang bertujuan untuk menjamin perlindungan dan bantuan kemanusiaan
bagi korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. ICRC melakukan aksi untuk merespon
keadaan darurat dan pada saat yang sama mempromosikan penghormatan terhadap hukum
humaniter internasional dan implementasinya dalam hukum nasional.

Atas inisiatif ICRC, negara-negara mengadopsi Konvensi Jenewa pertama tahun 1864. Sejak saat
itu, ICRC, dengan dukungan seluruh Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, terus mendorong
pemerintah untuk mengadaptasikan hukum humaniter internasional terhadap keadaan yang terus
berubah, terutama terkait perkembangan terkini peralatan dan metode perang, guna memberikan
perlindungan dan bantuan yang lebih efektif bagi korban konflik.

Dewasa ini, semua Negara terikat oleh empat Konvensi Jenewa 1949 yang pada masa konflik
bersenjata, memberikan perlindungan kepada anggota angkatan bersenjata yang terluka, sakit dan
kapal karam, tawanan perang dan warga sipil.

Lebih dari tiga perempat negara di seluruh duni saat ini telah menjadi Negara Pihak pada kedua
Protokol Tambahan 1977. Protokol Tambahan I melindungi korban konflik bersenjata internasional,
sedangkan Protokol Tambahan II melindungi korban konflik bersenjata non-internasional. Yang
terpenting, perjanjian-perjanjian tersebut telah mengkodifikasikan aturan untuk melindungi
penduduk sipil dari dampak permusuhan. Protokol Tambahan III 2005 memungkinkan untuk
penggunaan lambang tambahan – Kristal Merah – oleh perhimpunan nasional dalam Gerakan.

Dasar hukum aksi kemanusiaan ICRC adalah sebagai berikut:

 Keempat Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan I memberi mandat khusus kepada ICRC
untuk melaksanakan aksi kemanusiaan dalam situasi konflik bersenjata internasional. Secara
khusus, ICRC mempunyai hak untuk mengunjungi tawanan perang dan interniran sipil.
Konvensi-konvensi tersebut juga memberi ICRC hak inisiatif.
 Dalam konflik bersenjata non-internasional, ICRC bisa menggunakan hak inisiatif
kemanusiaan yang diakui oleh masyarakat internasional dan tercantum pada Pasal 3
ketentuan sama keempat Konvensi Jenewa.
 Dalam hal terjadinya gangguan dan ketegangan dalam negeri, dan dalam situasi lain yang
membutuhkan aksi kemanusiaan, ICRC juga mempunyai hak inisiatif, yang diakui dalam
Anggaran Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Dengan demikian,
ketika hukum humaniter internasional tidak berlaku, ICRC dapat menawarkan pelayanannya
kepada pemerintah yang mana tawaran tersebut bukan merupakan campur tangan terhadap
urusan internal negara yang bersangkutan.

Pernyataan Misi ICRC

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan
independen, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan
dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lainnya, dan memberi
mereka bantuan.

ICRC juga berusaha mencegah penderitaan dengan mempromosikan dan memperkuat hukum
humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Didirikan pada tahun 1863, ICRC merupakan cikal bakal dari Konvensi-konvensi Jenewa dan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. ICRC mengatur dan mengkoordinasi
aksi kemanusiaan internasional yang dilakukan oleh Gerakan dalam konflik-konflik bersenjata dan
situasi-situasi kekerasan lainnya.

Tentang ICRC

Aksi ICRC didasarkan pada Konvensi Jenewa 1949, Protokol-protokol


Tambahan, Anggaran Dasar ICRC dan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
dan resolusi Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. ICRC adalah organisasi
yang netral dan mandiri yang bertujuan untuk menjamin perlindungan dan bantuan kemanusiaan
bagi korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. ICRC melakukan aksi untuk merespon
keadaan darurat dan pada saat yang sama mempromosikan penghormatan terhadap hukum
humaniter internasional dan implementasinya dalam hukum nasional.

Atas inisiatif ICRC, negara-negara mengadopsi Konvensi Jenewa pertama tahun 1864. Sejak saat
itu, ICRC, dengan dukungan seluruh Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, terus mendorong
pemerintah untuk mengadaptasikan hukum humaniter internasional terhadap keadaan yang terus
berubah, terutama terkait perkembangan terkini peralatan dan metode perang, guna memberikan
perlindungan dan bantuan yang lebih efektif bagi korban konflik.

Dewasa ini, semua Negara terikat oleh empat Konvensi Jenewa 1949 yang pada masa konflik
bersenjata, memberikan perlindungan kepada anggota angkatan bersenjata yang terluka, sakit dan
kapal karam, tawanan perang dan warga sipil.

Lebih dari tiga perempat negara di seluruh duni saat ini telah menjadi Negara Pihak pada kedua
Protokol Tambahan 1977. Protokol Tambahan I melindungi korban konflik bersenjata internasional,
sedangkan Protokol Tambahan II melindungi korban konflik bersenjata non-internasional. Yang
terpenting, perjanjian-perjanjian tersebut telah mengkodifikasikan aturan untuk melindungi
penduduk sipil dari dampak permusuhan. Protokol Tambahan III 2005 memungkinkan untuk
penggunaan lambang tambahan – Kristal Merah – oleh perhimpunan nasional dalam Gerakan.

Dasar hukum aksi kemanusiaan ICRC adalah sebagai berikut:

 Keempat Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan I memberi mandat khusus kepada ICRC
untuk melaksanakan aksi kemanusiaan dalam situasi konflik bersenjata internasional. Secara
khusus, ICRC mempunyai hak untuk mengunjungi tawanan perang dan interniran sipil.
Konvensi-konvensi tersebut juga memberi ICRC hak inisiatif.
 Dalam konflik bersenjata non-internasional, ICRC bisa menggunakan hak inisiatif
kemanusiaan yang diakui oleh masyarakat internasional dan tercantum pada Pasal 3
ketentuan sama keempat Konvensi Jenewa.
 Dalam hal terjadinya gangguan dan ketegangan dalam negeri, dan dalam situasi lain yang
membutuhkan aksi kemanusiaan, ICRC juga mempunyai hak inisiatif, yang diakui dalam
Anggaran Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Dengan demikian,
ketika hukum humaniter internasional tidak berlaku, ICRC dapat menawarkan pelayanannya
kepada pemerintah yang mana tawaran tersebut bukan merupakan campur tangan terhadap
urusan internal negara yang bersangkutan.

Pernyataan Misi ICRC

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan
independen, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan
dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lainnya, dan memberi
mereka bantuan.
ICRC juga berusaha mencegah penderitaan dengan mempromosikan dan memperkuat hukum
humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.

Didirikan pada tahun 1863, ICRC merupakan cikal bakal dari Konvensi-konvensi Jenewa dan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. ICRC mengatur dan mengkoordinasi
aksi kemanusiaan internasional yang dilakukan oleh Gerakan dalam konflik-konflik bersenjata dan
situasi-situasi kekerasan lainnya.

Kategori Indonesia
Berita Indonesia ICRC

Kompetisi sketching ICRC 2017: Sketch for


humanity
12/09/2017, Agenda Kegiatan / Berita / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bekerjasama dengan Sketchwalker mengadakan kompetisi sketsa.
Mengusung tema “Sketsa untuk kemanusiaan” (Sketch ...

Belajar Hukum Perang di Aceh


08/09/2017, Berita / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Waktu menunjukan pukul 10.30 saat pesawat kami mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda
Aceh. Udara panas menyeruak tatkala pintu pembatas ruang pengambilan ...
Layanan forensik ICRC, berbicara bagi yang
telah tiada
30/08/2017, Bantuan Kemanusiaan / Berita / Foto & Video / Indonesia / Kegiatan / Orang Hilang

Konflik bersenjata, bencana menyebabkan banyak keluarga terpisah dari orang-orang yang mereka cintai
tanpa mengetahui di ...

Iron Man merebut gelar juara kompetisi debat


HHI 2017
21/08/2017, Berita / Hukum Humaniter / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Kompetisi Debat Hukum Humaniter Internasional atau yang dikenal dengan IHL National Debate
Competition baru saja ...

Indonesia bisa memimpin dalam perlindungan


layanan kesehatan saat konflik
16/08/2017, Berita / Indonesia

Jakarta (PMI/MSF/ICRC) – Ancaman global yang dihadapi oleh pasien dan petugas pelayanan kesehatan
pada saat konflik menjadi isu utama dalam diskusi yang melibatkan ...
ICRC dan TNI AU upayakan perdalam
pengetahuan HHI bagi 40 perwira Lanud
Sulaiman
03/08/2017, Berita / Foto & Video / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Dalam upaya memperdalam pengetahuan dan mempertajam kemampuan HHI para perwira di Lanud
Sulaiman, Komite Internasional ...

The 2017 Indonesian National Round of the


IHL Moot Court Competition
02/08/2017, Agenda Kegiatan / Berita / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

The 12th Indonesian Round of the International Humanitarian Law Moot Court Competition  akan
diselenggarakan sekitar bulan ...
Komentar terkait Konvensi Jenewa II sudah
diperbarui
26/07/2017, Berita / Dokumen HHI / Hukum Humaniter / Indonesia

Setelah bertahun-tahun, akhirnya Komentar atas Konvensi Jenewa II tentang Perang di Laut kembali
diperbarui. Pada dasarnya, yang berubah dari isi kompilasi komentar ini ...

465 Warga Betun mendapatkan pemeriksaan


mata gratis
24/07/2017, Bantuan Kemanusiaan / Berita / Indonesia / Kegiatan / PMI & CVTL

Setelah berhasil mengadakan operasi katarak bagi warga masyarakat di Kota Tual Provinsi Maluku, dua
minggu ...

PMI dan ICRC Gelar Operasi Katarak Gratis


di Tual
10/07/2017, Berita / Indonesia

Guna membantu mengurangi angka prevalensi kebutaan yang terus meningkat di Indonesia, Palang Merah
Indonesia (PMI) bersama dengan ICRC (Komite Internasional Palang Merah) kembali melakukan ...
Kompetisi Debat HHI Nasional 2017
07/06/2017, Agenda Kegiatan / Berita / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Kompetisi Debat HHI Nasional 2017 diselenggarakan oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
regional delegasi Indonesia ...

Kunjungan Tiga Hari Presiden ICRC di


Indonesia
24/03/2017, Berita / Indonesia

Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Peter Maurer, telah menyelesaikan kunjungan ke
Indonesia yang dilaksanakan selama tiga hari dari 20-22/03/2017. Kunjungan ini bertujuan ...

Kategori Dokumen HHI
Pusat Data ICRC Jakarta
Mengapa kami memerlukan prinsip-prinsip
dasar?
07/09/2017, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Bayangkan Anda seorang sukarelawan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Negara Anda mengalami
perang saudara brutal dan tugas Anda adalah merawat orang sakit ...

Komentar terkait Konvensi Jenewa II sudah


diperbarui
26/07/2017, Berita / Dokumen HHI / Hukum Humaniter / Indonesia

Setelah bertahun-tahun, akhirnya Komentar atas Konvensi Jenewa II tentang Perang di Laut kembali
diperbarui. Pada dasarnya, yang berubah dari isi kompilasi komentar ini ...

Lambang kemanusiaan
05/07/2017, Dokumen HHI / Hukum Humaniter / Promosi HHI

Lambang palang merah dan bulan sabit merah adalah simbol harapan universal bagi orang-orang yang
sedang mengalami krisis kemanusiaan. Bagi masyarakat yang mengalami trauma ...
Islam dan Hukum Humaniter Internasional:
Selayang Pandang
05/06/2017, Berita / Dokumen HHI / Hukum Humaniter / Opini

Seiring dengan terjadinya konflik bersenjata di banyak belahan dunia Islam, hukum perang Islam menjadi
suatu keniscayaan demi melindungi warga sipil dan mereka yang ...

Prinsip yurisdiksi universal dan


komplementaritas: bagaimana kedua prinsip
ini bertautan satu sama lain?
31/05/2016, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Artikel ini mengulas hubungan antara prinsip yurisdiksi universal dan komplementaritas serta
kesulitan dalam implementasinya. Kendati kedua prinsip ini dikenal luas, masih ada ...
Hukum internasional dan konflik bersenjata di
masa suram : Seruan untuk terlibat
21/04/2016, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Catatan Opini ini menyoroti ketentuan hukum humaniter internasional (HHI) yang mewajibkan
diseminasi Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan kepada warga sipil. Dengan merujuk ...

Haruskah kewajiban negara dan kelompok


bersenjata menurut hukum humaniter
internasional benar-benar setara?
24/03/2016, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Seraya memperkenalkan bagian terbaru, yakni ‘debat’, Review berharap bisa berkontribusi pada
refleksi tentang kontroversi yang bersifat etika, hukum, atau praktik sekarang ini ...

Kekerasan seksual dalam konflik bersenjata:


Pelanggaran hukum humaniter internasional
dan hukum hak asasi manusia internasional
08/03/2016, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Kekerasan seksual banyak terjadi dalam konflik bersenjata kontemporer. Hukum humaniter
internasional dan hukum hak asasi manusia secara mutlak melarang segala bentuk kekerasan ...
Kekerasan dan Aksi Kemanusiaan di Daerah
Perkotaan: Tantangan dan Pendekatan Baru
21/01/2016, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Sejumlah negara dihadapkan pada tantangan untuk memastikan pembangunan harmonis dari kota
yang berkembang pesat, untuk menawarkan layanan publik yang layak seiring pertumbuhan ...

Get off My Cloud : perang cyber, hukum


humaniter internasional, dan Perlindungan
warga sipil
11/11/2015, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Perang cyber amat menonjol dalam agenda pembuat kebijakan dan pemimpin militer di seluruh
dunia. Unit-unit baru untuk menjamin keamanan cyber diciptakan di ...
Intervensi militer untuk tujuan kemanusiaan :
apakah Doktrin Responsibility to Protect
mementingkan legalitas penggunaan
kekerasan untuk tujuan-tujuan kemanusiaan?
22/10/2015, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Responsibility to Protect disebut-sebut sebagai sebuah pendekatan baru untuk melindungi populasi
dari kekejaman masal. Tentu saja hal ini akan mendorong kepercayaan bahwa ...

Dapatkah pembunuhan insidentil terhadap


dokter militer dapat diusahakan tidak terjadi
secara berlebihan?
08/10/2015, Dokumen HHI / Hukum Humaniter

Abstrak Personil medis militer dan obyek militer, serta kombatan yang terluka dan sakit, dilindungi terhadap
serangan langsung berdasarkan prinsip pembedaan dalam hukum humaniter ...

Kategori ICRC & HHI

The 2016 Indonesian National Round of the


IHL Moot Court Competition
22/08/2016, Agenda Kegiatan / Berita / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan /
Promosi HHI

The 11th Indonesian Round of the International Humanitarian Law Moot Court Competition  akan
diselenggarakan pada bulan ...

Universitas Parahyangan juara baru IHL


National Debate Competition 2016
03/06/2016, Berita / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Kompetisi Debat Hukum Humaniter Internasional atau yang dikenal dengan IHL   National Debate
Competition baru saja ...

Hari Internasional Sadar Ranjau


04/04/2016, Berita / Foto & Video / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Opini

Instrumen hukum apa sajakah yang terkait dengan penggunaan ranjau? Apakah Indonesia sudah turut serta
dalam ...
HHI: ICRC meluncurkan panduan baru
memperkuat relevansi Konvensi Jenewa
28/03/2016, Berita / Global / Hukum Humaniter / ICRC & HHI

Jenewa – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) meluncurkan panduan baru yang cukup besar pada
pelaksanaan Konvensi Jenewa, memperkuat argumen meskipun masih banyak dilanggar, ...

UI dan UPH kembali berhadapan di final IHL


Moot Court National Round
14/12/2015, Berita / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

International Society of International Law (ISIL) kembali bekerja sama dengan Komite Internasional Palang
Merah (ICRC) ...

The 2015 Indonesian National Round of the


IHL Moot Court Competition
23/07/2015, Agenda Kegiatan / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Promosi HHI

The 10th Indonesian Round of the International Humanitarian Law Moot Court Competition  akan
diselenggarakan pada bulan ...

Selandia Baru Berhasil Memenangkan


Kompetisi Moot Court ke-13 di Hong Kong
24/03/2015, Berita / Foto & Video / Global / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia /
Kegiatan / Promosi HHI

Beijing / Hong Kong (ICRC) – Mahasiswa Fakultas Hukum dari 22 kota di Asia-Pasifik berpartisipasi ...

Kompetisi Moot Court


24/03/2015, Berita / Global / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Kegiatan / Promosi HHI

Kompetisi Moot Court (Peradilan Semu) merupakan kegiatan ekstrakurikuler dimana para siswa berada
dalam sebuah proses simulasi ...
UI Kembali Mewakili Indonesia Pada
Kompetisi Moot Court di Hong Kong 2015
08/01/2015, Berita / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan / Promosi HHI

Jakarta (ICRC) – Universitas Indonesia (UI) kembali keluar sebagai juara nasional Kompetisi Pengadilan Semu
(Moot ...

Seminar Prinsip-prinsip Kemanusiaan dan


Pedoman Perilaku
17/12/2014, Berita / Foto & Video / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan / PMI
& CVTL / Promosi HHI

Di Asia Tenggara, ini seminar pertama ICRC mengenai Prinsip-prinsip Kemanusiaan dan Pedoman Perilaku.
Sebelumnya telah ...

Sosialisasi tentang Standar Pemolisian


Internasional
06/11/2014, Berita / Foto & Video / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan /
Promosi HHI

Tantangan yang dihadapi oleh personil Brimob dalam mengatasi pelaku kriminal bersenjata menjadi
bahasan hangat dalam ...
Pelatihan Simulasi HHI untuk Kopassus
05/11/2014, Berita / Foto & Video / Hukum Humaniter / ICRC & HHI / Indonesia / Kegiatan /
Promosi HHI

Sejak tahun 1999, ICRC di Indonesia mempromosikan integrasi Hukum Humaniter Internasional (HHI) di
Angkatan Bersenjata ...

Lihat artikel terdahulu 

 1
 2
 3
 …
 8

Tentang
ICRC mulai bekerja di Indonesia sejak tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia. Usai kemerdekaan,
ICRC terus hadir untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan melalui PMI. Keberadaan
ICRC dipermanenkan oleh Pemerintah Indonesia tahun 1979. Kegiatan ICRC dititikberatkan pada promosi
Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan pengembangan kapasitas PMI di Indonesia dan CVTL di Timor
Leste.

Social Media

Twitter

Video

Agenda Kegiatan
Lomba Esai Kemanusiaan ICRC-Qureta 2017:
Konflik dan Krisis Kemanusiaan
01/08/2017, Agenda Kegiatan

Dewasa ini, dunia kita seperti sedang menghadapi apa yang disebut penulis India, Pankaj Mishra,
sebagai abad kemarahan (age of anger). Ada banyak gesekan dan ketegangan yang berujung konflik,
baik di tingkat ...

Tags
Aceh Afghanistan Agenda Kegiatan Bantuan kemanusiaan Bantuan Kemanusiaan Bencana Berita Berita
Global Berita Indonesia blog Diseminasi Dokumen HHI Eksplorasi Hukum Humaniter forensik Foto
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Headline News Health Care In Danger Hukum
Humaniter Internasional ICRC ICRC & HHI ICRC Jakarta JUMBARA Katarak Kegiatan ICRC kompetisi
Konvensi Kunjungan Tahanan Marawi Moot Court Papua Perang Cyber Pertolongan Pertama PMI PMR
Qureta RFL Rilis Pers Seminar Suriah TNI Tsunami Video W
Pusat Informasi

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah mendirikan Documentation Centre on Humanitarian Studies (DCHS)
di Kantor Delegasi Regional untuk Indonesia & Timor Leste pada tahun 2010 dengan tujuan untuk memajukan dan
mempromosikan studi dan penelitian tentang isu-isu kemanusiaan.
ICRC dengan senang hati mengundang anda para misi-misi diplomatik, staf organisasi regional maupun internasional,
lembaga dan institusi pemerintah maupun non pemerintah, jurnalis, akademisi, mahasiswa dan para peneliti untuk
menggunakan referensi, studi dan hasil penelitian yang tersedia di DCHS.
DCHS memiliki literatur yang berharga dalam bidang hukum humaniter, hukum hak asasi manusia, hubungan
internasional, ilmu politik, studi tentang konflik dan perdamaian serta organisasi internasional. Pelayanan diberikan
secara bebas biaya, bahkan secara terbatas disediakan layanan fotocopy gratis atas permintaan anda terhadap dokumen
yang tersedia dan untuk pencarian data disediakan layanan internet serta di bawah bimbingan ahli yang berkompeten.
Hingga Mei 2011, telah tersedia 1.729 judul buku, artikel, jurnal, laporan hasil penelitian dan reportase dalam bentuk
audio-visual yang tersusun dalam bidang-bidang pokok bahasan sebagai berikut :
 Humanitarian issues at the national, regional and international levels
 Humanitarian relief
 Public International Law, International humanitarian law and refugee law
 Human rights law
 Disarmament and weapons
 Peace and conflict management
 Humanitarian diplomacy
 Activities of the International Red Cross and Red Crescent Movement
 Research on Humanitarian and Human rights law
Tentang
ICRC mulai bekerja di Indonesia sejak tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia. Usai kemerdekaan, ICRC terus
hadir untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan melalui PMI. Keberadaan ICRC dipermanenkan
oleh Pemerintah Indonesia tahun 1979. Kegiatan ICRC dititikberatkan pada promosi Hukum Humaniter Internasional
(HHI) dan pengembangan kapasitas PMI di Indonesia dan CVTL di Timor Leste.

Lambang-Lambang Kemanusiaan

Sejarah Lambang

Pada
tahun 1859, ketika melakukan perjalanan di Italia, seorang pengusaha Swiss bernama Henry Dunant
menyaksikan akibat mengerikan dari Perang Solferino. Sekembalinya di Jenewa, Dunant
menuliskan apa yang disaksikannya itu dalam sebuah buku berjudul A Memory of Solferino
(Kenangan dari Solferino). Dalam buku ini Dunant mengajukan dua usulan untuk membantu korban
perang:

 Perlunya pada masa damai didirikan kelompok relawan di setiap negara supaya mereka siap
merawat korban pada masa perang
 Perlunya negara-negara menyepakati pemberian perlindungan bagi para petugas pertolongan dan
para korban di medan pertempuran
Usulan pertama terwujud dengan dibentuknya Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah (Perhimpunan Nasional) di banyak negara. Dewasa ini, lebih dari 185 Perhimpunan
Nasional telah diakui oleh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (Gerakan).
Usulan kedua terwujud dengan disusunnya empat buah Konvensi Jenewa 1949, yang dewasa ini telah disetujui oleh
semua negara di dunia.

Pada tahun 1863 berlangsung Konferensi Internasional I di Jenewa Swiss yang dihadiri oleh 16 negara. Negara-negara
menyadari perlunya tanda yang sama untuk anggota kesatuan medis militer. Tanda itu harus berstatus netral dan dapat
menjamin perlindungan terhadap mereka di medan perang.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap negara Swiss, Konferensi Internasional sepakat menggunakan lambang Palang
Merah di atas dasar putih sebagai Tanda Pengenal untuk kesatuan medis militer dari setiap negara. Lambang tersebut
diambil dari warna kebalikan bendera nasional Swiss, palang putih diatas dasar merah.

Pada tahun itu pula Komite Internasional untuk Pertolongan Bagi Tentara yang Terluka berganti nama menjadi Komite
Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross) atau ICRC.

Pada 1864, Lambang Palang Merah sebagai Tanda Pengenal dan Tanda Pelindung  bagi anggota kesatuan medis militer
diadopsi ke dalam Konvensi Jenewa I tentang “Perlindungan bagi anggota militer yang luka dan sakit di meda
pertempuran darat”.

Setelah diadopsi, Lambang Palang Merah diartikan sebagai:

 Lambang Pembeda; ada pembedaan yang nyata antara kesatuan tempur (kombatan) dan kesatuan medis (non
kombatan).
 Lambang yang netral; pemberian satu tanda yang sama bagi seluruh anggota kesatuan medis militer di setiap
negara, memberikan mereka status netral

Penggunaan Lambang

Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Kristal Merah mempunyai dua tujuan. Mereka dapat dipakai sebagai:

Penggunaan Lambang Sebagai Tanda Perlindungan

Pada masa konflik bersenjata, lambang-lambang tersebut merupakan tanda yang terlihat mengenai perlindungan yang
diberikan oleh Konvensi-konvensi Jenewa dan Protokol-protokol Tambahannya kepada pekerja pertolongan dan kepada
personil, sarana, dan transportasi medis. Sebagai tanda pelindung, lambang-lambang tersebut harus berukuran sebesar
mungkin dan harus dipajang tanpa tambahan informasi apa-apa.

Pada masa konflik bersenjata:

 Personil dinas medis dan personil keagamaan dari angkatan bersenjata,


 Personil medis dan unit serta alat transportasi medis dari Perhimpunan Nasional yang diperbantukan pada dinas
medis angkatan bersenjata dan tunduk pada hukum dan peraturan militer
 Dengan izin tertulis dari pemerintah dan dengan pengawasan pemerintah: rumah sakit sipil, semua unit medis
sipil, dan perjimpunan-perhimpunan bantuan serta sarana-sarana medis sukarela lainnya, staf mereka, dan alat
transportasi yang ditugasi untuk merawat dan mengangkut korban luka, korban sakit, dan korban karam.
Pada masa damai:

 Personil dinas medis dan personil keagamaan angkatan bersenjata


 Sarana dan alat transportasi medis Perhimpunan Nasional yang difungsikan sebagai sasrana dan alat
transportasi medis pada masa konflik bersenjata, dengan persetujuan dari pihak berwenang.

ICRC dan IFRC boleh menggunakan lambang ini (Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Kristal Merah) di setiap saat
(pada masa damai maupun pada masa konflik bersenjata), tanpa pembatasan.

Protokol Tambahan III menetapkan bahwa demi meningkatkan perlindungan, personil dinas medis dan personil
keagamaan angkatan bersenjata boleh menggunakan penggunaan sementara waktu atas lambang yang mana saja dari
lambang-lambang yang telah diakui, dengan cara yang tidak merugikan lambang yang selama ini telah mereka pakai.

ICRC, IFRC, dan personil mereka yang telah memperoleh izin secara semestinya harus tetap memakai nama dan
lambang yang selama ini mereka pakai. Namun, dalam keadaan pengecualian/luar biasa dan untuk memperlancar
kegiatan mereka, mereka boleh menggunakan Kristal Merah.

Penggunaan Lambang Sebagai Tanda Pengenal

Sebagai tanda pengenal, lambang-lambang tersebut menunjukkan bahwa orang atau objek yang mengenakannya ada
kaitannya dengan Gerakan. Dalam hal ini, lambang-lambang tersebut harus diberi tambahan informasi (misalnya nama
atau inisial Perhimpunan Nasional yang bersangkutan). Lambang-lambang tersebut harus berukuran kecil dan tidak
boleh dikenakan pada ban lengan atau dipajang pada atap gedung, supaya tidak dirancukan dengan lambang yang
digunakan sebagai tanda pelindung.

Pada masa konflik bersenjata:

 Perhimpunan Nasional
 IFRC
 ICRC

Pada masa damai:

 Badan-badan, individu-individu, dan objek-objek yang ada kaitannya dengan salah satu komponen Gerakan
(yaitu Perhimpunan Nasional, ICRC, dan IFRC)
 Ambulans dan posko pertolongan pertama yang berfungsi semata-mata untuk menyediakan perawatan gratis
bagi korban luka dan korban sakit dalam situasi pengecualian/luar biasa, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan nasional dan dengan izin tertulis dari Perhimpunan Nasional.

Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan nasional, Perhimpunan Nasional boleh menggunakan salah satu dari
lambang-lambang tersebut, baik di wilayah negaranya sendiri maupun di luar negeri. Perhimpunan Nasional yang
menggunakan lambang palang merah atau bulan sabit merah sebagai tanda pengenalnya, boleh melakukan penggunaan
sementara waktu atas lambang Kristal merah sebagai tanda pengenal dalam situasi luar biasa demi memperlancar
kegiatan-kegiatannya, baik di wilayah negaranya sendiri maupun di luar negeri.

Perhimpunan Nasional yang memilih mengadopsi Kristal merah sebagai tanda pengenalnya boleh mengintegrasikan ke
dalam lambang ini sebuah tanda pembeda lainnya yang sebelum pengadopsian Protokol Tambahan III telah mereka
pakai dan telah mereka komunikasikan kepada negara-negara peserta Konvensi-konvensi Jenewa lainnya serta kepada
ICRC.
Penyalahgunaan Lambang

Setiap penyalahgunaan lambang dapat menghilangkan nilai perlindungan dari lambang yang
bersangkutan dan merongrong keefektifan tindakan pemberian bantuan kemanusiaan.

Peniruan/Imitasi

Yaitu penggunaan sebuah tanda tertentu yang, karena bentuk dan/atau warnanya, dapat dirancukan dengan salah satu
dari ketiga lambang tersebut.

Penggunaan secara tidak semestinya

Yaitu penggunaan lambang palang merah, bulan sabit merah, atau kristal merah sebagai tanda pembeda dengan cara
yang tidak sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang relevan dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) atau
penggunaan secara tanpa izin atas salah satu lambang tersebut oleh individu atau lembaga (perusahaan komersial,
apotek, dokter swasta, LSM, individu biasa, dan lain sebagainya) atau penggunaan salah satu lambang tersebut untuk
tujuan yang tidak sejalan dengan Prinsip-prinsip Dasar Gerakan.

Tipu Daya Licik

Yaitu penggunaan secara sengaja atas salah satu lambang tersebut pada masa konflik bersenjata untuk melindungi
kombatan atau peralatan militer selama pelaksanaan operasi tempur. Penggunaan salah satu lambang untuk tujuan tipu
daya licik seperti itu, apabila mengakibatkan kematian atau cidera serius, dianggap sebagai kejahatan perang .

RUU Lambang Palang Merah

Pasal 40

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

a)    Setiap orang yang telah menggunakan lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, atau Palang Merah Indonesia
sebagai merek priduk barang atau jasa sebelum berlakunya undang-undang ini, dalam jangka waktu paling lamba 12(dua
belas) bulan sejak berlakunya undang-undang ini wajib tidak menggunakan lambang pada merk tersebut

b)    Simbol lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, atau lambang Palang Merah Indonesia yang telah diguanakan
oleh perseorangan, insitusi, lembaga, perlumpulan, atau badan hukum yang bukan merupakan institusi yang berwenang
berdasarkan undang-undang ini wajib diganti dalam waktu paling lambat 12(dua belas) bulan sejak mulai berlakunya
undang-undang ini, atau

c)    Perseorangan, institusi, lembaga, perkumpulan, atau badan hukum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, dianggap menggunakan simbol lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, atau Palang Merah
Indonesia secara tidak sah.

Penerapan Identitas PMI

Palang Merah Indonesia (PMI) telah dikenal sebagai lembaga sosial kemanusiaan terbesar di Indonesia. Kiprahnya
dalam membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana, donor darah, serta bidang kesehatan lainnya telah diakui.
Untuk itu, sebagai organisasi yang netral dan mandiri, PMI harus senantiasa konsisten menampilkan sosok organisasi
yang modern dan profesional. Konsistensi dan profesionalitas itu tidak hanya diwujudkan dalam kualitas pelayanan,
namun juga dalam hal bagaimana menunjukkan identitas PMI secara utuh.

Untuk itu perlu diatur tentang:

 Standar logo
 Aturan penggunaan
 Komposisi

Konsistensi logo merupakan bagian penting dari pengatan karakter PMI. Konsistensi logo tersebut dapat diaplikasikan
dalam berbagai bentuk, seperti penggunaan seragam, kendaraan, dan sebagainya.

Sejarah PMI

PALANG MERAH INDONESIA

Sejarah Lahirnya Palang Merah Indonesia

 21 Oktober 1873

Pemerintah kolonial Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het Nederland-Indiche
Rode Kruis (NIRK) yang kemudian namannya menjadi Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie (NERKAI).

 1932 dan 1940

Pada 1932 timbul semangat untuk mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) yang dipelopori oleh dr. RCL. Senduk dan
Bahder Djohan. Kemudian, proposal pendirian diajukan pada kongres NERKAI (1940), namun ditolak. Pada saat
penjajahan Jepang, proposal itu kembali diajukan, namun tetap ditolak.

 3 September 1945

Pada 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk
membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional untuk menunjukan kepada dunia internasional bahwa keberadaan
Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

 5 September 1945

Pada 5 September 1945, dr. buntaran membentuk Panitia Lima yang terdiri dari dr. R. Mochtar, dr. Bahder Johan, dr.
Joehana, Dr. Marjuki dan dr. Sitanala, untuk mempersiapkan pembentukan Palang merah di Indonesia.

 17 September 1945

Tepat pada tanggal 17 September 1945 terbentuklah Pengurus Besar Palang Merah Indonesia (PMI) dengan ketua
pertama, Drs. Mohammad Hatta.

 16 Januari 1950

Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan nasional, maka Pemerintah Belanda membubarkan NERKAI dan
menyerahkan asetnya kepada PMI. Pihak NERKAI diwakili oleh dr. B. Van Trich sedangkan dari PMI diwakili oleh dr.
Bahder Djohan. 

 1950 dan 1963

PMI terus melakukan pemberian bantuan hingga akhirnya Pemerintah Republik Indonesia Serikat mengeluarkan
Keppres No. 25 tanggal 16 Januari 1950 dan dikuatkan engan Keppres No. 246 tanggal 29 November 1963. Pemerintah
Indonesia mengakui keberadaan PMI.

Adapun tugas utama PMI berdasarkan Keppres RIS No. 25 tahun 1950 dan Keppres RI No. 246 tahun 1963 adalah
untuk memberikan bantuan pertama pada korban bencana alam dan korban perang sesuai dengan isi Konvensi Jenewa
1949.








 1950

Secara Internasional, keberadaan PMI diakui oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada 15 Juni 1950.
Setelah itu, PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah (Liga) yang sekarang disebut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah (IFRC) pada Oktober 1950.

 Saat ini

Saat ini, PMI telah berdiri di 33 Provinsi, 371 Kabupaten/Kota dan 2.654 Kecamatan (data per-Maret 2010). PMI
mempunyai hampir 1,5 juta sukarelawan yang siap melakukan pelayanan.

PALANG NERAH INDONESIA

Visi
PMI yang berkarakter, profesional, mandiri dan dicintai masyarakat

Misi
1. Menjadi organisasi kemanusiaan terdepan yang memberikan layanan berkualitas melalui kerja sama dengan
masyarakat dan mitra sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
2. Meningkatkan kemandirian organisasi PMI melalui kemitraan strategis yang berkesinambungan dengan
pemerintah, swasta, mitra gerakan dan pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan.
3. Meningkatkan reputasi organisasi PMI di tingkat Nasional dan Internasional.

 Tujuan Stategis PMI adalah: 

1. Mewujudkan PMI yang berfungsi baik di berbagai tingkatan, baik dalam pelaksanaan kebijakan, peraturan
organisasi, sistim dan prosedur yang ditetapkan.
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di berbagai tingkatan, baik sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang diperlukan dalam operasi penanganan bencana di seluruh wilayah Indonesia.
3. Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak bencana serta penyakit.
4. Meningkatkan pelayanan darah yang memadai, aman dan berkualitas di seluruh Indonesia.
5. Memperkuat hubungan kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menjalankan mandat dan
fungsi PMI di bidang kemanusiaan.
6. Meningkatkan kemitraan yang berkesinambungan dengan sektor publik, swasta, mitra gerakan, lembaga donor
dan pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan dalam melayanai masyarakat.
7. Meningkatkan akuntabilitas PMI sebagai organisasi kemanusiaan di tingkat Nasional maupun Internasional.
8. Meningkatkan pemahaman seluruh elemen masyarakat tentang nilai-nilai kemanusiaan, prinsip-prinsip
dasar Gerakan Internasional Palang Merah / Bulan Sabit Merah serta Hukum Perikemanusiaan
Internasional melalui upaya komunikasi, edukasi dan diseminasi.

SUSUNAN KEPENGURUSAN PMI 2014 – 2019


Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
Wakil Ketua Umum : Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita
Sekretaris Jenderal : dr. Ritola Tasmaya, MPH
Wakil Sekertaris Jenderal : dr. Diah Defawati Ande Latif
Bendahara : Suryani Sidik Motik, Ph.D
Wakil Bendahara : Ir. J. Dwi Hartanto
Ketua Bidang Organisasi : Sasongko Tedjo, SE, MM
Ketua Bidang Penanganan : Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH
Bencana
Ketua Bidang Kesehatan : dr. Farid Husain, Sp. KBd
dan Sosial
Ketua Bidang Unit Donor : dr. Linda Lukitasari Waseso
Darah dan Rumah Sakit
Ketua Bidang PMR dan : H. Muhammad Muas, SH
Relawan

Ketua Bidang Hubungan : Prof. Dr. Hamid Awaluddin


Internasional
Ketua Bidang Dana dan : Drs. Jhony Darmawan, M.Si
Prasarana
Anggota : 1. Rapiuddin Hamarung
2. Andi Harianto Sinulingga
3. R. Heru Aryadi, MTh
4. Alirman Sori, SH, M. Hum
Dewan Kehormatan : 1. Haryono Suyono
2. Aksa Mahmud
3. Meutia Hatta
4. Prof. Komarudin Hidayat
5. Komjen (Purn) Nanan Sukarna

Struktur Organisasi

Sesuai dengan keputusan PP PMI No: 176/KEP/PP PMI/X/2010 markas pusat PMI memiliki 14 Divisi/Biro/Unit yang
terdiri dari:

 Divisi Organisasi
 Divisi Penanganan Bencana

 Divisi Kesehatan dan Sosial


 Divisi Relawan
 Divisi Dana dan Prasarana
 Biro Hubungan Intenasional
 Biro Kepegawaian
 Biro Keuangan
 Biro Umum
 Biro Humas
 Unit Pendidikan dan Pelatihan
 Unit Poliklinik
 Unit IT
 Unit Satuan Kerja Audit Internal

Mitra Gerakan

Sejak bencana tsunami di Aceh pada 2004, pelayanan PMI didukung oleh 38 Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di
dunia. Mayoritas membantu program kerja PMI untuk korban tsunami. Saat ini PMI masih mendapat dukungan dari 7
Perhimpunan Nasional yang membantu program kerja PMI di sejumlah bidang, yaitu Palang Merah Amerika, Palang
Merah Belanda, Palang Merah Hong Kong, Palang Merah Jepang, Palang Merah Australia, Palang Merah Kanada, dan
Palang Merah Spanyol. Selain 7 perhimpunan nasional, kegiatan PMI di Indonesia juga didukung oleh Komite
Internasional Palang Merah (ICRC) dan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) yang
berkantor di Jakarta.

 Dukungan Perhimpunan Nasional kepada PMI:

Palang Merah Amerika:

 Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan 


 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Aceh
 Pengembangan Organisasi PMI di Aceh 
 Pengembangan Organisasi PMI di Sumatera Barat
 Air dan Sanitasi di Aceh
 Mitra Perusahaan (Corporate Volunteer)
 Mobille Communication
 Pengurangan Risiko Bencana dan Ketahanan Masyarakat di Daerah Pesisir di Indonesia
Palang Merah Amerika dan Palang Merah Spanyol:
 Pengurangan Risiko Bencana di Bidang Kesehatan di Wonogiri
Palang Merah Hong Kong:
 Pencegahan Penyakit HIV dan AIDS, Kepedulian, dan Dukungan di Bali
 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di NTB
Palang Merah Belanda:
 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di NTT
 Penyediaan Air, Promosi Kesehatan dan Sanitasi Terintegrasi di Papua 
Palang Merah Kanada:
 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat 
Palang Merah Jepang:
 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Banten
Palang Merah Australia:
 Program Donor Darah
 Amandemen MoU
ICRC:
 Pengembangan Kapasitas PMI 
IFRC:
 Pengembangan Kapasitas PMI 
 
 
Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah sebuah
cabang dari perlindungan bagi korban perang dan mengenai pembatasan atas alat (sarana) dan metode
(cara) bertempur dalamn  sengketa bersenjata internasional ataupun non internasional. HPI dikenal pula dengan
beberapa nama lain, yaitu Hukum Perang (the Law of War), Hukum Sengketa Bersenjata (the Law of Armed Conflict),
atau Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law).

Tujuan HPI:

1.    Memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak terlibat, atau tidak lagi terlibat, dalam pertempuran, yaitu
penduduk sipil, tentara yang menjadi korban luka, sakit, korban kapal karam, dan tawanan perang
2.    Mengatur penggunaan alat dan cara bertempur, dan
3.    Membatasi serta meringankan penderitaan yang diakibatkan oleh perang
Latar belakang HPI berkaitan erat dengan sejarah Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Ide yang dituangkan oleh Jean Henry Dunant dalam bukunya “Kenangan dari Solferino” melahirkan sebuah komite
yang kemudian dikenal dengan nama Komite Internasional Palang Merah (The International Committee of the Red
Cross and Red Crescent atau ICRC).
Atas prakarsa komite tersebut, Pemerintah Swiss mengadakan konferensi diplomatic pada tahun 1864 di
Jenewa. Konferensi ini melahirkan perjanjian internasional yang dikenal dengan nama Konvensi Jenewa 1864. Konvensi
yang pada waktu itu mengikat 12 negara tersebut berisi sejumlah ketentuan tentang pemberian bantuan kepada anggota
bersenjata yang terluka atau sakit tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan.

Konvensi-Konvensi Jenewa 1949

 Konvensi Jenewa I : tentang perbaikan keadaan anggota angkatan perang yang terluka dan sakit di medan
pertempuran darat
 Konvensi Jenewa II : tentang perbaikan keadaan anggota angkatan perang di laut yang terluka, sakit dan korban
kapal karam
 Konvensi Jenewa III : tentang perlakuan terhadap tawanan perang
 Konvensi Jenewa IV : tentang perlindungan orang-orang sipil di waktu perang

Protokol-Protokol Tambahan 1977

 Protokol Tambahan I : perlindungan korban sengketa bersenjata internasional


 Protokol Tambahan II : perlindungan korban sengketa bersenjata non-internasional

Selain perjanjian-perjanjian internasional tersebut, instrumen HPI juga meliputi:

 Konvensi Den Haag 1907: tentang penggunaan alat dan cara bertempur
 Konvensi Den Haag 1954: tentang perlindungan terhadap benda budaya pada masa sengketa bersenjata
 Konvensi Senjata Kimia 1993: tentang pelarangan senjata kimia
 Konvensi Ottawa 1997: tentang pelarangan ranjau darat anti personel
 Statuta Roma 1998: tentang pembentukan Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court)
Prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Kemanusiaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada
korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi
penderitaan sesama manusia yang terjadi dimana pun. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin
penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan
perdamaian abadi antar sesama manusia.

Kesamaan

Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras,
agama, tingkat sosial, atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang per orang
sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.

Kenetralan

Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.

Kemandirian

Gerakan bersifat mendiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang
kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara masing-masing, namun Gerakan bersifat
otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan.

Kesukarelaan

Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan mencari keuntungan apapun.

Kesatuan

Di dalam satu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang
digunakan: Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di
seluruh wilayah negara yang bersangkutan.

Kesemestaan

Gerakan bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir di seluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status
yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dalam membantu satu sama lain.

Panduan Keselamatan

Pengertian

Panduan Keselamatan (Safer Access) adalah elemen-elemen penting untuk Perhimpunan Nasional dalam melakukan
tindakan dimana mereka bisa meningkatkan keselamatan dan membuka akses untuk bekerja guna memberi bantuan
kemanusiaan kepada penerima bantuan sesuai dengan mandat yang telah diberikan.

Tujuan

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa yang mengancam keselamatan anggota PMI, khususnya ketika
bertugas di lapangan. Namun apabila peristiwa tersebut telah terjadi, diharapkan panduan ini akan membantu untuk
mengurangi dampak yang lebih buruk.
Sasaran

Semua anggota PMI yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam operasi tanggap darurat bencana.

Rujukan

 UU. No. 59 Tahun 1958 tentang keikutsertaan Negara RI dalam konvensi-konvensi Jenewa pada 12 Agustus
1949
 UU. Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007
 Keppres RI No. 25 Tahun 1950 tentang pengesahan dan pengakuan Perhimpunan Nasional Palang Merah
Indonesia
 Keppres RI No. 246 Tahun 1963 tentang tugas pokok dan kegiatan PMI
 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 1 Tahun 1962 tentang Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata
Palang Merah
 AD/ART Palang Merah Indonesia
 Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI
 Panduan Keselamatan, ICRC

Lambang Pembeda; ada pembedaan yang nyata antara kesatuan tempur (kombatan) dan kesatuan medis (non
kombatan).

Lambang yang netral; pemberian satu tanda yang sama bagi seluruh anggota kesatuan medis militer di setiap negara,
memberikan mereka status netral

Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi

Adapun tahapan pengembangan organisasi PMI melalui tahapan sebagai berikut :

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia :

 Kepengurusan, sesuai dengan AD/ART, masa kepengurusan aktif lima tahun, setiap tahun melaksanakan
Musyawarah Kerja, Mendapatkan Orientasi Kepalang Merahan.
 Staf, staf menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang ada, menjalankan program kerja yang
di buat oleh Pengurus, mendapatkan peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan yang menunjang pelaksanaan
manajerial, merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku.
 Relawan, Relawan dalam melaksanakan tugas pelayanan PMI kepada Masyarakat yang paling membutuhkan,
tentunya untuk dapat melaksanakan pelayanan dengan baik relawan harus memiliki ketrampilan yang mumpuni
yang diperoleh dari Pendidikan dan pelatihan atau kompoetensi yang melekat pada seorang relawan. Dalam
melaksanakan pelayanan relawan dikelola oleh Staf dengan arahan dari Pengurus.
 Pendanaan, kapasitas SDM yang cukup dan terampil belumlah maksimal dalam melakukan pelayanan tanpa di
tunjang dengan sumber daya keuangan yang baik, PMI perlu membuka alternative pendanaan yang tidak
semata bersumber dari pemerintah melainkan membuka pola pendanaan yang bersumber dari masyarakat dan
pihak swasta.

Penyusunan pedoman dan aturan organisasi sebagai penjabaran AD/ART  

Sebagai  penjabaran lebih lanjut dari Peraturan-Peraturan Organisasi PMI (PO), maka PMI Pusat telah menerbitkan 12
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan 26 Petunjuk Teknis (Juknis) Organisasi PMI, yang ditetapkan saat MUKERNAS
PMI tahun 2012.
Pendampingan Markas PMI Propinsi/Kabupaten/Kota

Program ini merupakan implementasi dukungan Palang Merah Australia untuk peningkatan kapasitas kesiapsiagaan PMI
di Indonesia Timur.  Program ini mencakup PMI Provinsi Sulsel (5 PMI Kab/Kota), NTT (5 PMI Kab/Kota) dan Papua
Barat (4 PMI Kab/Kota).   Program ini secara efektif dimulai pada bulan Maret 2012, dan tahap-I berakhir pada bulan
Februari 2013.   Dalam tahap-I ini, 17 Relawan telah diperbantukan pada Markas 3 PMI Provinsi dan 14 PMI Kab/Kota
wilayah sasaran.   Tahap-II akan dimulai bulan Maret 2013 dengan mempertahankan 9 Relawan, 1 orang akan
ditempatkan di PMI Pusat selaku Koordinator, 3 orang di Sulsel, 3 orang di  NTT, serta 2 orang di Papua Barat.
Selain itu, Palang Merah Amerika juga melanjutkan dukungannya untuk PMI Provinsi Aceh dengan program pasca-
tsunami berupa pendampingan Kepala Markas kepada  6 PMI Kab/Kota di Aceh.  2 orang tenaga pendamping dari PMI
Provinsi Jawa Tengah telah ditugaskan untuk melaksanakan program pendampingan dimaksud.
Beberapa contoh program Pendampingan Markas Program-program  di atas  mendapat dukungan dari Mitra Gerakan,
yaitu :
 PM Canada, OD-CB PERTAMA, di PMI Provinsi Jambi, Sumbar dan Lampung, dan 9 PMI Kab/Kota (3
Kab/Kota per Provinsi)
 PMI Spanyol, OD-CB PERTAMA, di PMI Provinsi Kalteng, dengan 3 PMI Kab/Kota wilayah sasaran
 PM Amerika, PERTAMA, di PMI Provinsi Sumbar dengan 3 PMI Kab/Kota wilayah sasaran dan PMI Provinci
Aceh, OD, di 6 PMI Kab/Kota wilayah sasaran
 PM Australia, Penguatan Kapasitas Kesiapsiagaan PMI Indonesia Timur, 3 PMI Provinsi dengan 14 PMI
Kab/Kota wilayah sasaran

Monitoring dan Evaluasi Organisasi PMI

PMI Pusat, khususnya Bidang Organisasi, memperoleh tugas diantaranya memantau persiapan dan pelaksanaan
Musyawarah di segenap PMI Provinsi. Pada waktu yang saat ini berjalan (tahun 2014), dan menghimbau kepada PMI
Propinsi dan PMI Kabupaten/Kota untuk segera melaksanakan Musyawarah untuk pemilihan pengurus apabila telah
lewat masa kedaluwarsa sebagai salah satu prasyarat untuk ikut dalam MUNAS XX TAHUN 2014.
Selain itu untuk meningkatan kapasitas organisasi menuju Perhimpunan Nasional yang berfungsi baik. Dengan
memantau pelaksanaan PO/Juklak/Juknis serta Kinerja Markas PMI di semua tingkatan, PMI Pusat telah menerbitkan
Kuestioner Penilaian Kapasitas dan Kinerja Organisasi yang disepakati 33 Pengurus PMI Provinsi pada Rapat Kerja
Bidang Organisasi dan Kelembagaan pada tanggal 30 November s/d  4 Desember 2012 di Semarang (Jawa Tengah).
Tercatat 286 PMI Kab/Kota (dari 459, 62,58%)  dari 31 PMI Provinsi telah mengirim kembali kuestioner penilaian ke
Markas Pusat PMI.
Sesuai dengan temuan dari hasil kuesioner yang terangkum di dalam dokumen fact sheet tahun 2012 merefleksikan
capaian pada tahun 2013 bahwa 20 (dua puluh) PMI Provinsi termasuk kategori Baik (> 80 poin) dan 12 (dua belas)
PMI Provinsi dalam kategori Sedang (60 – 80 poin). Namun demikian nilai capaian tersebut tidak berkorelasi langsung
terhadap kinerja organisasi dari tiap PMI Kabupaten/Kota di masing-masing PMI Provinsi 

Kesiapsiagaan Bencana

PMI menjalankan Program PERTAMA (Pengurangan


Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat), yang merupakan program
berbasis masyarakat untuk mendorong pemberdayaan
kapasitas masyarakat agar siaga dalam mencegah serta
mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di tempat
tinggalnya.
Masyarakat sebagai pihak yang langsung terkena
dampak saat bencana terjadi harus diberdayakan dengan
pengetahuan dan ketrampulan yang memadai, sehingga mampu
melakukan upaya-upaya penanggulangan dampak bencana dan
risikonya.
Program PERTAMA diterapkan di daerah yang rawan banjir,
longsor, gempa, letusan gunung berapi, gelombang pasang dan
tsunami dan di area dimana masyarakat mudah bekerjasama
(gotong royong) untuk melaksanakan upaya mitigasi atau pengurangan risiko. Penerima manfaat dari program ini adalah
masyarakat yang paling rentan, yang secara langsung kondisi kesehatan, kehidupan ekonomi dan lingkungan hidupnya
terancam.
Dengan program PERTAMA, PMI di Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan dapat meningkatkan
kemampuannya dalam tanggap darurat dan melaksanakan langkah mitigasi dampak dan risiko bencana. Demikian juga
halnya dengan ketrampilan membuat peta rawan bencana, menentukan jalur evakuasi dan sistem peringatan dini.
Lingkup PERTAMA 

Program PERTAMA mencakup di bidang kesehatan: penyadaran hidup bersih dan sehat, perbaikan sarana air bersih,
pencegahan penyakit yang disebabkan sanitasi buruk, lingkungan
yang kotor, air limbag dan sebagainya. Bidang ekonomi:
perlindungan lahan pertanian dan tambak, peningkatan mata
pencaharian, dan sebagainya. Bidang lingkungan hidup: penyadaran
tentang pelestarian lingkungan, perlindungan bantaran sungai, pesisir
pantai, perbaikan saluran air, dan sebagainya.

Lokasi Program PERTAMA

Pelaksanaan program sejauh ini dilakukan di PMI Daerah di Aceh,


Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusat Tenggara Timur.  

Tanggap Darurat Bencana


Letak geografis Indonesia di daerah Khatulistiwa dengan morfologi
yang beragam dari dataran sampai pegunungan tinggi menyebabkan
Indonesia termasuk negara yang paling rawan terhadap bencana.

Berdasarkan data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi


Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR), Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, dan letusan gunung berapi.

Sebagai salah satu mandatnya, PMI melakukan respon cepat, tepat


dan terkoordinasi untuk membantu masyarakat saat terjadi bencana.
Untuk melakukan penanggulangan bencana, PMI didukung oleh
relawan yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai ujung tombak
pelaku pelayanan kepalangmerahan PMI di masyarakat.

Mandat PMI dalam membantu penanggulangan bencana ini tertuang


dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 25 Tahun 1950 dan
Keppres No. 246 Tahun 1963 tentang PMI yang bekerja
melaksanakan tugas atas nama pemerintah dan bertanggungjawab
kepada pemerintah dengan tetap berprinsip kepada kemandirian PMI
dan dalam hal bencana, PMI mempunyai tugas antara lain sebelum
bencana, saat bencana, dan paska bencana.

Prinsip 6 Jam

Saat ini PMI menjalankan Prinsip “6 Jam Sampai di Lokasi Bencana” yaitu respon awal PMI sudah dilakukan dalam
waktu 6 jam setelah bencana terjadi. Hal ini untuk mendukung respon PMI yang diupayakan dilakukan secara cepat,
tepat, dan terkoordinasi.

Kapasitas Operasi Tanggap Darurat

Selain personil relawan, operasi penanggulangan bencana PMI didukung dengan peralatan dan perlengkapan respon
bencana, termasuk gudang regional PMI yang tersebar di 6 wilayah (Banten, padang, Semarang, Gresik, dan Makassar)
berisi barang bantuan tersebar di seluruh Indonesia untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana PMI di regional
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Jawa bagian tengah, Jawa bagian timur dan Kepulauan Sumbawa, dan wilayah Maluku,
Papua serta Sulawesi.

Saat ini PMI juga memiliki armada yang dimobilisasi saat respon penanggulangan bencana, seperti helikopter,
ambulans, mobil amphibi (Haglund), mobil tangki air, dan mobil unit donor darah selain dukungan lainnya yaitu posko
bencana di setiap markas PMI serta peralatan air dan sanitasi.  
Kegiatan Penanggulangan Bencana

Dalam memberikan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana, PMI memberikan pelayanan yaitu:

 Evakuasi korban
 Penampungan darurat (pengungsian)
 Pertolongan Pertama
 Medis dan ambulans
 Dapur umum
 Distribusi bantuan
 Air dan sanitasi

Pemulihan Bencana
Pascabencana, PMI juga terlibat dalam proses pemulihan
bencana (recovery) dengan memberikan bantuan untuk
memulihkan kehidupan masyarakat yang terkena dampak
bencana.

Salah satu pelayanan yang diberikan adalah dukungan


psikososial yang bertujuan untuk meminimalisasi trauma
yang dialami oleh survivor bencana.

Kegiatan dukungan psikososial PMI diberikan kepada anak-


anak, remaja, orang dewasa, hingga Lansia. Kegiatan yang
dilakukan
pun
beragam,
mulai dari
kegiatan

permainan, olahraga, ketangkasan, dan


konseling.

Lebih lanjut mengenai pelayanan PMI yang diberikan


kepada korban bencana dalam masa pemulihan yaitu:

 Dukungan Psikososial (Psychosocial Support


Program)
 Hunian sementara
 Pemulihan Hubungan Keluarga
(Restoring Family Links)
Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (PPBM)

Merupakan program PMI yang dilakukan berbasis masyarakat di bidang kesehatan. PPBM dilaksanakan secara terpadu
oleh Relawan PMI dan masyarakat serta mendapat dukungan dari pemerintah setempat melalui pelatihan Relawan dan
mobilisasi masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam program ini sangat penting, karena mereka lebih memahami kondisi, kegiatan, dan
kehidupan mereka sehari-hari.

Melalui pendekatan “belajar sambil melakukan” (learning by doing), relawan mempromosikan dan menjaga perilaku
sehat di masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk beradaptasi dan melakukan tindakan
nyata.

Tujuan

 Tujuan umum PPBM adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui pendekatan berbasis
masyarakat secara berkelanjutan.
 Tujuan khusus PPBM adalah penguatan kapasitas PMI di tingkat Pusat/Daerah/Cabang untuk menjamin
efektifitas pelaksanaan kegiatan serta keberlanjutan program serta meningkatkan kehidupan dan kemandirian
masyarakat melalui promosi kesehatan dan penguatan kapasitas masyarakat berdasarkan pada kebutuhan
utama di masyarakat

Kegiatan PPBM

Program PPBM membiasakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat melalui kampanye kesehatan,
promosi kesehatan, praktek pertolongan pertama dalam keadaan darurat sehari-hari untuk meningkatkan, baik
kebersihan diri maupun kesehatan lingkungan.

 Mobilisasi masyarakat

Melibatkan relawan dan masyarakat dalam merencanakan dan proses belajar dengan melakukan aksi PPBM
 Tindakan berbasis kajian dalam masyarakat
Membantu relawan dan masyarakat dalam mengenali dan menanggulangi 5(lima) prioritas masalah
kesehatan yang ada, pertolongan pertama dan kesiapsiagaan bencana di masyarakat, sebagai dasar untuk
mengembangkan rencana dan tindakan aksi di masyarakat
 Pertolongan pertama dasar
Membantu relawan dan masyarakat untuk melakukan penilaian awal, perencanaan dan pelaksanaan
pertolongan pertama dalam keadaan darurat sehari-hari, serta mengkomunikasikan pesan pencegahan cidera
dan penyakit kepada anggota masyarakat
 Mobilisasi masyarakat dalam keadaan darurat
Membantu menyiapkan relawan dan masyarakat untuk melakukan tindakan jika terjadi bencana atau kejadian
luar biasa/pandemi penyakit
 Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Dengan melibatkan relawan dan masyarakat untuk mendukung kelompok rumah tangga dan anggota
masyarakat dalam mengadopsi perilaku sehat dengan menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait untuk
kesehatan masyarakat

Komponen Promosi Kesehatan

 Pencegahan
 Perubahan perilaku
 Pendidikan
 Pemberdayaan
 Perubahan sosial

 
Pertolongan Pertama dan Ambulans
Pertolongan Pertama Darurat

PMI memberikan pertolong an pertama darurat di saat kedaruratan


seperti kecelakaan, bencana, maupun konflik. Hal ini penting untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah keadaan
menjadi lebih buruk, dan mempercepat kesembuhan. Pertolongan pertama darurat menjadi salah satu kegiatan yang
dilakukan PMI saat operasi tanggap darurat.  

Sebagai ujung tombak dalam operasi tanggap darurat, relawan PMI diberikan pengetahuan dan skill pertolongan
pertama, sehingga cakap dalam memberikan penanganan medis dasar kepada penderita. Dalam memberikan pertolongan
pertama, relawan PMI harus memiliki kemampuan dasar, di antaranya menguasai cara meminta bantuan pertolongan,
menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru), dan menguasai teknik menghentikan perdarahan.

Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan terjadinya. Langkah
terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Salah satunya adalah
dengan mengetahui dan mempelajari pertolongan pertama.

Ambulans 

Sebaga i sebuah organisasi kemasyarakatan, PMI berkomitmen


melaksanakan kegiatan di bidang sosial kemanusiaan dengan partisipasi masyarakat relawan sebagai kekuatan
organisasi, dan mempunyai kemampuan menanggulangi penderita kecelakaan dan darurat kesehatan, serta membantu
mengevakuasinya ke fasilitas kesehatan yang ada. PMI senantiasa mengembangkan kerjasama dengan mitra kerja, baik
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, balai pengobatan, poliklinik, rumah sakit, maupun
Pertolongan penyelenggara pelayanan ambulans lainnya. Pelayanan Ambulans adalah salah satu pelayanan kemanusiaan
PMI.

Banyak PMI Cabang ingin memiliki fasilitas penunjang keselamatan itu sebagai bentuk pelayanan darurat di bidang
kesehatan, jika penderita memerlukan transportasi segera untuk rujukan dari sekitar Markas PMI atau Pos Ambulans
PMI, serta digunakan saat aktivitas penanggulangan bencana.

Tim Ambulans PMI, sesuai Standar dalam buku Panduan Pelayanan Ambulans PMI, memiliki kelengkapan persyaratan
sertifikat Pertama (PP) minimal 40 jam dan mampu melakukan tindakan PP; berlatar belakang medis (untuk dokter,
perawat, dan paramedis yang terdiri dari para relawan PMI); dan telah bergabung dengan PMI Cabang setempat minimal
satu tahun serta memahami tentang kepalangmerahan. PMI berharap dengan pertolongan pertama dan evakuasi yang
diberikan Pelayanan Ambulans ini kepada penderita untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut di fasilitas kesehatan
yang ada, resiko cedera parah hingga angka kematian dapat ditekan turun.
Air dan Sanitasi

Program Air dan Sanitasi Darurat PMI berawal saat bencana


tsunami melanda Aceh dan beberapa kawasan di Samudera
Hindia pada 2004.

Saat itu, beberapa palang merah (Perhimpunan Nasional) dari


negara sahabat seperti Palang Merah Spanyol, Perancis, dan
Jerman turut berkontribusi menangani air bersih untuk para
pengungsi dengan menggunakan berbagai peralatan pengolahan
air yang mereka miliki.

Setelah operasi berakhir, para Perhimpunan Nasional ini


menghibahkan peralatan-peralatan tersebut kepada PMI untuk
digunakan dalam penanganan bencana di masa depan.

Sejak 2005, Tim Air dan Sanitasi PMI telah terlibat dalam
beberapa operasi penanggulangan bencana seperti gempa Nias
2005, letusan Merapi 2006, banjir Pakistan 2007, gempa
Sichuan Cina 2008, gempa Padang 2009, gempa Haiti 2010,
banjir Wasior Papua, gempa dan tsunami Mentawai dan letusan
Merapi yang terjadi kembali pada 2010.

Untuk mendukung pelayanan air dan sanitasi, PMI mendirikan


Pusat Air dan Sanitasi Darurat PMI di Jatinangor Bandung Jawa
Barat yang tidak hanya dilengkapi dengan berbagai
perlengkapan operasional dan gudang penyimpanan mesin
pengolahan air bersih, tetapi juga memiliki relawan yang ahli di
bidang air dan sanitasi.

Kapasitas Program Watsan PMI

Saat ini program watsan darurat PMI memiliki berbagai alat water treatment plant (WTP). Dalam kapasitas penuh, tim
ini mampu memproduksi lebih dari 2 juta liter air per hari, yang seharusnya cukup untuk memenuhi lebih dari 100.000
orang setiap harinya.

Pelatihan

Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik sekaligus meningkatkan kapasitas tim respon darurat di bidang air dan
sanitasi, PMI menggelar pelatihan di bidang air dan sanitasi dalam skala nasional maupun internasional bagi Tim
Watsan. Salah satunya dilakukan pada 4-9 April 2011 yang diikuti oleh 13 negara (Indonesia, Filipina, Malaysia,
Thailand, Singapura, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Jepang, Timor Leste, Pakistan, dan India)

Program Dukungan Psikososial (PSP)

Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support


Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun
masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP
diberikan kepada Kelompok masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja, dewasa
dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.
Manfaat Program Dukungan Psikososial

 Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya.


 Mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam lingkungannya.
 Mengurangi risiko berkembangnya reaksi normal menjadi reaksi yang tidak normal.
 Meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapii pasca bencana.
 Membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis yang muncul akibat dari situasi yang
dihadapi.

Pelaksanaan Program Dukungan Psikososial PMI tidak dilaksanakan melalui pendekatan individual/konseling, tetapi
melalui pendekatan berbasis masyarakat

HIV dan AIDS

Di akhir tahun 1994, PMI bergabung dengan Gugus Tugas HIV


Palang Merah Bulan Sabit Merah Asia/ Asian Red Cross and
Red Crescent HIV Task Force (ART) bersama dengan anggota
Perhimpunan Nasional lain.

Dalam ART, PMI memulai program Pendidikan Remaja Sebaya


sebagai titik awal partisipasi dalam usaha mencegah penyebaran
HIV dan AIDS antar kelompok-kelompok remaja.

Sejak tahun 2000 PMI telah meluaskan program ke cabang-


cabang yang dinilai memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
menerapkan program tersebut. Secara bertahap, PMI
meningkatkan program intervensi HIV & AIDS sebagai tindak
lanjut Deklarasi Jenewa (2001).

Kasus HIV dan AIDS  saat ini sudah menjadi pandemi di


Indonesia. Data Kementrian Kesehatan, hingga 30 September
2010 diperkirakan jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai
330.000. Jika program pencegahan masih terbatas, diperkirakan
pada 2020 mendatang, jumlah penderita bisa mencapai 16 juta
Saat ini Indonesia adalah satu dari lima besar negara dengan
jumlah infeksi HIV di Asia, bersama India, Thailand, Myanmar,
dan Nepal. Sehingga tidak bisa dihindari lagi  bagi Indonesia
untuk menerapkan kesepakatan tingkat Internasional yang
diikuti

kebijakan nasional.

Kebijakan PMI Menanggulangi HIV dan AIDS di Indonesia

Berpartisipasi aktif dalam penanggulangan HIV & AIDS melalui tiga pendekatan yakni pencegahan, perawatan &
dukungan terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), anti stigma & diskriminasi terhadap ODHA, serta  berupaya
melibatkan ODHA pada tiap tahapan kegiatan. Berupaya untuk mengembangkan jaringan kerja dengan instansi dan
lembaga terkait yang juga terlibat dalam program penanggulangan HIV & AIDS, termasuk dengan jaringan ODHA.

Jenis-Jenis  kegiatan penanggulangan HIV sesuai dengan kebijakan PMI adalah:

Pencegahan

 Pendidikan Sebaya dan Mobilisasi Masyarakat;


 Pendistribusian KIE untuk kelompok rentan sasaran program;
 Rujukan untuk Konseling dan Tes Sukarela/ Volunteer Counselling and Testing (VCT);
 Keterampilan personal, termasuk penggunaan kondom bagi meraka yang melakukan aktivitas bersiko
penularan HIV dan IMS.
Perawatan dan Dukungan

 Membantu memberikan rujukan untuk mendapatkan pengobatan, dukungan dan perawatan bagi ODHA
khususnya di rumah;
 Membuat kelompok dukungan dan jejaring dalam masyarakat atau memperkuat kelompok yang sudah ada;
 Mengembangkan kelompok dukungan masyarakat dan jejaring ODHA dan kemitraan dengan organisasi
ODHA.

Anti Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA

 Memastikan bahwa PMI memiliki kebijakan HIV lingkungan kerja dan program HIV untuk semua staf dan
relawan;
 Mengintegrasikan isu kesetaraan gender dan kekerasan seksual berbasis gender dalam program / kegiatan PMI;
 Pendidikan sebaya, mobilisasi masyarakat dan KIE berbasis masyarakat.

Sejauh ini PMI telah banyak mendapatkan dukungan dari Palang Merah Belanda, Palang Merah Jepang dan Palang
Merah Australia serta Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC).  Di samping itu, beberapa
PMI Daerah/Cabang juga menerima bantuan langsung dari lembaga donor lain seperti UNFPA, FHI/ASA dan Komisi
AIDS Propinsi serta Pemerintah Daerah.

Operasi Katarak

Mata ad alah organ penglihatan yang vital. Seperti organ tubuh


lainnya, mata juga membutuhkan perawatan agar tetap sehat dan fungsinya tidak terganggu, karena bila terganggu, harga
yang harus dibayar sangat mahal. Gangguan serius pada mata juga dapat menyebabkan kelumpuhan aktivitas sehari-hari.

Angka kebutaan di Indonesia tergolong yang tinggi, yaitu mencapai 1,5% dari jumlah kebutaan yang mencapai 3% dari
penduduk dunia. Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak, glukoma, kelainan refraksi dan penyakit lain
yang berhubungan dengan degeneratif. Tingginya masalah kesehatan mata yang ada di Indonesia cukup memilukan,
pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian, komponen yang ada di masyarakat harus bersinergi untuk melakukan
penanggulangan.

Untuk dapat berperan serta dalam membantu meringankan beban masyarakat yang rentan secara sosial ekonomi, Palang
Merah Indonesia akan terus melaksanakan kegiatan pelayanan sosial yang ditujukan kepada masyarakat paling miskin
dan paling rentan, baik pada situasi bencana maupun pada situasi normal.

Dalam mencapai tujuan tersebut, PMI akan melaksanakan program operasi katarak gratis bagi masyarakat yang kurang
mampu, dengan harapan melalui kegiatan ini masyarakat miskin dan rentan yang memiliki permasalahan dengan katarak
dapat kembali pulih penglihatannya dan dapat melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik lagi. Dalam
pelaksanaannya, PMI menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit yang akan melakukan tindakan operasi tersebut,
salah satunya seperti yang saat ini sedang berlangsung yakni dengan Rumah Sakit St. Carolus.

Pelayanan Donor Darah


Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia  sebagai bahan dasar dengan
tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Peraturan Pemerintah N0. 7/ 2011 tentang Pelayanan Darah
menyebutkan penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Donor Darah (UDD) yang
diselenggarakan oleh organisasi sosial dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang Kepalangmerahan
atau dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI).

Lebih lanjut, baik dalam UU No. 36/2009 tentang Kesehatan maupun Peraturan Pemerintah No.7/2011 tentang
Pelayanan Darah, dinyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yang aman,
mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah (Pemda)
meliputi pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pendanaan pelayanan darah untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Sesuai penjelasan UU No. 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 90 dan PP No. 7/2011 tentang Pelayanan Darah Pasal 46,
jaminan pendanaan pemerintah diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi kepada UDD dari APBN, APBD dan
bantuan lainnya. 

Kebutuhan Darah Nasional

PMI terus mengampanyekan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup (lifestyle). Setiap tahunnya, PMI menargetkan
hingga 4,5 juta kantong darah sesuai dengan kebutuhan darah nasional, disesuaikan dengan standar Lembaga Kesehatan
Internasional (WHO) yaitu 2% dari jumlah penduduk untuk setiap harinya.  

Keamanan Darah

Untuk menjaga keamanan darah terhadap resiko penularan infeksi dari donor kepada pasien penerima darah, setiap
kantong darah harus diuji saring terhadap infeksi, antara lain terhadap Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.  Uji
saring Sifilis telah dilaksanakan sejak tahun 1975 dan saat ini ditujukan terhadap antibodi treponema pallidum
menggunakan reagensia TPHA. Uji saring Hepatitis B ditujukan terhadap HBsAg, Hepatitis C terhadap anti-HCV dan
HIV terhadap anti-HIV. Metoda uji saring yang digunakan adalah Elisa (70% donasi), Rapid Test (30% donasi) dan
NAT.

Donor Sekarang

Halaman 1 dari 4

“Tahukah Anda? Bila kita berdonor darah secara rutin maka sel darah pendonor
akan mengalami regenerasi lebih cepat, selalu baru dan segar. Pastinya ini baik
untuk tubuh.” (dr. Robby Nur Aditya, Unit Donor Darah Pusat PMI)

“Darah berkoresponden untuk berbagi cinta dari dunia luar dan diri sendiri. Jadi
bisa dibayangkan, kalau kita mendonorkan darah sama saja dengan juga
membagikan cinta ke dunia luar.” (Dr. Riani Susanto, ND., C.T.)

Anda bisa membagi cinta, menjaga kesehatan, sekaligus beribadah melalui donor
darah. Ayo donor darah!

Cara Berdonor Darah

Caranya mudah. Tinggal datang ke UDD terdekat dan lakukan langkah-langkah berikut:

 Mengambil formulir pendaftaran donor


 Membaca pesan donor dan mengisi formulir donor yang berisi tentang pertanyaan riwayat medis (inform
consent) dan identitas donor
 Menandatangani formulir pendaftaran
 Pemeriksaan pendahuluan yaitu penimbangan berat badan, pemeriksaan Hb, dan golongan darah
 Pemeriksaan dokter termasuk wawancara dan pemeriksaan tekanan darah
 Pengambilan darah dan sample darah
 Pengambilan kartu donor
 Istirahat (donor disediakan makanan pengganti)

Palang Merah Remaja


Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah kegiatan remaja di


sekolah atau lembaga pendidikan normal dalam kepalangmerahan
melalui program kegiatan ekstra kurikuler.

Anggota PMR:

PMR MULA setingkat SD


PMR MADYA setingkat SMP
PMR WIRA setingkat SMA

 
Syarat menjadi anggota PMR:

 WNI atau WNA yang berdomisili di Indonesia


 Berusia 7-20 tahun dan belum menikah
 Berpendidikan setingkat SD, SLTP dan SLTA
 Bersedia mengikuti pelatihan dan pendidikan dasar kepalangmerahan
 Mendapat persetujuan orang tua/wali

Kegiatan PMR:

 Pengumpulan bantuan di sekolah untuk korban bencana


 Bakti sosial dengan kunjungan ke rumah sakit atau panti jompo/panti asuhan untuk perawatan keluarga,
gerakan kebersihan lingkungan, dsb
 Mengikuti gerakan kakek/nenek angkat asuh
 Mengikuti pelatihan remaja sebaya di bidang kesehatan remaja dan HIV/AIDS
 Donor darah siswa
 Seni (majalah dinding, lomba-lomba)
 Program persahabatan remaja palang merah regional/internasional
 Jumbara (Jumpa Bakti Gembira) PMR

Ruang lingkup kegiatan PMR dikenal dengan nama Tri Bakti Remaja yang mengandung arti:

 Berbakti kepada masyarakat (seperti mengadakan kunjungan berkala ke panti jompo, menjadi donor darah
 Mempertinggi keterampilan serta memelihara kebersihan dan kesehatan (misalnya, mempraktikkan kebersihan
dan kesehatan di lingkungan sekita
 Mempererat persahabatan nasional dan internasional (contohnya, melakukan latihan gabungan PMR dengan
kelompok PMR lain, saling bertukar album persahabatan)

Note: Untuk mendaftar sebagai anggota PMR, dapat menghubungi pihak sekolah masing-masing

Korps Sukarela (KSR) PMI

Korps Sukarela (KSR) adalah kesatuan unit PMI yang menjadi


wadah bagi anggota biasa dan perseorangan yang atas kesadaran
sendiri menyatakan menjadi anggota KSR.

Anda dapat mendaftarkan diri ke Kantor PMI Kota/Kabupaten


setempat dan bergabung menjadi KSR Unit Markas
Kota/Kabupaten. Bila Anda seorang mahasiswa suatu perguruan
tinggi, anda dapat menghubungi Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) yang menangani kepalangmerahan.

Anda dapat bergabung menjadi anggota KSR setelah melewati


pendidikan dasar di PMI Kota/Kabupaten maupun UKM KSR-
PMI di Perguruan Tinggi.

Syarat Menjadi Anggota KSR:

 WNI atau WNA yang sedang berdomisili di Indonesia


 Berusia minimal 18 tahun
 Berpendidikan minimal SLTP/Sederajat
 Bersedia mengikuti pendidikan dan pelatihan
 Bersedia menjalankan tugas kepalangmerahan secara
terorganisir dan mentaati peraturan yang berlaku

Setelah rekrutmen, Anda akan mengikuti pelatihan tingkat dasar


KSR, sebelum menginjak tingkat lanjutan dan spesiailisasi yang
diselenggarakan oleh Markas Kota/Kabupaten. Sedangkan bagi
anggota UKM kepalangmerahan, setelah pelatihan dasar di
UKM dapat ditindaklanjuti pelatihan lanjutan di PMI
Kota/Kabupaten untuk menjadi anggota KSR PMI Perguruan
Tinggi.

Pelatihan spesialisasi biasanya akan diberikan kepada KSR yang siap menjadi anggota "Satgana" (Satuan Siaga
Penanggulangan Bencana). Cakupan kegiatan tersebut pada intinya diarahkan untuk melaksanakan pertolongan/bantuan
dalam kesatuan unit terorganisasi di bidang Penanggulangan Bencana serta Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat.

 
Kegiatan KSR:

 Donor darah sukarela


 Pertolongan pertama dan evakuasi pada kecelakaan, bencana dan konflik
 Dapur umum, penampungan darurat, distribusi relief, ReStoring Family Link (RFL) untuk korban bencana
 Pelayanan pada program berbasis masyarakat (CBFA/CBDP)
 Layanan konseling dan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) untuk pencegahan sebaran HIV/AIDS dan narkoba 
 Ketrampilan hidup
 Temu Karya KSR
 Membantu PMI Kota/Kabupaten membina Anggota PMR

Korps Sukarela (KSR) PMI


Korps Sukarela (KSR) adalah kesatuan unit PMI yang menjadi
wadah bagi anggota biasa dan perseorangan yang atas kesadaran
sendiri menyatakan menjadi anggota KSR.

Anda dapat mendaftarkan diri ke Kantor PMI Kota/Kabupaten


setempat dan bergabung menjadi KSR Unit Markas
Kota/Kabupaten. Bila Anda seorang mahasiswa suatu perguruan
tinggi, anda dapat menghubungi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
yang menangani kepalangmerahan.

Anda dapat bergabung menjadi anggota KSR setelah melewati


pendidikan dasar di PMI Kota/Kabupaten maupun UKM KSR-
PMI di Perguruan Tinggi.

Syarat Menjadi Anggota KSR:

 WNI atau WNA yang sedang berdomisili di Indonesia


 Berusia minimal 18 tahun
 Berpendidikan minimal SLTP/Sederajat
 Bersedia mengikuti pendidikan dan pelatihan
 Bersedia menjalankan tugas kepalangmerahan secara
terorganisir dan mentaati peraturan yang berlaku

Setelah rekrutmen, Anda akan mengikuti pelatihan tingkat dasar


KSR, sebelum menginjak tingkat lanjutan dan spesiailisasi yang
diselenggarakan oleh Markas Kota/Kabupaten. Sedangkan bagi
anggota UKM kepalangmerahan, setelah pelatihan dasar di UKM
dapat ditindaklanjuti pelatihan lanjutan di PMI Kota/Kabupaten
untuk menjadi anggota KSR PMI Perguruan Tinggi.

Pelatihan spesialisasi biasanya akan diberikan kepada KSR yang


siap menjadi anggota "Satgana" (Satuan Siaga Penanggulangan
Bencana). Cakupan kegiatan tersebut pada intinya diarahkan untuk melaksanakan pertolongan/bantuan dalam kesatuan
unit terorganisasi di bidang Penanggulangan Bencana serta Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat.

Kegiatan KSR:

 Donor darah sukarela


 Pertolongan pertama dan evakuasi pada kecelakaan, bencana dan konflik
 Dapur umum, penampungan darurat, distribusi relief, ReStoring Family Link (RFL) untuk korban bencana
 Pelayanan pada program berbasis masyarakat (CBFA/CBDP)
 Layanan konseling dan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) untuk pencegahan sebaran HIV/AIDS dan narkoba 
 Ketrampilan hidup
 Temu Karya KSR
 Membantu PMI Kota/Kabupaten membina Anggota PMR
Tenaga Sukarela (TSR)
Tenaga Sukarela (TSR) adalah anggota PMI yang direkrut dari
perseorangan dari kalangan masyarakat yang berlatar belakang
profesi atau memiliki ketrampilan tertentu, misalnya dokter, ahli
gizi, sanitasi, akuntan, logistik, teknisi, pertanian, jurnalis,
seniman/artis, teknologi komunikasi, guru, dsb dan bersedia
menjadi relawan PMI.

Kalangan profesional yang berminat ingin bergabung dengan


PMI dapat menghubungi Markas PMI Kota/Kabupaten atau
PMI Provinsi setempat kemudian mengikuti orientasi
kepalangmerahan, sebelum dilibatkan dalam berbagai kegiatan
kemanusiaan. Mereka akan direkrut bilamana PMI mempunyai
program kegiatan pelayanan yang memerlukan tenaga relawan
dengan spesifikasi yang terkait, untuk ditugaskan di lokasi
operasi kemanusiaan tersebut.

Menjadi Anggota TSR:

 Usia minimal 18 tahun dan serendahnya tamatan


SMP/Sederajat
 Atas kesadaran dan kemauan sendiri bersedia
mendaftarkan diri menjadi anggota PMI setempat
 Memiliki keterampilan/keahlian/profesi tertentu yang
dapat mendukung tugas dan kegiatan PMI, baik yang
didapat dari pendidikan formal maupun non formal,
seperti kursus, dll
 Memiliki kesanggupan secara fisik dan mental
 Bersedia menjalankan ketentuan organisasi PMI dan
menjaga nama baik PMI
 Bersedia mengabdikan diri di PMI
 Bersedia mengikuti Orientasi Kepalangmerahan

Persyaratan Bagi WNA:

 WNA yang telah memenuhi ketentuan perundang-


undangan yang berlaku di Indonesia (mempunyai
dokumen keimigrasian yang jelas)
 Bersedia mengikuti Orientasi Kepalangmerahan
 Mendaftarkan diri atas kesadaran dan kemauan sendiri
 Bersedia mentaati peraturan organisasi yang berlaku
dan menjaga nama baik PMI

Donor Darah Sukarela

Donor Darah Sukarela (DDS) adalah orang yang dengan sukarela


mendonorkan darahnya. Banyaknya DDS yang rutin donor darah, dapat memenuhi kebutuhan darah setiap hari. Hal ini
tentu sangat menguntungkan pasien yang membutuhkan darah. DDS membantu tersedianya darah sehat yang sudah siap
diolah dan siap digunakan kapan pun.
Sayangnya, jumlah DDS masih belum banyak atau baru 2-3% saja secara keseluruhan. Padahal idealnya jumlah DDS itu
minimal 4% dari jumlah penduduk suatu daerah. Sehingga sangat penting bagi siapapun dapat menjadi DDS untuk
membantu sesama mendapatkan darah yang dibutuhkan.

Sebagai bentuk apresiasi kepada para pendonor, PMI dan Pemerintah memberikan piagam penghargaan kepada para
DDS yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 15 kali, 30 kali, 50 kali, 75 kali, dan 100 kali. Donor darah
sukarela 100 kali mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial yang diberikan langsung oleh Presiden
Republik Indonesia (RI).

 Pemberian piagam penghargaan tersebut sebagai berikut:

 Penghargaan kepada DDS 5X dan 50X diberikan oleh PMI Kota/Kabupaten


 Penghargaan kepada DDS 75X oleh Gubernur dan PMI Provinsi
 Penghargaan Satya Lancana Kebaktian Sosial kepada DDS 100 X oleh Presiden

Untuk membantu upaya pemerintah dalam program nasional Indonesia bebas virus campak dan rubella (Measles and
Rubella atau disingkat MR), Palang Merah Indonesia (PMI) memobilisasi  1.600  Sukarelawan dari Kota Jakarta Timur;
Kota Depok, Kab. Bogor, Kab dan Kota Bekasi Sukarelawan dari...

Why Corporate Volunteer Program Is Strategic And Important?  


Since 1990s, natural disasters have become more frequent, intense and larger. A decade ago, the international
response system assisted 30–40 million people annually; by 2013 this had risen to 50–70 million. In March 2015, the
international community’s appeals to address humanitarian crises globally reached USD18.7 billion to assist 74.7
million people. This growth in funding, however, is surpassed by the growth in financing needs across the humanitarian
actors; as the gap widens, so does the challenges. 

For many years, the business community has been an active and important contributor to humanitarian relief,
primarily through its philanthropic activities. In most cases, the engagement is in short-term disaster relief, in the form
of philanthropy, under the broader umbrella of Corporate Social Responsibility (CSR). This generally involves donating
funds or distributing goods and services through local civil society or humanitarian organizations or international
NGOs. 
 
A study conducted by Overseas Development Institute (ODI) UK in February 20143, found that one overarching barrier
to engagement is the lack of a clear business case for the private sector to involve itself in crisis matters, in a way that
goes beyond philanthropy. Other barriers relate to a lack of understanding and trust due to the lack of practical
guidance or experience, by humanitarian organizations  to help private sector to engage more easily and systematically
with disaster response ,  and/or any facilitative processes that support  them  participate effectively and/or play  useful
roles  in disaster  mitigation/ response.  
 
Therefore it is critically important to establish a more explicit link between the private sector’s core business and
resilience to disaster risks, and where these interests and needs interface with humanitarian action, encompassing
prevention, preparedness, response and recovery.  The terms of engagement between private sector and
humanitarian organization should be made in a clear understanding of each other’s added value which ultimately build
a long term nature of relationships.  

The Experiences of PMI Corporate Volunteer Program


The Corporate Volunteer Project introduced an innovative approach or model to Organizational
Development especially in providing sustainable resource development mechanism as well as
volunteer management at PMI. The Project has provided a mechanism or platform for corporate
employees who want to be PMI volunteers and for the corporates to be part of and contribute to
broader social and humanitarian efforts. It established a foundation for PMI to recruit volunteers,
from a professional level, from corporates and establish a more prominent partnership with the
corporate sector including to access program collaboration and funding opportunities.

PMI staff (at different levels), who were involved in the project management and implementation
and have engaged with corporate communities, have reported greater confidence, improved
communication skills, and changes in their personal and professional attitudes and performance.
The companies and volunteers mentioned that they have better understanding about PMI and
their missions and capacities and most importantly, with they are likely to be more effective in
delivering services to community as well as building the PMI personnel capacity and skills.

Lessons Learned From The Pilot Project

   In order to succeed, this project needs strong cross-sectoral coordination and collaboration within PMI,  particularly
between volunteers division, resource mobilization, training units as well as services unit.
   This initiative requires additional orientation by PMI staff and accompanying organizational capacity to enable PMI to
engage with the corporate sector more consistently and proactively as partners.
   Companies with senior management, who engaged in the program, demonstrated greater support and ownership with the
program and encouraging of their staffs’ participation.
   A combination of sound advocacy strategies, high quality marketing and promotional materials, and personnel with
strong communication and interpersonal skills will attract companies/ employees.
   Recruitment and training volunteers is not easy, however retaining them is a lot more difficult. Therefore, it requires
competent staff and operational volunteer management system to optimize volunteer’s contribution.

Anak-anak yang terpisah dengan orang tua


akibat konflik, orang tua yang kekurangan makan akibat kekeringan, keluarga yang kehilangan rumah akibat bencana
alam. Apakah Anda menyadari bahwa sebetulnya kita bisa berbuat sesuatu untuk mereka agar menjadi lebih baik sekecil
apapun?

Saatnya Untuk Membantu Sesama

Kini saatnya Anda untuk bergabung dengan jaringan organisasi kemanusiaan terbesar secara internasional. Palang
Merah Indonesia (PMI) sebagai bagian dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional memberikan
kesempatan kepada Anda untuk berkontribusi terhadap kemanusiaan dengan lebih bermakna dan berarti. Kita akan
bergabung dengan lebih dari 2,5 juta sukarelawan lainnya di seluruh dunia.

Apa yang Bisa Anda lakukan?

Anda akan berpartisipasi dalam pekerjaan kemanusiaan seperti memberikan pelayanan dan bantuan kepada 62,5 juta
penerima manfaat pertahun di seluruh Indonesia maupun di luar negeri. Anda akan diberikan kesempatan mengikuti
berbagai pelatihan dan  keterampilan yang menunjang kegiatan pelayanan dan bantuan kemanusiaan. Keterampilan
Pertolongan Pertama, Manajemen Bencana, Dukungan Psikososial dan Pemulihan Hubungan Keluarga merupakan
beberapa keterampilan yang bisa Anda kuasai.

Saat Bergabung dengan PMI, Anda Akan Bisa Melakukan Aksi Seperti :

1. Memberikan pertolongan pertama di rumah, sekolah, kampus atau lingkungan kerja Anda.
2. Menjadi donor darah dan mengajak orang lain menjadi pendonor darah untuk keberlangsungan kehidupan
manusia yang membutuhkan.
3. Menghibur dan memberikan dukungan psikososial bagi yang kurang beruntung.
4. Menjadi bagian dalam pengurangan risiko dampak bencana alam maupun kesehatan.
5. Meningkatkan keterampilan diri dan memupuk rasa cinta kasih sesama yang berguna dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.

Apakah Itu Anda?

Orang yang menyelamatkan nyawa sesame dalam kedaruratan? Orang yang membuat anak-anak bahagia karena
bertemu kembali dengan orang tuanya? Orang yang membuat keluarga tersenyum karena mendapatkan tempat berteduh
walau sementara? Orang yang memberikan tenaga dari makanan yang diberikan kepada orang-orang di pengungsian?
Jika jawabannya Anda adalah YA, silahkan menghubungi Markas PMI di kota tempat tinggal
Anda.

Keterampilan pertolongan pertama PMI telah dimiliki dan dipraktikkan pada masa sebelum, mempertahankan dan
setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia. Pertolongan pertama menjadi pelayanan khas Palang Merah di dunia
dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaannya. 

Pelatih PMI berkompeten dan mempunyai keterampilan memberikan pelatihan menggunakan metode partisipatif bagi
semua kelompok masyarakat. Kompetensi metodologi pelatihan atas tim pelatih juga telah tersertifikasi Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP). Semua kelompok masyarakat (kalangan pekerja kantor, industri, tenaga pendidik,
masyarakat) dapat mengikuti pelatihan dari PMI.

Materi-materi pelatihan yang diberikan PMI di bidang kesehatan dan penanggulangan bencana meliputi: Pelatihan
pertolongan pertama, manajemen bencana, asesmen tanggap darurat bencana, distribusi bantuan, promosi kesehatan,
upaya pengurangan risiko,Vulneurability Capacity Assessment (VCA), ambulans dan lainnya. Tim pelatih PMI selain
berkompetensi dalam hal memberikan pelatihan juga menjadi pelaku pertolongan pertama dan penanggulangan bencana
pada setiap kejadian bencana alam, konflik sosial dan wabah penyakit.

Pelatihan yang diberikan PMI bagi masyarakat:

1. Pelatihan First Aid bertujuan membekali pengetahuan dan kemampuan individu dalam teknik-teknik pertolongan
pertama.
Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang pertolongan pertama. Tim juga pelaku pertolongan
pertama dan memberikan pelayanan kesehatan sebagai tim ambulans.

Materi yang diberikan merujuk pada panduan IFRC di tingkat internasional. Penyesuaian materi dan praktik berdasar
asesmen tim pelatih kepada tiap perusahaan nantinya. Pelaku pertolongan pertama dibedakan untuk tingkat dasar, mahir
dan lanjutan. Berikut keseluruhan materi yang disampaikan:
- Pengantar pertolongan pertama.
- Anatomi dan fisiologi dasar
- Pengkajian situasi
- Bantuan hidup dasar
- Shock dan perdarahan
- Cidera
- Luka bakar
- Pemindahan dan teknik mengangkat

2. Pelatihan Disaster Management bertujuan memberikan kemampuan dan keterampilan dasar dalam bidang


Manajemen Penanggulangan Bencana.

Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang penanggulangan bencana baik sebagai pelatih maupun
pelaku dalam setiap bencana dan/konflik di wilayah kerja masing-masing maupun di nasional.

Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pihak perusahaan dan masyarakat dengan metode dan media
interaktif sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif. Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik maka
penyampaian keterampilan praktis lebih besar sesuai tema pelatihan. Berikut materi yang disampaikan menggambarkan
siklus manajemen bencana:
-  Manajemen Bencana di Indonesia.
-  Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana.
-  Tanggap Darurat Bencana.
-  Pemulihan Dampak Bencana.
-  Pengurangan Risiko Bencana

3. Pelatihan Emergency Assessment bertujuan mempersiapkan peserta mampu melaksanakan kegiatan asesmen pada


saat tanggap darurat.

Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang penanggulangan bencana baik sebagai pelatih maupun
pelaku asesmen dalam setiap bencana dan/konflik di wilayah kerja masing-masing maupun di nasional.

Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pihak perusahaan dan masyarakat dengan metode dan media
interaktif menjadikan peserta mampu mempraktikkan di situasi bencana sehingga hasil assesmen/kajian menjadi dasar
pemberian bantuan sesuai sasaran kepada yang membutuhkan. Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik maka
penyampaian keterampilan praktis lebih besar sesuai tema pelatihan. Berikut materi yang disampaikan sehingga
asesmen/kajian dampak bencana dapat diimplementasikan:
-  Dasar Asesmen.
-  Proses Asesmen : Langkah sebelum ke lapangan.
-  Proses Asesmen : Langkah saat di lapangan.
-  Proses Asesmen : Langkah setelah dari lapangan.

-  Praktik Asesment

4. Pelatihan Relief Distribution bertujuan mempersiapkan peserta memahami proses distribusi barang bantuan pada
saat tanggap darurat bencana. 

Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang penanganan bencana baik sebagai pelatih maupun pelaku
distribusi dalam setiap bencana dan/konflik di wilayah kerja masing-masing maupun di nasional.

Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pihak perusahaan dan masyarakat dengan metode dan media
interaktif menjadikan peserta mampu mempraktikkan di situasi bencana sehingga bantuan tepat sasaran kepada yang
membutuhkan. Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik maka penyampaian keterampilan praktis lebih besar
sesuai tema pelatihan menggunakan kasus distribusi saat darurat. Berikut materi yang disampaikan sehingga peserta
dapat mempraktikkan distribusi barang bantuan yang tepat:
-  Prinsip Bantuan Tanggap Darurat Bencana.
-  Jenis-jenis Bantuan.
-  Perencanaan Distribusi.
-  Lay Out Distribusi

5. Pelatihan Disaster Risk Reduction bertujuan mempersiapkan peserta memahami upaya-


upayapenguranganrisikobencana. 

Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang upaya pengurangan risiko di tingkat nasional maupun
internasional. Pelatih PMI juga memberikan pelatihan kepada Palang Merah negara lain mewakili PMI di tingkat
internasional dalam Gerakan Palang Merah.

Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan praktis pihak perusahaan untuk mengenal dan mampun
melakukan kegiatan-kegiatan bersama masyarakat dan elemen sekolah sebagai agen perubahan di wilayah domisili
masing-masing. Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik sesuai tema pelatihan memampukan peserta untuk
dapat melakukan kegiatan serupa di masyarakat. Berikut materi yang akan disampaikan:
-  Upaya pengurangan risiko
-  Participatory Rural Appraisal
-  Media upaya pengurangan risiko

6. Pelatihan Hygiene Promotion in Emergency bertujuan mempersiapkan peserta dapat melakukan upaya-upaya


promosi kesehatan di situasi tanggap darurat bencana.
Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang kesehatan baik sebagai pelatih maupun pelaku promosi ke
masyarakat dalam setiap bencana dan/konflik di wilayah kerja masing-masing maupun di nasional.
Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pihak perusahaan dan masyarakat dengan metode dan media
interaktif menjadikan peserta mampu mempraktikkan di situasi bencana sehingga masyarakat yang terkena dampak
bencana dapat menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik maka
penyampaian keterampilan praktis menggunakan sarana promosi lebih besar sesuai tema pelatihan. Berikut materi yang
disampaikan sehingga peserta dapat mempraktikkan upaya-upaya promotif yang tepat:
-  Jenis Bencana dan Kaitan dengan Air dan Sanitasi
-  Jenis Penyakit yang Timbul dari Air dan Sanitasi pada tanggap darurat bencana Perencanaan Distribusi.
-  Promosi Kesehatan (metode dan media promosi kesehatan).

7. Pelatihan Stress Management bertujuan mempersiapkan peserta memahami dan dapat melakukan manajemen stres
dalam situasi bencana maupun pada situasi normal.
Tenaga pelatih berasal dari PMI yang berkompeten di bidang kesehatan baik sebagai pelatih maupun pelaku pemberi
dukungan sosial ke masyarakat dalam setiap bencana dan/konflik di wilayah kerja masing-masing maupun di nasional.
Materi yang diberikan telah disesuaikan dengan kebutuhan pihak perusahaan dan masyarakat dengan metode dan
bermain peran menjadikan peserta berlatih dalam mengenali dan memahami situasi kelompok yang membutuhkan
dukungan di situasi bencana. Pengetahuan dan keterampilan dalam memahami stres membantu peserta secara individu
menjadi bagian dukungan bagi yang membutuhkan.
Kombinasi proses pembelajaran materi dan praktik maka penyampaian keterampilan praktis dengan bermain peran akan
lebih efektif mencapai tujuan pelatihan. Berikut materi yang disampaikan sehingga peserta dapat memahami stres dan
penanganan bagi individu dan kelompok yang membutuhkan:
-  Stres.
-  Manajemen Stres.
-  Relaksasi.
Untuk membantu upaya pemerintah dalam program nasional Indonesia bebas virus campak dan rubella (Measles and
Rubella atau disingkat MR), Palang Merah Indonesia (PMI) memobilisasi  1.600  Sukarelawan dari Kota Jakarta Timur;

Kota Depok, Kab. Bogor, Kab dan Kota Bekasi Sukarelawan dari...

Kurikulum Standar Nasional Diklat PMI


Kurikulum sebagaimana tercantum dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan (Diklat)
PMI, diperlukan kurikulum pelatihan sebagai acuan dalam pelaksanaan diklat PMI yang dikembangkan berbasiskan
kepada kompetensi.

Kurikulum Diklat PMI mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pada pengembangan
kemampuan (kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan standar performa tertentu sehingga hasilnya berupa
penguasaaan terhadap kompetensi tertentu secara nasional dengan kesesuaian dan potensi daerah (lokal) guna
mendukung tugas pengembangan organisasi dan pelayanan kepalangmerahan .
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dimaksudkan dalam bidang Pendidikan dan Pelatihan PMI adalah serangkaian
rencana dan pengaturan yang termuat dalam: Analisis Kompetensi Peserta, Analisis Tujuan Pembelajaran dan Silabus
Pelatihan yang berorientasi pada kompetensi pelayanan Kepalangmerahan. Proses standarisasi pelatihan PMI mulai
bergulir sejak tahun 2004 dengan kurikulum berbasis kompetensi. Saat ini telah tersusun 48 kurikulum standar nasional
diklat PMI. Pemutakhiran secara parsial telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Tahapan penyusunan kurikulum PMI perlu dipahami oleh PMI di setiap tingkatan. Hal ini agar penerapan kurikulum
dapat berjalan optimal dan PMI di setiap tingkatan dapat melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
lokal dan acuan kurikulum.

Berikut daftar kurikulum standar nasional diklat PMI yang terdiri dari:

Tipe
No No JenisPelatihan Jumlah Jam Pelatihan
A. Divisi PB
Pelatihan Manajemen Tanggap
1 1 Darurat Bencana Pusat 72 x 45 Menit Manajemen
Pelatihan Manajemen Tanggap
2 2 Darurat Bencana Provinsi 67 x 45 Menit Manajemen
Pelatihan Manajemen Tanggap
3 3 Darurat Bencana untuk Kab/kota 64 x 45 Menit Manajemen
4 4 Pelatihan DasarManajemen PB 53 x 45 Menit Manajemen
5 5 Pelatihan Sistem Peringatan Dini 40 x 45 Menit Teknis
Pelatihan Sistem Peringatan Dini
6 6 Berbasis Masyarakat 45 x 45 Menit Teknis
7 7 Pelatihan Spesialisasi RFL 46 x 45 Menit Teknis
8 8 Pelatihan Koordinator RFL 72 x 45 Menit Manajemen
9 9 Pelatihan Asesmen PMI 70 x 45 Menit Teknis
Pelatihan Spesialis bidang KBBM-
10 10 PERTAMA untuk KSR 90 x 45 Menit Teknis
Pelatihan Spesialis bidang KBBM-
11 11 PERTAMA untuk Sibat 75 x 45 Menit Teknis
12 12 Pelatihan Rencana Kontinjensi 26 x 45 Menit Teknis
13 13 Pelatihan Pemetaan_Sigap KSR 58 x 45 Menit Teknis
14 14 Pelatihan VCA 96 x 45 Menit Teknis

B. Biro Umum
15 1 Pelatihan Logistik Dasar 49 x 45 Menit Teknis
16 2 Pelatihan Manajemen Pergudangan 57 x 45 Menit Manajemen
17 3 Pelatihan Manajemen Posko 55 x 45 Menit Manajemen

C. DivisiKesehatan
18 1 Pelatihan Pertolongan Pertama 73 x 45 Menit Teknis
19 2 Pelatihan Ambulans 57 x 45 Menit Teknis
20 3 Pelatihan Perawatan Keluarga 70 x 45 Menit Teknis
21 4 Pelatihan Watsan Darurat 105 x 45 Menit Teknis
22 5 Pelatihan CBHFA-KPPBM 80 x 45 Menit Teknis
23 6 Pelatihan PHAST 73 x 45 Menit Teknis
24 7 Pelatihan PendidikanSebaya 60 x 45 Menit Teknis
25 8 Pelatihan Medical Action Team 51 x 45 Menit Manajemen
Pelatihan Program Dukungan
26 9 Psikososial (PSP) Teknis
Pelatihan Fasilitator Kesiapsiagaan
27 10 & Respon Pandemi Teknis
Pelatihan Sanitasi dan PromKes
28 11 dalam situasi Darurat Teknis
29 12 Pelatihan Debriefing Teknis

D. DivisiKelembagaan
Orientasi kepalangmerahan untuk
30 1 pengurus, pegawai dan relawan 30 x 45 menit Teknis
Orientasi Tata Laksana bagi
31 2 Pengurus PMI 34 x 45 menit Manajemen

E. Biro Humas
32 1 Pelatihan Kehumasan 45 x 45 menit Teknis

F. Unit Diklat
33 1 Pelatihan Manajemen Pelatihan 60 x 45 menit Manajemen
34 2 Pelatihan Pelatih PMI 65 x 45 menit Manajemen

G. Biro Perencanaan
35 1 Pelatihan Perencanaan Program 60 x 45 menit Manajemen

H. Biro keuangan
36 1 Pelatihan Manajemen Keuangan 42 x 45 menit Manajemen

I. DivisiRelawan
37 1 Orientasi Pembina PMR 35 x 45 Menit Manajemen
38 2 Pelatihan Fasilitator (TOF) PMR 55 x 45 Menit Manajemen
39 3 Pelatihan KSR Dasar 120 x 45 Menit Teknis
Pelatihan PMR Mula, Madya, Wira
40 4 (7 Materi) Manajemen

J. Unit IT
41 1 Pelatihan SIM 42 x 45 Menit Teknis
42 2 Pelatihan IT Telekom 68 x 45 Menit Teknis

K. Biro Kepegawaian
43 1 Orientasi bagi Pegawai 30 x 45 Menit Manajemen
44 2 Pelatihan Kepala Markas 105 x 45 menit Manajemen
45 3 Pelatihan Kepala Unit Kerja 93 x 45 menit Manajemen
46 4 Pelatihan Sub Unit Kerja 100 x 45 menit Manajemen
47 5 Pelatihan Staf dan TU 99 x 45 menit Manajemen
48 6 Pelatihan Tim Pendamping 273 x 45 menit Manajemen

Untuk membantu upaya pemerintah dalam program nasional Indonesia bebas virus campak dan rubella (Measles and
Rubella atau disingkat MR), Palang Merah Indonesia (PMI) memobilisasi  1.600  Sukarelawan dari Kota Jakarta Timur;
Kota Depok, Kab. Bogor, Kab dan Kota Bekasi Sukarelawan dari...

Nama Telepon Kota Provinsi


PMI PROVINSI ACEH 0651 - 7551001 Aceh Aceh
PMI DAERAH SUMATERA UTARA 061 - 4531314 Medan Sumatera Utara
PMI DAERAH RIAU 0761 - 44989 Pekan Baru Kep. Riau
PMI DAERAH SUMATERA BARAT 0751 - 811538 Padang Sumatera Barat
PMI DKI JAKARTA 021 - 3144884 Jakarta DKI Jakarta
PMI DAERAH JAMBI 0741 - 669788 Jambi Jambi
PMI DAERAH SUMATERA SELATAN 0711 - 350289 Palembang Sumatera Selatan
PMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0717 - 437649 Pangkal Pinang Kepulauan Bangka Belitung
PMI DAERAH BENGKULU 0736 - 344658 Bengkulu Bengkulu
PMI DAERAH LAMPUNG 0721 - 475019 Bandar Lampung Lampung
PMI KEPULAUAN RIAU 0771 - 317571 Tanjung pinang Kepulauan Riau
PMI DAERAH BANTEN 0254 - 8285350 Serang Banten
PMI DAERAH JAWA BARAT 022 - 2500095 Bandung Jawa Barat
PMI DAERAH JAWA TENGAH 024 - 3581424 Semarang Jawa Tengah
PMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 0274 - 6499653 Sleman Yogyakarta
PMI DAERAH JAWA TIMUR 031 - 5055174 Surabaya Jawa Timur
PMI DAERAH BALI 0361 - 490344 Denpasar Bali
PMI DAERAH NUSA TENGGARA BARAT 0370 - 623885 Mataram Nusa Tenggara Barat
PMI DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR 0380 - 821705 Kupang Nusa Tenggara Timur
PMI DAERAH KALIMANTAN BARAT 0561 - 734677 Pontianak Kalimantan Barat
Penyalahgunaan Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal
Merah

Setiap negara penada-tangan Konvensi Jenewa memiliki kewajiban untuk membuat aturan penggunaan lambang guna
mencegah penyalahgunaannya.

Penyalahgunaan lambang yaitu:

Peniruan
Penggunaan lambang dengan warna dan bentuk yang mirip. Peniruan biasanya menambahkan tulisan atau gambar pada
lambang.

Beberapa contoh bentuk dari peniruan (Imitation) lambang.

Penggunaan yang tidak tepat


Penggunaan lambang yang tidak sebagaimana mestinya, baik oleh pihak yang berhak maupun yang tidak berhak.
Penggunaan yang tidak tepat, biasanya mencantumkan lambang tanpa tambahan tulisan atau gambar lain.

Beberapa contoh penggunaan yang tidak tepat (Improper use) lambang.

Pelanggaran berat
Penggunaan lambang oleh pihak yang berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai
dengan Hukum Humaniter Internasional (HHI), misalnya mengelabui lawan dengan bersembunyi
dibalik tanda pelindung atau tanda pengenal.

Beberapa contoh pelanggaran berat dan perbuatan curang (Grave Misuse & Pervidy) lambang.

Penggunaan lambang yang tidak menyalahi:

Beberapa logo dari organisasi kemanusiaan internasional, sebelum dan sesudah mengubah
lambangnya.

Berikut ini merupakan wawancara kami dengan Rina Rusman, Legal Adviser ICRC Jakarta
mengenai penyalahgunaan lambang:

ICRC mulai bekerja di Indonesia sejak tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia. Usai kemerdekaan,
ICRC terus hadir untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan melalui PMI. Keberadaan
ICRC dipermanenkan oleh Pemerintah Indonesia tahun 1979. Kegiatan ICRC dititikberatkan pada promosi
Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan pengembangan kapasitas PMI di Indonesia dan CVTL di Timor
Leste.

Fungsi Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal


Merah
Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah memiliki dua fungsi yaitu sebagai tanda pelindung dan
tanda pengenal.

Konvensi Jenewa 1949 sebagai bagian Hukum Humaniter Internasional (HHI), mengenal adanya prinsip pembedaan,
yaitu prinsip untuk membedakan kombatan (peserta tempur) dan non kombatan (bukan peserta tempur), seperti
penduduk sipil dan kesatuan medis militer.

Lambang sebagai Tanda Pengenal, berfungsi untuk menandakan bahwa penggunaannya adalah pihak yang terkait
dengan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional:

 Komite Internasional Palang Merah (ICRC)


 Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC)
 Perhimpunan Nasional

Fungsi lambang menurut Konvensi Jenewa sebagai Tanda Pembeda:

1. Sebagai Tanda Pelindung: agar dilindungi & tidak diserang oleh pihak yang berperang, hanya dipakai :

 dalam situasi perang


 oleh Dinas Kesehatan Angkatan Perang dan ICRC
 oleh Perhimpunan Nasional atas izin Militer
 Begitu juga Petugas Kesehatan Sipil hanya boleh memakai apabila seizin Militer.

Tanda Pelindung: Berukuran besar/di ban lengan kiri dan tidak ditambah gambar lain.

 2. Sebagai Tanda Pengenal, dipakai:

 oleh Dinas Kesehatan Angkatan Perang & anggota Gerakan disetiap waktu.
 harus seizin Perhimpunan Nasional apabila organisasi lain perlu memakai.
 tidak sebesar tanda pelindung & tidak di ban lengan kiri.

Tanda Pengenal: Berukuran lebih kecil dan boleh ditambah keterangan/gambar lain.

Berikut ini wawancara bersama Rina Rusman, Legal Adviser ICRC Jakarta mengenai fungsi dari lambang Palang
Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah:

Rahasia di Balik Lambang Palang Merah

Diantara sekian banyak RUU yang controversial, salah satu RUU yang luput dari perhatian masyarakat adalah
Rancangan Undang-Undang tentang Lambang Palang Merah (RUU LPM). Padahal, RUU ini tak kalah kontroversial
dibandingkan RUU lainnya, khususnya di dunia kerelawanan.

RUU yang diajukan pada tahun 2005 ini berisikan mengenai teknis spesifikasi pemakaian Lambang Palang Merah dan
merupakan kelanjutan dari ratifikasi Konvensi Jenewa yang mewajibkan setiap negara memilki satu lambang
kemanusiaan untuk perhimpunan nasionalnya agar dalam suatu konflik perhimpuan nasional ini dilindungi dari
serangan senjata.Lambang yang diperkenankan dalam konvensi tersebut adalah lambang Palang Merah (Red Cross),
Bulan Sabit Merah (Red Crescent), dan Kristal Merah (Red Cristal) (detik.com, 2012). Saat ini, ratusan negara telah
menentukan lambang yang akan digunakannya sebagai lambang kemanusiaan. Yakni, 153 negara memilih palang
merah, 34 negara memilih bulan sabit merah, dan satu negara (Israel) memilih crystal merah (Hukum Online, 2012).

Disini saya tidak membahas rencana perubahan lambang Palang Merah (Red Cross) yang direncanakan akan diganti
menjadi Bulan Sabit Merah (Red Crescent), tetapi saya akan mengulas sedikit makna yang tersembunyi dibalik lambang
Palang Merah yang sudah umum dikenal dan digunakan oleh beberapa organisasi seperti Palang Merah Indonesia
(PMI), rumah sakit, Toko obat-obatan dan lain sebagainya. Pembahasannyapun dipersempit hanya ditinjau persfektif
Hindu.
Lambang Palang Merah berbentuk palang berwarna merah yang saling menyilang satu sama lain di bagian tengah satu
mengarah vertikal dan satu lainnya mengarah horizontal dengan ukuran masing-masing simetris dan sama panjang
(proporsional).

Lambang saling menyilang dalam ajaran Hindu merupakan kerangka dasar dari salah satu symbol agama Hindu yaitu
Swastika . Kata Swastika berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari Su-Asti-Ka; Su artinya baik, selamat , rahayu;
Asti artinya adalah ; Sedangkan akhiran Ka adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. Jadi Swastika
merupakan lambang keselamatan dan kesejahteraan. Lambang keramat yang digunakan sebagai penangkal agar
terhindar dari segala rintangan.

Lambang Swastika dianggap telah ada dan dikenal oleh umat manusia ribuan tahun, bahkan mungkin sudah dikenal
sejak adanya manusia mengenal symbol-symbol.

Swastika merupakan lambang yang suci dalam bentuk sebuah tanda salib, keempat lengannya mengarah kekanan.
Selain umat Hindu, komunitas dan agama lain juga menganggap lambang ini suci. Oleh karena itu sudah merupakan
kebiasaan untuk membuat lambang ini untuk memulai suatu upacara atau kegiatan suci (Prem P. Bhalla , Diah Sri
Pandewi, 2010:221).

Dalam Ganeshapuran (Ganesha Purana) dikatakan bahwa swastika merupakan lambang Dewa Ganesh (Ganesha).
Lambang ini harus dibuat sebelum melakukan kegiatan baik. Itu memiliki kekuatan untuk menghilangkan semua
rintangan. Mereka yang tidak menghiraukan akan gagal. Oleh karena merupakan suatu kebiasaan untuk mengawali
dengan lambang swastika (Ibid).

Swastika juga dikenal sebagai ‘satiya’, yang merupakan symbol Sudharshan chakra. Orang –orang juga menganggapnya
sebagai symbol yang menunjukan tanda tambah (+). Itu merupakan symbol kesejahteraan. Keempat titik disekitar
swastika merupakan simbol keempat arah disekitar kita (Ibid, Hal 222). Selain sebagai symbol keempat mata arah
angin juga dipercaya sebagai symbol Catur Yuga, Catur Dharma dan Catur Purusa Artha.

Lambang saling menyilang ini di Bali dikenal dengan tanda Tapak Dara, tanda tambah (+), di India disebut ‘Satiya’.
Tapak Dara biasanya dugunakan saat melaksanakan suatu upacara keagamaan dan juga dipasangkan atau dituliskan
pada rumah, digoreskan di beberapa tiang rumah dengan pamor, tentunya ketika dilaksanakan upacara pemlaspas
(ritual selametan untuk rumah yang baru dibangun) . Tanda Tapak Dara (+) sering pula digunakan sebagai pengobatan
Tradisional Hindu (Ayur Veda), dimana tanda ini digoereskan dengan pamor (sejenis kapur) disertai dengan Mantra
dipasang di telapak tangan sang pasien maupun di telapak kaki pasien khususnya bayi atau anak-anak. Oleh karena itu
tanda ini dikenal dengan istilah Tapak Dara (Tampak Dara).

Tapak dara itu adalah melambangkan jalannya matahari. Jaman dahulu matahari itu dianggap Dewa yang tertinggi,
yang di Bali disebut Sang Hyang Siwa Raditya.

Lengkapnya:

Perkembangan selanjutnya Tapak Dara menjadi Swastika yang merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan Bhuana
Agung (Makrokosmos) dan Bhuana Alit (Mikrokosmos).
Lengkapnya:

(Dari lambang Tapak Dara menjadi Swastika)


Dalam salah satu hymne dalam Rig Veda dikatakan bahwa swastika merupakan symbol surya. Dalam Amarkosh, itu
disebut sebagai berkat yang murni dan suci. Dalam Acharya Yask, swastika digambarkan sebagai Brahma yang tidak
bisa dihancurkan. Juga dipercaya bahwa swastika merupakan symbol Lakshmi, Dewi kemakmuran (Ibid, 223). Dewi
Lakshmi di Indonesia dikenal dengan sebutan Dewi Shri. Khususnya bagi petani dikenal sebagai Dewi padi.
Oleh karena demikian agungnya symbol swastika ini, sadar atau tidak telah digunakan oleh dunia sebagai symbol
Palang Merah Internasional. Hanya saja diperjelas dengan warna merah.
Secara sederhana makna merah dapat diartikan sebagai keadaan darurat dan berbahaya. Merah merupakan warna
darah yang ada didalam tubuh (bhuana alit) dan api yang ada di Bhumi sebagai Dewa Agni dan symbol Matahari yang
ada di alam semesta (bhuana agung) sebagai symbol Dewa Surya.
Dari uraian tersebut diatas, sangatlah tepat apabila Palang Merah digunakan sebagai symbol kemanusian terutama
dalam bidang kerelawanan. Akankah Badan Legislatif di Indonesia bersikukuh mengganti lambang Palang Merah (Red
Cross) menjadi Bulan Sabit Merah (Red Crescent). Yang notabene berkaitan dengan simbol agama tertentu di
Indonesia?. Apabila hal itu terjadi bukanlah masalah apabila diganti menjadi Bulan Sabit Merah, sebab lambang bulan
sabit merupakan symbol Tuhan dalam mnifestasinya Siwa (Mahadewa) bagi umat Hindu.

Anda mungkin juga menyukai