Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tumor otak adalah lesi intrakranial lokal yang menempati ruang di dalam
tengkorak. Tumor otak primer berasal dari sel dan sruktur di dalam otak. Tumor
otak sekunder, atau metastatik, terbentuk dari sruktur-sruktur di luar otak (paru,
payudara, saluran gastrointestinal bawah, pankreas, ginjal, dan kulit[melanomal])
dan terjadi pada 10 % sampai 20 % dari seluruh pasien kanker. insidensi terbesar
tumor otak pada orang dewasa terjadi antara dekade kelima dan ketujuh. Tumor
otak jarang bermetastatis keluar sistem saraf pusat, tetapi menyebabkan kematian
karena mengganggu fungsi vital (pernapasan) atau meningkatkan tekanan
intrakranial.
Tumor otak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok : tumor
yang muncul dari pembungkus otak (mis, dural meningioma), tumor yang
terbentuk di dalam atau di atas saraf kranial (mis, neuroma akustik), dan tuomr
yang berasal di dalam jaringan otak (mis, glioma), serta lesi metastatik yang
berasal di tempat lain di dalam tubuh. Tumor kelenjar hipofisis dan pineal serta
pembuluh darah serebral juga merupakan jenis tumor otak. Tumor dapat bersifat
jinak (benigna) atau ganas (maligna). Tumor jinak dapat terjadi di area tubuh yang
vital dan memberi dampak serius sebagaimana tumor ganas (Brunner, 2013).
Penderita tumor otak di Indonesia semakin meningkat akhir- akhir ini. .
Peningkatan prevalensi kasus tumor otak ini menunjukkan adanya ancaman serius
bagi bangsa Indonesia. Tumor otak dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
hidup penderitanya, juga mengakibatkan beban sosial dan ekonomi bagi penderita
dan keluarganya, masyarakat dan negara. Salah satu cara untuk mendeteksi secara
dini penyakit tumor otak ini adalah dengan melakukan pemeriksaan radiologis,
pada pemeriksaan secara radiologis yang perlu dilakukan antara lain Computed
Tomografi Scan (CT Scan) dengan kontras; Magnetic Resonance Imaging (MRI)
dengan kontras, serta Positron Emission Tomography – Computed Tomography
(PET CT scan) (atas indikasi).

1
1.2.Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defenisi tumor otak.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami grade tumor otak.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.
d. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara membuat kasus keperawatan
dengan masalah tumor otak.
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami manajemen kasus dan pengelolaan
askep pasien dengan tumor otak.
f. Mahasiswa mengetahui dan memahami telaaj jurnal hasil penelitian pada
kasus tumor otak.
g. Mahasiswa mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat terkait
kasus tumor otak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Tumor Otak

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua
kejadian patofisiologis sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral.


b. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
c. Hidrosefalus
d. Gangguan fungsi hipofisis

Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua


penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua
kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor
otak jarang bermestase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak
biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal dan kulit (melanoma).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima,
keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor
otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat sruktur dan mendukung sistem
otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup
serebelum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang
mengganggu fungsi vital, seperti pernapasan atau adanya peningkatan TIK,
(Smeltzer, 2001).

3
2.2. Pembagian Grade Tumor Otak

a. Low-Grade (Grade I dan II)


Volume tumor ditentukan dengan menggunakan imejing pre dan
post-operasi, menggunakan MRI (T2 dan FLAIR) untuk gross tumor
volume (GTV). Clinical Target Volume (CTV) = GTV ditambah margin 1-
2 cm, mendapatkan dosis 45-54 Gy dengan 1,8 – 2Gy/fraksi.
b. High-Grade (Grade III dan IV)
Volume tumor ditentukan menggunakan imejing pre dan post-
operasi, menggunakan MRI (T1 dan FLAIR/T2) untuk gross tumor
volume (GTV). CTV = GTV ditambah 2-3 cm untuk mencakup infiltrasi
tumor yang sub-diagnostik. Lapangan radiasi dibagi menjadi 2 fase. Dosis
yang direkomendasikan adalah 60 Gy dengan 2 Gy/fraksi atau 59.4 Gy
dengan 1,8 Gy/fraksi, dosis yang sedikit lebih kecil seperti 55,8 – 59,4 Gy
dengan 1,8 Gy/fraksi atau 57 Gy dengan 1,9 Gy/fraksi dapat dilakukan
jika volume tumor terlalu besar (gliomatosis) atau untuk astrositoma grade
III. Pada pasien dengan KPS yang buruk atau pada pasien usia tua,
hipofraksinasi yang diakselerasi dapat dilakukan dengan tujuan
menyelesaikan terapi dalam 2-4 minggu. Fraksinasi yang digunakan antara
lain 34 Gy/10 fraksi, 40.5 Gy/15 fraksi, 50 Gy/20 fraksi.
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan
derajat keganasan (grading).
- WHO grade I: tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
- WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif
ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
- WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi
tinggi, dan terdapat anapla-sia.
- WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi (KEMENKES, Paduan Pelaksanaan Tumor Otak).

4
2.3. Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan


oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang


tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi
secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.

Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti


bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang
diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan
meningkatkan TIK.

Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.


Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi
unkus serebellum.

Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke


inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan
saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser kebawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.

5
Kompresi medula oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang
cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan,
(Batticaca, 2008).

Genetik Virus Zat Kimia Radiasi

Pertumbuhan Sel abnormal pada otak

Massa pada cerebral

Infiltrasi jaringan pada cerebral

Suplai darah ke serebri Volume otak

Nekrosis jaringan serebral Obstruksi vena


kranid

Gangguan perfusi jaringan : serebral Edema

TIK
-Parolisis

-Kakeksia

-Kekurangan fungsi motorik


Papiledema -Mual, -Pusing
muntah
-Nyeri
Intoleransi Aktivitas -Anoreksia Kepala

Potensial Kebutuhan -Takikardia


-Gelisah
terhadap nutrisi :
Ansietas -Depresi proses kurang dari
Nyeri
keluarga kebutuhan
-Paranoid
tubuh

6
2.4. Terapi Diet Pada Pasien Tumor Otak

Penurunan berat badan yang terjadi terus menerus pada pasien


kanker disebabkan oleh adanya penurunan intake energi, ataupun
peningkatan pengeluaran energi(karena Tumor) serta perubahan
metabolisme protein dalam tubuh.produksi insulin pada pasien kanker
akan menurun. Rendah nya produksi insulin tubuh selanjutnya dapat
menyebakan meningkatnya kadsar glukosa darah. Tingginya kadar
glukosa darah selanjutnya dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
pasien. Oleh sebab itu makan pagi merupakan waktu makan yang tepat
dibandingkan waktu makan yang lainnya. Karena dipagi hari keadaan
glukosa adalah yang terendah. Toleransi kadar glukosa juga
mempengaruhi fungsi gastrointestinal,karena kadar glukosa darah yang
tinggi dapat memperlambat gerakan peristraltik dilambung.hal ini
selanjutnya dapat menyebakan pasien kanker merasa cepat kenyang dan
tidak nafsu makan.

Peningkatan pemecahan protein otot pada pasien kanker dapat


menyebabkan kehilangan asam amino tubuh dan selanjutnya menyebabkan
tubuh menjadi lemah.untuk menunjang keberhasilan pengobatan kanker
perlu adanya dukungan nutrisi yang optimal dengan memperhatikan
kebutuhan zat gizi dan tujuan pemberian zat gizi pasien kanker.tujuan
pemberian diet pasien kanker diantaranya adalah:

1) Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek)


2) Mencapai dan memelihara berat badan normal (jangka panjang)
3) Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan
4) Memenuhi kebutuhan kalori,protein,KH,L,Vitamin dan mineral yang
seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi
5) Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lebih lanjut
6) Memenuhi kebutuhan mikronutrien.
7) Menjaga keseimbangan kadar glukosa darah.

7
Diet yang dianjurkan :

 Tinggi protein : 1,5 – 2,0 g /kg BB untuk menggantikan kehilangan berat


badan.
 Tinggi kalori : 25 – 35 kcal/kg BB, dan 40 – 50 kcal/kg BB untuk
mengganti simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang. Bila
terjadi infeksi perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi.

 Lemak : 25 o/o NPC1


 Makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan porsi
kecil dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan
kondisi pasien. Bila kehilangan berat badan mencapai lebih dari 20 o/o
dapat diberikan total parenteral Nutrition (TPN), sesuai dengan kondisi
pasien.
 Bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks (vitamin 86,
asam pantotenik 1 asam folat, dll) 1 vitamin A, dan vitamin C 1
 Syarat terapi diet secara khusus bervariasi sesuai dengan kondisi pasien
dan penyakit penyertanya.
 Dianjurkan juga untuk memenuhi kebutuhan asam amino leucine dan
methionim. Glutamin diperlukan bagi pasien pasca operasi atau radiasi
pada abdomen.

8
2.5. Kasus Keperawatan Dengan Keperawatan Tumor Otak

Seorang pasien 40 thn datang dengan keluhan nyeri kepala, mual muntah
serta kejang sejang seminggu yang lalu. Kejang di keluhkan dengan didahului
oleh gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan awalnya bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia. Keluhan panas disangkal,
keluhan kejang pada keluarga disangkal, keluhan gangguan penglihatan menahun
disangkal.

2.6. Manajemen Kasus Dan Pengelolaan Askep Pasien Tumor Otak

2.6.1. Pengkajian

Astrositoma serebral-serangan (onset) berbahaya dan perjalanan lambat

a. Peningkatan tekanan intrakranial (PTIK) sakit kepala, gangguan visual,


papiledema, dan perubahan kepribadian.
b. Tanda-tanda gangguan serebral-ataksia, dismetria (ketidakmampuan
mengontrol rentang pergerakan otot), dan nistagmus.
c. Perubahan perilaku.

2.6.2. Diagnosa

a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial sekunder terhadap tumor otak dan
kraniektomi.
Ditandai dengan :
DS : Keluarga mengatakan klien klien sering kejang, sakit kepala, mual;
DO :
- Pemeriksaan CT-scan hiperdensitis di serebrum (kanan dan kiri),
- Kejang (+), jalan sempoyongan
- Pupil anisokor (juling), diameter abnormal (mengecil),
- Tremor,
- Penurunan tingkat kesadaran,
- Tanda-tanda vital abnormal,
- Kelemahan anggota gerak,

9
- Perubahan nilai AGD,
- Hipoksia.
b. Kerusakan mukosa membran mulut dan gigi yang berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan perawatan gigi karena kelemahan.
Ditandai dengan :
DS: Klien mengatakan tidak mampu menyikat gigi karena lemah;
DO:
- Napas berbau,
- Lesi,
- Ulkus terbuka,
- Vesikel,
- Stomatitis,
- Leukoplakia,
- Gingivitis,
- Karies gigi,
- Gigi berlubang.
c. Kerusakan integritas kulit (telinga, kepala, bahu, dan sebagainya) yang
berhubungan dengan berbaring yang lama pada satu sisi.
Ditandai dengan :
DS : Klien/keluarga mengatakan terdapat luka di daun telinga, bahu dan
kepala;
DO :
- Daun telinga (kiri dan kanan) terdapat luka tekan
- Kulit kepala berwarna merah kehitaman
- Bahu kanan atau kiri berwarna kemerahan atau kehitaman.

10
11
2.6.3. Intervensi

No Tgl/ Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Jam Kriteria Hasil
1 Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi
perfusi jaringan otak yang keperawatan, perfusi jaringan
berhubungan dengan otak menjadi efektif, dengan
peningkatan tekanan kriteria :
intrakranial sekunder
terhadap tumor otak dan
kraniektomi.
Ditandai dengan :
DS : Keluarga mengatakan
klien klien sering kejang,
sakit kepala, mual;
DO :
- Pemeriksaan CT-scan - Tidak terdapat sianosis - Libatkan keluarga Dengan melibatkan keluarga
hiperdensitis di serebrum - Tidak pucat untuk motivasi dapat membantu proses
(kanan dan kiri), - Tidak hipotermia - Kolaborasi pemberian penyembuhan.

12
- Kejang (+), jalan - Tidak vital stabil terapi sesuai program Obat-obatan diperlukan
sempoyongan - Tidak ada penurunan - Observasi tanda vital sesuai dengan penyebab
- Pupil anisokor (juling), kesadaran - Kaji tingkat kesadaran penyakit dan bertujuan untuk
diameter abnormal - Tidak tampak jaringan - Kaji pupil memperbaiki perfusi jaringan
(mengecil), nekrosis dan rasa baal pada - Kaji fungsi saraf serebral.
- Tremor, lokasi kraniektomi - Kaji kekuatan otot
- Penurunan tingkat - GCS dalam batas normal
kesadaran, (E4, V5, M6).
- Tanda-tanda vital
abnormal,
- Kelemahan anggota gerak,
- Perubahan nilai AGD,
- Hipoksia.

2 Kerusakan mukosa membran Setelah dilakukan intervensi


mulut dan gigi yang keperawatan, kerusakan
berhubungan dengan membran mukosa mulut dan
ketidakmampuan melakukan gigi teratasi, dengan kriteria :
perawatan gigi karena - Klien mengatakan mulutnya - Kaji membran mukosa - Edema, lesi, membran

13
kelemahan. tidak sakit. dan catat seluruh lesi di mukosa mulut, dan
Ditandai dengan : - Membran mukosa mulut mulut. Perhatikan tenggorokan yang kering
DS: Klien mengatakan tidak bersih. keluhan nyri, bengkak, menyebabkan rasa sakit dan
mampu menyikat gigi karena - Gusi berwarna merah sulit mengunyah atau sulit menelan.
lemah; jambu. menelan.
DO: - Lidah berwarna merah - Lakukan perawatan - Memberikan rasa nyaman,
- Napas berbau, jambu. mulut setiap hari dan meningkatkan kesehatan,
- Lesi, - Ulkus (-). setelah makan, gunakan dan mencegah
- Ulkus terbuka, - Stomatitis (-). sikat gigi yang halus, pembentukan asam yang
- Vesikel, - Karies gigi (-). pasta gigi non-abrasif, dikaitkan dengan partikel
- Stomatitis, - Vesikel (-) obat pencuci mulut makanan yang tertinggal.
- Leukoplakia, non-alkohol, dan
- Gingivitis, pelembab bibir.
- Karies gigi, - Cuci lesi mukosa mulut - Mengurangi perluasan lesi
- Gigi berlubang. dengan menggunakan dan krusta dari kandidiasis
hidrogen peroksida dan meningkatkan
atau normal saline/soda kenyamanan.
kue.
- Anjurkan mengunyah - Merangsang saliva untuk

14
permen karet atau yang menetralkan asam dan
tidak mengandung melindungi membran
gula. mukosa.
- Rencanakan diet - Makanan yang pedas akan
garam, pedas, makanan menyebabkan kekambuhan
atau minuman asam. pada lesi yang telah
Periksa toleransi sembuh.
makanan.
- Tawarkan makan - Akibatnya nyeri bertambah
dingin atau segar. dan akan lebih parah bila
Kolaborasi dengan ditambah dengan garam dan
dokter gigi. asam.
- Pendidikan kesehatan Rasa dingin atau panas
kepada orang tua berlebihan menyebabkan
tentang pentingnya nyeri pada membran
kebersihan gigi dan mukosa yang sensitif.
mulut.
- Lakukan perawatan - Mempertahankan hidrasi
kebersihan mulut dan dan mencegah kekeringan

15
gigi (oral hygiene). rongga mulut.
3 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan intervensi
(telinga, kepala, bahu, dan keperawatan selama 7X24 jam
sebagainya) yang tidak terjadi kerusakan
berhubungan dengan integritas kulit melalui
berbaring yang lama pada perbaikan sirkulasi ke jaringan
satu sisi. yang rusak, dengan kriteria :
Ditandai dengan : - Warna kulit normal (tidak - Kaji perubahan warna - Tekanan yang lama akan
DS : Klien/keluarga kemerahan, lecet, kulit pada daerah yang menyebabkan aliran darah
mengatakan terdapat luka di kehitaman, pucat) tertekan. ke jaringan tersebut
daun telinga, bahu dan - Kulit yang tertekan tubuh terganggu sehingga suplai
kepala; oksigen berkurang dan
DO : terjadi nekrosis.
- Daun telinga (kiri dan - Ubah posisi klien setiap - Mengurangi tekanan pada
kanan) terdapat luka tekan 2 jam. titik tekan, meningkatkan
- Kulit kepala berwarna sirkulasi ke jaringan dan
merah kehitaman meningkatkan proses
- Bahu kanan atau kiri penyembuhan.
berwarna kemerahan atau - Lakukan perawatan - Memberikan rasa nyaman,

16
kehitaman. kulit secara teratur meningkatkan kesehatan,
dengan memberikan : dan mencegah
kamfer spiritus pada pembentukan asam yang
daerah yang tertekan; dikaitkan dengan makanan
berikan bedak talc pada yang tertinggal.
daerah punggung.
- Lakukan masase - Untuk memperlancar
(massage) punggung peredaran darah.

17
2.6.4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

a. Melakukan aktivitas merawat diri sepanjang waktu yang memungkinkan :


- Menggunakan alat-alat bantu atau menerima bantuan.
- Jadwal periode istirahat berkala untuk memberikan partisipasi dalam
perawatan diri.
b. Mempertahankan status nutrisi yang optimal bila memungkinkan.
- Makan dan menerima makanan dalam keterbatasan kondisi.
- Menerima bantuan untuk makan bila diindikasikan.
c. Melaporkan ansietas berkurang.
- Gelisah berkurang dan tidur lebih baik.
- Mengungkapkan kekuatiran tentang kematian.
- Berpartisipasi dalam aktivitas pribadi yang penting selama mungkin.
d. Anggota keluarga mencari bantuan sesuai kebutuhan.
- Menunjukkan kemampuan untuk mandi, makan dan perawatan untuk
pasien.
- Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran pada tenaga kesehatan
yang tepat.
- Mendiskusikan dan mencari perawatan hospice sebagai pilihannya.

2.7. Peran Dan Fungsi Perawat Terkait Kasus Tumor Otak


a. Autonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang dirinya.

18
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa

19
terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang
berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan
“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed
consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke
dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.
Sebagai perawat kita harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus tumor otak, baik manajemen maupun aspek legas dan etis.

3.2. Saran

Penulis berharap semoga kedepannya makalah ini dapat kita sempurnakan


demi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita. Bagi para pembaca kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC. Ed. 12.
Kemenkes. Panduan Pelaksanaan Tumor Otak.
Kusumawardani. 1996. Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker. Media
Lltbangkea Vol. VINo. 04,
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta :
EGC. Ed 8. Vol 3.

22

Anda mungkin juga menyukai