DENGAN HIV/AIDS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 A
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana
dengan rahmat dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul, “Komunikasi dan Konseling pada Klien dengan HIV/AIDS.” Dalam
penulisan makalah ini penulis mengalami banyak kendala baik dari waktu yang
terlalu singkat, referensi buku yang kurang dan keterbatasan waktu, tetapberkat
kerjasama yang baik, penulis mampu menyelesaikannya dengan baik.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada para dosen dan
teman semua yang sudah membantu memberikan saran dan kritik.Harapan penulis,
semoga makalah ini bisa membantu kita terutama menambah wawaasan dan
pengetahuan kita dalam proses belajar mengajar KeperawatanHIV/AIDS. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, Tuhan
menyertai kita.
Kelompok 9A
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………...……………........1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….........2
1.3 Tujuan Penulisan…....…………………………………………………........2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Defenisi, Ciri-ciri dan Tujuan Utama Konseling.............................…….....3
2.2 Konseling HIV/AIDS..................................................................................5
2.3 Tujuan Konseling HIV.................................................................................5
2.4 Ciri-ciri Konseling HIV...............................................................................6
2.5 Petugas Konseling.......................................................................................6
2.6 Konseling Versus Edukasi Kesehatan.........................................................7
2.7 Voluntary Counseling Testing (VCT).........................................................7
2.8 Tahap Konseling..........................................................................................8
2.9 Prinsip Komunikasi Konseling..................................................................12
2.10 Konseling Dengan Caregiver Pada Klien ODHA................................12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..........15
Daftar Pustaka................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, banyak penyakit yang sudah menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat, salah satunya HIV/AIDS. Laporan Kementerian Kesehatan, sejak
pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun 1987 hingga bulan September
2014, tercatat sebanyak 150.296 orang telah terinfeksi HIV, dimana 55.799
orang diantaranya telah pada tahap AIDS. (www.aidsindonesia.or.id).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS pasal 3 dijelaskan bahwa tujuan
penanggulangan HIV/ AIDS yaitu a) menurunkan hingga meniadakan infeksi
HIV baru; b) menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh
keadaan yang berkaitan dengan AIDS; c) meniadakan diskriminasi terhadap
ODHA; d) meningkatjumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Karanganyar
tercatat mencapai 238 orang dan 68 orang diantaranya telah meninggal dunia.
(www.timlo.net). Konselor diberikan pelatihan VCT guna menunjang program
penanggulangan dan penyebaran HIV/AIDS.
Dalam membantu ODHA, konselor diharapkan memiliki keterampilan
komunikasi antarpribadi yang baik untuk membangun kepercayaan diri klien
sehingga tujuan dari aktivitas komunikasi kesehatan dapat tercapai secara
efektif. Pada praktik konseling berfokus pada konselor berhadapan secara face
to face dengan ODHA dalam kondisi yang tertutup. Adanya interaksi
antarpribadi yang terbangun dengan baik, tentu saja akan memudahkan
konselor dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan guna merubah perilaku
beresiko dan meningkatkan kemampuan ODHA menghadapi tekanan dari
lingkungan.
Voluntary Conseling Testing menunjukkan hasil bahwa komunikasi
antarpribadi antara konselor dan klien sangat berpengaruh dalam
pembentukkan konsep diri ODHA. Meski awalnya ODHA mengalami shock,
takut, sedih, dan cemas ketika dinyatakan positif HIV karena kurangnya
pemahaman dan informasi mengenai HIV/AIDS. Namun, setelah melakukan
konseling dan bertambahnya pemahaman tentang HIV/AIDS, semakin kuat
pula keinginan mereka untuk hidup lebih baik.
Hasil dalam penelitian ini yaitu membangun kedekatan dengan pasien HIV
mutlak diperlukan, caranya dengan menanamkan kepercayaan diri pasien HIV
kepada konselor sampai timbul keterbukaan. Penggunaan komunikasi antar
pribadi untuk menimbulkan perasaan empati, keakraban dan keterbukaan
antara dokter dan pasien. Tujuan akhir dalam program konseling VCT ini
adalah agar pasien HIV dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
mempunyai motivasi dan semangat yang kuat untuk berjuang hidup.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah defenisi, ciri-ciri, tujuan dari konseling ?
b. Apakah defenisi dari Konseling HIV/AIDS?
c. Apakah tujuan dari Konseling HIV?
d. Bagaimanakah ciri-ciri Konseling HIV ?
e. Siapakah petugas Konseling HIV?
f. Apakah perbedaan dari Konseling HIV dan Edukasi Kesehatan ?
g. Apakah Voluntary Counseling Testing ?
B. Ciri-Ciri Konseling
1. Konseling berkaitan dengan kegiatan memengaruhi secara sengaja
agar terjadi perubahan perilaku pada sebagian dari kepribadian
klien
2. Tujuan dari konseling adalah untuk membuat kondisi yang
memudahkan terjadinya perubahan yang disengaja pada sebagian
diri klien
3. Seperti halnya dalam semua hubungan pada klien harus ada
pembatasan untuk hal-hal yang bersifat pribadi bagi konselor.
Hanya hal yang berhubungan dengan penyakit saja yang dibahas
4. Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku
diperoleh melalui wawancara
5. Kegiatan mendengarkan harus ada pada konseling, tetapi tidak
semua konseling adalah mendengarkan
6. Konselor harus memahami kliennya
7. Konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat
rahasia (confidential)
8. Pattersen dan Hasbullah (1999) memperjelas mengenai hal-hal
yang bukan konseling dan penjelasannya merupakan perbaikan dari
apa yang pernah dikemukakan sebelumnya ditahun 1967. Perbaikan
ini memperjelas bahwa :
- Konseling bukan kegiatan pemberian informasi meskipun
informasi bisa diberikan dalam konseling
- Konseling bukan kegiatan pemberian nasihat, sugesti, atau
rekomendasi
- Konseling bukan kegiatan untuk memengaruhi sikap,
kepercayaan atau perilaku dengan cara memaksa, mengatur,
atau meyakinkan
- Konseling bukan seleksi dari tugas yang harus dilakukan
dalam menghadapi bermacam-macam pekerjaan dan aktivitas
- Konseling bukan kegiatan melakukan wawancara, sekalipun
wawancara bisa dilibatkan dalam konseling.
Dalam hal ini konselor juga diharapkan dapat membantu mengatasi rasa putus
asa, rasa duka yang berkelanjutan, kemungkinan stigma, diskriminasi,
penyampaian status HIV pada pasangan seksual, pemutusan hubungan kerja, dll
1. Orang yang sudah diketahui menderita AIDS atau terinfeksi HIV dan
keluarganya.
2. Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes)
3. Mereka yang sedang mencari pertolongan diakibatkan perilaku resiko yang
lalu dan sekarang sedang merencanakan masa depannya
4. Mereka yang tidak mencari pertolongan dan berprilaku resiko tinggi.
5. Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV
(pekerjaan,perumahan,keuangan,keluarga,dll) sebagai akibat infeksi HIV
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan
lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya.
Tujuan VCT adalah sebagai berikut :