Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI

KELOMPOK 4
ALGOSTERON ANTAGONIS
 
 
 
 
 
 

Dosen pembimbing:
Makhdalena M farm,apt

Disusun Oleh:
Andini Dyah R (1748401032)
Ledy Dwiana (1748401019)
Liya Fajar Wahyuni (1748401001)
Hestika Dewi Arina (1748401006)
Erlinda (17484039)

 
 
 
 
 
 

  D3-FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI TANJUNG KARANG
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
 
 
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “ALGOSTERON ANTAGONIS” tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa di
dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
 
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,
atas kritik dan sarannya, kami mengucapkan terimakasih.
 
 
 
Bandar Lampung, 13 September 2019
 
 
 
 
Penulis
 
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar isi..........................................................................................................

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang..............................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................
3.Tujuan Penulisan...........................................................................................

BAB II Pembahasan

 Definisi Aldosteron.................................................................................
 Obat gagal jantung antagonis aldosteron................................................

BAB III Penutup

 Kesimpulan.............................................................................................
 Saran.......................................................................................................
 Daftar Pustaka.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Gagal Jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah secara
adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Antagonis aldosteron digunakan sebagai terapi
gagal jantung karena dapat menghambat remodelling. Antagonis aldosteron memiliki
beberapa efek samping karena kurang selektif. Hal ini mendorong pencarian obat dengan
efek samping yang lebih sedikit. Tanaman herbal Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai
tanaman obat di masyarakat dan berpotensi dikembangkan sebagai obat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi fitokimia herbal Indonesia yang dapat berperan sebagai
antagonis aldosteron. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian bioinformatika
dengan metode molecular docking. Struktur tiga dimensi reseptor mineralokortikoid (MR)
didapatkan dari laman Protein Data Bank (PDB) dengan kode akses 3VHU. Standar
spironolakton didapatkan dari laman ZINC database dengan kode akses ZINC03977913.
Senyawa aktif diperoleh dari HerbalDB dan struktur tiga dimensi senyawa diperoleh dari
PubChem National Center for Biotechnology Information (NCBI). Penelitian ini
menggunakan perangkat lunak AutoDock Vina version 1.1.2 untuk menganalisis energi
ikatan dan PyMol 1.3 untuk visualisasi. Hasil Penelitian: Penelitian ini menggunakan 517
senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman herbal Indonesia. Hasil docking dan
visualisasi pada penelitian ini memperlihatkan senyawa strychnine, gentisin, sojagol,
eurycomalactone, strigol, dan progesteron secara berurutan memiliki skor docking lebih
rendah dari pada antagonis aldosteron (-9,8 kkal/mol, -9,9 kkal/mol, -10,1 kkal/mol, -10,2
kkal/mol, -10,6 kkal/mol dan -11,5 kkal/mol) dan berinteraksi dengan ligand binding domain
MR. Simpulan Penelitian: Senyawa sojagol memiliki kemiripan tertinggi dengan aktivitas
antagonis aldosteron pada MR karena dapat menempati beberapa tempat ikat antagonis
aldosteron secara komputasi. Oleh karena itu, senyawa ini diharapkan dapat bersifat
antagonis terhadap aldosteron.

2. Rumusan Masalah
a. .Apa yang di maksud dengan aldosteron ?
b. Kapan saya harus menjalani aldosteron?
c. Apa yang harus saya ketahui sebelum menjalani aldosteron?
d. Apa yang harus saya lakukan sebelum menjalani aldosteron?
e. Bagaimana proses aldosteron?
f. Apa yang harus saya lakukan setelah menjalani aldosteron?
g. Apa arti hasil tes yang saya dapat?

3. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
yang di berikan oleh dosen kami ibu Makhdalena M farm.apt. mengenai Aldosteron
antagonis serta menambah wawasan dalam bidang ilmu kefarmasian bagi mahasiswa/i
tentang obat Aldosteron antagonis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Apa itu aldosteron?

Tes aldosteron digunakan untuk mengukur tingkat aldosteron (hormon yang dibuat oleh
kelenjar adrenal) dalam darah. Aldosteron berperan dalam mengatur tingkat natrium dan
kalium dalam tubuh. Dengan adanya aldosteron, tekanan darah serta keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam darah dapat terjaga.

Hormon ginjal, renin, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan aldosteron.  Kenaikan
kadar aldosteron dan renin yang tinggi dapat terjadi ketika tubuh sedang mencoba untuk
menghemat cairan dan garam (natrium). Berbeda halnya ketika ada tumor, tingkat aldosteron
akan tinggi sementara tingkat renin akan rendah.

Kapan saya harus menjalani aldosteron?

Tes ini dapat dilakukan apabila:

terdapat gangguan cairan dan elektrolit


kesulitan dalam mengontrol tekanan darah
tekanan darah rendah setelah berdiri (orthostatic hypotension)

Pencegahan & peringatan

Apa yang harus saya ketahui sebelum menjalani aldosteron?

Pada dasarnya, kadar aldosteron dalam sampel darah dapat berubah tergantung posisi Anda
ketika darah diambil. Untuk menghindarinya, dokter mungkin akan melakukan tes urin (24
jam) dan bukan tes darah.Apabila Anda memiliki kelenjar adrenal yang terlalu aktif atau
kelainan pertumbuhan adrenal, kadar potasium juga dapat diuji.

Proses

Apa yang harus saya lakukan sebelum menjalani aldosteron?

Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes ini. Namun, apabila Anda menjalani
serangkaian tes aldosteron dalam darah, dokter akan memberi instruksi sebagai berikut:

konsumsi makanan dengan jumlah natrium normal (2.300 mg per hari) selama 2
minggu sebelum tes. Hindari makanan yang sangat asin, seperti daging bakon, sup
dan sayuran kaleng, buah zaitun, kaldu, kecap, dan makanan ringan seperti keripik
kentang atau pretzel. Apabila Anda sedang menjalani diet rendah garam, pastikan
Anda memberit ahu dokter karena diet rendah garam bisa meningkatkan kadar
aldosteron
hindari konsumsi black licorice (akar manis) selama 2 minggu sebelum tes

Selain itu, pastikan Anda memberi tahu dokter mengenai obat-obatan yang Anda konsumsi,
baik yang menurut resep dokter atau tidak. Beberapa jenis obat dapat memengaruhi hasil
temuan lab.

Bagaimana proses aldosteron?

Tenaga medis yang bertugas mengambil darah Anda akan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:

melilitkan sabuk elastis di sekitar lengan bagian atas Anda untuk menghentikan aliran
darah. Hal ini membuat pembuluh darah di bawah ikatan membesar sehingga
memudahkan untuk menyuntikkan jarum ke dalam pembuluh
membersihkan bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol
menyuntikkan jarum ke dalam pembuluh darah. Mungkin diperlukan lebih dari satu
jarum.
memasangkan tabung ke jarum suntik untuk diisi dengan darah
melepaskan ikatan dari lengan Anda ketika pengambilan darah dirasa sudah cukup
menempelkan kain kasa atau kapas pada bagian yang disuntik, setelah selesai disuntik
memberi tekanan pada bagian tersebut dan kemudian memasang perban

Apa yang harus saya lakukan setelah menjalani aldosteron?

Setelah menjalani tes, Anda dapat kembali pulang. Biasanya, hasil tes akan keluar dalam 2
sampai 5 hari. Anda akan diberi instruksi lebih lanjut oleh dokter. Tes aldosteron sering
dilakukan bersama dengan tes lain, seperti tes renin. Biasanya, tes dilakukan untuk
mendiagnosis kelebihan maupun kekurangan produksi aldosteron.

Penjelasan dari Hasil Tes

Apa arti hasil tes yang saya dapat?

Kadar aldosteron dalam sampel darah dapat berubah tergantung posisi Anda ketika darah
diambil. Kadar aldosteron darah akan lebih tinggi jika Anda berdiri atau duduk selama 2 jam
sebelum tes.

Normal:

Kisaran normal untuk tes darah aldosteron  dapat bervariasi tergantung laboratorium yang
Anda pilih. Kisaran yang tertulis disini merupakan gambaran rentang hasil yang dapat
diterima. Dokter akan memeriksa hasil tes dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan
pasien serta berbagai faktor yang dapat memengaruhi hasil tes. Diskusikan dengan dokter
apabila ada pertanyaan seputar hasil tes Anda.
 Aldosteron dalam darah
  Remaja Dewasa
Anak-anak
Posisi berdiri 5–80 nanogram per desiliter 4–48 ng/dL atau 7–30 ng/dL atau
atau duduk (ng/dL) atau 0.14–2.22nmol/L 0.11–1.33 nmol/L 0.19–0.83 nmol/L
3–35 ng/dL atau 0.08–0.97 2–22 ng/dL atau 3–16 ng/dL atau
Posisi berbaring
nmol/L 0.06–0.61 nmol/L 0.08–0.44 nmol/L

Pertumbuhan berlebih dari sel-sel normal di kelenjar adrenal (disebut hiperplasia adrenal)
atau tumor kelenjar adrenal memengaruhi kelenjar adrenal dan menyebabkan kondisi yang
disebut aldosteronisme primer. Penyakit tertentu seperti gagal jantung, sirosis, atau penyakit
ginjal juga dapat menyebabkan kadar aldosteron tinggi. Namun keadaan ini merupakan
respon normal dari kelenjar adrenal. Penyakit ini menyebabkan aldosteronisme sekunder.

Tingkat Aldosteron dan Renin


Aldosteron Renin
Hiperaldosteronisme Primer (Conn’s syndrome) Tinggi Rendah
Hiperaldosteronisme Sekunder Tinggi Tinggi

Abnormal

Indeks naik

Peningkatan kadar aldosteron disebabkan oleh:

tumor pada kelenjar adrenal (Conn’s syndrome)


penyakit ginjal
penyakit hati
gagal jantung
dehidrasi
preeklampsia (tekanan darah tinggi pada masa kehamilan)

Gejala tingkat aldosteron tinggi di antaranya tekanan darah tinggi, kram dan lemah otot, mati
rasa atau kesemutan pada tangan, dan rendahnya tingkat kalium dalam darah.

Indeks turun

Penyakit Addison dan beberapa jenis penyakit ginjal dapat menyebabkan kadar aldosteron
menjadi rendah.
B. Obata gagal jantung antagonis aldosteron

Spironolakton mempotensiasi tiazid atau diuretika kuat dengan cara melawan kerja
aldosteron. Spironolakton bermanfaat dalam pengobatan udem sirosis pada hati.
Spironolakton dosis rendah bermanfaat pada gagal jantung berat. Spironolakton juga
digunakan untuk hiperaldo-steronisme (sindrom Conn). Spironolakton diberikan sebelum
pembedahan. Apabila pembedahan tidak mungkin dilakukan, spironolakton diberikan
dengan dosis efektif terendah untuk penunjang.

Spironolakton adalah diuretika hemat kalium yang paling sering digunakan pada anak-
anak, obat ini merupakan antagonis aldosteron dan meningkatkan retensi kalium dan
ekskresi natrium di tubulus distal. Spironolakton dikombinasikan dengan diuretika lain
untuk mengurangi hilangnya kalium melalui urin. Obat ini juga digunakan dalam jangka
waktu panjang untuk penatalaksanaan sindrom Bartter dan dosis tinggi dapat
mengendalikan asites pada bayi dengan hepatitis neonatal menahun (kronis). Manfaat klinis
spironolakton dalam penatalaksanaan udem paru pada awal neonatal prematur dengan
penyakit paru kronis belum diketahui dengan pasti.

Eplerenon digunakan sebagai terapi tambahan pada disfungsi ventrikel kiri yang disertai
dengan kejadian gagal jantung setelah infark miokard. Seperti juga diuretika hemat kalium,
suplemen kalium tidak boleh diberikan bersama dengan antagonis aldosteron.

Spironolakton dan eplerenon merupakan aldosteron inhibitor yang bekerja dengan


menghambat reseptor mineralkortikoid yang merupakan target aksi aldosteron. Di ginjal,
penghambatan aldosteron menyebabkan penghambatan reabsorpsi natrium dan ekskresi
kalium. Di jantung, antagonis aldosteron menghambat matrik ekstraselular jantung dan
perubahan kolagen yang menyebakan penghambatan kejadian fibrosis jantung (remodeling
jantung). Secara khusus, spironolakton dikaitkan dengan penurunan 30% ditotal kematian,
penurunan 36% dalam kematian akibat jantung progresif dan penurunan 29% dalam kematian
mendadak (Dipiro et al, 2008). 

Spironolakton secara kompentitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma


sehingga meningkatkan ekskresi natrium (Cl dan H2O) dan menurunkan sekresi kalium.
Hanya 2% dari reabsorpsi natrium total yang berada di bawah kendali aldosteron, sehingga
antagonis aldosteron memiliki efek yang lemah terhadap hambatan reabsorpsi natrium (Neal,
2005).

Dosis rendah spironolakton dalam dapat ditoleransi. Efek samping yang paling umum
adalah ginekomastia, yang terjadi pada 10 % laki-laki. Kemungkinan risiko hiperkalemia
serius dan memburuknya fungsi ginjal dapat terjadi pada pengguna antagonis aldosteron,
ditunjukkan 25- 40% pasien kemungkinan mengalami hiperkalemia (> 5 mEq / L) dan bahwa
10- 12% terjadi hiperkalemia serius (> 6 mEq / L). Sehingga dalam penggunakan antagonis
aldosteron harus dilakukan pemantauan yang teliti terhadap fungsi ginjal dan konsentrasi
kalium (Dipiro et al, 2008).

Manfaat dari antagonis aldosteron pada gagal jantung muncul pada sebagian besar
pasien karena inhibisi neurohormonal. Secara spesifik, manfaat yang diyakini yaitu karena
kemampuan dari menghambat fibrosis jantung yang dapat berakibat terjadinya remodeling
ventrikel. Dengan demikian, seperti ACE Inhibitor dan Beta blocker, data pada antagonis
aldosteron juga mendukung model neurohormonal gagal jantung. Dosis rendah antagonis
aldosteron mungkin dapat diberikan pada pasien dengan gagal jantung yang menengah
maupun gagal jantung yang sifatnya berat dan pada pasien pada pasien gagal jantung usia
lanjut yang telah infark miokard (Dipiro et al, 2008).

C. Monografi: 

SPIRONOLAKTON
Indikasi: 
edema dan asitas pada sirosis hati, asites malignan, sindroma nefrotik, gagal jantung kongestif;
hiperaldosteronism primer.

Peringatan: 
produk-produk metabolik berpotensi karsinogenik pada hewan mengerat; usia lanjut; gangguan
hati; gangguan ginjal (hindari bila sedang sampai berat); pantau elektrolit (hentikan bila terjadi
hiperkalemia, hiponatremia; penyakit Addison).

Efek Samping: 
gangguan saluran cerna; impotensi, ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala,
bingung; ruam kulit; hiperkalemia; hiponatremia; hepatotoksisitas, osteomalasia, dan gangguan
darah dilaporkan.

Dosis: 
100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; Anak. dosis awal 3 mg/kg bb dalam
dosis terbagi.

EPLERENON
Indikasi: 
tambahan terapi standar termasuk beta bloker untuk mengurangi risiko mortalitas dan morbiditas
kardiovaskuler pada pasien disfungsi ventrikel kiri yang stabil LVEF < 40%, dengan bukti klinis
gagal jantung setelah infark miokard.

Peringatan: 
periksa kadar kalium plasma sebelum terapi, selama pemberian awal, dan saat perubahan dosis;
lansia, gangguan fungsi hati; gangguan fungsi ginjal (lampiran 3); kehamilan (lampiran 4);
menyusui (lampiran 5).

Interaksi: 
diuretika (lampiran 1).

Kontraindikasi: 
hiperkalemia, penggunaan bersamaan dengan diuretika hemat kalium, atau suplemen kalium;
hipersensitif terhadap komponen obat, gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin di bawah 50
mL/menit), gangguan fungsi hati, pasien dengan kadar kalium serum awal di atas di atas 5,0
mmol/L.

Efek Samping: 
diare, mual; hipotensi; pusing; hiperkalemia; lebih jarang perut kembung, muntah, atrial
fibrillation, hipotensi postural, arterial thrombosis, dislipidemia, faringitis, sakit kepala, insomnia,
pyelonefritis, hiponatremia, dehidrasi, eosinofilia, asthenia, malaise, sakit punggung, kram kaki,
gangguan fungsi ginjal, azotemia, berkeringat, gatal.

Dosis: 

dosis awal 25 mg sehari sekali, ditingkatkan dalam 4 minggu sampai 50 mg sehari sekali dengan
mempertimbangkan kadar kalium serum (lihat tabel).

Tabel pengaturan dosis sesudah pemberian awal.

Kalium
serum
(mmol/ Penyesuaian
L) Tindakan dosis

1x25 mg
setiap dua hari
menjadi 1x25
mg setiap hari

1x25 mg
setiap hari
Ditingkatk menjadi 1x50
<5,0 an mg setiap hari

Tidak
ada penyesuai
5,0–5,4 Tetap an dosis

1x50 mg
setiap hari
menjadi 1x25
mg setiap hari
1x25 mg
setiap hari
menjadi 1x25
mg setiap dua
hari
1x25mg setiap
dua hari
Diturunka menjadi
5,0–5,9 n dihentikan

>6,0 Dihentikan Tidak ada

Terapi eplerenon biasanya dimulai antara 3-14 hari setelah infark miokard akut; pasien
dengan kalium serum di atas 5,0 mmol/L tidak boleh dimulai dengan eplerenon, kalium serum
harus diukur sebelum memulai terapi eplerenon selama satu minggu dan satu bulan, sesudah
dimulainya terapi atau penyesuaian dosis; kalium serum harus dinilai secara periodik; tidak
dianjurkan untuk anak-anak. 
Eplerenon dihentikan karena kalium serum > 6,0 mmol/L, eplerenon dapat dimulai kembali
dengan dosis 25 mg dua kali sehari jika kadar kalium serum menurun di bawah 5,0 mmol/L.

BAB III Penutup

 Kesimpulan
Aldosteron merupakan senyawa neurohormon yang berperan penting dalam
remodeling ventrikuler, menstimulasi reabsorpsi Na dan K, terutama dengan
menyebabkan kenaikan deposisi kolagen dan fibrosis jantung. Proses tersebut
dihambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis aldosteron. Di ginjal, antagonis
aldosteron bekerja dengan menghambat reabsorbsi natrium dan ekskresi kalium.
Dalam hati, antagonis aldosteron bekerja dengan menghambat depisisi matriks dan
kolagen jantung ekstraseluler sehingga menurunkan fibrosis jantung dan remodeling
ventrikuler

 Saran

Kami sebagai penyusun makalah menyadari akan keterbatasan kemampuan yang kami
miliki sehingga menyebabkan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menyusun makalah
ini baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan
selanjutnya agar makalah selanjutnya lebih baik
 Daftar Pustaka

https://buletinfarmasi.blogspot.com/2016/12/obat-gagal-jantung-antagonis-aldosteron.html

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-diuretika/253-diuretika-
hemat-kalium/antagonis-aldosteron

Anda mungkin juga menyukai