KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“URINALISIS” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KIMIA KLINIK.
Makalah yang penulis susun ini belumlah sempurna, akan tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sampai selesai. Serta ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Ibu
Dosen Pembimbing Ulfa Hanim, S.Si, M.Si yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya bagi penulis
sendiri namun juga dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini untuk
menambah wawasannya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis
NIM : 171033
2
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan hidup sehat membuat manusia melakukan berbagai cara untuk mengatasi
penyakit yang dideritanya. Penyakit-penyakit tertentu seperti misalnya nyeri punggung
bawah, asma, osteoartritis, bronchitis, merupakan contoh penyakit yang dalam upaya
penyembuhannya tidak hanya dengan menggunakan obat-obatan namun juga diperlukan
suatu proses terapi.
Berdasarkan survei didapat bahwa 80% penduduk dari suatu populasi pernah mengalami fase
nyeri punggung selama hidupnya , dan sekali fase ini dialami maka nyeri punggung mungkin
akan terus berkelanjutan. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya kesadaran penggunaan
terapi dalam dunia kesehatan. Namun pada saat ini di Indonesia hanya rumah sakit besar saja
yang dilengkapi dengan fasilitas terapi, padahal pada kenyataannya banyak sekali masyarakat
yang membutuhkan. Hingga saat ini terdapat beberapa jenis terapi yaitu dengan
menggunakan
sinar, zat cair dan gas, ultrasonik, listrik. Terapi dengan menggunakan sinar dibedakan
menjadi sinar infra merah, sinar ultra violet dan laser argon. Terapi dengan menggunakan zat
cair dan gas dikelompokkan berdasarkan jenis energi yang digunakan, yaitu : termal,
mekanik, kimia dan tekanan. Sedangkan terapi dengan media ultrasonik memanfaatkan bunyi
dan frekuensi. Selanjutnya jenis terapi dengan menggunakan listrik dibedakan berdasarkan
jenis arus listrik yang digunakan. Dari semua jenis terapi, terapi dengan sinar infra merah
merupakan yang paling umum digunakan.
Rumusan masalah
Adapunrumusanmasalahnyayaitu:
a. Uraikan tentanggambaran umum Kimia Klinik !
b. Jelaskanpengertian kimia Klinik !
c. Sebutkan alat dan bahan yang digunakan!
d. Jelaskanprosedurpelaksanaannya!
Tujuan penulisan
Tujuanpenulisanarikeliniadalahsebagaibahanreferensiuntukmengetahuifungsi,carakerjadanma
nfaatcuntion pump padabidangkesehatan
4
BAB II.
PEMBAHASAN
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah,
dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan.
Normal : kuning, hijau, merah, coklat tua, hitam dan serupa susu.
5
1. kuning
normal : disebabkan urobilin & urokrom.
Abnormal : disebabkan bilirubin (liver) atau obat2an spt : efedrin, vit B2 atau makanan.
2. hijau
normal : disebabkan oleh indikan
Abnormal : disebabkan oleh obat2an : metilen blue, evansblue. Dan kuman / bakteri :
pseudomon.
3. merah
normal : disebabkan oleh uroeritrin (hasil akhir ginjal).
Abnormal : disebabkan oleh Hb, forfirin, forfobilin, obat2an : santonin, amidofirin & zat2
warna. Dan kuman : bacillus prodigiosus.
4. coklat
normal : disebabkan oleh urobilin
abnormal : disebabkan oleh bilirubin, hematin.
5. coklat tua / hitam
normal : disebabkan oleh indikan
abnormal : disebabkan oleh darah tua dan obat2an : der. fenol
6. serupa susu
normal : disebabkan oleh fosfat
abnormal : disebabkan lemak, getah posfat, protyein yang membeku, dan bakteri.
BEBERAPA PENYEBAB BAU PADA URIN
1. minyak atsiri pada makanan. Contohnya : durian, jengkol, dan pete.
2. amoniak disebabkan oleh bakteri.
3. obat2an . contohnya : menthol pada sirup, antibiotic.
4. adanya perombakan protein, misalnya karsinoma (peradangan pada sal kencing).
5. ketonuria (adanya keton dalam urin) baunya seperti buah2an / bunga yang layu.
KEJERNIHAN DIBAGI MENJADI EMPAT
1. jernih (+)
2. agak jernih (++)
3. keruh (+++)
4. sangat keruh (++++)
PENYEBAB KEKERUHAN PADA URIN
1. fosfat & karbonat dalam jumlah besar. Cara testnya : urin + asam asetat encer ―›keruh
hilang.
2. bakteri ―› sel2 yang rusak seperti sel efitel, & produksi leukosit akan meninglat.
3. sediment dari eritrosit, leukosit & sel efitel.
4. lemak & siklus (butir2 kecil dari lemak).
5. benda2 koloidal.
1. Pengertian Transudat dan Eksudat
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
6
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Pericardinal
Sendi
III.Jenis-Jenis Eksudat
Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah
yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya.
Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
Eksudat musinosa (eksudat kataral)
8
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel
yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena
eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi
musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan
proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah
pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
b. Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan
protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat
purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan
konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini
mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini
enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan
mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya
ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebutpus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
c. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan
neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.
Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak
menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan
limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam
sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan
sebagian lagi sifat exudat, sehingga usaha membedakan antara transudat dan exudat menjadi
sukar.
penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan
natrium citrate 20% atau heparinsteril.
II.5. Pemeriksaan transudat dan eksudat
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a. Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih
serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang menjadikannya
merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus
biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-
beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa
peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak
berbeda dari warna transudat.
Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat
murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan
yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjtu sebagai umpamanya
serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan
kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan
kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi
pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan
bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini penting untuk
menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat
dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti
sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai
cirri-ciri transudat atau exudat.
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus, dll)
bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang
dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
10
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur dengan
antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml
larutan citrate itu.Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain
seperti sel mesotel, sel plasma, dbs) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan
karena tidak bermakna.
c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag praktis serupa
dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai
kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-6
gr/dl atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat dari exudat
dengan cara yang amat sederhana.
Cara:
ke dalam silinder 100 ml dimsukkan 100 ml aquadest.
tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah.
o teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm
dari atas permukaan.
o perhatikanlah tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam
acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu :
tetesan itu bercampur dengan larutan asam acetate tanpa menimbulkan kekeruhan sama
sekali, hasil test adalah negative.
tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa kabut halus, hasil test positif
lemah.
tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal ataudalam keadaan extreme
satu presipitat yang putih, hasil test positif.
Kadar Protein
12
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam
membedakan transudat dari exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5
gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl cairan. Penetapan ini tidak memerlukan cara
yang teliti.
Cara:
tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.
kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran -10 kali, kalau berat jenis lebih
dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.
lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan itu, dalam
memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yant tadi dibuat.
Catatan :
Cara Esbach cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan itu
bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4gr/liter, ialah
kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan memakai
rumus :
(berat jenis – 1,007) x 343 = gr protein /100 ml cairan
Perhitungan itu:
- b.d. 1,010 sesuai dengan 1 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,025 sesuai dengan 26 gr protein per 100 ml
Dalam rumus dan perhitungan diatas berat jenis air sama dengan 1,000.
Zat Lemak
Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam
exudat mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding kapiler dapat ditembus
olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa dengan susu. Dalam hal itu mengetahui
apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
13
Cara :
berilah larutan NaOH 0,1 N kepda cairan sehingga menjadi lindi.
lakukanlah extraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh
chylus.
jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan
emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sbb, yaitu :
encerkanlah cairan itu 5x dengan etil alkohol 95%
panasilah berhati-hati dalam bejana air, kalau cairan itu menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan
saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas
filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi besar semula
(sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi
kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti, kekruhan itu bertambah kalau diberi
sedikit air
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut
Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek
dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge
patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler
ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
15
DAFTAR PUSTAKA