Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN TEORI
1. A.

Pengertian Kromatografi

Kromatografi secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu cromos yang berarti warna dan
graphos yang berarti tulis. Jadi, kromatografi merupakan suatu metode pemisahan fisik
senyawa organik dan anorganik, yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel
di antara dua fase.
Menurut pengertian ini kromatografi selalu melibatkan dua fase, yaitu fase diam (stationary
phase) dan fase gerak (gerak phase atau fase mobil. Fase diam dapat berupa padatan atau
cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben), sedangkan fase
gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas pembawa yang inert. Gerakan
fase gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi differensial komponen-komponen dalam
sampel.kromatografi dibagi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis
fasa gerak yang terlibat, pasangan fasa gerak dan fasa diam, mekanisme pemisahan dan
teknik kerja yang digunakan.
1. B.

Kromatografi Kertas (KKt)

Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan
murah. Banyak digunakan untuk identifikasi kualitatif penemunya adalah Martri, Consden
dan Gordon.Fasa diam dalam kromatografi ini berupa air yang terikat pada selulosa kertas
sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organic nonpolar. Berdasarkan kedua hal itu
kromatografi kertas dapat digolongkan ke dalam kromatografi partisi. Dalam kromatografi
kertas fasa gerak merembes ke dalam kertas karena efek kapiler. Rembesan fasa gerak pada
kertas dapat dilakukan dengan teknik menaik ( ascending ) atau dengan teknik menurun
(descending). Pada teknik menaik rembesan fasa bergerak kea as sedangkan pada pada tekik
menurun rembesan fasa gerak bergerak ke bawah. Pada teknik menurun fasa gerak disamping
bergerak karena efek kapiler juga dibantu oleh efek gravitasi sehingga rembesan berjalan
lebih cepat.
Pelaksanaan teknik ini terbagi pada 3 tahap , yaitu :
1. Penotolan cuplikan
2. Tahap pengembangan
3. Identifikasi atau penampakan noda.
Pada tahap penotolan cuplikan, prertama-tama siapkan kertas kromatografi dengan ukuran
tertentu . buatlah garis awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan
menggunakan pensil ( karena pensil terdiri dari satu komponen yaitu kabon sehingga tidak
mengganggu migrasi dan pemisahan komponen sampel). Selanjutnya totolkan larutan
cuplikan dengan menggunakan mikropipet atau pipa kapiler pada garis awal tadi, kemudian
keringkan.
Pada tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram dekat garis awal berisi totolan
cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut ( eluen ) yang terdapat di dalm bejana kromatografi .

pencelupan diusahakan tidak merendam totolan cuplikan atau garis awal. Biarkan eluen
merembes melalui totolan cuplikan. Komponen-komponen cuplikan akan terbawa oleh
rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen cuplikan dalam eluen akan
mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-komponen dalam kertas juga berbeda.
Perbedaan kecepatan bergerak komponen-komponen ini lebih umum disebut migrasi
diferensial. Hasil pemisahan akan Nampak sebagai noda-noda berwarna pada kertas dengan
jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Noda-noda ini selanjutnya disebut sebagai
kromatogram. Perembesan eluen dihentikan setelah eluen hamper mencapai ujung kertas.
Pekerjaan selanjutnya adalah member tanda batas gerakan eluen, dan kemudian kertas
diangkat dari cairan pengelusi untuk seterusnya dikeringkan. Pada tahap identifikasi atau
penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga
Rf nya. Besaran ini (kependekan dari rate of flow) menyatakan derajat retensi atau factor
refensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak). Rf = jarak yang ditempuh komponen/jarak yang
ditempuh eluen. Setiap komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri. Bila noda tidak
berwarna dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyemprot kertas dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin,
kalium kromat, ammonium sulfide dll.
2. Menyinari kertas dengan sinar ultraviolet
3. Mendedahkan kertas pada uap iodium
4. Menentukan harga Rf nya
Kromatografi kertas sangat berguna untuk pemisahan zat anorganik, organik dan biokimia
dalam jumlah yang sedikit. Sebagai fasa diam umumnya air yang terserap oleh pori-pori
kertas. Oleh Karena itu fasa diam bersifat sedikit polar. Bila diinginkan fasa diam yang lain,
maka biasanya kertas akan dikeringkan, kemudian menggunakan fasa diam seperti glikol,
alcohol dll. Jika kertas dilapisi dengan zat-zat hidrofobik maka kromatografi yang dilakukan
adalah kromatografi fasa terbalik ( reversed-phase-chromatography). Sistem ini berguna
untuk pemisahan asam-asam lemak, dan senyawa-senyawa non polar lainnya, yang mungkin
akan terelusi terlalu cepat jika digunakan fasa diam polar kelarutannya yang rendah.
1. C.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Menurut Rohman, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan
Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi
kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang
seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat
aluminium, atau pelat plastik.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam
karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena
pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan
dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, dalam
kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana.
Keuntungan kromatografi planar adalah:

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis


2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet
3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada
suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi ketika
fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis
mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan
cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi.
Prinsip kromatografi Menurut Stahl mengemukakan kaidah dasar kromatografi jerap yaitu
Hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak sama sekali, karena itu ia bergerak paling cepat.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang
seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan
isolasi pigment tanaman yangberwarna hijau dan kuningan.
Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yangmerupakan
sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis
di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan
tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.Ketika bercak dari
campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi
pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut
berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah
untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk
mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring
yang terbasahioleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah
penguapan pelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen
yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan
tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan
pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari
pelarut dan fase diam.

Fase Diam KLT


Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang
seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak
merupakanpelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga
memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa
untuk alumina.
Fase Gerak KLT
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent
dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent
dan jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret
eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut
yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika).

Deteksi Bercak
Bercak pemosahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk
penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa
digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara
penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet.
Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat
bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan penyerapnya
akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam
sedang latar belakangnyaa akan kelihatan berfluoresensi.
Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari
lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini
berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan
dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses
penguapan.

1. D.

Kromatografi Gas (GC)

GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi gas (KG) merupakan
teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. GC merupakan
metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah
menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran Perkembangan
teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan
batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik
analisis dengan resolusi yang meningkat.GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase
geraknya. Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gascair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada
suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadangkadang berupa polimerik.
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki
beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary fase
cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen
flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran
listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion.
SISTEM PERALATAN KROMATOGRAFI GAS (GC)
1. 1.

Fase gerak

Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk
membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan
berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah
untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).
1. 2.

Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel ecara cepat dan efisien. Desain yang
populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan
septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena
helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan
(biasanya antara 0,1-3,0 L) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom.
Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat
berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel
secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk
mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:

1. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan
diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
2. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan
dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
3. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel
diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup
pemecah ditutup; dan
4. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap; karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan
akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis.
3.

Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase
diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom
pada GC yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); dan
kolom preparatif (preparative column). Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler
dtunjukkan oleh gambar berikut :

Kolom Kemas

Kolom Kapiler

Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan
aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 15 meter dengan diameter dalam 1-4 mm.
Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikanefisiensi yang tinggi
(harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan
untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang
kompleks.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar.
Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1;
SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase
diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),
sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CPWAX; Carbowax-20M) (6).
4.

Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan
perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang
membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor
elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di
dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk

analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara


fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang
keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa
komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponenkomponen oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu.
Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif,
sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang
keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas
digabung dengan instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan
disajikan
dalam
bentuk
lain.
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas adalah sebagai berikut :

Jenis detektor

Jenis Sampel

Batas Deteksi

Hantaran Panas
Ionisasi Nyawa

Senyawa umum
5 100 mg
Hidrokarbon
10 100 pg
Halogen
organik,
Penangkap electron
0,05 pg
pestisida
Senyawa
nitrogen
Nitrogen Fosfor organik dan fosfat0,1 10 g
organic
Fotometri
NyalaSenyawa-senyawa
10 100 pg
(393 nm)
sulfur
Fotometri
NyalaSenyawa-senyawa
1 10 pg
(526 nm)
fosfor
Senyawa
yang
Foto Ionisasi
2 pg C/detik
terionisasi dengan UV
0,5 pg C
Konduktivitas
Elektrolik

Halogen, N, S

12 pg S

Kecepatan Alir (mL/menit)


Gas
H2
Udara
Pembawa
15 30
20- 60
30 60
200 500
30 60

20 40

15

700 100

20 40

50 70

60 80

20 40

120 170

100 150

30 40

20 40

80

3 10

0,5 30

60 70

4 pg N
Fourier Transform-Senyawa-senyawa
1000 pg
Inframerah (FTIR) organic
Sesuai untuk senyawa
Selektif Massa
10 pg 10 ng
apapun
Sesuai untuk elemen
Emisi Atom
0,1 20 pg
apapungas Pembasa

5.

Komputer

Komponen GC selanjutnya adalah komputer. GC modern menggunakan komputer yang


dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal detektor dan
mempunyai beberapa fungsi antara lain:

Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu


oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik
berwarna.

Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.

Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

Cara Kerja
Gas pembawa dialirkan dari tangki bertekanan tinggi melalui alat pengatur tekanan yang
dapat menentukan kecepatan aliran gas pembawa yang akan mengalir ke komponen yang
lain. Sampel dimasukkan dalam injektor yang dipanaskan agar sampel berubah menjadi gas
dan mengalir ke dalam kolom. Pada kolom campuran zat penyusun mengalami pemisahan
proses partisi pada fase cair melalui detekor yang mengirimkan signal ke recorder setelah
mengalami amplifikasi. Bila sampel berupa cairan dapat dimasukkan dengan syringe, bila
berupa gas melalui katup. Sampel masuk kedala injektor mengalir dengan gas pembawa
masuk kedalam kolom.
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas

1.

Kelebihan
Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tingga

2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang
tinggi
3.

Gas mempunyai vikositas yang rendah

4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga analisis relatif
cepat dan sensitifitasnya tinggi
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat
beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.

1.

Kekurangan
Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap

2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah
besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin

dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada
metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam
dan zat terlarut.
1. E.
2. A.

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)


Prinsip Dasar HPLC

Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan
melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena
perbedaan
kekuatan
interaksi
antara
solut-solut
terhadap
fasa
diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih
dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solut
tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Computer dapat digunakan untuk mengontrol kerja
sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.
B. Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi
Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi, yaitu:
1. 1.

Fasa Gerak

Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau pelariut. Berbeda
dengan kromatografi gas, HPLC mempunyai lebih banyak pilihan fasa gerak, dibandingkan
dengan fasa gerak untuk kromatografi gas. Dalam kromatografi gas, fasa gerak hanya sebagai
pembawa solute melewati kolom menuju detektor. Sebaliknya dalam HPLC, fasa gerak selain
berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fasa gerak dapat
berinteraksi dengan solute-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
Persyaratan fasa gerak HPLC
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut:
1)

Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan di analisis.

2)
Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat
menganggu interpretasi kromatogram.
3)

Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.

4)

Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.

5)

Zat cair tidak kental.

6)

Sesuai dengan detektor.

Jenis fasa gerak


Fasa gerak untuk kromatografi partisi, adsorpsi, dan penukar ion bersifat interaktif dalam arti
fasa gerak berinteraksi dengan komponen-komponen cuplikan. Akibatnya, waktu retensi
sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut. Sebaliknya fasa gerak untuk kromatografi eksklusi
bersifat non interaktif. Oleh karena itu, waktu retensi dengan kromatografi ini tidak
bergantung pada komposisi fasa gerak.
2.

Pompa

Pompa dalam HPLC dapat dianalogikan dengan jantung pada manusia yang berfungsi untuk
mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi serbuk halus. Pompa yang dapat
digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan :
1. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi (pons/in2)
2. Keluaran bebas pulsa
3. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
4. Bahan tahan korosi
Dikenal tiga jenis pompa yang masing-masing memiliki kenutungan dan kekurangannya
yaitu pompa reciprocating, displacement dan pneumatic.
1. Pompa
reciprocating
Jenis pompa ini sekarang banyak dipakai. Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat
pelarut yang dipompa dengan cara gerakan piston mundur-maju yang dijalankan oleh
motor. Piston berupa batang gelas dan berkontak langsung dengan pelarut.
2. Pompa
displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) terdiri dari tabung yang dilengkapi
pendorong yang digerakan oleh motor. Pompa ini juga menghasilkan aliran yang
cenderung tidak bergantung tekanan baik kolom dan viskositas pelarut. Selain itu,
keluaran pompa ini bebas pulsa. Akan tetapi pompa ini keterbatasan kapasitas pelarut
(~250 mL) dan tidak mudah untuk melakukan pergantian pelarut.
3. Pompa
pneumatic
Dalam pompa ini pelarut di dorong oleh gas bertekanan tinggi. Pompa jenis ini murah
dan bebas pulsa. Akan tetapi mempunyai keterbatasan kapasitas dan tekanan yang
dihasilkan (<2000 psi) serta kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan
tekanan balik kolom.
4. 3.

Unit Sistem Penyuntikan atau Penginjeksian Sampel

Kadang kala, faktor ketidaktepatan pengukuran HPLC terletak pada keterulangan pemasukan
cuplikan ke dalam peking kolom. Masalahnya, kebanyakan memasukan cuplikan ke dalam
kolom dapat menyebabkan band broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukkan
harus sekecil mungkin, beberapa puluh mikroliter. Selain itu, perlu diusahakan tekanan tidak
menurun ketika memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak. Berikut beberapa teknik
pemasukan cuplikan ke dalam sistem HPLC :

1. Injeksi
Syringe
Alat yang paling dulu dan paling mudah untuk memasukkan cuplikan adalah syringe.
Syringe disuntikkan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang
tahan tekanan sampai 1500 psi. akan tetapi keterulangan injeksi syringe ini sedikit
lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
1. Injeksi stop-flow
Injeksi stop-floe adalah jenis injeksi syringe kedua tapi di sini aliran pelarut dihentikan
sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan disuntikan langsung ke dalam
ujung kolom. Setelah menyambungkan kembali kolom maka pelarut dialirkan kembali.
1. Kran

Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk
memasukkan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu dua langkah: (a) sejumlah
volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih
berada dalam loop, (b) kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi
injeksi dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom. Loop dapat diganti-ganti
dan tersedia berbagai ukuran volume dari 5 hingga 500L. Dengan sistem pemasukan
cuplikan ini memungkinkan memasukkan cuplikan pada tekanan 7000 psi dengan
ketelitian tinggi. Juga loop mikro tersedia dengan volume 0,5 hingga 5 L.
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang terbuat
dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fas diam, tempat terjadinya
pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya.
3. Detektor
Berbagai detektor untuk HPLC telah tersedia, walaupun demikian detektor harus memenuhi
persyaratan berikut: (1) cukup sensitive; (2)stabilitas dan keterulangan tinggi;(3) respon
linear terhadap solute; (4) waktu respon pendek sehinggatidak bergantung kecepatan alir ;
(5)realibilitas tinggi dan mudah digunakan; (6) tidak merusak cuplikan. Detektor HPLC
dikelompokan ke dalam tiga jenis, yaitu: detektor umum memberi respon terhadap fasa gerak
yang dimodulasi dengan adanaya solute. Sebaliknya, detektor sepesifik memberi respon
terhadap beberapa sifat solute yang tidak dimiliki oleh fasa gerak. Terakhir, detektor yang
bersifat umum terhadap solute setelah fasa gerak dihilangkan dengan penguapan. Detektor
berdasarkan absorpsi UV merupakan detektor HPLC yang paling banyak di pake. Detektor
elektrokimia paling banyak dipakai terutama
dalam HPLC penukar ion.
1. C.

Cara Kerja HPLC

Mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven ini dikemudian masuk ke dalam katup
injeksi berbutar, yang dipasang tepat pada sampel loop. Dengan pertolongan mikrosiring,
sampel dimasukan ke dalam sampel loop yang kemudian bersama-sama dengan solven
masuk ke dalam kolom. Hasil pemisahan dideteksi oleh detektor, yang penampakannya
ditunjukan oleh perekam (pencatat = recorder). Tekanan solven di atur dengan pengatur dan
pengukur tekanan. Pompa pemasuk solven pada tekanan konstan hingga tekanan kurang lebih
4500 psi dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter per menit.

Rekorder menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu sampel.


Tahap pemekatan dengan ekstraksi solven dan penguapan untuk memperkecil volum sering
kali diperlukan sebelum pengerjaan sampel dengan HPLC. Hal ini terutama sering dilakukan
untuk analisis senyawa-senyawa hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) atau residu pestisida
dalam makanan.
Sebagai alternative lain, sampel air dapat di absorpsi oleh suatu adsorben padat (C8 atau C18
yang terikat pada silica gel), diikuti dengan desorpsi dalam suatu solven yang kemudian
langsung dimasukan kedalam kolom. Suatu solven dengan polaritas rendah, misalnya CH3
berair yang secara bertingkat mengalami perubahan menjadi CH3OH murni, menjamin
pemisahan yang baik pada C-18 yang terikat pada silica gel.
D.
Kelebihan
HPLC
Dibandingkan dengan kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT atau HPLC
= High Performance Liquid Chromatography) mempunyai beberapa kelebihan. Beberapa
kelebihan KCKT diantaranya ialah
1. Dapat dilaksanakan pada suhu kamar.
2. Cepat dan mudah melaksanakannya.
3. Peka, detektor HPLC dapat divariasi dan unik.
4. Pelarut pengembang bisa dipakai berulang kali demikian juga dengan kolomnya.
5. Ideal untuk molekul besar dan ion.
6. Mudah memperoleh cuplikan.
7. Daya pisahnya baik.
8. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang di analisis.
9. HPLC juga dapat menganalisis senyawa yang tidak mudah menguap dan termolabil.
10. E.

Aplikasi HPLC Dalam Kehidupan

HPLC juga cocok digunakan untuk memisahkan minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri atas
campuran yang sangat rumit dan oleh karena itu HPLC berguna untuk memisahkan campuran
rumit menjadi golongan-golongan senyawa atau memisahkan golongan senyawa menjadi
komponen-komponennya.
HPLC digunakan untuk memisahkan golongan minyak, misalnya terpenoid tinggi, segala
senyawa jenis fenol, alkaloid, lipid dan gula. HPLC baik digunakan untuk senyawa yang
dapat dideteksi di daerah spekrum UV atau spectrum sinar tampak.
Kolom yang tersedia mempunyai banyak sekali pelat teori (lebih dari 100.000 untuk kolom
100 cm), dan kromatografi dilakukan dalam kondisi mendekati kondisi ideal demikian rupa
sehingga dapat diperoleh dalam beberapa menit dan ditafsirkan secara kuantitatif dengan
ketepatan yang lumayan. Cuplikan dapat dipisahkan secara preparatif.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, Sumar. 2006, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektrolisis Modern,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Hostettmann, K dkk. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: ITB
Ibnu, Muhammad Shodiq.2006. Common Teks Book Kimia Analitik. Malang: JICA UNM.
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia analitik. Jakarta: UI Press.
Sumar Hendrayana. 2006. KIMIA PEMISAHAN. Bandung : Rosdakarya

A.
PENGERTIAN
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme
biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda,
bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan
pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu
dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase
tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri
dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul
sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
B.
MANFAAT
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder
memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan
berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat
menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.)
yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini
disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah
digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya
adalah aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami
terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder
adalah sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan
rotenoid. Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan
dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen
karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin, saponin, dan
minyak
volatil.
C.
SENYAWA
METABOLIT
SEKUNDER
1.
Alkaloid
Definisi
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang
tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan
pada Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae.
Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia

yang sangat berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu
kelompok.
Klasifikasi
Pengelompokan
alkaloid
biasanya
didasarkan
pada
prekursor
pembentuknya. Kebanyakan dibentuk dari asam amino seperti lisin,
tirosin, triptofan, histidin dan ornitin. Sebagai contoh, nikotin dibentuk
dari ornitin dan asam nikotinat. Beberapa kelompok alkaloid disajikan
dalam tulisan ini. Diantaranya adalah kelompok alkaloid benzil isoquinon,
seperti: papaverin, berberin, tubokurarin dan morfin. Jenis alkaloid yang
banyak terdapat pada famili Solanaceae, tergolong ke dalam kelompok
alkaloid tropan, seperti: atropin, yang ditemukan pada Atropa belladona
dan skopolamin. Kokain yang berasal dari tumbuhan koka, Erythroxylon
coca, juga termasuk ke dalam kelompok ini, meskipun koka tidak
termasuk anggota famili Solanaceae. Alkaloid dengan struktur inti berupa
indol, dikelompokkan sebagai alkaloid indol, seperti: strikhnin dan quinin
yang berasa pahit dan merupakan senyawa penolak makan bagi
serangga. Kelompok alkaloid pirrolizidin merupakan ester alkaloid pada
genus Senecio, seperti: senecionin. Kelompok lain dari alkaloid yang
berasal asam amino lisin adalahquinolizidin yang sering disebut sebagai
alkaloid lupin karena banyak terdapat pada genus Lupinus. Alkaloid
polihidroksi memiliki stereokimia yang mirip dengan gula, sehingga
mengganggu kerja enzim glukosidase. Kelompok alkaloid polihidroksi
merupakan penolak makan bagi serangga. Beberapa jenis alkaloid
merupakan derivat dari asam nikotinat, purin, asam antranilat, poliasetat
dan terpenes. Mereka dikelompokkan ke dalam alkaloid purin, seperti:
kafein.
2.
Terpenoid
Definisi Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat
ini hampir dua puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok
ini merupakan derivat dari asam mevalonat atau prekursor lain yang
serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat banyak. Struktur
terpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari
satu unit isopren, sehingga pengelompokannya didasarkan pada jumlah
unit
isopren
penyusunnya.
Klasifikasi
Monoterpenoid umumnya bersifat volatil dan biasanya merupakan
penyusun minyak atsiri. Monoterpenoid memberikan aroma yang khas
pada tumbuhan. Monoterpenoid dikelompokkan sebagai a). asiklik,
contoh: geraniol, b). monosiklik, contoh: limonene dan c). bisiklik,
contoh: pinene. Untuk mencegah terjadinya keracunan diri (autotoxicity),
tumbuhan membentuk tempat penyimpanan khusus. Kelompok terbesar
dari terpenoid adalah sesquiterpen yang juga merupakan penyusun
minyak atsiri. Contoh yang cukup dikenal dari kelompok ini adalah
poligodial dan warburganal yang merupakan zat penolak makan berbagai

jenis serangga. Diterpenoid, seperti asam resin (misalnya: asam abietat)


dari tumbuhan keluarga pinus-pinusan dan klerodan (misalnya: ajugarin
dari tumbuhan Ajuga remota) merupakan zat penolak makan bagi
serangga. Triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang
tersebar luas dan beragam. Perwujudan dari senyawa ini dapat berupa
resin, kutin maupun semacam gabus. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah limonoid (misalnya: azadirachtin), lantaden, dan cucurbitacin
(misalnya: cucurbitacin B). Azadirachtin terkenal sebagai zat penolak
makan yang sangat kuat bagi serangga. Demikian juga dengan
cucurbitacin.
3.
Fenolik
Definisi
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi
(OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama
berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan
memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol.
Fenol biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada
kerangka
penyusunnya.
Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang
merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua
jenis tumbuhan. Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa
macam flavonoid dan hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil
flavonoid yang khas. Kerangka penyusun flavonoid adalah C6C3C6. Inti
flavonoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk
glikosida yang larut dalam air. Pada tumbuhan, flavonoid biasanya
disimpan dalam vakuola sel. Secara umum, flavonoid dikelompokkan lagi
menjadi kelompok yang lebih kecil (sub kelompok), yaitu:
(1)
flavon,
contoh:
luteolin,
(2)
flavanon,
contoh:
naringenin,
(3)
flavonol,
contoh:
kaempferol,
(4)
antosianin
dan
(5)
calkon.
Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak,
sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna
kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna
merupakan zat penolak makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun
merupakan racun (contoh: rotenon). Rutin, yang merupakan glikosida
flavonol yang tersebar di hampir semua jenis tumbuhan, juga merupakan
zat penolak makan yang kuat bagi serangga polifagus, seperti
Schistocerca americana. Sementara itu paseolin, dilaporkan merupakan
glikosida flavonol yang paling efektifsebagai zat penolak makan bagi
serangga. Pada percobaan dengan kumbang pemakan akar, Costelytra
zealandica, paseolin memberikan nilai FD50 yang sangat rendah, yaitu
0.03
ppm.
Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul antara 500

sampai dengan 20000 dalton. Pada sel tumbuhan, tanin selalu berikatan
dengan protein sehingga disebut merupakan zat yang menurunkan nilai
nutrisi
dari
jaringan
tumbuhan
bagi
pemakannya
4.
Glukosinolat
dan
sianogenik
Glukosinolat
Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari beberapa
asam amino dan terdapat secara umum pada Cruciferae (Brassicaceae).
Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok, yakni: (1).
glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik
(biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin),
terbentuk dari asam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3)
glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan).
Keragaman jenis glukosinolat tergantung pada modifikasi ikatannya
dengan gugus lain melalui hidroksilasi, metilasi dan desaturasi. Hidrolilis
dari glukosinolat terjadi karena adanya enzim mirosinase, sehingga
menghasilkan beberapa senyawa beracun seperti isotiosianat, tiosianat,
nitril, dan epitionitril. Senyawa-senyawa tersebut merupakan racun bagi
serangga yang bukan spesialis pemakan tumbuhan Cruciferae, dan
merupakan zat penolak makan bagi ulat kilan, Trichoplusia ni.
Sianogenik
Semua jenis tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mensintesis
glikosida sianogenik. Namun, tidak semua jenis tumbuhan mengumpulkan
senyawa ini dalam sel-selnya. Pada famili Rosaceae, senyawa ini disimpan
pada vakuola. Pada saat sel tumbuhan dirusak, glikosida sianogenik akan
dihidrolisis
secara
enzimatis
menghasilkan
asam
sianida
(HCN) yang sangat beracun dan merupakan zat penolak makan serangga
dengan
spektrum
yang
luas.
D.
JALUR
METABOLISME
1.
JaIur
asam
asetat
Poliketida meliputi golongan yang besar bahan alami yang digolongkan
bersarna berdasarkan pada biosintesisnya. Keanekaragaman struktur
dapat dijelaskan sebagai turunan rantai poli--keto, terbentuk oleh
koupling unit-unit asam asetat (C2) via reaksi kondensasi, misalnya
n
CH3CO2H
[CH3C0]n

Termasuk poliketida adalah asam temak, poliasetilena, prostaglandin,


antibiotika makrolida, dan senyawa aromatik seperti antrakinon dan
tetrasiklina. Pembentukan rantai poli--keto dapat digambarkan sebagai
sederet reaksi Claisen, keragaman melibatkan urutan -oksidasi dalam
metabolisme asam lemak. Jadi, 2 molekul asetil-KoA dapat ikut serta
datam reaksi Claisen membentuk asetoasetil-KoA, kemudian reaksi dapat
berlanjut sampai dihasilkan rantai poli--keto yang cukup (Gambar 37).
Akan tetapi studi tentang enzim yang terlibat dalam biosintesis asam
Iemak belum terungkap secara rinci. Namun demikian, dalam
pembentukan asam lemak melibatkan enzim asam Iemak sintase seperti
yang
dibahas
di
atas.

2.
Jalur
asam
sikimat
Jalur asam sikimat merupakan jafur alternatif menuju senyawa aromatik,
utamanya L-fenilalanin. L-tirosina. dan L-triptofan. Jalur ini berlangsung
dalam mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak berlangsung dalam
hewan, sehingga asam amino aromatik merupakan asam amino esensial
yang harus terdapat dalam diet manusia maupun hewan. Zantara pusat
adalah asam sikimat, suatu asam yang ditemukan dalam tanaman
IlIicium sp. beberapa tahun sebelum perannya dalam metabolisme
ditemukan. Asam ini juga terbentuk dalam mutan tertentu dari
Escherichia coli. Adapun contoh reaksi yang terjadi dalam biosintesis
asam polifenolat tercantum dalam Gambar 3 7. Dalam biosintesis Ltriptofan dan asam 4-hidroksibenzoat juga terjadi zantara asam korismat.
3.
Jalur
asam
mevalonat
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang
besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang
bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit
isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam
mevalonat (mevalonic acid : MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai
berikut.

Anda mungkin juga menyukai