Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pada era globalisasi yang semakin canggih, ilmu pengetahuan dan
teknologi juga berkembang. Hal ini tentunya memberikan dampak dan manfaat
yang baik bagi kehidupan kita sebagai manusia. Manusia ikut berperan penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, misalnya dalam pengembangan ilmu
obat-obatan atau dalam dunia farmasi.
Farmasi menurut syamsuni (2006), adalah ilmu yang mempelajari cara
membuat mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis
dan standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat
dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Bidang farmasi berada dalam
lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk
untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi
sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produk obat-obatan. Hal ini
banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan
dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas
obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau
mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang sediaannya di
buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari masyarakat untuk
mengonsumsi obat tersebut. Adapun beberapa bentuk sediaan salah satunya yaitu
sediaan liquid dan semi solid. Sediaan liquid dan semi solid merupakan sediaan
dengan wujud cair dan setengah padat, mengandung satu atau lebih zat aktif yang
terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan ini banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia
lansia, sehingga satu keunggulannya dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain
adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Salah satu bentuk sediaan liquid dan semi solid farmasi adalah sediaan cair
seperti elixir. Menurut Power dan Sakaguchi, (2006), Elixir adalah larutan
hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital dan

18
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Dibandingkan dengan sirup,
elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula
yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif apabila dibandingkan dengan
sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Eliksir menjadi salah satu pilihan bagi
anak maupun lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet dan pil yang
memiliki rasa pahit atau tidak enak.
Mengingat pentingnya kita mempelajari teknologi sediaan liquid dan semi
solid yakni sirup, maka dilakukanlah praktikum pembuatan eliksir dengan tujuan
untuk mengetahui cara pembuatan eliksir dengan menggunakan zat aktif
Asetilsistein untuk mengetahui zat tambahan yang sesuai dengan sediaan eliksir,
serta untuk mengetahui evaluasi dari sediaan eliksir.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 MaksudPercobaan
Adapun maksud percobaan ini adalah mengetahui dan memahami cara
pembuatan eliksir dengan zat aktif Asetilsistein, untuk mengetahui zat tambahan
yang sesuai dengan tablet dan untuk mengetahui evaluasi dari eliksir.
1.2.2 TujuanPercobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan
sediaan eliksirdengan zat aktif Asetilsistein
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui zat tambahan yang sesuai dengan
sediaaneliksir dengan zat aktif Asetilsistein.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui evaluasi dari eliksir dengan zat aktif
Asetilsistein
1.3 PrinsipPercobaan
Pembuatan eliksir Asetilsistein sebagai zat aktif dengan bahan tambahan
Na siklamat dan Na benzoat sebagai pengawet, Natrium sitrat dan asam sitrat
sebagai dapar, Stroberry flavor sebagai perasa, allura red al sebagai pewarna,
gliserin sebagai kosolven dan alkohol sebagai pembawa utama. Evaluasi sediaan
sirup dilakukan dengan pemeriksaan organoleptik, pemeriksaan pH, pemeriksaan

19
bobot jenis, pemeriksaan viskositas, pemeriksaan volume terpindahkan yang
dilakukan selama 4 hari setelah hari pembuatan sediaan eliksir Asetilsistein

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.2.1 Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang
trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk
mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu
aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
2.2.2 Mekanisme Batuk
Pola dasar batuk bisa dibagi kepada empat komponen yaitu inspirasi
dalam yangcepat, ekspirasi terhadap glotis yang tertutup, pembukaan glotis secara
tiba-tiba dan terakhir relaksasi otot ekspiratori (McGowan, 2006). Menurut
Weinberger (2005) batuk bisa diinisiasi sama ada secara volunter ataurefleks.
Sebagai refleks pertahanan, ia mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras aferen
termasuklah reseptor yang terdapat di distribusi sensori nervus trigemineus,
glossopharingeus, superior laryngeus, dan vagus. Jaras eferen pula termasuk
nervus laryngeus dan nervus spinalis.
Batuk bermula dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis,
relaksasi diafragma dan kontraksi otot terhadap penutupan glotis. Tekanan
intratorasik yang positif menyebabkan penyempitan trakea. Apabila glotis
terbuka, perbedaan tekanan yang besar antar atmosfer dan saluran udara disertai
penyempitan trakea menghasilkan kadar aliran udara yang cepat melalui trakea.
Hasilnya, tekanan yang tinggi dapat membantu dalam mengeliminasi mukus
dan benda asing.
2.2.3 Jenis-jenis Obat Batuk
Menurut Beers (2003) batuk memiliki peran utama dalam mengeluarkan
dahak danmembersihkan saluran pernafasan, maka batuk yang menghasilkan
dahak umumnya tidakdisupresikan. Yang diutamakan adalah pengobatan kausa
seperti infeksi, cairan di dalamparu, atau asma. Misalnya, antibiotik akan
diberikan untuk infeksi atau inhaler bisa diberikepada penderita asma. Bergantung

21
pada tingkat keparahan batuk dan penyebabnya, berbagaivariasi jenis obat
mungkin diperlukan untuk pengobatan. Banyak yang memerlukan batuknya
disupresikan pada waktu malam untuk melegakan dari gangguan tidur. Menurut
Beers (2003), sangat penting untuk mengobati batuk dengan jenis obat batuk yang
benar. pengobatan batuk secara umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
batuknya berdahak atau tidak.
Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak
berdahakyang dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.
2.2.4 Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan
sekret saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida darisputum (Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan
komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah
bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein (Estuningtyas,2008)
2.2.5 Asetilsistein
Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit
bronkopulmonarikronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit
bronkopulmonari akut,penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait
dengan mukus yang pekat sebagaifaktor penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia
diberikan secara semprotan (nebulization) atau obattetes hidung. Asetilsistein
menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerjautama dari
asetilsistein adalah melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini
menurunkanviskositasnya dan seterusnya memudahkan penyingkiran sekret
tersebut. Ia juga bisamenurunkan viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait
dengan pH dan mempunyaiaktivitas yang paling besar pada batas basa kira-kira
dengan pH 7 hingga 9. Sputum akanmenjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek
maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga10 menit setelah diinhalasi. Semasa
trakeotomi, obat ini juga diberikan secara langsung padatrakea.Efek samping yang
mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasienasma. Selain itu,
terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek, hemoptisis, danterbentuknya

22
sekret berlebihan sehingga perlu disedot (suction). Maka, jika obat inidiberikan,
hendaklah disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang
digunakanadalah asetilsistein 10% hingga 20%.
2.2.6 Sirup.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah
obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah
sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al.,2005).
2.2.7 Syarat-syarat sirup
Kadar sukrosa dalam sirup tidak kurang dari 64% dan tidak lebih 66%
kecuali dinyatakan lain (Dirjen POM,1979). Kandungan sukrosa yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia terletak antara 50% sampai 65% akan tetapi
umumnya antara 60% sampai 65% (Voigt,1984).
2.2.8 Komponen-komponen sirup
1. Bahan Pemanis Pemanis
Berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari hasil kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan berkalori
rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sorbitol, sakarin, sukrosa. Sedangkan
pemanis berkalori rendah misalnya laktosa (Lachman dkk., 1994).
2. Bahan Pengental
Bahan pengental digunakan sebagai zat pembawa dalam sediaan cair dan
untuk membentuk suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen
(Ansel et al., 2005).
3. Pemberi rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahanbahan yang berasal dari alam, untuk membuat sirup sedap rasanya.
Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan
dalam air yang cukup (Lachman dkk., 1994).
4. Pemberi warna
Untuk menambah daya tarik sirup, umunya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan (misalnya hijau untuk rasa
permen, cokelat untuk rasa cokelat). Pewarna yang digunakan umumnya larut

23
dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warnanya
stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan. Penampilan keseluruhan
dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan
warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa (Lachman dkk.,1994).
2.2.9 Keuntungan dan kerugian sirup
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang
homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah di
absorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga
menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat
kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat
yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar
ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel et al., 2005).
Ada empat metode dalam pembuatan sirup tergantung pada sifat fisika
dan kimia bahan-bahan, antara lain :
1. Larutan yang dibuat dengan bantuan panas
Sirup dibuat dengan bantuan panas bila dibutuhkan untuk membuat sirup
secepat mungkin dan bila komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh
panas. Pada cara ini gula umumnya ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan
panas digunakan sampai larutan terbentuk. Kemudian, komponen-komponen
lain yang tidak tahan panas ditambahkan ke sirup panas, campuran dibiarkan
dingin, dan volumenya disesuaikan sampai jumlah yang tepat dan
ditambahkan air murni. Dalam keadaan dimana zat-zat tidak tahan panas atau
menguap, seperti misalnya minyak mudah menguap penambah rasa dan
alkohol dapat ditambahkan, maka biasanya ditambahkan ke sirup sesudah
larutan gula terbentuk oleh pemanasan, dan larutan cepat-cepat didinginkan
sampai temperatur ruang (Voigt, 1984).
2. Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
Untuk menghindari panas yang merangsang inversi sukrosa, sirup dapat
dibuat tanpa pemanasan dengan pengadukan. Pada skala kecil, sukrosa dari zat
formula lain dapat dilarutkan dalam air murni dengan menempatkan bahan-
bahan dalam botol yang kapasitasnya lebih besar dari pada volume sirup yang

24
akan dibuat, dengan demikian pengadukan campuran dengan seksama. Proses
ini memakan waktu lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan panas untuk
memudahkan melarutnya sukrosa, tetapi produk tersebut mempunyai
kestabilan yang maksimal. Tangki besar dari stainless ttel atau tangki yang
dilapisi gelas dilengkapi dengan pengaduk mekanik atau pemutar digunakan
dalam pembuatan sediaan sirup skala besar (Voigt, 1984).
3. Penambahan cairan obat yang dibuat atau cairan yang diberi rasa
Ada kalanya cairan obat, seperti tinktur atau ekstrak cair, digunakan
sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tinktur-tinktur dan
ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang larut dalam alkohol dan
dapat dibuat dengan pembawa ber-alkohol atau hidro alkohol. Akan tetapi bila
komponen yang larut dalam alkohol tidak dibutuhkan atau komponen-
komponen yang tidak penting dari sirup yang sesuai, komponen-komponen
tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak kental
dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-zat yang tidak larut dalam air
terpisah sempurna, dengan menyaringnya dari campuran. Pada keadaan lain,
bila tinktur atau ekstrak kental bercampur dengan sediaan cair, ini dapat
ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa obat (Voigt,
1984).
2.2.10 Sifat-sifat fisik kimia sirup
1. Kekentalan atau viskositas
Uji sifat alir perlu dilakukan untuk mengetahui viskositas dari sirup.
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya (Martin et al.,
1993). Suatu produk yang mempunyai viskositas yang terlalu tinggi umumnya
tidak diinginkan karena sukar dituang dan sukar diratakan kembali
(Nash,1996).
Cara uji sifat alir adalah dalam tabung yang berisi rotor dimasukkan
larutan yang terdiri dari pelarut dan bahan-bahan untuk pembuatan sirup.
Setelah sirup dimasukkan, rotor digerakkan. Viskositas sediaan yang dapat

25
diperiksa dengan melihat skala pada alat uji. Replikasi tiga kali dan dihitung
rata-rata serta standar deviasinya
2. Mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas
yang rendah menjadikan sediaan cair akan semakin mudah dituang dan
sebaliknya. Sifat fisik ini dapat digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair
selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh
terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang besar dapat
menyebabkan sirup terlalu kental dan sukar dituang (Ansel et al.,2005).
3. Intensitas warna
Uji intensitas warna bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sirup
setelah disimpan selama beberapa hari. Cara uji intensitas warna yaitu dengan
mengamati perubahan warna sirup mulai dari minggu ke-0 sampai minggu ke-
4 Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna mula-
mula (minggu ke-0) (Ansel et al.,2005).
4. Tanggap rasa
Uji respon rasa dilakukan dengan tehnik sampling dalam bentuk
sampling terhadap 20 orang responden secara acak, masing-masing responden
diberi 1 formula sirup dari tiap-tiap formula yang dibuat, dan diminta untuk
mencicipi, kemudian mengisi quisioner yang telah disediakan yang berisi
tentang tanggapan rasa dari sangat manis pahit, seikit manis sedikit
pahit,manis sedikit pahit, manis sekali sedikit pahit, manis sekali tidak pahit.
Data disajikan dalam bentuk tabel menurut jumlah/presentasi responden
dengan respon yang diberikan (Nugroho, 1995).
5. Bobot jenis
Bobot jenis dilakkukan untuk mengetahui perbandingan bobot zat
terhadap volume air adalah sama saat ditimbang. Bobot jenis suatu zat
dilakukan dengan cara membagi bobot zat dengan bobot air dalam
piknometer. Dimana air digunakan sebagai standar untuk zat cair dan zat padat
(Ansel et al., 2005).

26
6. Derajat keasaman
Uji derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar
keasaman dari larutan. Uji derajat keasaman dilakukan dengan mencocokkan
waran yang timbul pada kertas pH dengan warna yang menjadi parameter nilai
keasaman suatu produk (Lachman dkk.,1994).
7. Efektivitas pengawet
Uji efektivitas pengawet dilakukan untuk mengetahui mutu pengawet
yang digunakan. Pengawet memiliki mutu yang baik apabila mampu
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Cara uji efektivitas pengawetadalah
dalam ruangan steril dibawah laminar air flow. Satu ml larutan diambil
menggunakan pipet volume steril. Larutan yang diambil dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi media. Kemudian media yang berisi larutan diinkubasi.
Setelah media diinkubasi, kemudian diamati ada atau tidak kontaminasi pada
permukaan media (Jawetz et al.,1996).
2.2 Studi Preformulasi Zat Aktif
2.2.1 Asetilsistein
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol, praktis tidak
larut dalam eter dan dalam kloroform (Dirjen
POM,1995).
Pka : 9,52
pH : 2,2-2,8 (Dirjen POM,1995)
Ukuran Partikel : -
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan laktosa, PEG 4000 dan
6000, Glysin, asam adipat, dan Natrium
sakarin.
Stabilitas : Stabil dalam cahaya, stabil pada suhu hingga
110oC, Non higroskopis (teroksidasi diudara
yang lembab) (Pubchem,2019).
Koefisien Partisi : 0,4

27
Dosis : 400-1200 mg/hari. Dosis tunggal 600mg/hari
memiliki efek baik pada pasien PPOK
(Deshuijen, 2006).
Farmakologi : Asetil sistein memiliki suatu gugus tiol
(Sulfidi) yang memecah ikatan disulfida. Tiol
berikatan dengan mukoprotein dan
bertanggung jawab terhadap aktivitas
mukolitik sehingga mengalami
depolimerisasi. Penelitian in vitro didapatkan
bahwa pemberian NAC dapat menurunkan
viskopsitas mucus trakeabronkial. N-
Asetilsistein juga berfungsi menurunkan
viskositas kaolin mukus trakeal sehingga
meningkatkan transport mukosilier.
2.3 Analisis Permasalahan
a. Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan
dahak saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang
multiprotein dan mukopolisakarida dari sputum (kertaningtyas, 2008).
Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas sputum
melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein. Agen
mukolitik yang terdapat dipasaran adalah Bromheksia, ambroksol dan
asetilsistein (kertaningtyas, 2008).
b. Asetilsistein diberikan pada penderita penyakit Bronkopulmonari kronis,
pneumonia, fibrosis, fuistik, obstruksi mucus, penyakit bronkopulmonari
akut. Penjagaan saluran pernapasan dan kondisi lain terkait dengan
mucus yang pekat sebagai factor penyakit (kertaningtyas, 2008).
Asetilsistein bekerja melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini
mengubah viskositasnya dan memudahkan penyingkiran sputum dari
saluran pernapasan tersebut. Ia juga bisa menurunkan efektivitas
viskositas maksimal terkait dengan pH 7-9.

28
c. Elixir merupakan salah satu sediaan cair dan memiliki stabilitas yang
baik dibandingkan dengan sediaan lainnya. Hal ini disebabkan karena
sifat hidroalkohol dari alkohol dari pelarut etanol yang dapat
mempertahankan kestabilan sediaan dapat lebih lama (Ansel,2011).
Elixir berupa larutan hidroalkohol jernih dan manis, biasanya diberikan
rasa untuk menambah kelezatan. Selain elixir mampu mempertahankan
kestabilannya, elixir juga mudah dalam pembuatannya (dengan
melarutkan biasa) elixir lebih disukai daripada sirup (Ansel,2011).

29
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
3.1 Pengawet
1. Natrium benzoate ( Duarte, 2006 ; screhagen,2003 ; Rowe, 2009)
Alasan penambahan : aktivitas antimikroba natrium benziat yang memiliki
aktivitas, baik bakteristatik dan antijamur. Hal
tersebut disebabkan natrium benzoate tak
terdisosiasi, maka keamouhan bahan pengawet yang
terbaik terlihat pada solusi asam.
Kelarutan : larut dalam air dan dalam alcohol
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa garam besi dan
logam berat
Stabilitas : Larutan bisa disterilisasi dengan autoklaf atau
filtrasi
Konsentrasi : 0,02-0,5%
pH : 2-5
2. Asam propionate
Alasan penambahan : asam propionate paling seering digunakan sebagai
anti oksidan dan antimikroba sebagai pengawet
dalam makanan dan dalam sediaan farmasi oral dan
topical
Kelarutan : dapat larut dalam air baik dalam bentuk asam dan
garam natrium dan kaliumnya
Inkompatibilitas : Asam propionate inkompatibel dengan alkali,
ammonia, amina dan golongan halogen. Dapat
diasinkan dengan penambahan kalsium klorida atau
garam lainnua.
Stabilitas : stabil, mudah terbakar, harus disimpan diwadah
kedap udara dan jauh dari panas dan api
Konsentrasi : 0,1-0,2%
pH : 3.5

30
3. Asam benzoate
Alasan Penambahan : asam benzoate biasa digunakan pada kosmetik
makanan dan sediaan farmasi, sebagai pengawet
antimikeoba, asam bezoat juga digunakan sebagai
anti jamur
Kelarutan : sangat mudah larut dalam minyak
Inkompatibilitas : mengalami reaksi khas asam organic, misal dengan
alkali atau logam berat, aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan kaolin.
Stabilitas : penambahan natrium azida telah terbukti
meningkatkan stabilitas asam benzoate dalam
percobaan permease kulit.
Konsentrasi : 0,15%
pH : 2,5-4,5
3.2 Pemanis
1. Sodium sikimat (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : sodium sikimat digunakan sebagai agen pemnasi
pada sediaan farmasetik seperti makanan, minuman,
dan pemanis.
Kelarutan : larut 1 dalam 5 bagian air, 1 dalam 25 bagian air, 1
dalam 250 bagian etanol (95%) dan praktis tidak
larut dalam eter, kloroform dan benzene.
Inkompatibilitas : -
Konsentrasi : 0,17-0,5%
pH : 5,5-7,5
2. Sodium sakarin ( Rowe, 2009)
Alasan penambahan : sakarin digunakan sebagai pengawet, pemanis
karena sakarin mempunyai sifat yang stabil, non
karsinogenik nilai kalori rendah dan harganya
relative murah.
Kelarutan : sangat mudah larut dala air, larut dalam alcohol

31
Inkompatibilitas : tidak mengalami reaksi mailard
pH : 6,6
Konsentrasi : 0,02-0,15%
3. Sakarin ( Rowe, 2009)
Alasan penambahan : sakarin adalah pemanis yang digunakan dalam
makanan, minuman dan produk kebersihan oral
lainnya seperti pasta gigi, dan obat kumur.
Kelarutan : larut dalam 290 bagian air, dan 90 bagian gliserin,
31 bagian etanol (95%) dan 12 bagian alcohol.
Inkompatibilitas : sakarin dapat berinteraksi dengan molekul besar dan
tidak cocok dengan mailard browns.
Konsentrasi : 0,002-0,5%
pH : 2,0
3.3 Pelarut
1. Etanol (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : etanol digunakan sebagai pelarut karena bersifat
polar, universal dan mudah terbakar
Kelarutan : bercampur denga air dan praktis tidak bercampur
dengan semua pelarut dan pelarut organic
Inkompatibilitas : dalam suasana asam larutan etanol dapat bereaksi
hebat dengan bahan pengoksidasi dicampur dengan
bahan yang bersifat basa, dapat berubah warna
menjadi gelap. Disebabkan oleh reaksi dengan
sejumlah radikal dan aldehid. Larutan etanol inkom
dengan beberapa obat
Stabilitas : -
pH : -
Konsentrasi : 10%

32
2. Gliserin (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : gliserin sebagai antimikroba (Pengawet) kosolvent
emolien, agen humektan, solven, pemanis, pada
larutan oral. Glisetin digunakan sebagai solven,
pemanis dan peningkat viskositas.
Kelarutan : Larut dalam air, methanol, etanol (95%) dan praktis
tidak larut dalam kloroform dan benzene
Inkompatibilitas : Glsierin dapat meledak jika bercampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium tioksida
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Campuran gliserin dan
air, etanol (95%) dab propilen glikol.
Konsentrasi : -
pH : 7
3. Propilen Glikol
Alasan penambahan : propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut.
Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan
dapat melarutkan berbagai macam senyawa seperti
kortikosteroid, fenol, obat-obatan sulfat, barbiturate,
vit A dan B.
Kelarutan : larut dalam air, aseton, gliserin, dan glikol
Inkompatibilitas : inkom dengan pengoksidasi seperti potassium
Konsentrasi : -
pH : -
4. Air (Rowe, 2009)
Alasan Penambahan: air sering digunakan sebagai pembawa dan secara
kimia stabil pada semua bentuk fisik serta daoat
bercampur dengan pelarut polar lainnya
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
Inkompatibilitas : bereaksi dengan obat yang mudah larut terhidrolisis
logam dan oksidanya.
Konsentrasi : -

33
pH : 7
3.4 Pendapar
1. asam sitrat (Rowe, 2009 ; British, 2011)
Alasan Penambahan: untuk menjaga pH sediaan
Kelarutan : sangat larut dalam air, larut dalam etanol (96%)
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan
karbonat basa. Alkali dan bikarbonat, aseton dan
sulfide.
Konsentrasi : 0,1-2%
pH : 2,5-6,5
2. Natrium sitrat (Rowe, 2009)
Alasan penambahan : untuk menjaga pH sediaan
Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, 0,6 bagian air mendidih,
praktis tidak larut dalam etanol (95%).
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan basa, zat pereduks dan zat
pengoksidasi
Konsentrasi : 0,3-2%
pH : 7-9
3.5 Perasa
1. Strawberry anhydrous Flavour (MSDS, 2019)
Alasan Penambahan: sering digunakan dalam sediaan farmasi,
meningkatkan acceptabilitas dan memberi rasa
strawberry.
Kelarutan : Larut dalam air dingin
Inkompatibilitas : Oksidator
Stabilitas : Produk ini stabil
Konsentrasi : 0,05%
pH : -

34
2. Orange Flavour ( MSDS, 2019)
Alasan Penambahan: digunakan dalam sediaan farmasetik, meningkatkan
acceptabilitas dan memberikan rasa jeruk.
Kelarutan : larut dalam air
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan pengoksidasi kuat
Stabilitas : stabil dalam kondisi normal
Konsentrasi : 0,05%
pH : -
3. Grape Flavour ( MSDS, 2019)
Alasan Penambahan: Meningkatkan acceptabilitas sediaan
Kelarutan : larut dalam air
Inkompatibilitas : Inkom dengan pengoksidasi kuat
Stabilitas : stabil dalam kondisi normal
Konsentrasi : 0,05%
pH : -
3.6 Pewarna
1. Allura red ( Ebook Pangan, 2006)
Alasan penambahan : memberi kesan menarik, menyegarkan, warna obat,
menstabilkan warna, menutupi perubahan selama
proses pembuatan dan mengatasi penambahan warna
selama proses penyimpanan.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol. Gliserol dan Propilen
Glikol
Inkompatibilitas : -
Konsentrasi : 2%
pH : 4
2. Food and Drug cosmetic No.3 (Ebook Pangan, 2006)
Alasan penambahan : untuk memberikan nilai estetika dan daya Tarik
Kelarutan : larut dalam etanol (95%), tapi lebih mudah larut
dalam campuran air dan alcohol, larut dalam gliserol
dan glikol.

35
Inkompatibilitas : Agak mudah larut dengan adanya cahaya dan tidak
tahan terhadap HCl 30%.
Konsentrasi : 0,01-0,5%
pH : 4-7
3. Food drug and No.1 (Ebook Pangan, 2006)
Alasan Penambahan: Zat warna untuk menambah daya Tarik penampilan
Kelarutan : Tidak larut dalam minyak dan eter, larut dalam air,
gliserol, glikol dan alkohol 95%.
Inkompatibilitas : inkompatibel terhadap cahaya
Konsentrasi : 2%
pH : 4-7

36
BAB IV
FORMULA DAN PERHITUNGAN
4.1 Formula
a. Formula Utama
Asetilsistein 200 mg/5 mL (Zat aktif)
Na-Siklamat 0,17% (Pemanis)
Na-Benzoat 0,5% (Pengawet)
Dapar :
- Na-Sitrat 0,08 gr (Dapar)
- Asam sitrat 0,122 gr (Dapar)
Strawberry flavor 0,05% (Perasa)
Allura red Al q.s (pewarna)
Glyserin 16,36% (Konsulven)
Aquadest ad 100 mL (Pelarut)
Actaholum 90 % 10,5% (Pembawa)
b. Formula Alternatif
Asetilsistein 200 mg/5 mL (Zat aktif)
Sakarin 0,0005% (Pemanis)
Na-Benzoat 0,5% (Pengawet)
Dapar :
- Na-Sitrat 0,08 gr (Dapar)
- Asam sitrat 0,122 gr (Dapar)
Strawberry flavor 0,05% (Perasa)
Allura red Al q.s (pewarna)
Propilen glikol 12,76% (Konsulven)
Aquadest ad 100 mL (Pelarut)
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan bahan
1. Asetilsistein = 200 gr/5 Ml
0,17
2. Na-Siklamat = 𝑥 100 mL = 0,0017 gr
100

37
0,05
3. Strawberry flavor = 𝑥 100 mL = 0,0005 gr
100
0,5
4. Natrium Benzoate = 100 𝑥100 mL = 0,005 gr
8,9
5. Glyserin = 100 𝑥100 mL = 0,089 gr

6. Dapar : - Na-sitrat = 0,08 gr


- Asam sitrat = 0,122 gr
7. Aquadest = 100 – (4 + 0,0017+ 0,0005 + 0,005 + 0,089 + 0,08 +
0,122 )
= 100 – 4,2982
= 95,7 mL
b. Perhitungan dosis
Asetilsistein = Dosis sehari : 400 mg – 1,200 mg
400
Sekali = 1 sendok the (5 ml) = 100 𝑥5 mL = 200 mg/5 Ml

Sehari = 4 kali = 4 x 200 mg = 800 mg


800
% OD =1,200 𝑥100% = 66,67% (TOD)

c. Perhitungan dapar
pH sediaan (Zat aktif) : 2-2,8
Dapar sitrat (Na-Sitrat dan Asam sitrat) = 2,5-6,5
Sediaan yang akan dibuat pada pH = 2,8
- pKa 1 = 3,128
- pKa 2 = 4,761
- pKa 3 = 6,396
 Ka = - log Ka
3,128 = - log Ka
Ka = Anti log -3,128
Ka = 7,447 x 10-4
pH = - log [ H+)
2,8 = - log [ H+)
[ H+) = Anti log -2,8
= 1,584 x 10-3

38
= 15,84 x 10-4
𝐾𝑎[ H+)
β = 2,303 x C x {(𝐾𝑎)+ [ H+)}2
(7,447 x 10−4)[15,84 x 10−4 )
0,01 = 2,303 x C {(7,447 x 10−4)+ [15,84 x 10−4 )}2
117,96 𝑥 10−8
0,01 = 2,303 x C x 23,287 𝑥 10−8

0,001 = 2,303 x C x 5,065


11,66 c = 0,01
[𝑔)
 pH = pKa = log [𝑎)
[𝑔)
2,8 = 3,128 = log [𝑎)

log = 2,8 – 3,128


[𝑔)
log [𝑎) = 0,328
[𝑔)
= 0,469
[𝑎)

[g) = 0,469 [a)


Masam = Bm x Casam x volume
= 210,14 x 5,833 x 10-4
= 0,112 gr
Mgaram = Bm x Cgaram x volume
= 294,10 (2,373 x 10-4)
= 0,08 gr
C = [g) + [a)
8,57 x 10-4 = 0,469 (a) + [a)
8,57 𝑥 10−4
[a) = = 5,833 x 10-4
[1,469

[g) = 0,469 9 [a)


= 0,649 (5,833 x 10-4)
= 2,373 x 10-4
d. Perhitungan konstanta dielektrik
Kelarutan asetilsistein dalam etanol 90% 1 : 4
Jika dibuat 100 mL = 200 gr/5 mL x 100 = 4 gr

39
1 4
Etanol yang dibutuhkan 4 = 𝑥
16
X = 16 mL = 100 𝑥 100 = 16 mL

KD = (16% x 25,57) + (100-10% x 78,5)


= 70,05 + 4,112 + 65,54 = 70,05
KD PC = (% Etanol) + (% gliserin x KD gliserin) + ((100 + x) 4 x KDair)
70,05 = (5% x 25,7) + (x% x 93) + ((95-x)x 78 x 5)
70,05 = 1,285 + 43 x% + 74,575 – 78,5 x %
70,05 = 43 x% - 78,5 x% + 74,575
70,05 = -35,3 x% + 75,86
5,181
X% = 35,5

X = 0,1636 x 100%
Gliserin = 16,36%

40
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Cara Kerja
1. Disiapkanalat dan bahan yang akandigunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkoho 70%
3. Ditimbangmasing-masing bahan asetilsistein sebanyak 4 g, natrium
siklamat sebanyak 0,17 g, stroberry flavor sebanyak 0,05 g, gliserin
sebanyak 16,36, natrium benzoat sebanyak 0,5 g, natrium sitrat
sebanyak 0,18 g,asam sitrat sebanyak 0,122 g
4. Dilarutkan asetilsistein sebanyak 4 g kedalam pelarut etanol 90% 16
ml dengan gliserin 16,36%
5. Dilarutkan natrium benzoat menggunakan larutan stok hingga larut
sebagai campuran 1
6. Dilarutkan natrium sitrat dan asam sitrat menggunakan larutan stok
hingga larut sebagai campuran 2
7. Dilarutkan natrium sitrat dan asam sitrat menggunakan larutan stok
hingga larut sebagai campuran 3
8. Dicampurkan campuran 1 dan campuran 2 ke dalam larutan
asetilsystein dimasukan ke dalam botol yang telah dikalibrasi
9. Diukur pH hingga mencapai pH sediaan
10. Ditambahkan dapar natrium sitrat dan asam sitrat kedalam campuran
bahan
11. Diukur pH menggunkan pH meter
12. Ditambahkan flavoring agent dan sulfening agent
13. Dimasukan kedalam kedalam botol yang telah dikalibrasi
14. Ditambahkan sisa larutan stok
15. Dikocok hingga homogen

41
5.2 Evaluasi
UJI
NO. CARA KERJA SYARAT KET
EVALUASI

1. Uji Uji Sediaanharustetapterja Hari 1


Organoleptis organoleptisdilakuka gakualitasnya agar Warna :kuning,
ndenganmengamatis bisamenarikperhatianp
Bau: strobery
ediaandaripenampila asien
n dan aroma Rasa: strobery

darisediaan uji Hari 2

Warna :kuning

Bau: strobery

Rasa: strobery

Hari 3

Warna :kuning,

Bau: strobery

Rasa: strobery

Hari 4

Warna :kuning,

Bau: strobery

Rasa: strobery

2. Uji pH Pengukuran pH pH yang dihasilkan Hari 1 = pH 6


dilakukandenganme pada Hari 2 =pH 6
sediaanharussesuaiden
nggunakan pH meter
gan pH pada Hari 3 =pH 6
dengancaraelektorda mulutsehinggatidakme
dicelupkandalamwad nimbulkaniritasi pada Hari 4 =pH 6
ronggamulut.
ah yang

42
telahberisisediaan
yang akandiuji.
Angka yang
ditujukan pH meter
merupakannilaidari
pH obatkumur. pH
yang muncul pada
layar dan
stabillaludicatat.
Pengukurandilakuka
nterhadapsediaan uji.
3. Uji Stabilitas Uji Sediaanobatkumurhar Hari 1 (Oven)
stabilitasdilakukande usmampubertahandala
mbatasspesifikasi Warna : Merah,
nganmengamatiwarn
yang Bau: Strobery
a, bau, rasa, ditetapkanselamaperio
kekeruhan, dan depenyimpanan dan Rasa: Strobery
penggunaanuntukmenj
adanyaendapan pada Endapan
aminidentitas,
formulasiselama 4 :tidakada
kekuatan, kualitas,
haridenganharipenga dan Hari 2
kemurnianprodukterse (Kulkas)
matanharipertamasa
but.
mpai pada Warna :kuning
hariterakhir Bau: Strobery

Rasa: strobery

Endapan : tidak
adaendapan

Hari 3 (Oven)

Warna :kuning,

Bau: Strobry

Rasa: Strobery

43
Endapan
:tidakada

4. Uji MassaJe Massa Hari 1


nis jenisdarisampeldilak 0,9636 g/ml
ukandengancaramen
Hari 2
ggunakanpiknometer
yang bersih dan 1,0236 g/ml

keringkan. Hari 3
Ditimbangpiknomete 1,0116
rkosong,
kemudiandiisidenga
n air dan
ditimbangkembali.
Air
dikeluarkandaripikn
ometer dan
diisidengansampelob
atkumurkemudiandit
imbang

5. Kejernihan Uji Sediaanobatkumurhar Hari ke-1


inidilakukandenganc usjernih, tetapiada Terjadiperubaha
juga
aramelihatsediaanob nwarna, tetapi
sediaanobatkumur
atkumurdengankasat yang pekat dan tidak terjadi
matasaja. harusdiencerkanterlebi perubahan bau
hdahulu
dan rasa
Hari ke-2
Tidakterjadiperu
bahanwarna, bau
dan rasa

44
Hari ke-3
Tidakterjadiperu
bahanwarna, bau
dan rasa
Hari ke-4
Tidakterjadiperu
bahanwarna, bau
dan rasa
6 Uji volume Uji volume rata-rata Hari 1 = 98 %
terpindahkan inidirancangsebagaij larutan, suspensi,
Hari 2 = 90 %
aminanbahwalarutan atausirup yang
oral dan suspensi diperolehdari 10 Hari 3 = 90 %
yang wadahtidakkurangdari
dikemasdalamwadah 100 %, dan Hari 4 = 90 %
dosisganda, dengan tidaksatupun volume
volume yang tertera wadah yang
pada kurangdari 95 % dari
etikettidaklebihdari volume yang
250 ml, yang dinyatakan pada
tersediadalambentuk etiket.
sediaancairatausedia
ancair yang
dikonstitusidaribentu
kpadatdenganpenam
bahanbahanpembaw
atertentudengan
volume yang
ditentukan,
jikadipindahkandari
wadahasli,
akanmemberikan
volume
sediaanseperti yang
tertera pada etiket.

7 Uji viskositas Menggunakanvisko Semakindekatviskosit Hari 1 =12.4 cp


meter asprodukformulasiden
gantingkatviskositas Hari 1 =12.4 cp

45
Broke field. air Hari 1 =12.4 cp
Viskositassampeloba makasemakinmudah Hari 1 =11.52
dan
tkumurdiukurdengan
nyamanproduktersebu cp
menggunakanVisko tdigunakanuntukberku
meter Broke-vield. mur. Tingkat
viskositas air
Sebelumpengukuran,
murnikuranglebih 1 cp
alatdisetdenganmerat (Lukas, 2012)
akanpermukaan pada
mata
kucing yang terdapat
pada alat.
Selanjutnyasampel
(100 ml)
dicelupkansampaitan
dabatasspindle yang
telahditetapkan.Visk
ometerdinyalakansel
ama ± 10
detik,
kemudianditetapkan
ukuran dan
alatdimatikan.
Viskositasdihitungde
ngannilaiviskositasd
enganskala spindle.

46
BAB VI
PEMBAHASAN
Elixir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan
untukpenggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Dibandingkandengan sirup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadargula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif
apabila dibandingkan dengan sirupdalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun
demikian, karena sifat hidroalkoholnya,elixir lebih mampu mempertahankan
komponen-komponen larutan yang larut dalam airdan yang larut dalam alcohol
daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dankemudahan dalam
pembuatannya menjadikan elixir lebih disukai daripada sirup(Power dan
Sakaguchi, 2006).

Pada praktikum kali ini, dilakukanpembuatan elixir denganzataktif


Acetisisteyn, dengan eksipien pada sediaaniniadalah Na siklamat dan Na
benzoatsebagai pengawet, Natrium sitrat dan asam sitrat sebagai dapar, Stroberry
flavor sebagaiperasa, allura red al sebagai pewarna, gliserin sebagai kosolven dan
alkohol sebagaipembawautama.
Hal pertama yang dilakukan adalahdengan menimbang 4 g sampel
acetilsystein, di masukkankedalamwadahyang telahdiisi etanol 90% sebanyak 16 ml dan
gliserin 16,36%, dilarutkan natrium benzoat menggunakan larutan stok hingga larut
sebagai campuran 1, menurut Power dan Sakaguchi, (2006).Penambahannatrium
benzoatsebagaipengawetuntukmencegahkontaminasidarimikroorganismengingatp
embawadari formula iniadalah alkohol yang
rentanmenjaditempatpertumbuhanmikroorganisme.
Natirumbenzoatdiperlukandalamformulasisediaanobat elixir
untukmencegahkontaminasimikrobakarenatingginyakandungan alkohol pada
sediaan. (Rowe & Owen, 2009). Dilarutkan natrium sitrat dan asam sitrat
menggunakan larutan sebagai campuran 2, Menurut Syakri (2017) penggunakan
natrium sitrat dan asam sitrat dalam sediaan itu sebagai dapar untuk menjaga pH
sediaan tetap stabil.

47
Pada sediaan elixir, bahan yang berperanpentingadalah pengawet dan dapar
dan alkohol, dimanadigunakan Natrium siklamat dan natrium benzoat sebagai
pengawet karena memiliki aktivitas baik karakteristik dan antijamur dan natrium
sitrat dan asam sitrat sebagai dapar penggunaan dapar agar pH sediaan tetap stabil
dengan pH yang sesuai. (Jackson, 1995).
Pengujianstabilitasobat acetylsistein dilakukanselama 4
haridimulaidarisetelahpembuatansediaan. Pengujianstabilitasobat acetylsistein meliputi
uji organoleptik, uji pH, dan uji viskositas, uji stabilitas, uji massajenis, uji kejernihan,
dan uji volume terpindahkan,
Evaluasi yang pertamadilakukanadalah uji organoleptis. MenurutSyakri
dan Putra (2017), uji organoleptisadalahpengujian yang meliputiwarna, bau dan
rasa menggunakanpancaindera, dan hasil uji organoleptikuntuksediaanlarutantelah
didapatkanhasilyaitumemiliki rasa stroberry, sertawarna merah dan pada hari
kedua, ketiga dan keempat telah terjadi perubahan warna yaitu menjadi warna
kuning.
SelanjutnyadilakukanevaluasipH.DenganmenggunakankertasidikatorpH.M
enurutGandjar dan Rohman (2007), pengukuran pH
dapatdigunakandenganbeberapacarasepertimenggunakan pH meter dan kertaspH.
Dari hasilpengukuranpH ,dapatdiketahuibahwa pH sediaansetelahdilakukan uji
adalah6. Pengujianberikutadalah uji volume terpindahkan. MenurutDirjen POM
(1995), pengujian volume
terpindahkandilakukandengancaramenuangkanisiperlahan-
lahandaritiapwadahkedalamgelasukurkeringdengankapasitasgelasukurtidaklebihda
ri 2 ½ kali volume yang telahdiukur dan telahdikalibrasi, secarahati-
hatiuntukmenghindarkanpembentukangelembungudara pada waktupenuangan dan
didiamkanselamatidaklebihdari 30 menit. Jikatelahbebasdarigelembungudara,
diukur volume daritiapcampuran. volume rata-rata larutan, suspense, atausirup
yang diperolehdari 10 wadahtidakkurangdari 100% dan tidaksatupun volume
wadah yang kurangdari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Dari
hasilpengujian yang dilakukanselama4hari, dapatdiketahuibahwa volume rata-rata

48
larutantidakkurangdari 100% dan tidakadasatupunvolume wadah yang kurangdari
95%.
Adapunuji yangdilakukanselanjutnyaadalah uji kekentalanatauviskositas.
MenurutSyakri dan Putra (2017).
Pengujianviskositasdilakukandenganmenggunakanalat viscometer Brookfield.
Selainitu, seperti yang dikatakan olehwahyuni (2015), pemilihan spindle
berdasarkan trial and error. Semakinencersuatubahancair, makamemerlukan
spindle denganpermukaan yang besar, sehinggagesekan yang terjadi pada
permukaan spindle dapatterbaca pada layar viscometer. Daripengamatan yang
dilakukanselama4haridenganmeggunakan spindle no. 2 dan kecepatan 100 RPM,
didapatkanviskositasdarisediaanadalah 12,4,
dimanatidaksesuaidengansyaratdariviskositasobat elixir (Lukas, 2012).

49
50

Anda mungkin juga menyukai