Anda di halaman 1dari 41

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

PERCOBAAN I
ELIKSIR BROMHEKSIN HCl 4mg/5mL

Dosen Pengampu : Apt. Fauzia Ningrum Syaputri, M.Farm.

Titian Daru Asmara Tugon, M.Farm.


Asisten Laboratorium : Bela Nisa Maulida
Disusun Oleh:

Kelompok 2A

1. Alvita Labiibah Machsus 190106002


2. Dewi Sekar Anggraini 190106008
3. Dikfa Satria Anugrah 190106009
4. Fitria Nurfazriah 190106016
5. Indri Lestari 190106021
6. Nadian Jelita Putri 190106034

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang
sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat pewangi, untuk digunakan
sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol 90% yang
dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol,
sorbitol dan propilenglikol.sebagai pengganti gula dapat ditambahkan sirup
simpleks (FI Ed. III, 1976)
Eliksir merupakan produk yang kurang umum. Eliksir umumnya
mengandung obat yang poten sepertiantibiotik, antihistamin dan sedatif, dan
diformulasikan dengan rasa yang enak dan biasanya sangatstabil. Jika perlu
rasa pahit dan rasa yang memabukkan (nauseous) ditutupi dengan flavour,
danpewarna buatan dapat ditambahkan untuk memberikan penampilan
yang menarik (Fornas Ed. II, 1978)
Bromhexine digunakan secara local di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak (Raharja, 2008).
Bromhexine HCl memiliki kelarutan sangat sedikit larut dalam air, sedikit
larut dalam alcohol, sehingga jumlah air tidak cukup untuk melarutkan
bromhexine HCl, maka sediaan dibuat eliksir dengan pelarut campur yaitu
etanol dan gliserin. Pelarut campur yaitu etanol dan gliserin. Pelarut campur
yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif (Ansel,
2011).
Bromhekxine HCl adalah obat yang digunakan sebagai mukolitik pada batuk
dengan dahak yang kental seperti pada bronkhitis dan empisema. Mukolitik
adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.
Selain itu obat ini digunakan secara lokal di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak (Estuningtyas dan Arif, 2007).
Dilihat dari strukturnya, bromhexine HCl mempunyai gugus amin tersier (N-
alifatis tersier) yang dapat ditentukan kadarnya secara titrasi bebas air (TBA)
sebagai basa; dan adanya gugus amin primer aromatis (nitrimetri). Selain itu,
adanya gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan gugus ausokrom
(bromida dan gugus amin), maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
panjang gelombang di daerah ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).

I. 2 Perumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana rancangan formula sediaan eliksir bromhexine dengan
dosis 4 mg/ 5 mL?
1.2.2 Bagaimana karakteristik fisik, kimia dan fisika sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL?
I. 3 Tujuan Praktikum
1.3.1 Mampu melakukan pembuatan rancangan formula sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL.

1.3.2 Mampu mengetahui karakteristik fisik, kimia, dan biologi sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori singkat sediaan

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan


untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan.Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa, adapun
eliksir obat digunakan untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis
dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan
akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat.
Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan
yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang
khusus dan kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir
lebih disukai dari sirup (Ansel, 1989).

Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi
sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar
etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol
5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan utnuk
pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol, dan
propilen glikol. Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis,
pengawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.
(Syamsuni, 2007).

Eliksir dibagi menjadi beberapa golongan yaitu eliksir bukan obat, eliksir
obat, dan jenis-jenis eliksir lainnya.

a. Eliksir bukan obat

Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan
resep yang dibuat segar, yang meliputi: penambah zat-zat obat untuk
pembawa yang memberi rasa enak, dan pengencer eliksir obat yang ada.
Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa-senyawa obat, ahli farmasi harus
memperhatikan sendiri kelarutan dan stabilisasi senyawa obat dalam air dan
alkohol. Jika pembawa hidroalkohol dipilih, proporsi yang ada harus hanya
sedikit diatas jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan
mempertahankan larutanobat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan
eliksir obat yang ada, maka eliksir obat yang dipilih untuk pengencer dan
harus mempunyai konsentrasi alkohol kira-kira sama dengan eliksir yang
akan diencerkan. Juga, rasa dan bau pengencer harus tidak bertentangan
dengan eliksir obat dan semua komponen harus tercampurkan secara kimia
dan fisika. Ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu Eliksir
Somatik, Eliksir Benzaldehid Campuran dan Eliksir Iso-Alkohol (Ansel, 2005).

b. Eliksir obat

Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang
ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangan mengandung
zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat yang terkandung,
bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan dan diturunkan dengan
meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat
obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau
menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan
bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin
tidak diinginkan. Karena itu, untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari
satu obat, banyak dokter untuk memilih untuk minum sediaan yang terpisah
dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat
dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur. Beberapa
diantaranya dibicarakan secara singkat berikut ini (Ansel, 2005).

c. Jenis-jenis eliksir lainnya

• Eliksir antihistamin
• Eliksir hipnotik sedative barbiturate

• Eliksir fenobarbital

• Eliksir sekobarbital

• Eliksir digoksin (Ansel, 2005).

Sediaan eliksir juga memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.


Kelebihan sediaan eliksir diantaranya mudah ditelan dibandingkan dengan
tablet atau kapsul, rasanya enak, larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi,
takaran pemakaian mudah diatur. Adapun kekurangannya yaitu alcohol
kurang baik untuk kesehatan anak, mengandung bahan mudah menguap,
sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api (Jas,
2004).

II. 2 Teori zat aktif

Bromhexine HCl (PMK, 2021), (ISO vol. 52, 2019, hal 371), (MIMS, 2018)

Golongan Obat Bebas Terbatas (PMK No. 3, 2021)


Mekanisme kerja Bromhexine meningkatkan transportasi lendir dengan
mengurangi viskositas lendir dan dengan mengaktifkan
epitel bersilia (pembersihan mukosiliar). Efek sekretolitik
dan sekretomotor di area saluran bronkial ini meredakan
batuk dan memacu ekspektorasi (MIMS, 2018).
Indikasi Batuk influenza, batuk karena radang saluran pernafasan
(ISO vol. 52, 2019, hal 371).
Kontraindikasi Hati-hati pada pasien tukak lambung dan wanita hamil
terutama pada 3 bulan pertama (ISO vol. 52, 2019, hal 371).
Efek samping Mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, perasaan
penuh di perut biasanya ringan;pernah dilaporkan sakit
kepala, vertigo, berkeringat banyak dan ruam kulit, dapat
terjadi kenaikan transaminase (ISO vol. 52, 2019, hal 371).
Interaksi obat Dapat menyebabkan konsentrasi antibiotik yang lebih
tinggi di jaringan paru-paru (MIMS, 2018)
Dosis Dewasa dan anak >10 tahun: sehari 3 x 2 sendok takar;
anak 5-10 tahun: sehari 3 x 1 sendok takar; anak 2-5
tahun: sehari 3 x ½ sendok takar (ISO vol. 52, 2019, hal 371).

II. 3 Preformulasi Zat Aktif dan Zat Tambahan

1. Bromhexine HCl (FI ed V, 2014, Hal 254), (MSDS, 2007), [ CITATION


Gob88 \l 1057 ]

Struktur kimia

Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih (FI ed V, 2014, Hal 254).

pH/pka 6,3 – 6,5 [ CITATION Gob88 \l 1057 ] / 9,03 – 19,89[ CITATION


Gob88 \l 1057 ]
Bentuk zat Serbuk

yang digunakan

Bentuk sediaan eliksir

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol dan
dalam metilen klorida (FI ed V, 2014, Hal 254)
Stabilitas Stabil dalam kondisi normal. (FI ed V, 2014, Hal 254)

Inkompabilitas Zat pengoksidasi yang kuat (MSDS, 2004)

Wadah dan Terlindung cahaya (FI ed V, 2014, Hal 254)

penyimpanan
Kegunaan Zat aktif

2. Metil paraben (FI ed V, 2014, hal 856), (HOPE ed VI, 2009, hal 442),
(pubchem, 2021)

Struktur kimia

Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih, tidak berbau.


Melebur pada suhu 240o disertai penguraian (FI ed V, 2014, hal
856).
pH/pka 4-8 (HOPE ed VI, 2009, hal 442) / 8,5 (pubchem, 2021)
Bentuk zat Serbuk

yang digunakan

Bentuk sediaan Eliksir

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol,
dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam aseton
dan dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter (FI ed V,
2014, hal 856).
Stabilitas Larutan(aq) metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoclaving pada 120oC selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
Larutan(aq) pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan(aq)
pada pH 8 atau lebih dapat mengalami hidrolisis cepat (10%
atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar) (HOPE ed VI, 2009, hal 442).
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan paraben lainnya
sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
polisorbat 80, sebagai hasil dari miselisasi. Inkompatibilitas
dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak,
tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropin, telah dilaporkan. Metil paraben juga bereaksi dengan
berbagai gula dan alkohol gula terkait. Metil paraben berubah
warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah
dan asam kuat (HOPE ed VI, 2009, hal 442).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya (FI ed V,
penyimpanan 2014, hal 856).

Kegunaan Pengawet

3. Propil paraben (FI ed V, 2014, hal 1072), (HOPE ed VI, 2009, hal 596),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia

Pemerian Serbuk atau hablur kecil; tidak berwarna (FI ed V, 2014, hal
1072).

pH/pka 4-8 (HOPE ed VI, 2009, hal 596) / 8,5 (pubchem, 2021).
Bentuk zat Serbuk

yang digunakan

Bentuk sediaan Eliksir

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam air mendidih;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter (FI ed V, 2014, hal
1072).

Stabilitas Larutan propil paraben encer pada pH 3-6 dapat disterilkan


dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan (aq)
stabil (dekomposisi kurang dari 10%) hingga sekitar 4 tahun
pada suhu kamar, sedangkan larutan pada pH 8 atau lebih
mengalami hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60
hari pada suhu kamar) (HOPE ed VI, 2009, hal 596).

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba propylparaben sangat berkurang ketika


ada surfaktan nonionic, sebagai hasil dari miselisasi.
Penyerapan propylparaben oleh plastik telah dilaporkan,
dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik dan
mesinnya, Magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat,
oksida besi kuning dan biru laut juga telah dilaporkan
menyerap propylparaben, sehingga mengurangi kemanjuran
pengawet. Propylparaben berubah warna dengan adanya besi
dan bersifat subjek untuk hidrolisis oleh basa lemah dan asam
kuat (HOPE ed VI, 2009, hal 596).

Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI ed V, 2014, hal 1072).

penyimpanan
Kegunaan Pengawet

4. Gliserin (FI ed V, 2014, Hal 254), (HOPE ed VI, 2009, hal 284), (FI ed IV,
1995, hal 317).

Struktur kimia

Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik;
netral terhadap lakmus (FI ed V, 2014, hal 508)
pH/pka 5,5-7,5 / 14,2 (FI ed IV, 1995, hal 317)
Bentuk zat Cairan

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap (FI ed V, 2014, Hal 254).
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi atmosfer dalam kondisi penyimpanan biasa, tetapi
membusuknpada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun.
Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen
glikol adalah stabil secara kimiawi (HOPE ed VI, 2009, hal 284).
Inkompabilita Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat
s seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium
permanganat (HOPE ed VI, 2009, hal 284).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI ed V, 2014, Hal 254).
penyimpanan

Kegunaan Co-solvent

5. Etanol 90% (FI Ed V, 2014, hal 399), (HOPE Ed VI, 2009, hal 17)
(Ashenhurst, J., 2021)

Struktur kimia

Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o,
mudah terbakar (FI Ed V, 2014, hal 399).
pH/pka 7,33 (Siegel, 2007) / 17 (Ashenhurst, J., 2021)
Bentuk zat Cairan

yang digunakan

Bentuk sediaan Eliksir

Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua


pelarut organic (FI Ed V, 2014, hal 399).
Stabilitas Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau
dengan filtrasi (HOPE Ed VI, 2009, hal 17).
Inkompabilitas Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi kuat
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali bisa
merubah warnanya menjadi gelap karena reaksi dengan
jumlah sisa aldehida. Garam organik atau akasia dapat
diendapkan dari larutan encer atau dispersi. Larutan etanol
juga inkompatibel dengan wadah aluminium dan dapat
berinteraksi dengan beberapa obat. (HOPE Ed VI, 2009, hal 17).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk, jauh dari
penyimpanan api (FI Ed V, 2014, hal 399)

Kegunaan Pelarut

6. Sorbitol (FI Ed V, 2014, hal 1210), (HOPE Ed VI, 2009, hal 579),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia

Pemerian Serbuk; granul atau lempengan; higroskops; putih; manis (FI Ed


V, 2014, hal 1210).
pH/pka 4,5 – 7,0 (HOPE Ed VI, 2009, hal 679) / 13,6 (pubchem, 2021)

Bentuk zat Serbuk

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam
methanol dan dalam asam asetat (FI Ed V, 2014, hal 1210).
Stabilitas Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan kompatibel dengan
kebanyakan eksipien. Stabil di udara tanpa adanya katalis dan
pada kondisi dingin, asam dan basa encer. Sorbitol tidak
menggelap atau terdekomposisi pada suhu tinggi atau dengan
adanya amina. Tidak mudah terbakar, tidak korosif, dan tidak
mudah menguap (HOPE Ed VI, 2009, hal 679).

Inkompabilita Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam air dengan
s banyak ion logam divalen dan trivalen dalam kondisi sangat asam
dan basa. Penambahan polietilen glikol cair ke dalam larutan
sorbitol, dengan agitasi yang kuat, menghasilkan gel lilin yang
larut dalam air dengan titik leleh 35–40 oC. Larutan sorbitol juga
bereaksi dengan besi oksida menjadi berubah warna. Sorbitol
meningkatkan laju degradasi penisilin secara netral dan larutan
air (HOPE Ed VI, 2009, hal 679).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI Ed V, 2014, hal 1210).
penyimpanan
Kegunaan Pemanis

7. Asam Sitrat (FI Ed V, 2014, hal 164), (HOPE Ed VI, 2009, hal 181),
(pubchem, 2021)

Struktur kimia

Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus; putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat
asam. Bentuk hidrat mekar dalam keadaan kering (FI Ed V, 2014,
hal 164).
pH/pka 2,2 (HOPE Ed VI, 2009, hal 181) / 2,79 (pubchem, 2021).
Bentuk zat Serbuk

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air;mudah larut dalam etanl; agak
sukar larut dalam eter (FI Ed V, 2014, hal 164).
Stabilitas kehilangan air kristalisasi di udara kering atau saat dipanaskan
sampai sekitar 40oC. Sedikit berair di udara lembab. Larutan
asam sitrat encer dapat berfermentasi saat berdiri (HOPE Ed VI,
2009, hal 181).
Inkompabilitas Asam sitrat inkompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan
karbonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat, dan sulfida.
Inkompatibilitas juga termasuk zat pengoksidasi, basa, zat
pereduksi, dan nitrat. Berpotensi meledak jika dikombinasikan
dengan logam nitrat. Pada kemasan, sukrosa dapat mengkristal
dari sirup akibat adanya asam sitrat (HOPE Ed VI, 2009, hal 181).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, dalam ruangan yang sejuk dan
penyimpanan kering (FI Ed V, 2014, hal 164).

Kegunaan Dapar

8. Natrium Sitrat (FI Ed V, 2014, hal 164), (HOPE Ed VI, 2009, hal 181),
(foodb.ca, 2010)

Struktur kimia

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk putih (FI ed V, 2014, hal 926).
pH/pka 7,0 – 9,0 (HOPE Ed VI, 2009, hal 181) / -4,2 – 3,05 (foodb.ca,
2010).
Bentuk zat Serbuk

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol (FI ed V, 2014, hal
926).
Stabilitas Natrium sitrat adalah bahan yang stabil. Larutan air dapat
disterilkan dengan autoklaf. Pada penyimpanan, larutan dengan
pelarut air dapat menyebabkan pemisahan partikel padat yang
kecil dari kaca wadah (HOPE Ed VI, 2009, hal 181).
Inkompabilita Larutan (aq) bersifat sedikit basa dan akan bereaksi dengan zat
s asam. Garam alkaloid dapat diendapkan dari airnya atau larutan
hidro-alkohol. Kalsium dan garam strontium akan menyebabkan
presipitasi dari sitrat yang sesuai. Ketidakcocokan lainnya
termasuk basa, zat pereduksi, dan zat pengoksidasi (HOPE Ed VI,
2009, hal 181).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI ed V, 2014, hal 926).
penyimpanan
Kegunaan Dapar

9. Essense Anggur (Depkes, 2010), (MSDS, 2015)

Struktur
kimia

Pemerian Cairan berwarna ungu dan mempunya bau khas anggur (Depkes,
2010).
pH/pka -
Bentuk zat Cairan

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Mudah larut dalam air (Depkes, 2010)
Stabilitas Stabil di bawah suhu dan tekanan normal (Depkes, 2010).
Inkompabilit Zat pengoksidasi kuat (MSDS, 2015).
as
Wadah dan Dalam wadah tertutup, sebaiknya penuh, jauh dari sumber panas,
penyimpanan dan terlindung dari suhu ekstrim (MSDS, 2015)
Kegunaan Perasa dan Aroma

10. Brilliant violet (Depkes, 2010), (msds, 2006)

Struktur
kimia
Pemerian Serbuk halus berwarna ungu (Depkes, 2010)
pH/pka -
Bentuk zat Serbuk

yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Mudah larut dalam air (Depkes, 2010).
Stabilitas Stabil pada penyimpanan yang direkomendasikan (MSDS, 2006).
Inkompabilita Zat pengoksidasi (msds  MSDS, 2006).
s
Wadah dan Simpan di tempat yang sejuk. Simpan dalam wadah tertutup rapat
penyimpanan di tempat yang kering dan berventilasi baik (MSDS, 2006).

Kegunaan Pewarna

11. Aquadest (FI Ed V, 2014, hal 63), (HOPE Ed VI, 2009, hal 766)
Struktur kimia

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (FI Ed V, 2014, hal
63).
pH/pka 5,0 – 7,0 (HOPE Ed VI, 2009, hal 766).
Bentuk zat Cairan
yang digunakan

Bentuk sediaan Eliksir

Kelarutan Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar (FI Ed V,


2014, hal 63).
Stabilitas Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan
uap air) (HOPE Ed VI, 2009, hal 766).
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lain yang mudah
terhidrolisis (penguraian karena adanya air atau kelembaban)
pada saat suhu dinaikkan. Air dapat bereaksi hebat dengan
logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan
oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air
juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat
dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu
serts kalsium karbida (HOPE Ed VI, 2009, hal 766).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI Ed V, 2014, hal 63).
penyimpanan

Kegunaan Pelarut

BAB III

METODOLOGI KERJA
III. 1 Alat dan Bahan

N Alat Bahan
o
1. Beaker glass Anggur
2. Botol sirup Asam sitrat
3. Cawan petri Aquadest
4. Gelas ukur Berlian violet
5. Inkubator Bromhexin HCl
6. Kromatografi Essense anggur
7. Labu ukur Etanol
8. Mortir Gliseril
9. Oven Media Plate Count Agar (MPCA)
10 Pipet tetes Metanol
11. Piknometer Metil paraben
12. Spatel logam Muller Hinton Agar (MHA)
13. Spektrofotometri UV Natrium benzoat
14. Stemper Natrium Hidroksida
15. Timbangan digital Natrium Sitrat
16. Tabung bakteriologik Propil paraben
17. Tabung reaksi Propilen glikol
18. Viskometer ostward Sabouraud Dextrose Agar (DSA)
19. Sorbitol

III. 2 Permasalahan dan Penyelesaian Masalah dalam Formulasi

No. Permasalahan Penyelesaian


1. Bromheksin HCl sangat sukar Dibuat sediaan eliksir karena
larut dalam air pelarut yang digunakan untuk
melarutkan bromheksin HCl adalah
menggunakan pelarut campur yaitu
air, etanol dan gliserin.

2 Bromhexine HCl memiliki Dibutuhkan zat untuk


rentang pH yang sempit yaitu mempertahankan pH yaitu asam
antara 6,3-6,5 sitrat dan natrium sitrat.

3. Bromhexine HCl memiliki rasa Dibutuhkan pemanis yang


yang kurang enak digunakan dalam sifat bromheksin
yang kurang enak menggunakan
sorbitol.

4. Sediaan eliksir lebih rentan Dibutuhkan pengawet yang


terhadap kontaminasi mikroba digunakan untuk menghindari
kontaminasi mikroba menggunakan
pengawet metil paraben dan propil
paraben.

5. Dalam pemerian bromhexin Sehingga jumlah air tidak cukup


HCl sangat sukar larut dalam untuk melarutkan bromhexin HCl,
air tetapi sukar larut dalam jadi sediaan dibuat elixir dengan
etanol menggunakan pelarut campur yaitu
air, etanol dan propelin glikol

6. Zat aktif mudah teroksidasi Untuk menjaga zat aktif dari


oleh cahaya oksidasi karena cahaya, maka
wadah yang digunakan adalah botol
bewarna coklat

7. Bromhexine memiliki aroma Dibutuhkan pengaroma yang


yang kurang enak digunakan dalam menutupi bau
bromheksin yang kurang enak
menggunakan Essense anggur

8. Bromhexine berwarna putih Dibutuhkan pewarna Berliant violet


yang kurang menarik yang digunakan untuk memberikan
warna yang lebih menarik

III. 3 Pendekatan Formula

Bahan Konsentrasi Fungsi


Bromhexin hcl 4mg/5mL Zat aktif

Gliserin 0,6 % Co-solvent

(HOPE ed VI, 2009, Hal 283)


Metil paraben 0,02 % Pengawet

(Rowe & Owen 2006)


Propil paraben 0,18 % Pengawet

(Rowe & Owen 2006)


Sorbitol 35% Pemanis

(HOPE ed V, 2014, Hal 680)


Asam sitrat 2,0% Dapar asam

(HOPE ed V, 2014, Hal 185)

Natrium sitrat 2% Dapar basa


(HOPE ed V, 2014, Hal 641)
Etanol 90% 15% Pelarut

[ CITATION Amb18 \l 1057 ]


Essense anggur qs Aroma

[ CITATION Amb18 \l 1057 ]


Berlian violet qs Pewarna
[ CITATION Amb18 \l 1057 ]
Aquadest ad 120 mL Pelarut

III. 4 Perhitungan Bahan dan Penimbangan

Perhitungan Formulasi dan Evaluasi

1 botol sediaan = 60 mL

Sediaan = 60 mL x 2

= 120 mL

No Nama bahan Perhitungan


1. Bromhexine HCl 4 mg x
x
5 mL 120 mL
5X = 4 x 120
5X = 480
480 mg
X=
5 mL
X = 96 mg
2. Metil paraben 0,02
x 60 mL = 0,012 gram x 2 =0,024
100 mL
gram
3. Propil paraben 0,018
x 60 mL = 0,0108 gram x 2 = 0,0216
100 mL
gram
4. Gliserin 0,6 % 0,6
x 60 mL = 0,36 mL x 2 = 0,72 mL
100 mL
5. Etanol 90% 15% 15
x 60 mL = 9 mL x 2 = 18 mL
100 mL
6. Sorbitol 35% 35
x 60 mL = 21 mL x 2 = 42 mL
100 mL
7. Natrium Sitrat 2% 2,0
x 60 mL = 1,2 gram x 2 = 2,4 gram
100 mL
8. Asam sitrat 2,0% 2,0
x 60 mL = 1,2 gram x 2 = 2,4 gram
100 mL
9. Berliant violet qs 3 tetes x 2 = 6 tetes
10. Esense anggur qs 3 tetes x 2 = 6 tetes
11. Aquadest ad 120 mL

Penimbangan

No Nama bahan Jumlah


1. Bromhexine HCl 96 mg
2. Metil paraben 0,024 mL
3. Propil paraben 0,0216 mL
4. Gliserin 0,72 mL
5. Etanol 90% 18 mL
6. Sorbitol 42 mL
7. Na-Benzoat 0,6 gram
8. Asam sitrat 2,4 gram
9. Berliant violet 6 tetes
10. Esense anggur 6 tetes
9. Aquadest ad 120 mL

Perhitungan KD

 Diketahui :
- Konstata dielektrik air = 78,5
- Konstata dielektrik etanol = 24,3
- Konstata dielektrik gliserol = 42,5
- Volume air = 101, 28 mL
- Volume etanol = 18 mL
- Volume gliserol = 0,72 mL
 Ditanyakan =
 Jawab =
( KD air x mL air )+ ( KD etanol x mL etanol ) +( KD Gliserol x mL Gliserol)
=
mL air +mL etanol +mL GLliserol

( 78,5 x 101,28 )+ ( 24,3 x 18 ) + ( 42,5 x 0,72 ) 8418,48


= =
101,28+18+0,72 120

¿ 70,154

III. 5 Prosedur Kerja


III. 5. 1 Prosedur pembuatan sediaan [ CITATION Amb18 \l 1057 ]
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Dikalibrasi 2 botol hingga 60 mL

3) Ditimbang masing-masing bahan

4) Ditimbang bromhexine sebanyak 96 mg.

5) Diukur Gliseol sebanyak 0,72 mL dan etanol 90% sebanyak 18


mL, kemudian Bromhexine sedikit demi sedikit dimasukan
kedalam beaker glass aduk ad homogen. Ditambahkan etanol
90% kedalam beaker glass aduk ad larut.

6) Ditimbang asam sitrat sebanyak 2,4 gram dan Na-benzoat


sebanyak 0,6 gram

7) Diukur sorbitol sebanyak 42 mL, kemudian asam sitrat dan Na-


benzoat dimasukan kedalam mortir di gerus ad homogen dan di
sisihkan ke dalam beaker glass Dicampurkan sorbitol kedalam
campuran bromhexine, propilen glikol dan etanol 90% dan
ditambahkan campuran sorbitol, asam sitrat dan Na-benzoat aduk
ad homogen.

8) Ditambahkan 6 tetes berliant violet, 6 tetes esense anggur aduk ad


homogen.

9) Dimasukan sediaan kedalam 2 botol yang telah di kalibrasi


masing-masing 60 mL.

10)Dikemas sediaan, diberi etiket dan label botol serta disimpan


dalam kemasan atau wadah yang sesuai.

III. 5. 2 Prosedur evaluasi sediaan

No Evaluasi Fisika Prosedur Syarat


.
1. Organoleptik Dilakukan pemeriksaan Bau, rasa, warna
mengenai bau, rasa, sesuai dengan
warna spesifikasi yang
[ CITATION Amb18 \l ditentukan
1057 ]. [ CITATION Amb18 \l
1057 ].
2. Uji kejernihan Lakukan penetapan Suatu cairan
larutan menggunakan tabung- dinyatakan jernih jika
reaksi alas datar kejernihannya sama
diameter 15 mm hingga dengan air atau pelarut
25 mm, tidak berwarna, yang digunakan
transparan, dan terbuat (FI edisi IV hal 998).
dari kaca netral.
Masukkan kedalam dua
tabung reaksi masing-
masing larutan zat uji,
yang dibuat hingga
volume larutan dalam
tabung reaksi terisi
setinggi tepat 40 mm.
Bandingkan kedua isi
tabung setelah 5 menit.
Pengamatan diIakukan di
bawah cahaya yang
terdifusi, tegak lurus ke
arah bawah tabung.
(FI edisi IV hal 998).
3. Viskositas Uji viskometer dilakukan Viskositas eliksir 4,59
dengan menggunakan Cp
alat viskometer ostwald. [ CITATION Har14 \l
Viskometer diisi tabung 1057 ].
dengan sejumlah tertentu
minyak (atur suhu pada
20,0o ± 0,1o). Atur
meniskus cairan dalam
tabung kapiler hingga
garis graduasi teratas
dengan bantuan tekanan
atau pengisapan. Buka
kedua tabung pengisi
dan tabung kapiler agar
cairan dapat mengalir
bebas ke dalam wadah
melawan tekanan
atmosfir. Lalu, catat
waktu, dalam detik, yang
diperlukan cairan untuk
mengalir dari batas atas
hingga batas bawah
dalam tabung kapiter
(FI edisi IV hal 1038).
4. Volume Tuang isi perlahan-lahan Volume rata-rata
terpindahkan dari tiap wadah ke dalam larutan, suspensi. atau
gelas ukur kering sirup yang diperoleh
terpisah dengan dari 10 wadah tidak
kapasitas gelas ukur kurang dari 100% dan
tidak lebih dari dua tidak satupun volume
setengah kali volume wadah yang kurang dari
yang diukur dan telah dari 95 % volume yang
dikalibrasi. Secara hati- dinyatakan pada etiket
hati untuk (FI edisi IV hal 1089).
menghindarkan
pembentukkan
gelembung udara pada
waktu penuangan dan
diamkan selama tidak
lebih dari 30 menit. Jika
telah bebas dari
gelembung udara, ukur
volume dari tiap
campuran.
(FI edisi IV hal 1089).
5. Bobot jenis Bobot jenis diuji dengan Penetapan bobot jenis
menggunakan digunakan hanya untuk
piknometer. Gunakan cairan, dan kecuali
piknometer bersih, kering dinyatakan lain,
dan telah dikalibrasi didasarkan pada
dengan menetapkan perbandingan bobot zat
bobot piknometer dan di udara pada suhu 25o
bobot air yang baru terhadap bobot air
dididihkan, pada suhu dengan volume dan
25o. Atur hingga suhu zat suhu yang sama. Bobot
uji lebih kurang 20o, jenis air : 0,997 g/ml 
masukkan ke dalam Bobot jenis Bromhexine
piknometer. Atur suhu :1,0711 gram
piknometer yang telah (FI edisi IV hal 1030).
diisi hingga suhu 25o,
buang kelebihan zat uji
dan tim bang. Kurangkan
bobot piknometer kosong
dari bobot piknometer
yang telah diisi
(FI edisi IV hal 1030).

No Evaluasi Kimia Prosedur Syarat


.
1. Identifikasi zat a.Spektrum serapan Zat aktif adalah
aktif inframerah zat yang telah Bromhexine
dikeringkan dan Hidroklorida
didispersikan dalam (FI edisi VI hal 326).
kalium bromida P
menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan
gelombang yang sama
seperti pada Bromheksin
Hidroklorida BPF.
b. Larutkan lebih kurang
20 mg zat dalam 1 mL
metanol P dan
tambahkan 1 mL air
(FI edisi VI hal 326).
2. Penetapan kadar Timbang saksama lebih Tidak kurang dari
zat aktif kurang 300 mg zat, 98,5% dan tidak lebih
larutkan dalam 70 mL dari 101,5%
etanol P dan tambahkan (FI edisi VI hal 326).
1 mL asam hidroklorida
0,1 N. Titrasi dengan
natrium hidroksida 0,1 N
LV tentukan titik akhir
secara potensiometrik.
Baca volume diantara 2
titik infleksi
(FI edisi VI hal 326).
3. Penetapan kadar Suntikkan masing- Pada kromatogram
etanol (khusus masing 2 kali, lebih yang faktor resolusi
eliksir) kurang 0,5 ml larutan uji (R) : tidak kurang dari
II dan larutan baku ll ke 2, dan simpangan baku
dalam kromatograf, relatif perbandingan res
rekam kromatogram dan pons puncak etanol dan
tetapkan perbandingan baku internal pada
respons puncak. Hitung enam kali penyuntikan
persentase etanol dalam ulang, larutan baku II
rumus: tidak lebih dari 4,0%.
2 Ru Faktor ikutan puncak
RSD
- D : faktor pengenceran etanol tidak lebih dari
larutan uji I 1,5
- Ru dan Rs berturut-turut (FI edisi IV hal 1037).
adalah perbandingan
etanol dan asetonitril
dalam larutan uji II dan
larutan baku II
(FI edisi IV hal 1037).
4. Uji penetapan pH Uji pH dilakukan dengan Rentang pH sabilitas
menggunakan alat uji pH dari Bromhexine HCl
meter. Sediaan elixir atau adalah 6,3-6,5
larutan yang sudah jadi (Gober & Lisowki,
disimpan dalam beaker 1988)
glass, kemudian
masukkan elektroda pH
meter yang telah
dikalibrasi dengan dapar
standar kemudian
diamati pH nya catat dan
bandingkan dengan pH
seharusnya [ CITATION
Amb18 \l 1057 ].
5. Uji stabilitas Sampel sebanyak 1,5 Kadar zat aktif dalam
gram dimasukkan ke serbuk dispersi padat
dalam botol kaca ini harus memenuhi
berwarna coklat ukuran persyaratan dalam
60 mL, sebanyak 9 botol Farmakope Indonesia
untuk 3 formula. Botol edisi V, dengan rentang
kemudian disimpan yang dapat diterima
dalam oven pada suhu antara 98%-102%
(40±2)oC selama 1, 2 dan (Umar et al., 2014).
3 bulan, kemudian ukur
kadar senyawa aktif
(ketoprofen) yang masih
tersisa pada kurun waktu
tertentu dengan
menggunakan
spektrofotometer UV
(Umar et al., 2014).

No Evaluasi Biologi Prosedur Syarat


.
1. Uji Efektivitas Jika wadah sediaan Suatu pengawet
pengawet dapat ditembus ·secara dinyatakan efektif di
aseptik menggunakan dalam contoh yang
jarum suntik melalui sum diuji, jika :
bat karet, lakukan pada 5 a.Jumlah bakteri viabel
wadah asli sediaan. Jika pada hari ke 14
wadah sediaan tidak berkurang hingga
dapat ditembus secara tidak lebih dari 0,1%
aseptik, pindahkan 20 ml dari jumlah awal.
sampel ke dalam b.Jumlah kapang dan
masing-masing 5 tabung -khamir viabel selama
bakteriologik bertutup. 14 hari pertama
Inokulasi masing-masing adalah tetap atau
wadah dengan salah kurang dari jumlah
satu suspensi mikroba awaL
baku, menggunakan c.Jumlah tiap mikroba
perbandingan 0,10 ml, uji selama hari 28 hari
inokula setara dengan 20 pengujian adalah
ml sediaan, dan campur. tetap atau kurang dan
Lalu inkubasi wadah bilangan yang disebut
yang telah diinokulasi pada a dan b.
pada suhu 20o sampai (FI edisi IV hal 855).
25o. Amati wadah pada
hari ke 7, ke 14, ke 21
dan ke 28 sesudah
inokulasi
(FI edisi IV hal 855).
2. Uji sterilitas Uji ini dilakukan dengan Pada interval waktu
menggunakan media tertentu dan pada akhir
Plate Count Agar (PCA) periode inkubasi, amati
dan aquadest sampel isi semua wadah
yang di campurkan pada adanya pertumbuhan
medium agar di biarkan mikroba seperti
selama 24 jam kemudian kekeruhan dan atau
diamati di Plate Count pertumbuhan pi.da
Agar alat menghitung permukaan. Jika tidak
mikroba[ CITATION terjadi pertumbuhan,
Amb18 \l 1057 ]. maka bahan uji
memenuhi syarat
(FI edisi IV hal 862).
3. Uji kontaminasi Uji kontaminasi mikroba Hasil uji kontaminasi
mikroba menggunakan metode mikroba yang
ALT terdiri dari uji didapatkan memenuhi
kontaminasi bakteri dan persyaratan standar
jamur. Sampel yang kontaminasi mikroba
diperlukan ditimbang yang telah ditetapkan
kemudian dimasukkan dalam FI IV yaitu lebih
kedalam labu ukur lalu kecil atau sama dengan
ditambahkan larutan 106 cfu per ml sampel.
NaCl fisiologis hingga Jika nilai ALT yang
tanda batas, dikocok didapatkan lebih besar
hingga diperoleh dari 106 cfu per mL,
suspensi dengan menunjukkan
beberapa pengenceran. kemungkinan telah
Dari setiap pengenceran, terjadi kerusakan atau
dipipet 1 ml dan produk mengalami
dimasukkan ke dalam dekomposisi
cawan petri yang telah (Kautsar et al., 2013).
dituangi Mueller Hinton
Agar (MHA) (untuk
bakteri) dan Sabouraud
Dextrose Agar (SDA),
masing-masing pada
suhu ± 450oC, sebanyak
19 ml dan ditambahkan
kloramfenikol 1% (untuk
jamur), lalu digoyang
perlahan agar merata.
Setelah media memadat,
cawan petri diinkubasi
dalam keadaan terbalik
pada suhu 37°C selama
18–24 jam. Koloni yang
tumbuh pada setiap
pengenceran dihitung
(Kautsar et al., 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Ansel, H.C., (2005), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Ansel, HC. (2011). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Ashenhurst, J. (2021). Acid Base Reactions.


https://www.masterorganicchemistry.com/2010/06/18/know-your-pkas/.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.

Depkes. (2010). Kondeks Makanan Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen POM. (1976). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM. (1978). Formularium Nasional Edisi II. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. (2013). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen POM. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen POM. (2021). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Estuningtyas, A., dan Arif, A. (2007). Obat Lokal Dalam Farmakologi Dan Terapi.
Edisi V. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Foodb.Ca. (2010). Showing Compound Sodium Citrate.


https://foodb.ca/compounds/FDB020550. Diakses pada tanggal 25 Maret
2021

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Penerbit Pustaka Pelajar

Gober & Lisowki, H. The Stability Of Bromhexine And The Structure Of Is


Degradation Products. US National Library Of Medicine National Istituent Of
Healt. Volume 43 (1), 23-6.

Harjanti, R., & Parmadi, A. (2014). Elixir Of Extrat Leaf Beimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi L.) As Anti Hypertension With Method Of Maserasi. Indonsian
Journal On Medical Science, Volume 1 (1), 28.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 52.
Jakarta: PT ISFI Indonesia.

Jas, A. (2004). Perihal Resep & Dosis Serta Latihan Menulis Resep. Edisi II.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Kautsar, A. P., Kusuma, S. A., Kurniawat, K., & Razak, S. B. (2013). Pengaruh
Kontaminasi Mikroba terhadap Kualitas Obat Antituberkulosis Racikan di
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Volume 2 (2), 72-74.

MIMS. (2018).Bromhexine : Indication, Dosage, Side Effect, Precution.


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/bromhexine?mtype=generic.
Diases Pada tanggal 25 Maret 2021.

MSDS. (2006). Reactive Violet. http://www.srlchem.com/msds/SRL-SDS-12226-


38-9-80539-Reactive%20Violet%205%20(Remazol%20Brilliant%20Violet
%205R. Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.

MSDS. (2007). Bromhexine Hydrochloride Tablets. http://www.pfizer.com/. Diakses


pada tanggal 25 Maret 2021.

MSDS. (2015). Grape. https://www.flavorah.com/wp-


content/uploads/2015/01/Grape-MSDS.pdf. Diakses pada tanggal 25 Maret
2021.

MenKes RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Perubahan


Penggolongan, Pembatasan, Dan Kategori Obat, Jakarta.
https://jdih.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 24 Maret 2021.

Pubchem. (2021). Coumpound Summary Methylparaben.


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Methylparaben. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2021.

Pubchem. (2021). Coumpound Summary Propillparaben.


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Propylparaben. Diakses pada
tanggal 25 Maret 2021.

Pubchem. (2021). Coumpound Summary Citrate.


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Citrate. Diakses pada tanggal
25 Maret 2021.
Pubchem. (2021). Coumpound Summary Sorbitol.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sorbitol. Diakses pada tanggal
25 Maret 2021

Rahardja, Kirana. (2008). Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo

Rowe, R.C. et All. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients Edisi 6. Lodon


The Pharmaceutical Press.

Syamsuni (2007). Pelayanan Farmasi Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Siegel, R. 2007. Ethanol, The Future is Now. www.npr.org. Diaskes pada tanggal
25 Maret 2021.

Umar, S., Selfia, M., & Azhar, R. (2014). Studi Kestabilan Fisika Dan Kimia
Dispersi Padat Ketoprofen-Urea. Jurnal Farmasi Higea, Volume 6 (2), 165

LAMPIRAN

 Desain Kemasan
 Golongan Obat
Obat bebas terbatas (PMK No 3, 2021).

No. Registrasi
No.Reg : DTL2103212334A1

 No. Batch

No. Batch :1220321

 Etiket

 Brosur Obat

BROMXIR
Elixir bromhexine
KOMPOSISI :
Bromhexine Hydroclorodium 4mg, Etanol 90%, Gliserin, Sorbitol, Asam Sitrat, Natrium
Sitrat, Berliant Violet, Esense Anggur, Aquadest, Metil paraben, Propil paraben

INDIKASI :
Mengatasi gangguan pada saluran pernapasan seperti batuk berdahak dan memudahkan
pengeluaran dahak.

KONTRA INDIKASI :
Pasien yang memiliki alergi terhadap bromheksin.

EFEK SAMPING :
Diare, Mual, Muntah, Penyempitan saluran pernapasan (bronkospasme), Pembengkakan
pada beberapa bagian tubuh akibat alergi (angioedema), Reaksi alergi seperti kulit
kemerahan, Biduran (urtikaria), Reaksi alergi (anafilaksis).

PERHATIAN :
Pasien yang menderita luka pada dinding lambung (tukak lambung), Wanita hamil pada
trimester pertama, Ibu menyusui.

DOSIS :
Pembagian Tugas Pengerjaan Jurnal:

Nama Tugas Pengerjaan Jurnal


Nadian Jelita Putri : Bab 1 (latar belakang, rumusan masalah,
tujuan)
: Bab 2 (teori singkat sediaan, teori zat aktif,
Alvita Labiibah
preformulasi zat aktif dan tambahan
: Bab 3 (alat, bahan, permasalahan dan
Indri Lestari
penyelesaian, pendekatan formula)
Fitria Nurfazriah : Bab 3 (perhitungan formulasi, prosedur kerja)

Dewi Sekar A : Evaluasi sediaan, editing word

Dikfa Satria : Lampiran

Anda mungkin juga menyukai