PERCOBAAN I
ELIKSIR BROMHEKSIN HCl 4mg/5mL
Kelompok 2A
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang
sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat pewangi, untuk digunakan
sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol 90% yang
dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol,
sorbitol dan propilenglikol.sebagai pengganti gula dapat ditambahkan sirup
simpleks (FI Ed. III, 1976)
Eliksir merupakan produk yang kurang umum. Eliksir umumnya
mengandung obat yang poten sepertiantibiotik, antihistamin dan sedatif, dan
diformulasikan dengan rasa yang enak dan biasanya sangatstabil. Jika perlu
rasa pahit dan rasa yang memabukkan (nauseous) ditutupi dengan flavour,
danpewarna buatan dapat ditambahkan untuk memberikan penampilan
yang menarik (Fornas Ed. II, 1978)
Bromhexine digunakan secara local di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak (Raharja, 2008).
Bromhexine HCl memiliki kelarutan sangat sedikit larut dalam air, sedikit
larut dalam alcohol, sehingga jumlah air tidak cukup untuk melarutkan
bromhexine HCl, maka sediaan dibuat eliksir dengan pelarut campur yaitu
etanol dan gliserin. Pelarut campur yaitu etanol dan gliserin. Pelarut campur
yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif (Ansel,
2011).
Bromhekxine HCl adalah obat yang digunakan sebagai mukolitik pada batuk
dengan dahak yang kental seperti pada bronkhitis dan empisema. Mukolitik
adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.
Selain itu obat ini digunakan secara lokal di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak (Estuningtyas dan Arif, 2007).
Dilihat dari strukturnya, bromhexine HCl mempunyai gugus amin tersier (N-
alifatis tersier) yang dapat ditentukan kadarnya secara titrasi bebas air (TBA)
sebagai basa; dan adanya gugus amin primer aromatis (nitrimetri). Selain itu,
adanya gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan gugus ausokrom
(bromida dan gugus amin), maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
panjang gelombang di daerah ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).
I. 2 Perumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana rancangan formula sediaan eliksir bromhexine dengan
dosis 4 mg/ 5 mL?
1.2.2 Bagaimana karakteristik fisik, kimia dan fisika sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL?
I. 3 Tujuan Praktikum
1.3.1 Mampu melakukan pembuatan rancangan formula sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL.
1.3.2 Mampu mengetahui karakteristik fisik, kimia, dan biologi sediaan eliksir
bromhexine dengan dosis 4 mg/ 5 mL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi
sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar
etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya eliksir mengandung etanol
5-10%. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan utnuk
pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol, dan
propilen glikol. Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis,
pengawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup gula.
(Syamsuni, 2007).
Eliksir dibagi menjadi beberapa golongan yaitu eliksir bukan obat, eliksir
obat, dan jenis-jenis eliksir lainnya.
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan
resep yang dibuat segar, yang meliputi: penambah zat-zat obat untuk
pembawa yang memberi rasa enak, dan pengencer eliksir obat yang ada.
Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa-senyawa obat, ahli farmasi harus
memperhatikan sendiri kelarutan dan stabilisasi senyawa obat dalam air dan
alkohol. Jika pembawa hidroalkohol dipilih, proporsi yang ada harus hanya
sedikit diatas jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan
mempertahankan larutanobat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan
eliksir obat yang ada, maka eliksir obat yang dipilih untuk pengencer dan
harus mempunyai konsentrasi alkohol kira-kira sama dengan eliksir yang
akan diencerkan. Juga, rasa dan bau pengencer harus tidak bertentangan
dengan eliksir obat dan semua komponen harus tercampurkan secara kimia
dan fisika. Ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu Eliksir
Somatik, Eliksir Benzaldehid Campuran dan Eliksir Iso-Alkohol (Ansel, 2005).
b. Eliksir obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang
ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangan mengandung
zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat yang terkandung,
bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan dan diturunkan dengan
meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat
obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau
menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan
bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin
tidak diinginkan. Karena itu, untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari
satu obat, banyak dokter untuk memilih untuk minum sediaan yang terpisah
dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat
dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur. Beberapa
diantaranya dibicarakan secara singkat berikut ini (Ansel, 2005).
• Eliksir antihistamin
• Eliksir hipnotik sedative barbiturate
• Eliksir fenobarbital
• Eliksir sekobarbital
Bromhexine HCl (PMK, 2021), (ISO vol. 52, 2019, hal 371), (MIMS, 2018)
Struktur kimia
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih (FI ed V, 2014, Hal 254).
yang digunakan
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol dan
dalam metilen klorida (FI ed V, 2014, Hal 254)
Stabilitas Stabil dalam kondisi normal. (FI ed V, 2014, Hal 254)
penyimpanan
Kegunaan Zat aktif
2. Metil paraben (FI ed V, 2014, hal 856), (HOPE ed VI, 2009, hal 442),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia
yang digunakan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol,
dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam aseton
dan dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter (FI ed V,
2014, hal 856).
Stabilitas Larutan(aq) metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoclaving pada 120oC selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
Larutan(aq) pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan(aq)
pada pH 8 atau lebih dapat mengalami hidrolisis cepat (10%
atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu
kamar) (HOPE ed VI, 2009, hal 442).
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan paraben lainnya
sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
polisorbat 80, sebagai hasil dari miselisasi. Inkompatibilitas
dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak,
tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropin, telah dilaporkan. Metil paraben juga bereaksi dengan
berbagai gula dan alkohol gula terkait. Metil paraben berubah
warna dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah
dan asam kuat (HOPE ed VI, 2009, hal 442).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya (FI ed V,
penyimpanan 2014, hal 856).
Kegunaan Pengawet
3. Propil paraben (FI ed V, 2014, hal 1072), (HOPE ed VI, 2009, hal 596),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia
Pemerian Serbuk atau hablur kecil; tidak berwarna (FI ed V, 2014, hal
1072).
pH/pka 4-8 (HOPE ed VI, 2009, hal 596) / 8,5 (pubchem, 2021).
Bentuk zat Serbuk
yang digunakan
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam air mendidih;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter (FI ed V, 2014, hal
1072).
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI ed V, 2014, hal 1072).
penyimpanan
Kegunaan Pengawet
4. Gliserin (FI ed V, 2014, Hal 254), (HOPE ed VI, 2009, hal 284), (FI ed IV,
1995, hal 317).
Struktur kimia
Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik;
netral terhadap lakmus (FI ed V, 2014, hal 508)
pH/pka 5,5-7,5 / 14,2 (FI ed IV, 1995, hal 317)
Bentuk zat Cairan
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap (FI ed V, 2014, Hal 254).
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi atmosfer dalam kondisi penyimpanan biasa, tetapi
membusuknpada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun.
Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen
glikol adalah stabil secara kimiawi (HOPE ed VI, 2009, hal 284).
Inkompabilita Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat
s seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium
permanganat (HOPE ed VI, 2009, hal 284).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI ed V, 2014, Hal 254).
penyimpanan
Kegunaan Co-solvent
5. Etanol 90% (FI Ed V, 2014, hal 399), (HOPE Ed VI, 2009, hal 17)
(Ashenhurst, J., 2021)
Struktur kimia
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o,
mudah terbakar (FI Ed V, 2014, hal 399).
pH/pka 7,33 (Siegel, 2007) / 17 (Ashenhurst, J., 2021)
Bentuk zat Cairan
yang digunakan
Kegunaan Pelarut
6. Sorbitol (FI Ed V, 2014, hal 1210), (HOPE Ed VI, 2009, hal 579),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam
methanol dan dalam asam asetat (FI Ed V, 2014, hal 1210).
Stabilitas Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan kompatibel dengan
kebanyakan eksipien. Stabil di udara tanpa adanya katalis dan
pada kondisi dingin, asam dan basa encer. Sorbitol tidak
menggelap atau terdekomposisi pada suhu tinggi atau dengan
adanya amina. Tidak mudah terbakar, tidak korosif, dan tidak
mudah menguap (HOPE Ed VI, 2009, hal 679).
Inkompabilita Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam air dengan
s banyak ion logam divalen dan trivalen dalam kondisi sangat asam
dan basa. Penambahan polietilen glikol cair ke dalam larutan
sorbitol, dengan agitasi yang kuat, menghasilkan gel lilin yang
larut dalam air dengan titik leleh 35–40 oC. Larutan sorbitol juga
bereaksi dengan besi oksida menjadi berubah warna. Sorbitol
meningkatkan laju degradasi penisilin secara netral dan larutan
air (HOPE Ed VI, 2009, hal 679).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI Ed V, 2014, hal 1210).
penyimpanan
Kegunaan Pemanis
7. Asam Sitrat (FI Ed V, 2014, hal 164), (HOPE Ed VI, 2009, hal 181),
(pubchem, 2021)
Struktur kimia
Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus; putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat
asam. Bentuk hidrat mekar dalam keadaan kering (FI Ed V, 2014,
hal 164).
pH/pka 2,2 (HOPE Ed VI, 2009, hal 181) / 2,79 (pubchem, 2021).
Bentuk zat Serbuk
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air;mudah larut dalam etanl; agak
sukar larut dalam eter (FI Ed V, 2014, hal 164).
Stabilitas kehilangan air kristalisasi di udara kering atau saat dipanaskan
sampai sekitar 40oC. Sedikit berair di udara lembab. Larutan
asam sitrat encer dapat berfermentasi saat berdiri (HOPE Ed VI,
2009, hal 181).
Inkompabilitas Asam sitrat inkompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan
karbonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat, dan sulfida.
Inkompatibilitas juga termasuk zat pengoksidasi, basa, zat
pereduksi, dan nitrat. Berpotensi meledak jika dikombinasikan
dengan logam nitrat. Pada kemasan, sukrosa dapat mengkristal
dari sirup akibat adanya asam sitrat (HOPE Ed VI, 2009, hal 181).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, dalam ruangan yang sejuk dan
penyimpanan kering (FI Ed V, 2014, hal 164).
Kegunaan Dapar
8. Natrium Sitrat (FI Ed V, 2014, hal 164), (HOPE Ed VI, 2009, hal 181),
(foodb.ca, 2010)
Struktur kimia
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk putih (FI ed V, 2014, hal 926).
pH/pka 7,0 – 9,0 (HOPE Ed VI, 2009, hal 181) / -4,2 – 3,05 (foodb.ca,
2010).
Bentuk zat Serbuk
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air, sangat mudah larut
dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol (FI ed V, 2014, hal
926).
Stabilitas Natrium sitrat adalah bahan yang stabil. Larutan air dapat
disterilkan dengan autoklaf. Pada penyimpanan, larutan dengan
pelarut air dapat menyebabkan pemisahan partikel padat yang
kecil dari kaca wadah (HOPE Ed VI, 2009, hal 181).
Inkompabilita Larutan (aq) bersifat sedikit basa dan akan bereaksi dengan zat
s asam. Garam alkaloid dapat diendapkan dari airnya atau larutan
hidro-alkohol. Kalsium dan garam strontium akan menyebabkan
presipitasi dari sitrat yang sesuai. Ketidakcocokan lainnya
termasuk basa, zat pereduksi, dan zat pengoksidasi (HOPE Ed VI,
2009, hal 181).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (FI ed V, 2014, hal 926).
penyimpanan
Kegunaan Dapar
Struktur
kimia
Pemerian Cairan berwarna ungu dan mempunya bau khas anggur (Depkes,
2010).
pH/pka -
Bentuk zat Cairan
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Mudah larut dalam air (Depkes, 2010)
Stabilitas Stabil di bawah suhu dan tekanan normal (Depkes, 2010).
Inkompabilit Zat pengoksidasi kuat (MSDS, 2015).
as
Wadah dan Dalam wadah tertutup, sebaiknya penuh, jauh dari sumber panas,
penyimpanan dan terlindung dari suhu ekstrim (MSDS, 2015)
Kegunaan Perasa dan Aroma
Struktur
kimia
Pemerian Serbuk halus berwarna ungu (Depkes, 2010)
pH/pka -
Bentuk zat Serbuk
yang
digunakan
Bentuk Eliksir
sediaan
Kelarutan Mudah larut dalam air (Depkes, 2010).
Stabilitas Stabil pada penyimpanan yang direkomendasikan (MSDS, 2006).
Inkompabilita Zat pengoksidasi (msds MSDS, 2006).
s
Wadah dan Simpan di tempat yang sejuk. Simpan dalam wadah tertutup rapat
penyimpanan di tempat yang kering dan berventilasi baik (MSDS, 2006).
Kegunaan Pewarna
11. Aquadest (FI Ed V, 2014, hal 63), (HOPE Ed VI, 2009, hal 766)
Struktur kimia
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (FI Ed V, 2014, hal
63).
pH/pka 5,0 – 7,0 (HOPE Ed VI, 2009, hal 766).
Bentuk zat Cairan
yang digunakan
Kegunaan Pelarut
BAB III
METODOLOGI KERJA
III. 1 Alat dan Bahan
N Alat Bahan
o
1. Beaker glass Anggur
2. Botol sirup Asam sitrat
3. Cawan petri Aquadest
4. Gelas ukur Berlian violet
5. Inkubator Bromhexin HCl
6. Kromatografi Essense anggur
7. Labu ukur Etanol
8. Mortir Gliseril
9. Oven Media Plate Count Agar (MPCA)
10 Pipet tetes Metanol
11. Piknometer Metil paraben
12. Spatel logam Muller Hinton Agar (MHA)
13. Spektrofotometri UV Natrium benzoat
14. Stemper Natrium Hidroksida
15. Timbangan digital Natrium Sitrat
16. Tabung bakteriologik Propil paraben
17. Tabung reaksi Propilen glikol
18. Viskometer ostward Sabouraud Dextrose Agar (DSA)
19. Sorbitol
1 botol sediaan = 60 mL
Sediaan = 60 mL x 2
= 120 mL
Penimbangan
Perhitungan KD
Diketahui :
- Konstata dielektrik air = 78,5
- Konstata dielektrik etanol = 24,3
- Konstata dielektrik gliserol = 42,5
- Volume air = 101, 28 mL
- Volume etanol = 18 mL
- Volume gliserol = 0,72 mL
Ditanyakan =
Jawab =
( KD air x mL air )+ ( KD etanol x mL etanol ) +( KD Gliserol x mL Gliserol)
=
mL air +mL etanol +mL GLliserol
¿ 70,154
Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Ansel, H.C., (2005), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Ansel, HC. (2011). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Estuningtyas, A., dan Arif, A. (2007). Obat Lokal Dalam Farmakologi Dan Terapi.
Edisi V. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Harjanti, R., & Parmadi, A. (2014). Elixir Of Extrat Leaf Beimbing Wuluh (Averrhoa
Bilimbi L.) As Anti Hypertension With Method Of Maserasi. Indonsian
Journal On Medical Science, Volume 1 (1), 28.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 52.
Jakarta: PT ISFI Indonesia.
Jas, A. (2004). Perihal Resep & Dosis Serta Latihan Menulis Resep. Edisi II.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Kautsar, A. P., Kusuma, S. A., Kurniawat, K., & Razak, S. B. (2013). Pengaruh
Kontaminasi Mikroba terhadap Kualitas Obat Antituberkulosis Racikan di
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Volume 2 (2), 72-74.
Siegel, R. 2007. Ethanol, The Future is Now. www.npr.org. Diaskes pada tanggal
25 Maret 2021.
Umar, S., Selfia, M., & Azhar, R. (2014). Studi Kestabilan Fisika Dan Kimia
Dispersi Padat Ketoprofen-Urea. Jurnal Farmasi Higea, Volume 6 (2), 165
LAMPIRAN
Desain Kemasan
Golongan Obat
Obat bebas terbatas (PMK No 3, 2021).
No. Registrasi
No.Reg : DTL2103212334A1
No. Batch
Etiket
Brosur Obat
BROMXIR
Elixir bromhexine
KOMPOSISI :
Bromhexine Hydroclorodium 4mg, Etanol 90%, Gliserin, Sorbitol, Asam Sitrat, Natrium
Sitrat, Berliant Violet, Esense Anggur, Aquadest, Metil paraben, Propil paraben
INDIKASI :
Mengatasi gangguan pada saluran pernapasan seperti batuk berdahak dan memudahkan
pengeluaran dahak.
KONTRA INDIKASI :
Pasien yang memiliki alergi terhadap bromheksin.
EFEK SAMPING :
Diare, Mual, Muntah, Penyempitan saluran pernapasan (bronkospasme), Pembengkakan
pada beberapa bagian tubuh akibat alergi (angioedema), Reaksi alergi seperti kulit
kemerahan, Biduran (urtikaria), Reaksi alergi (anafilaksis).
PERHATIAN :
Pasien yang menderita luka pada dinding lambung (tukak lambung), Wanita hamil pada
trimester pertama, Ibu menyusui.
DOSIS :
Pembagian Tugas Pengerjaan Jurnal: