Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah. Baik kekayaan flora maupun fauna. Kekayaan
alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Mereka mulai mengadakan
penyelidikan untuk mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang mengandung
khasiat obat sehingga dapat menjadi suatu obat yang dapat bermanfaat bagi
kepentingan manusia, baik berupa jenis tanaman maupun hewan (Biota Laut).
Obat merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar yang harus
dipenuhi untuk menunjang peningkatan dan pemeliharaan dari masyarakat,
terdapat berbagai jenis obat yang beredar dimasyarakat yang salah satunya adalah
obat herbal, obat herbal ini dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu,
jamu, obat herbal terstandar dan juga fitofarmaka.
Apabila obat herbal ini dibandingkan dengan jenis obat-obatan yang lain,
seperti obat-obatan kimia (sintesis) maka kita akan mendapatkan beberapa
keunggulan dari obat herbal diantaranya adalah obat herbal tidak memiliki efek
samping, obat herbal dapat mengobati penyakit-penyakit tertentu yang tidak dapat
disembuhkan secara tuntas oleh obat kimia, obat herbal memiliki harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan obat herbal dan yang terakhir adalah kita
dapat menyajikan obat herbal sendiri tanpa menggunakan bantuan dokter atau
tenaga medis lainnya.
Untuk mengetahui cara pembuatan obat herbal yang baik dan benar maka kita
memerlukan suatu pengetahuan atau ilmu fitokimia, dimana ilmu ini merupakan
ilmu yang mempelajari tentang sumber obat yang berasal dari alam terutama dari
tumbuh-tumbuhan maupun hewan (biota laut) yang dapat digunakan sebagai
bahan obat.
Dalam dunia farmasi, mahasiswa dituntut untuk mempelajari ilmu tumbuh-
tumbuhan yaitu fitokimia. Fitokimia adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan
maupun biota laut.

1
Pada fitokimia 2 ini mempelajari tentang biota laut. Biota Laut adalah semua
makhluk hidup yang ada di laut baik hewan maupun tumbuhan atau karang
dengan berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang menurut fungsinya
masing – masing.
Penggolongan biota laut menurut sifat hidupnya dibedakan menjadi plankton
merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam air yang pergerakkannya
ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua biota yang dapat
berenang bebas dan mengatur sendiri arah pergerakkannya dan bentos merupakan
semua biota yang hidup didasar perairan baik membenamkan diri, menempel
maupun merayap.
Pentingnya ilmu ini dalam upaya meningkatkan mutu kesehatan masyarakat,
maka dilakukanlah kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai sumber obat yang berasal dari
alam.
I.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktek kerja lapangan ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai manfaat bahan alam (biota laut yang
berkhasiat obat).
2. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam biota
laut melalui beberapa proses.
I.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan praktek kerja lapangan yaitu:
1. Dapat memberikan informasi yang jelas tentang biota laut yang berkhasiat
sebagai obat.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah tentang kandungan kimia yang terdapat
pada biota laut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,
perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis
dari senyawa organik
Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang
menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan
biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik, kedua
adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari
luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah redusen merupakan biota
laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu
berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana
(Romimohtarto, 2005).
Penggolongan biota laut menurut sifat hidupnya dibedakan menjadi
plankton merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam air yang
pergerakkannya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua
biota yang dapat berenang bebas dan mengatur sendiri arah pergerakkannya
dan bentos merupakan semua biota yang hidup didasar perairan baik
membenamkan diri, menempel maupun merayap (Romimohtarto, 2005).
Menurut Wibisono (2010) beberapa jenis biota laut dikategorikan antara
lain:
2.1.1 Planktonik
Planktonik merupakan jenis biota laut yang berenang dan mengapung
mengikuti arus, biota laut ini tidak bisa berenang melawan aruts karena
keterbatasannya. Jenis planktonik ini dibagi menjadi 2 yaitu kelompok hewan
(zooplankton) dan tumbuhan (Fitoplankton)
a. Zooplankton
Zooplankton adalah jenis organisme yang sebagian besar hidupnya
diperairan permukaan dengan ukuran tubuh lebih dari 0,05 mm.

3
Zooplankton adalah mencakup organisme termasuk protozoa kecil dan
metazoans besar. Spesies zooplankton tidak menyebar merata tetapi secara
acak di dalam suatu wilayah laut. Sumber makanan dari zooplankton
adalah fitoplankton
b. Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme mikroskopis yang hidupnya di zona eufotik
(permukaan remang) laut yang mampu mensistensis makanannya sendiri
yaitu berupa bahan organik yang proses dari bahan-bahan anorganik
dengan bantuan sinar matahari.
2.1.2 Bentik
Bentik merupakan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas atau di
bawah dasar laut atau pada wilayah yang disebut zona bentik (benthic zone)
maupun dasar daerah tepian. Bentik berbeda dengan plankton yang hidup
mengambang bebas di air. (Wibisono, 2010).
Sumber utama makanan organisme bentik adalah ganggang serta limpasan
organik dari tanah. Faktor suhu, salinitas, kedalaman air, serta jenis subtrat lokal
sangat berpengaruh terhadap perkembangan organisme bentik. Beberapa jenis
organisme yang termasuk bentik adalah kelompok protozoa, sponge, coelenterate,
rotifera, nematode, bryozoa, decapoda, ostracoda, cladocera, cpopoda,
pelecypoda, gastropoda, insekta, dan lintah. Organisme yang berbentuk lain
contohnya bintang laut, tiram, kerang, teripang, bintang rapuh dan anemon laut
(Wibisono, 2010).
Menurut Wibisono (2010) peranan organisme bentik adalah sebagai berikut:
a. Dapat membantu proses daur ulang bahan-bahan organik
b. Mempunyai peran penting dalam siklus rantai makanan
c. Dapat membantu proses mineralisasi
d. Karena mempunyai siklus hidup yang panjang serta pergerakan yang
terbatas, organisme bentik dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya
pencemaran.

4
2.1.3 Nektonik
Nektonik adalah jenis organisme yang menjadi perenang aktif di daerah
perairan baik itu air tawar atau air laut. Nekton dikenal sebagai predator paling
atas pada sebagian besar rantai makanan di laut. Ikan adalah spesies nekton
terbesar dengan 16.000 spesies.
Nekton adalah pemangsa plankton yang mempunyai berbagai manfaat bagi
kehidupan manusia, seperti peningkatan gizi serta peningkatan perekonomian.
Menurut Asmara (2005) nekton mempunyai karakteristik, yaitu:
a. Dapat bergerak atau berenang sendiri tanpa mengandalkan bantuan arus
air. Dan juga aktif dalam berenang
b. Merupakan konsumen dari zona pelagik
c. Terdiri dari hewan invertebrata dan vertebrata
d. Usia hidupnya lebih panjang daripada plankton
e. Melakukan migrasi yang berkaitan dengan proses reproduksi
Klasifikasi nekton berdasarkan kelompok ikan dapat dibagi menjadi 2 jenis
a. Mereopilagik
Adalah sekelompok ikan yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya
diwilayah epipelagik laut, yaitu wilayah atau zona laut yang
mempunyai kedalaman 0 hingga 200 meter atau sekitar 656 kaki.
b. Holoepipelagik
Adalah kelompok organisme perairan yang semua waktu hidupnya
hidup di zona epipelagik. Beberapa spesies yang termasuk kelompok ini
adalah ikan hiu, cucut martil, ikah hiu mackerel, ikan hiu cucut biru,
ikan tuna, ikan terbang, ikan cucut gergaji, setuthuk, lemuru, ikan
duyung, dan lainya.
Menurut klasifikasi nekton berdasarkan kelasnya, yaitu:
a. Vertebrata: Kelompok nekto yang terdiri atas hewan-hewan bertulang
belakang seperti reptil, mamalia, dan berbagai jenis ikan
b. Mollusca: Kelompok nekton yang terdiri dari hewan invertebrata yang
mempunyai tubuh lunak seperti kerang, cumi-cum, serta gurita

5
c. Crustacea: Kelompok antropoda yang mempunyai kulit keras
(cangkang) seperti udang, kepiting, lobster, dan lainya.
2.1.4 Bacterioplankton
Bacterioplankton adalah golongan bakteri yang semasa hidupnya bekerja
untuk menguraikan sisa organisme yang lainnya. Sama dengan fitoplankton, jenis
bacterioplankton ini mampu bersintesis sendiri. Spesies ini juga hampir selalu
ditemukan di bagian atau tingkatan laut. Bukan hanya di daerah permukaannya
saja, seperti jenis plankton lainnya. Bacterioplankton juga menguraikan sisa
organisme yang lainnya sehingga nutrisinya bisa digunakan kembali menjadi
sumber makanan bagi zooplankton. Jenis ini diantaranya yaitu mycoplankton,
jamur, serta organisme jamur lain yang signifikan dalam siklus hara (Setiawan,
2012)
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1995 ; Rowe, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasa.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Kegunaan : desinfektan
Khasiat : Sebagai desinfektan (mencegah pertumbuhan /
pencemaran jasad renik) pada benda mati.

6
Digunakan juga sebagai antiseptik untuk
menghambat mikroorganisme pada jaringan
hidup.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, ditempat yang sejuk, jauh dari jangkauan
api.
2.3 Urian Sampel
2.3.1 Bulu Babi (Deadema setosum)
a. Klasifikasi (Suwignyo et al. 2005)
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidae
Ordo : Camiodonia
family : Echinoiceae
Genus : Deadema
Bulu Babi (Deadema setosum)
Spesies : Deadema setosum
b. Morfologi
Secara morfologi bulu babi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu; kelompok
reguler dan kelompok irregular. Kelompok reguler adalah kelompok bulu babi
yang memiliki bentuk tubuh hemisfer, membulat dibagian atas dan merata di
bagian bawah. Hewan ini memiliki duri yang panjang dan kadang berwarna
menyolok. Kelompok irreguler adalah kelompok bulu babi yang memiliki
bentuk tubuh yang memipih, misalnya: bulu hati dan dolar pasir (Aziz, 1993).
Bulu babi Tripneustes gratilla memiliki karakter warna tubuh yang
didominasi oleh warna oranye, putih dan coklat. Pada cangkang bulu babi
terdapat 5 segmen ambulakral dengan barisan kaki tabung dan 5 segmen
interambulakral tanpa kaki tabung. Segmen tersebut tersusun secara berselang
seling (Suwignyo et al. 2005).
Mulut terletak tepat di tengah dari sisi aboral tubuh. Organ ini dikelilingi
oleh kaki tabung yang berguna membantu dalam bergerak dan menjaga stabilitas
tubuh khususnya saat makan dan saat berada di substrat/tidak melaksanakan

7
aktivitas pergerakan. Bagian mulut dan gigi merapat jadi satu dan dilekatkan oleh
bahan kapur membentuk struktur yang dinamakan lentera aristoteles. Lentera
aristoteles terdapat di bagian tengah aboral. Organ ini berfungsi untuk merumput
pada substrat. Lentera aristoteles dilengkapi oleh 5 pasang gigi yang tajam pada
bagian ujungnya. Gigi-gigi ini apabila rusak maka akan tumbuh kembali. Semua
bagian dari lentera aristoteles ini dapat dijulurkan atau dimasukkan secara
fleksibel ke dalam mulut khususnya pada saat merumput (Suwignyo et
al. 2005).
Anus terletak di bagian tengah dari sisi aboral tubuh berdekatan dengan
madreporit (tempat masuknya air laut ke dalam tubuh dan berperan dalam
sistim pembuluh air) dan gonopor (Suwignyo et al. 2005).
c. Habitat dan Penyebaran
Bulu babi hidup pada ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Di
ekosistem terumbu karang bulu babi tersebar di zona pertumbuhan algae dan zona
lamun. Bulu babi dapat ditemukan mulai dari daerah intertidal sampai kedalaman
10 m, bahkan ditemukan juga bulu babi hingga kedalaman 5000 m. Bulu babi
juga lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang (Radjab 2004).
Penyebaran lokal bulu babi sangat tergantung pada faktor habitat dan
makanan. Pada umumnya masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik,
seperti Tripneustes gratilla sering ditemukan di daerah berpasir atau pasir lumpur
yang banyak ditumbuhi lamun dengan kedalaman antara 0.5 m sampai dengan 20
m. Mellita quinquisperforata merupakan salah satu komponen penting di
komunitas pantai berpasir. Hingga kini, tercatat kurang lebih 151 jenis fauna
Echinoidea yang terdiri dari 93 genus dan 34 famili dijumpai di perairan Laut
Banda dan sekitarnya. Fauna Echinoidea yang dijumpai di wilayah ini tersebar
mulai dari perairan dangkal hingga kedalaman 2250 m (Radjab 2004).
Kelompok bulu babi regularia baik yang menyendiri ataupun mengelompok,
hidup bebas mencari makan secara aktif, berpindah dari satu rumpun ke rumpun
algae lainnya. Aktifitas makan ini umumnya dilakukan pada malam hari.
Sementara itu, kelompok bulu babi iregularia baik sand dollar, heart
urchin ataupun sea biscuit hidup dengan memakan bahan-bahan organik yang

8
terkandung dalam lumpur (deposit feeders). Hewan ini hidup membenamkan diri
dalam lumpur atau pasir halus dan secara pasif mengumpulkan jasad-jasad renik
dan bahan organik yang tertangkap oleh duri-durinya utamanya pada sisi aboral,
atau memperoleh makanan dengan cara menelan pasir yang ada pada medium di
sekitarnya. Jenis bulu babi yang
hidup secara berkelompok umumnya ditemukan pada marga Diadema dan Strong
ylocentrotus (Aziz 1987).
d. Senyawa Aktif
Warna kuning, kemerahan, dan oranye dari gonad bulubabi, disebabkan oleh
karotenoid terutama β-echinenon. Echinenon merupakan karotenoid dominan
pada kebanyakan gonad bulu babi yang disintesis dari β- karoten. Warna gonad
berubah secara musiman dipengaruhi oleh siklus reproduksi dan aktivitas
merumput. Warna gonad juga dipengaruhi oleh spesies alga yang dimakan oleh
bulu babi (De beer, 1990).
e. Manfaat
Pemanfaatan bulu babi untuk konsumsi sebagai bahan makanan adalah
dengan mengambil gonadnya. Gonad tersebut menjadi makanan populer di Korea
dan Jepang, dan juga menjadi makanan tradisional di Chili. Namun dibalik atraksi
kulinernya, bulu babi dikenal mempunyai sistem immune yang kuat dan umur
yang panjang, beberapa dapat hidup sampai 100 tahun.
Para peneliti banyak menggunakan bulu babi untuk mengkaji penyakit
seperti kanker, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson Proyek penelitian
sekarang ini sudah banyak yang mengarah pada bagaimana sistem imun dari bulu
babi ini bekerja. Sebagai perbandingan, manusia terlahir dengan imunitas alami
dan juga dilengkapi dengan imunitas tambahan sepanjang waktu, yang diproduksi
oleh antibodi tubuh dalam merespon berbagai macam infeksi. Sedangkan bulu
babi hanya mempunyai imunitas alami, dengan 10 sampai 20 kali gen lebih
banyak dari manusia. Harapannya adalah dengan mengkaji bulu babi akan
menyediakan sebuah set baru antibodi dan antiviral untuk melawan berbagai
macam penyakit. (Aziz, 1999).

9
Gonad bulu babi merupakan komoditas pangan yang dikenal secara luas dan
merupakan makanan yang bernilai gizi tinggi. Gonad bulu babi mempunyai
sekitar 28 jenis asam aminoyang sangat berguna untuk pertumbuhan dan
kesehatan manusia. Selain itu gonad bulu babi kayaakan vitamin B kompleks,
vitamin A dan mineral. Berdasarkan penelitian gonad bulu babimengandung 13
jenis asam amino, 18 jenis asam amino essensial (lisin, metionin, treonon, valin,
arginin, histidin, triptopan dan fenilalanin) dan 5 asam amino non essesial (serin,
sistein, asamaspartat, asam glutamate dan glisin). Dari sekian kandungan asam
amino tersebut ada 2 jenis yituaragin dan histidin yang cukup penting untuk
pertumbuhan anak. Selain itu, bulu babi mengandung asam lemak tak jenuh
omega 3 yang berkhasiat untuk menurunkan kandungan kolesterol manusia. Bulu
babi juga kaya kandungan vitamin A, vitamin B kompleks dan mineralyang dapat
memperlancar fungsi sistem saraf dan metabolisme tubuh manusia (Aziz, 1999).
2.3.2 Bintang Laut (Culcita sp)
a. Klasifikasi (Suwignyo et al. 2005)
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatidae
family : Oreasteridae
Genus : Culcita Agassiz Bintang Laut (Culcita sp)
Spesies : Culcita sp.
b. Morfologi
Morfologi bintang laut berbentuk simetris radial, dengan permukaan bagian
bawahnya memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat bertindak sebagai
cakram penyedot. Bintang laut mengkoordinasikan kaki tabungnya untuk
menempel pada bebatuan dan untuk merangkak secara perlahan-lahan. Bintang
laut juga menggunakan kaki tabungnya untuk menjerat mangsa, antara lain remis
dan tiram (Katili, 2011).
Menurut Safitri, (2010) Bintang laut sebagaimana anggota filum
Echinodermata lainnya mempunyai susunan tubuh bersimetri lima (pentaradial

10
simetri), tubuh berbentuk cakram yang di dalamnya terdapat sistem pencernaan,
sistem respirasi, dan sistem saraf. Tubuh dilindungi oleh lempeng kapur berbentuk
perisai (ossicles). Mulut dan anus terletak di sisi yang sama yaitu di sisi oral.
Kehadiran bintang laut biru Linckia laevigata dan bintang bantal Culcita
novaeguinenae merupakan pemandangan umum pada ekosistem terumbu karang.
Penelitian bintang laut di Indonesia masih jarang dilakukan. Informasi
kelompok hewan ini biasanya merupakan hasil studi ekologi dan dipublikasikan
sebagai bagian dari filum Echinodermata (Aziz dan Al-Hakim, 2007).
c. Habitat dan Penyebaran
Untuk melangsungkan kehidupannya, bintang laut tidak dibantu oleh
susunan rangka tubuhnya. Susunan rangka tubuhnya menyebabkan mereka
melakukan pergerakan dengan sangat lamban. Hal itu disebabkan karena kerangka
tubuh yang terdiri dari kaki-kaki tabung yang bersifat lunak. selain kakinya,
hewan ni juga memiliki rangka tubuh yang lunak secara keseluruhan. Sehingga,
diketahui bahwa bintang laut termasuk dalam jenis hewan yang mempunyai
pergerakan sangat lamaban. Untuk itu, bintang laut memanfaatkan sistem vaskular
air yang menyebabkan ia mampu berpindah dari satu posisi ke posisi lain. Rangka
yang dimilikinya hanya berfungsi untuk perlindungan dirinya dari predator. Selain
itu, untuk mempertahankan dirinya dalam keadaan terdesak bintang laut dapat
memutuskan salah satu lengannya. Akan tetapi, bintang laut membutuhkan waktu
yang cukup lama agar lengannya bisa kembali. Butuh waktu satu tahun untuk
perkembangan satu lengan (Prapto,1998)
Habitat dari bintang laut di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.
Bintang laut A. planci merupakan penghuni terumbu karang yang alami. Anakan
A. planci yang masih kecil hidup di antara pecahan karang di dasar terumbu.
Mereka memakan alga berkapur yang tumbuh pada pecahan karang tersebut.
Bintang laut A. planci yang berukuran kecil (40 cm) mencari makan pada siang
hari. Pada siang hari, A. planci kecil bersembunyi dari pemangsa di bawah karang
meja atau di celah-celah terumbu, sehingga survey populasi A. planci tidak
menemukan individu berukuran kecil. Separuh dari waktu hidup A. planci

11
digunakan untuk makan, sehingga dampaknya terhadap terumbu karang dapat
sangat besar ketika populasinya besar (Prapto,1998).
Bintang laut hidup di sepanjang pantai berkarang, bintang laut memakan
kerang, tiram dan bivalvia lainnya. Beberapa spesies bintang laut juga ditemukan
pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun seperti Culcita novaeguineae
dan Protoreaster nodulosus. Bintang laut memasukan apaun ke dalam perutnya
kemudian bintang laut mengeluarkan enzim perut untuk mencerna mangsanya
yang dipecah kecil-kecil untuk dimasukkan ke dalam perut berpilorus. Bintang
laut mempunyai sebuah usus pendek keluar menuju sebuh anus di sisi aboral.
Setiap lengan memiliki coelom yang telah berkembang dengan baik dan berisi
sepasang kelenjar pencernaan dan kelenjar kelamin jantan atau betina
(Prapto,1998).
d. Senyawa Aktif
Penelitian tentang senyawa bioaktif dari bintang laut telah banyak dilakukan
namun hanya terbatas pada penemuan kandungan senyawanya namun belum
diketahui aktivitasnya. Dalam hal ini Chludil, Maier, & Seldes (2000) menyatakan
bahwa bintang laut memiliki komponen bioaktif berupa asterosaponin.
Asterosaponin merupakan hasil metabolisme utama dari bintang laut yang
berasal dari steroidal saponin dan umumnya mengandung racun. Senyawa aktif
saponin secara fisiologi telah dipelajari dari bintang laut dan timun laut (De beer,
1990).
e. Manfaat
Secara ekologis, bintang laut berperan dalam ekosistem terumbu karang,
umumnya sebagai pemakan detritus dan predator. Beberapa dari jenis bintang laut
adalah pemakan karang namun hal itu tidak dianggap sebagai ancaman kerusakan
terumbu karang. Hewan pemakan karang berperan untuk mendaur ulang kawan
dan memasukkannya kedalam siklus rantai makanan. Selain manfaatnya secara
ekologis, bintang laut juga bisa dimanfaatkan dalam bidang medis. Bintang laut
dapat dimanfaatkan sebagai obat asma dan radang sendi (Prapto,1998).
2.3.3Teripang Laut (Holothuria scabra) (Martoyo et al, 2000)

12
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filium : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Family : Holothuria
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria scabra
Teripang Laut (Holothuria scabra)
b. Morfologi
Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak
sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun
laut atau disebut juga teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai.
Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit. Mulut terletak
pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut
terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat
disamakan dengan kaki tabung bagian oral pada Echinodermata lainnya. Tiga
baris kaki tabung di bagian ventral digunakan untuk bergerak dan dua baris di
bagian dorsal berguna untuk melakukan pernafasan. Selain itu pernafasan juga
menggunakan paru-paru air. Kebiasaan hewan ini meletakkan diri diatas dasar laut
atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya
diperlihatkan (Storeret al 1979).
c. Habitat dan Penyebaran
Teripang dapat ditemukan hampir diseluruh perairan pantai, mulai dari
daerah pasang-surut yang dangkal sampai periran yang lebih dalam. Teripang
lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relative tenang. Umumnya,
masing-
masing jenis memiliki habitat yang spesifik. Misalnya, teripang putih banyak dite
mukan didaerah yang berpasir atu pasir bercampur lumpur pada kedalaman 1-40
m. Teripang putih sering juga ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak
ditumbuhi ilalang laut (lamun/sea grass). Di habitatnya, terdapat jenis teripang

13
yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri). Misalnya,
teripang putih membentuk kelompok antara 3-10 ekor (Wilmoth 1967).
Sumber utama makanan teripang di alam yaitu kandungan zat organik dalam
lumpur, detritus (sisa pembusukan bahan organik), dan plankton. Jenis makanan
yang lain adalah organisme-organisme kecil, masa bakteri yang terdapat dalam
substrat, diatomae, protozoa, nematode, algafilamen, kopepoda, strakoda, rumput
laut, radoilaria, foraminifera, dan potongan-potongan kecil hewanmaupun
tumbuhan laut, serta partikel-partikel pasir (Wilmoth, 1967).
Namun, partikel pasir bukan makanan utama, teripang sangat tergantung
pada kondisi substrat disekitarnya karena ruang geraknya relative terbatas dan
sangat lambat serta tidak mempunyai ala tpengunyah dan pemotong Daerah
persebaran Teripang pasir di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Irian,
Sulawesi Tenggara,Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatra, Sumatra Utara, dan
Aceh (Brusca, 1990).
d. Senyawa Aktif
Beberapa penelitian menyebutkan teripang mengandung senyawa saponin
glikosida. Senyawa ini mempunyai struktur yang hampir mirip dengan senyawa
aktif dalam gingseng, ganoderma, dan tumbuhan herbal terkenal lainnya. Dari
beberapa penelitian senyawa ini bisa berfungsi sebagai antikanker dan anti
inflamasi (Bordbar et al , 2011).
e. Manfaat
Teripang telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh bangsa Cina.
Sejak zaman Dinasti Ming, teripang telah dijadikan hidangan istimewa pada
perayaan pesta dan hari-hari besar serta mempunyai khasiat pengobatan untuk
beberapa penyakit. Di Negara Cina dilaporkan bahwa secara medis tubuh dan
kulit teripang berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah,
anemia, anti-inflamasi, dan mencegah anteriosklerosis serta penuaan jaringan
tubuh (Martoyo,1996).
Di samping itu, ekstrak murni teripang mempunyai kecenderungan
menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn dengan kadar

14
6,25 – 25 mikrogram/milliliter. Di Indonesia, teripang telah dimanfaatkan cukup
lama, terutama, oleh masyarakat di sekitar pantai, sebagai bahan makanan. Untuk
konsumsi pasaran Internasional, biasanya teripang diperdagangkan dalam bentuk
daging dan kulit kering. Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi
yang cukup tinggi dan rasa yang sangat lezat. Selain itu, teripang mengandung
asam lemak tidak jenuh jenisW-3 yang penting untuk kesehatan jantung. Selain
itu teripang memiliki kandungan ”Cell Growth Factor” (faktor generasi sel)
sehingga mampu merangsang regenerasi/pemulihan sel dan jaringan tubuh
manusia yang telah rusak/sakit bahkan membusuk, sehingga menjadi sehat/pulih
kembali (Martoyo, 1996)

15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 22-25 Agustus 2019,
bertempat di Desa Tamboo, Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Box ikan, cutter, gunting, kaca mata renang, loyang, parang, penjepit,
sarung tangan, dan sibu-sibu.
3.2.2 Bahan
Alkohol 70%, bintang laut, bulu babi, plastik es batu, dan teripang.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teripang
1. Dipanen sampel teripang dalam laut.
2. Diletakkan sampel teripang didalam Loyang yang berisi air laut.
3. Digunting teripang melalui mulut teripang hingga teripang terbelah menjadi
dua.
4. Dibersihkan pasir yang berisi dalam teripang hingga bersih.
5. Dirajang teripang menjadi potongan kecil.
6. Dimasukkan hasil rajangan teripang kedalam plastik es batu.
7. Dikeringkan hasil rajangan teripang.
8. Disimpan sampel teripang setelah kering.
3.3.2 Bulu babi
1. Dipanen sampel bulu babi dalam laut.
2. Diambil bulu babi dengan menggunakan sibu-sibu.
3. Dikeluarkan duri bulu babi dengan cara di gunting hingga besih
4. Dibelah bulu babi melalui mulutnya hingga bulu babi terbelah menjadi dua.
5. Dibersihkan isi dalam bulu babi hingga bersih.
6. Dirajang bulu babi menjadi potongan kecil.
7. Dimasukkan hasil rajangan bulu babi kedalam plastik es batu.

16
8. Dikeringkan hasil rajangan bulu babi
9. Disimpan sampel bulu babi setelah kering.
3.3.3 Bintang laut
1. Dipanen sampel bintang laut
2. Diletakkan sampel bintang laut kedalam sibu-sibu.
3. Dirajang bintang laut dengan menggunakan parang.
4. Dipotong bintang laut hanya pada bagian jari-jari bintang laut saja tidak
sampai bagian tengahnya.
5. Dimasukkan hasil rajangan bintang laut kedalam plastik es batu.
6. Dikeringkan hasil rajangan bintang laut.
7. Disimpan sampel bintang laut setelah kering.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Hasil Gambar

Teripang
1.
(Holothuria scabra)

Bintang Laut
2.
(Linckia laevigata)

Bulu Babi
3
(Diadema setosum)

4.2 Pembahasan
Fitokimia adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah, dan fungsi
biologinya. Fitokimia juga disebut fitonutrien dalam arti luas fitokimia adalah
segala jenis zat kimia yang diturunkan dari sumber tumbuhan dan hewan
(Gunawan, 2004).

18
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan (Dirjen POM, 1979).
4.2.1 Bulu Babi ( Deadema setosum)
Pada praktek kerja lapangan (PKL) kami menggunakan bulu babi sebagai
sampel yang akan kami gunakan: Bulu babi atau landak laut (dalam Bahasa
Inggris disebut sea urchin atau dalam Bahasa Jepang disebut uni) adalah hewan
avertebrata laut. Para ahli mengelompokkan bulu babi dalam Klas Echinoidea,
Filum Echinodermata (echinos = landak; derma = kulit). Organisme ini sangat
banyak, menurut Aziz (1999) in Dahuri (2003) dikenal sekitar 800 spesies di
dunia. Sedangkan di Perairan Indonesia terdapat sekitar 84 jenis bulu babi (Aziz,
1993).
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel bulu babi yaitu:
Langkah pertama pengambilan sampel bulu babi yaitu dengan menggunakan
penjepit, dan kemudian langsung dilakukan pembersihan duri yang ada dengan
menggunakan gunting sebelum dilakukan pencucian. Alasan kenapa duri bulu
babi tersebut harus di gunting ataupun dikeluarkan yaitu karena durinya sangat
berbahaya yang mengandung racun sehingga dapat mengakibatkan luka
menyakitkan jika diinjak serta mampu menyebabkan luka tusukan yang dalam
(Exton ,1989).
Kemudian cangkang bulu babi diambil di keluarkan isi dalam cangkang
bulu babi kemudian dicuci dengan air bersih. Menurut Vimono (2007), bulu babi
merupakan hewan laut yang sebagian besar tubuhnya dilapisi dengan cangkang
dan duri. Selanjutnya cangkang bulu babi yang telah dibersihkan tersebut
kemudian dirajang dan dijemur ataupun di keringkan.
4.2.2 Teripang laut (Holothuria scabra)
Langkah yang kedua adalah teripang laut, sebelum dirajang hal pertama
yang dilakukan adalah mengeluarkan semua isi perutnya. Cara mengelurarkannya
yaitu dengan membelah bagian mulut sampai pada bagian ujungnya agar untuk
menghindari proses pembusukan pada teripang karena pada isi perut mengadung
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kebusukan pada teripang (Hadiwiyanto

19
1993). Setelah dikeluarkan isi perutnya kemudian di cuci dengan air bersih dan
langsung dirajang, setelah dirajang, dikeringkan atau dijemur sampai sampel
benar-benar kering.
4.2.2 Bintang laut (Linckia laevigata)
Salah satu biota laut yang umum ditemukan di pantai tropis sampai dengan
subtropis adalah bintang laut (Echinodermata: Asteroidea). Bintang laut adalah
hewan yang mempunyai daya regenerasi tinggi dengan lengan umumnya
berjumlah lima buah. Berdasarkan perkembangan embrionya maka hewan-hewan
yang tergabung ke dalam filum Echinodermata (hewan berkulit duri) diketahui
mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan vertebrata dibandingkan
invertebrata. Bukti perkembangan embrionik tersebut menempatkan hewan ini
pada tingkatan chordata primitif sebagai peralihan dari invertebrata menuju
vertebrata (Narti, 2010).
Pengolahan awal pada bintang laut adalah pembersihan bintang laut tepat
setelah bintang laut diambil, dengan menggunakan air mengalir. Bintang laut yang
sudah dibersihkan kemudian langsung dilakukan perajangan mulai dari ujung tiap
jari hingga bagian mendekati bagian tengahnya untuk kemudian mempermudah
penyimpanan dan pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur bintang
laut dibawah sinar matahari langsung hingga kering. Menurut Prasetyo dan
Entang (2013), tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai
batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukkan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan
yang dikeringkan tidak mudah rusak dan mempunyai waktu simpan yang lebih
lama.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Melalui praktik kerja lapangan (PKL) yang di lakukan, dapat disimpulkan
bahwa biota laut yang didapatkan dari perairan Gorontalo, merupakan biota laut
yang banyak digunakan sebagai bahan makanan yang memiliki nilai protein tinggi
dan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Seperti bintang laut (Culcita sp), teripang
laut (Holothuria scabra), dan bulu babi (Deadema setosum).
Kandungan kimia dan khasiat yang terdapat pada biota laut masing-masing
berbeda. Khasiat dari biota laut dapat diketahui dengan identifikasi kandungan
kimia pada biota laut tersebut yang dapat dilakukan dengan proses ekstraksi.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Dosen
PKL atau Praktek Kerja Lapangan baik untuk menunjang pengetahuan dari
mahasiswa, namun alangkah baiknya lokasinya terjangkau agar pada saat
mahasiswa ada yang sakit parah dapat segera dijemput oleh keluarganya.
5.2.2 Lokasi PKL Selanjutnya
Diharapkan dalam pemilihan lokasi PKL selanjutnya lebih baik dari PKL
sebelumnya. Seperti ketersediaan air yang cukup, dan medan yang tidak terlalu
berbahaya saat dilalui ketika pengambilan sampel di lapangan.
5.2.3 Untuk Asisten
Lebih memperhatikan dan membimbing lagi praktikan serta memberikan
informasi singkat mengenai biota laut pada saat pengambilan sampel kepada para
praktikan ketika berada di lapangan.

21

Anda mungkin juga menyukai