FARMASI FISIKA
“DISPERSI KASAR - EMULSI”
Dosen Pembimbing:
Hanifa Rahma, M.Si., Apt
Disusun oleh:
Kelompok 2
Riska Intania Sofwan P17335116026
Mohamad Marjan M P17335116028
Yolanda Putri A P17335116030
Nurani Hafsyah P17335116032
Siti Robiatul A P17335116034
Intan Aisyah N P17335116036
Kansa Salma H P17335116038
Dita Setiani A P17335116042
Hasna Nur Shifa P17335116044
Tipe Emulsi
Jika fase minyak di dispersikan sebagai globul dalam fase kontinu berair,
fase tersebut dikatakan sebagai emulsi minyak dalam air (m/a). Jika fase minyak
sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikatakan sebagai produk air dalam minyak
(a/m). Emulsi obat untuk pemberian oral biasanya tipe m/a dan memerlukan
bahan pengemulsi m/a. Bahan pengemulsi m/a mencakup surfaktan nonionik
sintesis, akasia, tragakan dan gelatin. (Sinko,2011)
Beberapa metode umum digunakan untuk menentukan tipe suatu emulsi.
Sedikit bahan pewarna yang larut dalam air,seperti biru metilen dapat ditaburkan
pada permukaan emulsi. Jika emulsi bertipe m/a, bahan pewarna akan terlarutdan
berdifusi merata dalam air. Jika emulsi bertipe a/m, partikel – partikel bahan
pewarna akan menggumpalpada permukaan. Metode kedua dilakukan dengan
mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi tercampur bebas dengan air, emulsi
bertipe m/a. Uji lain menggunakan sepasang elektroda yang dihubungkan ke
sumber listrik eksternal dan dicelupkan dalam emulsi. Jika fase eksternal nya air,
arus listrik akan mengalir. Jika fase kontinunya minyak, emulsi tidak akan
membawa arus. (Sinko,2011)
Teori Emulsifikasi
Gagalnya dua cairan tak tercampurkan untuk tetap bercampur
disebabkan oleh gaya kohesif antarmolekul masing – masing cairan lebih
besar dari gaya adhesif antara kedua cairan tersebut. Gaya kohesif masing-
masing fase ditunjukkan sebagai suatu energi atau tegangan antarmuka pada batas
antara cairan tersebut. Jika suatu cairan dipecah menjadi partikel-partikel kecil,
luas antarmuka globul membentuk suatu permukaan yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan luas permukaan cairan awal. (Sinko,2011)
Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti dibawah ini.(
Syamsuni,2006)
V. HASIL PRAKTIKUM
Perhitungan jumlah Tween 80 dan Span 80
HLB butuh 6
1,7
Tween 80 15 1,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,24 gram
6
9
Span 80 4,3 9 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 1,26 gram
HLB butuh 7
2,7
Tween 80 15 2,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,38 gram
7
8
Span 80 4,3 8 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 1,12 gram
HLB butuh 8
3,7
Tween 80 15 3,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,52 gram
8
7
Span 80 4,3 7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,98 gram
HLB butuh 9
4,7
Tween 80 15 4,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,66 gram
9
6
Span 80 4,3 6 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,84 gram
HLB butuh 10
5,7
Tween 80 15 5,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,80 gram
10
5
Span 80 4,3 5 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,70 gram
HLB butuh 11
6,7
Tween 80 15 6,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,94 gram
11
4
Span 80 4,3 4 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,56 gram
HLB butuh 12
7,7
Tween 80 15 7,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 1,08 gram
12
3
Span 80 4,3 3 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,42 gram
HLB butuh 13
8,7
Tween 80 15 8,7 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 1,22 gram
13
2
Span 80 4,3 2 = 10,7 𝑥 1,5 gram = 0,28 gram
Pada praktikum ini, praktikan melakukan uji kestabilan emulsi dengan melihat
volume creaming yang terjadi. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. (Syamsuni,2006)
Kestabilan emulsi ini dapat dinilai salah satunya dengan adanya creaming.
Creaming terjadi karena flokulasi dan berkumpulnya globul-globul fase
internal. Pada emulsi ini terjadinya pengkriman ke atas, hal tersebut menunjukkan
bahwa densitas fase terdispersi lebih kecil dari fase kontinu. (Sinko, 2011)
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin tinggi nilai HLB, maka semakin kecil volume creaming yang terjadi.
2. Creaming yang tejadi pada emulsi ini adalah pengkriman ke atas.
3. Emulsi yang paling stabil adalah pada nilai HLB 9.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil pengamatan HLB 6-9 hari pertama Hasil pengamatan HLB 6-9 hari kedua
Hasil pengamatan HLB 10-13 hari ketiga Hasil pengamatan HLB 10-13 hari keempat