EMULSIFIKASI
KELOMPOK : 2
ANGGOTA :
KELAS : 2FA4
2020
I. TUJUAN
a. Menghitung jumlah surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi
b. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan
c. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emuksi
d. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi
II. PRINSIP
a. Berdasarkan pemeriksaan dengan organoleptis membiarkan emulsi tanpa diberi
kontak dengan udara selama 24 jam.
b. Berdasarkan pembuatan emulsi dengan berbagai macam nilai HLB dari campuran
span dan tween , yang diamati kestabilannya dan yang paling stabi menunjukan HLB
untuk minya tersebut.
III. TEORI DASAR
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain. Sistem ini dibuat stabil dengan
bantuan suatu zat pengemulsi atau emulgator (Martin, 1993). Pada emulsi
farmasetik, fasa yang digunakan biasanya air dan fasa yang lainnya adalah minyak,
lemak, atau zat-zat seperti lilin (Lund, 1994).
Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) adalah sistem dengan fasa
terdispersinya (fasa diskontinyu) adalah minyak dan fasa pendispersinya (fasa
kontinyu) adalah air. Sebaliknya, emulsi air dalam minyak (A/M) adalah emulsi
dengan air sebagai fasa terdispersi dan minyak sebagai fasa pendispersinya. Selain
dua tipe emulsi yang telah disebutkan sebelumnya, ada suatu sistem emulsi yang
lebih kompleks yang dikenal dengan emulsi ganda misalnya pada emulsi M/A, di
dalam globul minyak yang terdispersi dalam fase air terdapat globul air sehingga
membentuk emulsi A/M/A. Sebaliknya, apabila terdapat globul minyak di dalam air
pada emulsi A/M akan membentuk emulsi M/A/M. Pembuatan emulsi ganda ini
dapat dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang kerja obat, untuk makanan,
dan untuk kosmetik.
Emulsi memiliki viskositas yang bervariasi dari cairan hingga semi solida. Secara
umum, istilah emulsi lebih dikenal sebagai sediaan cair yang ditujukan untuk
pemberian oral. Emulsi yang ditujukan untuk penggunaan eksternal biasanya lebih
dikenal dengan nama krim, losion, atau obat gosok.
Emulsi yang diberikan dengan cara topikal memiliki diameter ukuran globul
yang berkisar antara 0,1 – 100 m (Lund, 1994).
Bila dua buah cairan yang saling tidak bercampur dimasukkan bersama
dalam suatu wadah, maka akan terbentuk dua lapisan yang terpisah. Hal ini
disebabkan karena gaya kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang
memisah lebih besar daripada gaya adhesi antara kedua cairan (Martin, 1993). Proses
pengadukan akan menyebabkan suatu fasa terdispersi dalam fasa yang lain dan akan
memperluas permukaan globul sehingga energi bebasnya semakin besar. Fenomena
inilah yang menyebabkan sistem ini tidak stabil secara termodinamika. Stabilisasi
sistem emulsi dapat dicapai dengan suatu zat pengemulsi (emulsifying agent). Fasa
mana yang akan menjadi fasa terdispersi dan fasa pendispersi yang akan terbentuk
tergantung dari komposisinya dalam sistem. Fasa yang memiliki komposisi lebih
banyak daripada yang lainnya akan menjadi fasa pendispersi (Lund, 1994).
1. Alat :
- Tabung sedimentasi
- Penangas air
2. Bahan :
- Tween 80
- Span 80
- Minyak 3 g
- Air ad 100
V. PROSEDUR KERJA
Perhitungan
Perhitungan jumlah Surfaktan dengan cara Aligasi
1. HLB 8
Tween 80 15,0 3,7
(HLB 15,0)
8
Span 80 4,3 7 +
(HLB 4,3) 10,7
3,7
- Banyaknya tween 80 = × 3 gram = 1,04 gram
10,7
7
- Banyaknya span 80 = × 3 gram = 1,96 gram
10,7
2. HLB 10
Tween 80 15,0 5,7
(HLB 15,0)
10
Span 80 4,3 5 +
(HLB 4,3) 10,7
5,7
- Banyaknya tween 80 = × 3 gram = 1,60 gram
10,7
5
- Banyaknya span 80 = × 3 gram = 1,40 gram
10,7
3. HLB 11
Tween 80 15,0 6,7
(HLB 15,0)
11
Span 80 4,3 4 +
(HLB 4,3) 10,7
6,7
- Banyaknya tween 80 = × 3 gram =1,88 gram
10,7
4
- Banyaknya span 80 = × 3 gram =1,12 gram
10,7
4. HLB 12
Tween 80 15,0 7,7
(HLB 15,0)
12
Span 80 4,3 3 +
(HLB 4,3) 10,7
7,7
- Banyaknya tween 80 = × 3 gram =2,16 gram
10,7
3
- Banyaknya span 80 = × 3 gram =0,84 gram
10,7
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang emusifikasi, dengan tujuan menghitung
berapa jumlah emulgator yang digunakan dalam emulsi dan mengamati pada HLB butuh
berapa emulsi yang paling stabil. Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun
atas globulkecil suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama laintidak
saling campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internaldan medium dispersi
adalah fase eksternal atau kontinu. (Alen, 2013)
Sebuah metode yang di rancang untuk pengemulsi atau bahan permukaan aktif dapat
dikategorikan berdasarkan pada penyusun kimia untuk keseimbangan hidrofil-lipofil, atau
HLB(Hidryophil-Lipophil Balance). Dimana umumnya, bahan permukaan aktif yang
memiliki nilai HLB 3 sampai 6 lebih lipofil dan menghasilkan emulsi m/a, dan bahan dengan
nilai HLB 8 sampai 18 menghasilkan emulsi a/m.
Pertama – tama dihitung telebih dahulu jumlah tween dan span yang diperlukan untuk
setiap HLB. Seperti pada hasil pengamatan , pada HLB butuh 8 jumlah Tween dan Span yang
dibutuh kan secara berturut- turut yaitu 1,04g dan 1,96g. Pada HLB butuh 10 jumlah yang
dibutuh kan untuk tween dan span yaitu 1,60g dan 1,40g. Pada HLB butuh 11 jumlah yang
dibutuhkan Tween dan Span yaitu 1,88g dan 1,12g. Dan untuk HLB butuh 12 dibutuhkan
Tween dan Span sebesar 2,16 dan 0,84g. Mekanisme kerja dari tween dan span ini untuk
menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada
permukaan fase terdispersi (anief,1993)
Setelah semua jumlah tween dan span diketahui, lalu campurkan minyak dengan span
dan air. Alasan digunakannya tween dengan mencampurkannya ke air, karena tween
mempunyai gugus polar yang lebih besar dari pada gugus non polarsehingga tween ini lebih
mengarah ke air. Sedangkan span digunakan pada minyak karena minyak mempunyai gugus
non polar lebih besar dari pada gugus polarnya sehingga span lebih cenderung ke minyakLalu
panaskan keduanya di atas penangas air pada suhu 70˚ C. Tujuan dilakukannya pemanasan
karena suhu mempengaruhi tegangan permukaan, jika suhu naik maka tegangan permukaan
akan turun. Setelah pemanasan tambahkan campuran minyak ke dalam campuran air lalu
segera di aduk menggunakan ultratax dengan kecepatan 1000rpm selama 5 menit. Fungsi dari
pengocokan agar memberikan kesempatan pada minyak agar dapat terdispersi dalam air
dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.
Selain itu agar emulsi cepat homogen serta mencegah terjadinya emulsi yang tidak stabil.
Setelah itu masukan emulsi ke dalam tabung sedimentasi, dan di lakukan pengamatan selama
6 hari. Pengamatan pada emulsi selama 6 hari ini dilakukan untuk melihat pada HLB butuh
berapak emulsi yang paling stabil, dan jika dalam industry farmasi karena obat – obatan
seperti emulsi biasanya akan di simpan lama seperti halnya di apotek, klinik dan tidak
langsung digunakan oleh pasien itulah sebabnya di perlukan pengujian apakan emulsi stabil
atau tidak.
Setelah didiamkam selama 6 hari, hasil yang diperoleh adalah pada hari 1 semua
larutan emulsi tidak ada fase yang jernih dan semua volume nya 100ml. Setelah 6 hari, pada
HLB butuh 8 terdapat fase jernih setinggi 90ml, pada HLB butuh 10 terdapat fase jernih
setinggi 70ml, pada HLB butuh 11 terdapat fase jernih setinggi 50ml, dan pada HLB butuh
12 terdapat fase jernih setinggi 30ml.
Dari data yang kami peroleh setelah dilakukan pengamatan 6 hari, sediaan emulsi
yang paling stabil adalah emulsi dengan HLB butuh 8 dengan nilai F yang paling mendekati
nilai 1. Berarti pada HLB butuh 8 emulsi dapat stabil.
Faktor yag dapat mempengaruhi kestabilan suatu emulsi dalam praktikum ini yaitu
saat dilakukan pemasan suhu tidak konstan, dan pengadukan yang berbeda intensitasnya.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum dalapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Jumlah emulgator Tween dan surfaktan secara berurut yang dibutuhkan untuk tiap
HLB adalah:
- HLB 8 = 1,04 g & 1,96 g
- HLB 10 =1,60 g & 1,40 g
- HLB 11 =1,88 g & 1,12 g
- HLLB 12 =2,16 g & 0,84 g
2. Emulsi yang paling mendekati stabil adalah emulsi dengan nilai HLB butuh 8
Anief, M., 1993, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
Allen, Loyd. Et all. 2013. Bentuk Sediaan Farmaseutik dan Sistem Penghantaran
Obat.EGC: Jakarta