Emulsifikasi
Emulsifikasi
I. TUJUAN
Menentukan HLB butuh minyak jagung yang digunakan dalam pembuatan emulsi
Penggunaan minyak kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq., Arecaceae) sebagai komponen
pembentuk basis krim. Hasil menunjukkan bahwa harga "hydrophilic lipophilic balance" (HLB) butuh
minyak kelapa sawit adalah 5 untuk tipe emulsi air dalam minyak dan 8,5 untuk tipe emulsi minyak
dalam air. Campuran 5%b/b emulgator Tween-80 dan Span-85 membentuk sistem emulsi dengan
50%b/b minyak kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq., Arecaceae) yang stabil secara fisik. Sebagai
peningkat konsistensi sediaan digunakan 10% b/b setil alkohol.
Dalam praktikum digunakan Tween 80 dan Span 80. Polysorbate 80 atau Polyethylene (20)
sorbitan mono-oleate atau disebut juga dengan Tween 80 adalah salah satu jenis pengemulsi atau
emulsifier. Ini merupakan campuran kompleks ester oleat dari sorbitol dan sorbitol anhidrida yang
terkopolimerisasi dengan etilen. Span 80 ( Sorbitan monooleat ) adalah ester sorbitan dan
asamoleat,bersifat lipofilik.
Diketahui :
HLB tween 80 = 15,0
HLB Span 80 = 4,3
Jumlah Minyak Jagung = 20 g untuk masing-masing emulsi
Jumlah total surfaktan = 3 g
Jumlah air untuk masing-masing emulsi = 100 – 20 -3 = 77 g
Kecepatan Ultra Turax = 13500 rpm selama 5 menit.
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 2,16 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 0,84 g.
DATA PENGAMATAN
HLB T awal Span 80 Tween FI FII FIII
80
5 14.22 2.8 0.2 0,985 0,86 0,8
6 14.37 2.52 0.48 0,529 0,42 0.42
7 14.48 2.24 0.76 0,541 0,38 0,36
8 15.01 1.96 1.04 0,5 0,35 0,35
9 15.11 1.68 1.32 0,458 0,32 0,325
10 15.26 1.4 1.7 0,681 0,31 0,31
11 15.39 1.12 1.88 0,739 0,33 0,325
12 15.52 0.84 2.16 0,886 0,33 0,326
13 16.14 0.56 2.44 0,68 0,34 0,34
V. PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa emulsi yang paling stabil berada pada
HLB 5. Hal ini menunjukkan bahwa tipe emulsi air dalam minyak, A/M. Akan tetapi, dari sumber atau
literatur yang diperoleh HLB minyak jagung berada pada rentang 10-14. Hal ini berarti emulsi dapat stabil
apabila menggunakan surfaktan yang memiliki HLB pada rentang 10-14. Nilai HLB pada rentang 10-14
menunujukkan bahwa struktur minyak jagung lebih banyak yang bersifat polar. Oleh karena itu emulsi
Percobaan 6: Emulsifikasi
yang dapat dibentuk agar stabil harus memiliki fase pendispersi polar karena kemungkinan terjadi ikatan
antara struktur polar pada air dan minyak.
Adapun faktor yang menyebabkan terjadi perbedaan besar antara nilai HLB butuh minyak yang
didapat dari literatur dengan nilai HLB butuh minyak yang didapat dari percobaan adalah proses
pemanasan (suhu pemanasan). Proses pemanasan diperlukan dalam pembuatan emulsi dengan tujuan
menurunkan viskositas dari fase agar viskositas kedua fase tidak terlalu berbeda atau mungkin sama
sehingga proses pencampuran menjadi lebih cepat (mempercepat proses pencampuran). Suhu yang
digunakan harus sama karena apabila suhu yang digunakan berbeda, dispersi yang terjadi kurang
sempurna. Pada percobaan yang kami lakukan, pada saat pemanasan berlangsung, fase minyak lebih
cepat mencapai suhu yang diinginkan, yaitu 60C daripada fase air. Hal ini disebabkan titik didih fase
minyak lebih rendah daripada titik didih fase air sehingga pada saat proses pencampuran antara fase
minyak dengan fase air dilakukan, kedua fase tidak memiliki suhu yang sama.
Pada HLB 6-13 terjadi pemisahan fase pada emulsi. Hal ini disebabkan kegagalan dari kedua
cairan yang tidak bercampur untuk stabil dalam pencampuran. Kenyataan ini disebabkan karena gaya
kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar dari gaya adhesif antara kedua
cairan. Untuk meningkatkan gaya adhesi antara molekul air dan minyak maka ditambahkan zat aktif
permukaan atau surfaktan yang akan mengurangi tegangan permukaan karena absorpsi pada batas
antara minyak dan air dimana akan membentuk lapisan molekular. Lapisan monomolekular yang saling
melekat membantu mencegah terjadinya pengelompokan antara kedua tetesan ketika kedua tetesan
tersebut saling mendekat.
Surfaktan yang digunakan tidak bercampur dengan baik karena pada saat pencampuran masih
terdapat sisa surfaktan pada wadah. Hal ini menyebabkan jumlah surfaktan yang tercampu berkurang
sehingga jumlah surfaktan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh permukaan partikel terdispersi
sehingga adanya bagian partikel yang tidak ditutupi oleh surfaktan dapat bergabung membentuk globul
yang lebih besar sehingga emulsi yang terbentuk terpisah atau pecah.
Pada percobaan dilakukan pemanasan terhadap minyak jagung yang dicampur dengan Span 80
dan Tween 80 dengan air pada suhu 60°C agar terbentuk film monomolekular. Selainitu pemanasan akan
menurunkan viskositas dan tegangan permukaan minyak jagung.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan nilai HLB butuh minyak jagung adalah 5 sehingga tipe emulsi yang terbentuk
adalah air dalam minyak, A/M.
Percobaan 6: Emulsifikasi
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jilid kedua, Edisi ketiga. Jakarta : UI- Press. Hal.939-942,
1143-1161