Anda di halaman 1dari 8

Percobaan 6: Emulsifikasi

I. TUJUAN
Menentukan HLB butuh minyak jagung yang digunakan dalam pembuatan emulsi

II. Teori dasar


Emulsi merupakan suatu sistem dispersi yang secara temodinamika tidak stabil, karena tingginya
energi bebas permukaan. Hal ini disebabkan pada proses pembuatan emulsi tersebut, luas
permukaan salah satu fasa akan bertambah berlipat ganda. Oleh karena, sistem cenderung untuk
kembali ke posisinya yang lebih stabil maka masing-masing komponen bergerak memisahkan diri,
yaitu pada saat enegi bebas permukaannya paling rendah.
Emulsifier adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi untuk
menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang diemulsikan dan suatu
emulsifier HLB memegang peranan penting. Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang
menunjukkan ukuran keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar) dan
gugus lipofilik (menyukai minyak atau non-polar), yang merupakan sistem dua fase yang diemulsikan.
Sistem HLB adalah metoda untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan dengan menggunakan
berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu sebagai alat bantu. Semula untuk
menetapkan nilai HLB yang dibutuhkan suatu zat atau dikenal HLB-butuh diperlukan beberapa kali
percobaan dan memerlukan waktu, namun saat ini telah dikembangkan suatu sistem HLB yaitu
penentuan HLB dengan menggunakan sistem emulsifier standar yang telah tertentu nilai HLB-nya.
Dengan menggunakan sistem ini dapat ditentukan HLB yang dibutuhkan untuk membuat emulsi
suatu minyak dengan air atau air dengan minyak, mencek HLB campuran (setelah diperhitungkan)
dari gabungan beberapa emulsifier.

Rentang HLB Penggunaan


0-3 Antifoaming agent
4-6 Emulgator air dalam minyak
7-9 Zat pembasah
8-18 Emulgator minyak dalam air
13-15 Detergen
Percobaan 6: Emulsifikasi

Penggunaan minyak kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq., Arecaceae) sebagai komponen
pembentuk basis krim. Hasil menunjukkan bahwa harga "hydrophilic lipophilic balance" (HLB) butuh
minyak kelapa sawit adalah 5 untuk tipe emulsi air dalam minyak dan 8,5 untuk tipe emulsi minyak
dalam air. Campuran 5%b/b emulgator Tween-80 dan Span-85 membentuk sistem emulsi dengan
50%b/b minyak kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq., Arecaceae) yang stabil secara fisik. Sebagai
peningkat konsistensi sediaan digunakan 10% b/b setil alkohol.
Dalam praktikum digunakan Tween 80 dan Span 80. Polysorbate 80 atau Polyethylene (20)
sorbitan mono-oleate atau disebut juga dengan Tween 80 adalah salah satu jenis pengemulsi atau
emulsifier. Ini merupakan campuran kompleks ester oleat dari sorbitol dan sorbitol anhidrida yang
terkopolimerisasi dengan etilen. Span 80 ( Sorbitan monooleat ) adalah ester sorbitan dan
asamoleat,bersifat lipofilik.

III. PROSEDUR KERJA


1. Kalibrasi timbangan.
2. Timbang air dan Tween 80 pada satu cawan penguap sesuai dengan HLB-nya masing-masing.
( HLB butuh : 5,6,7,8,9,10,11,12,13 )
3. Timbang minyak kelapa dan Span 80 pada satu cawan penguap sesuai dengan HLB-nya masing-
masing.
4. Panaskan cawan yang berisi air dan Span diatas tangas air sambil diaduk dengan batang
pengaduk.
5. Setelah cawan yang berisi air-Span mencapai suhu kira-kira 50 0C, panaskan campuran minyak
kelapa-Tween, aduk dengan batang pengaduk.
6. Siapkan matkan.
7. Setelah campuran pada kedua cawan mencapai suhu 60 oC, masukkan campuran minyak dan
campuran air ke dalam matkan.
8. Aduk dengan pengaduk elektrik dengan RPM:13500, selama 5 menit.
9. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi yang sudah ditempeli kertas milimeter blok dan
diberi tanda sesuai dengan HLB masing-masing.
10. Amati kestabilannya pada jam pertama, tandai tinggi fasa minyaknya.
11. Amati kestabilannya selama 5 hari. ( Senin – Jumat )
12. Hitung tinggi fasa minyak dan fasa air.
13. Catat pada nilai HLB berapa emulsi tampak paling stabil.
Percobaan 6: Emulsifikasi

IV. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Diketahui :
HLB tween 80 = 15,0
HLB Span 80 = 4,3
Jumlah Minyak Jagung = 20 g untuk masing-masing emulsi
Jumlah total surfaktan = 3 g
Jumlah air untuk masing-masing emulsi = 100 – 20 -3 = 77 g
Kecepatan Ultra Turax = 13500 rpm selama 5 menit.

 Untuk HLB butuh 5


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 5
15 a + 12,9 – 4,3a = 15
10,7a = 2,1
a = 0,2 g
(3-a ) =3-0,2 = 2,8 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 0,2 g sedangkan Span 80 yang diperlukan adalah
2,8 g.

 Untuk HLB butuh 6


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 6
15 a + 12,9 – 4,3a = 18
10,7a = 5,1
a = 0,48 g
(3-a ) =3-0,48 = 2,52 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 0,48 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 2,52 g.
Percobaan 6: Emulsifikasi

 Untuk HLB butuh 7


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 7
15 a + 12,9 – 4,3a = 21
10,7a = 8,1
a = 0,76 g
(3-a )= 3-0,76 = 2,24 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 0,76 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 2,24 g.

 Untuk HLB butuh 8


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 8
15 a + 12,9 – 4,3a = 24
10,7a = 11,1
a = 1,04 g
(3-a )= 3-1,04 = 1,96 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 1,04 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 1,96 g.

 Untuk HLB butuh 9


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 9
15 a + 12,9 – 4,3a = 27
10,7a = 14,1
a = 1,32g
(3-a )= 3-1,32 = 1,68 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 1,32 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 1,68 g.
Percobaan 6: Emulsifikasi

 Untuk HLB butuh 10


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 10
15 a + 12,9 – 4,3a = 30
10,7a = 17,1
a = 1,6 g
(3-a )= 3- 1,6 = 1,4 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 1,6 g sedangkan Span 80 yang diperlukan adalah
1,4 g.

 Untuk HLB butuh 11


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 11
15 a + 12,9 – 4,3a = 33
10,7a = 20,1
a = 1,88 g
(3-a )= 3- 1,88 = 1,12 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 1,88 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 1,12 g.

 Untuk HLB butuh 12


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 12
15 a + 12,9 – 4,3a = 36
10,7a = 23,1
a = 2,16 g
(3-a )= 3-2,16 = 0,84 g
Percobaan 6: Emulsifikasi

Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 2,16 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 0,84 g.

 Untuk HLB butuh 13


Misal : Tween 80 = a g
Span 80 = ( 3-a) g
( a x 15 ) + [ ( 3-a )x 4,3 ] = 3 x 13
15 a + 12,9 – 4,3a = 39
10,7a = 26,1
a = 2,44 g
(3-a )= 3-2,44 = 0,56 g
Jadi jumlah Tween 80 yang diperlukan sebanyak 2,44 g sedangkan Span 80 yang diperlukan
adalah 0,56 g.

DATA PENGAMATAN
HLB T awal Span 80 Tween FI FII FIII
80
5 14.22 2.8 0.2 0,985 0,86 0,8
6 14.37 2.52 0.48 0,529 0,42 0.42
7 14.48 2.24 0.76 0,541 0,38 0,36
8 15.01 1.96 1.04 0,5 0,35 0,35
9 15.11 1.68 1.32 0,458 0,32 0,325
10 15.26 1.4 1.7 0,681 0,31 0,31
11 15.39 1.12 1.88 0,739 0,33 0,325
12 15.52 0.84 2.16 0,886 0,33 0,326
13 16.14 0.56 2.44 0,68 0,34 0,34

V. PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa emulsi yang paling stabil berada pada
HLB 5. Hal ini menunjukkan bahwa tipe emulsi air dalam minyak, A/M. Akan tetapi, dari sumber atau
literatur yang diperoleh HLB minyak jagung berada pada rentang 10-14. Hal ini berarti emulsi dapat stabil
apabila menggunakan surfaktan yang memiliki HLB pada rentang 10-14. Nilai HLB pada rentang 10-14
menunujukkan bahwa struktur minyak jagung lebih banyak yang bersifat polar. Oleh karena itu emulsi
Percobaan 6: Emulsifikasi

yang dapat dibentuk agar stabil harus memiliki fase pendispersi polar karena kemungkinan terjadi ikatan
antara struktur polar pada air dan minyak.
Adapun faktor yang menyebabkan terjadi perbedaan besar antara nilai HLB butuh minyak yang
didapat dari literatur dengan nilai HLB butuh minyak yang didapat dari percobaan adalah proses
pemanasan (suhu pemanasan). Proses pemanasan diperlukan dalam pembuatan emulsi dengan tujuan
menurunkan viskositas dari fase agar viskositas kedua fase tidak terlalu berbeda atau mungkin sama
sehingga proses pencampuran menjadi lebih cepat (mempercepat proses pencampuran). Suhu yang
digunakan harus sama karena apabila suhu yang digunakan berbeda, dispersi yang terjadi kurang
sempurna. Pada percobaan yang kami lakukan, pada saat pemanasan berlangsung, fase minyak lebih
cepat mencapai suhu yang diinginkan, yaitu 60C daripada fase air. Hal ini disebabkan titik didih fase
minyak lebih rendah daripada titik didih fase air sehingga pada saat proses pencampuran antara fase
minyak dengan fase air dilakukan, kedua fase tidak memiliki suhu yang sama.
Pada HLB 6-13 terjadi pemisahan fase pada emulsi. Hal ini disebabkan kegagalan dari kedua
cairan yang tidak bercampur untuk stabil dalam pencampuran. Kenyataan ini disebabkan karena gaya
kohesi antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar dari gaya adhesif antara kedua
cairan. Untuk meningkatkan gaya adhesi antara molekul air dan minyak maka ditambahkan zat aktif
permukaan atau surfaktan yang akan mengurangi tegangan permukaan karena absorpsi pada batas
antara minyak dan air dimana akan membentuk lapisan molekular. Lapisan monomolekular yang saling
melekat membantu mencegah terjadinya pengelompokan antara kedua tetesan ketika kedua tetesan
tersebut saling mendekat.
Surfaktan yang digunakan tidak bercampur dengan baik karena pada saat pencampuran masih
terdapat sisa surfaktan pada wadah. Hal ini menyebabkan jumlah surfaktan yang tercampu berkurang
sehingga jumlah surfaktan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh permukaan partikel terdispersi
sehingga adanya bagian partikel yang tidak ditutupi oleh surfaktan dapat bergabung membentuk globul
yang lebih besar sehingga emulsi yang terbentuk terpisah atau pecah.
Pada percobaan dilakukan pemanasan terhadap minyak jagung yang dicampur dengan Span 80
dan Tween 80 dengan air pada suhu 60°C agar terbentuk film monomolekular. Selainitu pemanasan akan
menurunkan viskositas dan tegangan permukaan minyak jagung.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan nilai HLB butuh minyak jagung adalah 5 sehingga tipe emulsi yang terbentuk
adalah air dalam minyak, A/M.
Percobaan 6: Emulsifikasi

VII. Daftar Pustaka

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jilid kedua, Edisi ketiga. Jakarta : UI- Press. Hal.939-942,
1143-1161

Anda mungkin juga menyukai