Anda di halaman 1dari 35

EMULSI

Apt.. M. Wahyu Ariawan.,


M.Farm
Pendahulua
n
• Emulsi adalah suatu sistem heterogen terdiri
dari 2 cairan yang tidak bercampur, yang
satu terdispersi didalam yang lain dalam
bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai
diameter pada umumnya> 0,1 um.
• Emulsi merupakan system yang terdiri dari
dua fase cair yang tidak bercampur, yaitu
fase dalam (internal) dan fase luar
(eksternal).
• Fase terdispersi  fase dalam
• Medium dispersi  fase luar atau fase
kontinu.
Komponen Emulsi
• Fase dalam (internal)
• Fase luar (eksternal)
• Emulsifiying Agent
(emulgator )
Tipe Emulsi
1. Tipe o/w.
2. Tipe w/o.
3. Tipe w/o/w
4. Tipe o/w/o
Penggunaan Emulsi :
1. Per-oral : Kebanyakan adalah tipe o/w.
Keuntungan : mudah diabsorsi, homogenitas dosis mudah
didapat, dll.
2. Per-injeksi : perhatian khusus karena
menyangkut preparat steril.
3. Topikal : topikal maupun kosmetika, tipe emulsi
baik olw maupun w/o banyak sekali digunakan
tergantung maksud penggunaannya.
Stabilitas Emulsi :
• Sediaan dikatakan stabil  tidak “rusak” baik dari
sisi biologis, kimia, maupun fisika.
• Stabilitas sec biologis : sediaan tidak
ditumbuhi mikroorganisme yang akan
membahayakan jika digunakan
• Stabilitas kimia : secara kimiawi, zat aktif dalam
sediaan keadaannya tidak mengalami
perubahan.
• Stabilitas fisika : secara fisik/penampilan sediaan
tidak mengalami perubahan atau masih bisa
diterima.
Ketidakstabilan Emulsi :
1. Coalescence: peristiwa 2 tetesan minyak (atau
air) bersatu  tetesan baru yang lebih besar
dan memiliki luas permukaan yang jauh lebih
kecil. Jika dibiarkan, hal ini akan terus
berlangsung hingga semua tetesan minyak (atau
air) menyatu akhirnya memisah.
2. Flocculation : peristiwa berkumpulnya beberapa
tetesan minyak tetapi tidak membentuk tetesan
minyak baru yang lebih besar seperti pada
peristiwa coalescence hingga mengakibatkan
distribusinya dalam emulsi tidak merata (tidak
homogen lagi).
3. Creaming : peristiwa mengapungnya fase minyakjika fase
minyak memiliki densitas yang lebih kecil dari fase air.
 Definisi lain menyebutkan bahwa creaming : merupakan
peristiwa memisahnya emulsi menjadi 2 bagian dengan salah
satu bagian mengandung lebih banyak fase disperse daripada
bagian yang lain.
 Creaming bisa diatasi dengan penggojogan ringan.
4. Inversion : pembalikan fase emulsi yang semula O/W  W/O
atau sebaliknya.
 Sebab : terlalu banyaknya fase disperse (mencapai lebih dari
74%).
 Inversi tidak dapat diatasi hanya dengan penggojogan ringan.
Teori Emulsifikasi :
1. Teori Tegangan –permukaan
 Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak
larut dan tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga)
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan
pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
 tegangan antarmuka.
 Zat aktif permukaan (surfaktan) atau zat
pembasah zat yang bekerja menurunkan
tegangan antarmuka.
2. Oriented Wedge Theory/ Orientasi Bentuk Baji
 Menganggap bahwa lapisan monomolecular dari
zat pengemulsi melingkari suatu tetesan dari
fase dalam pada emulsi.
 Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat
pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di
sekitar dan dalam suatu cairan yang
merupakan gambaran kelarutannya pada cairan
tertentu.
3. Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka
 Zat pengemulsi membentuk lapisan tipis atau film
yang mengelilingi fase dispers dan diabsorbsi
pada permukaan dari tetesan tersebut.
 Lapisan tersebut mencegah kontak dan
bersatunya fase terdispersi
 Makin kuat dan makin lunak
lapisan tersebutmakin stabil
emulsinya.
Metoda Pembuatan Emulsi

1. Metode gom kering atau Metode


kontinental
2. Metode gom basah atau Metode inggris
3. Metode HLB (Hydrophyle Lipophyle
Balance)
Metode gom kering /Metode kontinental
• Metode gom kering, suatu metode kontinental
dengan penggunaan khusus untuk emulsi dengan
gom kering.
• Metode ini dibuat dengan 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian gom,
• Metode ini dikenal sebagai metode 4:2:1
Metode gom basah atau Metode Inggris
• Metode ini cocok u pembuatan emulsi dg
mucilago atau gom yg dilarutkan sbg
emulgator.
• Cara : mucilago dibuat dg sedikit air & minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit dg diaduk
cepat.
• Bila emulsi terlalu kental + air u memungkinkan
diaduk, bila semua minyak sudah masuk,
tambahkan air ad vol yg dikehendaki.
Metode HLB (Hydrophyle
Lipophyle Balance)
• Guna alasan ekonomis, perlu dicari emulgator yg
penggunaannya sedikit mungkin utk
mendapatkan emulsi yg stabil
• Sistem HLB ini berdasarkan kenyataan bahwa
tiap molekul surfaktan terdapat bagian yg bersifat
hidrofil dan sebagian bersifat lipofil dan perlu suatu
kesetimbangan tertentu antara kedua bagian
untuk bermacam-macam tipe fungsi surfaktan
HLB (Hydrophyle Lipophyle
• Harga HLB menunjukkan polaritas dr zat aktif
Balance
tsb
)
• Makin rendah nilai HLB surfaktan maka akan
makin lipofil & makin tinggi nilai HLB akan makin
hidrofil
• Tabel aktifitas & harga HLB
Perhitungan Emulgator Berdasar HLB
 Jika 2 surfaktan atau lebih dicampurkan maka HLB
camp dpt diperhitungkan sbb :
 Misal : camp surfaktan terdiri dr : 70 bag tween 80
(HLB : 15) & 30 bag span 80 (HLB: 4,3), maka HLB
camp kedua surfaktan tsb adalah :
 Tween 80 = 70/100 x 15 = 10,5
 Span 80 =3 0/100 x 4,3 = 1,3
 HLB campuran = 11,8
Perhitungan Surfaktan yg Digunakan :
(x – HLBb)
A% = X 100 %
HLBa – HLBb

B% = (100% - A%)
Keterangan :
x = Hrg HLB yg diminta
( HLB Butuh)
a = Harga HLB tinggi
b = Harga HLB rendah
A% = Berat zat (HLB tinggi)
B% = Berat zat (HLB rendah)
% Tween 80 = (X – HLB Span 80 ) x 100%
(HLB Tween 80-HLB Span 80)

% Tween 80 = (11,8 – HLB Span 80 ) x 100%


(HLB Tween 80-HLB Span 80)

% Span 80 = 100% - 72% = 28%


Contoh Soal
1. Pembuatan emulsi, apa emulgator yg
tepat:
R/ Parafin oil 35% HLB 12
Lanolin 1% HLB 10
Cetyl Alk 1% HLB 15
Emulgator 7%
Aqua 56%

 Fase miny campuran : 35% + 1% + 1% =


37%
 Nilai HLBoil
Parafin yg35/
diperlukan:
37 x 12 = 11,4
 Lanolin 1/ 37 x 10 = 0,3
 Cetyl alk 1/ 37 x 15 = 0,4
 Nilai HLB yg diperlukan =
12,1
• Misal emulgator yg digunakan kombinasi
TEA
(12) & Tween 80 (15), jml yg dibutuhkan :
A% b = (x – HLBb) X 100
(HLBa – HLBb) %

(12,1 – 12)
A% b (Tween) = X 100 %
( 15 – 12 ) =3,33%

B% a (TEA) = 100% - 3,33% = 96,67%

• Tween = 3,33 /100 x 7 g :


80 0,23g
• TEA = 96/1 00 x 7 g ; 6,76g
2.
R/ Parafin oil
20
Emulgator 5
Aqua
ad
100

 Bila HLB butuh 12, digunakan


emulgator campuran Tween 80 ( HLB:
15) & Span 80 (HLB:4,3)
 Berapa jumlah Tween & Span yg
dibutuhkan
3.
R/ Parafin cair 1 HLB = 12
Cetil alkohol 0,5 HLB = 15
Asam stearat 5 HLB = 15
Lanolin 1 HLB = 10
Emulgator 6,5
Aqua ad 100

 Berapa HLB butuhnya !


 Jika digunakan kombinasi emulgator Tween
80 ( 15 ) & PEG 400 ( 13,1 ), berapa Tween &
PEG yg dibutuhkan !
Evaluasi Stabilitas Emulsi
1. Determinasi tipe emulsi
2. Distribusi granulometrik
3. Determinasi sifat reheologi
4. Tes penyimpana pada suhu
kamar
5. Tes penyimpanan yang
dipercepat
6. Tes pengukuran viskositas
1. Determinasi tipe emulsi
1. Metode pengenceran:
 Emulsi diberi sedikit air dan aduk jika
diperoleh emulsi yang homogen lagi maka
tipe emulsi o/ w dan sebaliknya
2. Metode pewarnaan:
 Emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat
warna yang larut dalam air. Demikian
sebaliknya untuk emulsi yang bertipe w/ o
dapat diwarnai oleh zat warna yang larut
dalam minyak
Determinasi tipe emulsi

3. Konduktibilitas elektrik:
 Pada umunya air merupakan konduktor
yang lebih baik dibandingkan minyak.
 Bila emulsi dapat menghantar aliran listrik
maka emulsi tersebut bertipe o/w, sebaliknya
tidak menghantar listrik bertipe w/ o
2. Distribusi granulometrik
• Distribusi granulometrik dr partikel fase
disperse dan diameter rata-ratanya dpt
digunakan utk mengevaluasi stabilitas
emulsi vs waktu.
• Bila terjadi peristiwa koalesensi, diameter rata-
rata partikel akan berubah menjadi besar.
Disampind itu sedimen emulsi umumnya
berupa sedimen yg mempunyai konsentrasi
tinggi, shg menyulitkan distribusi
granulometriknya. Utk mengatasi hal ini
dilakukan pengenceran sedimen.
3. Determinasi sifat reheologi

• Kontrol sifat reolgi emulsi/suspensi termasuk


penting karena perubahan konsistensi dapat
disebabkan karena proses pabrikasi atau
penyimpanan
4. Tes penyimpana pada suhu kamar

• Prinsip dari tes ini adalas sediaan emulsi yang


ditempatkan dalam suatu wadah yang didiamkan
dalam jangka waktu tertentu, diamati apakah
emulsi mengalami kerusakan dan dicatat waktu
dan jenis kerusakan emulsi
5. Tes penyimpanan yang dipercepat
1. Temp 40 o-60oC.
 Penyimpanan pd suhu yg relative lebih
tinggi akan me viskositas.
Pe viskositas akan mempengaruhi
kestabilan fisik emusi.
2. Sentrifugasi.
 Senterifugasi pada kecepatan terntu akan
menaikkan harga g (gravitasi) pada hk
stokes. Dg demikian akan terjadi pemisahan
partikel yg lebih cepat pula karena
terjadinya creaming.
 Kecepatan 2000-3000 rpm pada
temperature kamar akan menyebabkan
5. Tes penyimpanan yang dipercepat

3. Shock thermic.
 Emulsi disimpan pada temperature tinggi
dan rendah secara bergantian pada waktu
tertentu. Misal pada suhu 60 oC selama 1
hari kemudian dilanjutkan pada suhuu 4OoC
selama sehari dan diulang sampai masing-
masing 4 kali, kemudian didiamkan pada
suhu kamar untuk kemudian dilakukan
pembacaan hasil.
6. Tes pengukuran viskositas
• Penelitian viskositas tidak berhubungan
dengan nilai absolud dari viskositas emulsi,
tetapi berhubungan dengan perubahan
viskositas dari emulsi selama penyimpanan.
• Jika terjadi kenaikkan ukuran partikel-
partikel tetesan cairan yg terdispersi maka
akan terjadi penurunan viskositas selama
penyimpanan akibatnya terjadi koalesan dan
emulsi tidak stabil

Anda mungkin juga menyukai