I
Erni Rustiani, S.Si, Apt
S I S T E M E M U L S I
Emulsi adalah campuran 2 cairan yang tidak tercampur yang secara termodinamika tidak stabil. Secara termodinamika emulsi tidak stabil, karena energi antar permukaan yang sangat tinggi. Emulsi tersebut cepat atau lambat akan menuju sistem yang stabil bila energi antar muka paling rendah.
Jenis Emulsi
Emulsi M / A : emulsi minyak dalam air : tetesan minyak terdispersi dalam fasa kontinu air. Contoh : latek karet, kuning telur, susu, emulsi untuk penggunaan oral seperti emulsi parafin cair. Emulsi A / M : emulsi air dalam minyak : tetesan air terdispersi dalam fasa kontinu minyak. Contoh : losio kalamin berminyak, lanolin.
M/A
Biasanya putih susu Awalnya tidak berlemak
A/M
Dipengaruhi warna minyak berlemak
Pengenceran
Konduktivitas
elektrik Efek zat warna a. larut minyak b. larut air
menghantar
Komponen ketiga
Emulsi yang terdiri dari hanya 2 fasa cair saja, bila didiamkan menunjukkan kecenderungan akan berkoalesensi dan akhirnya akan membentuk kembali 2 fasa yang terpisah. Untuk memperlambat koalesensi ditambahkan komponen ketiga yang dapat terkonsentrasi sebagai lapisan tipis (film) pada antar permukaan
Komponen ketiga ini merupakan zat pengemulsi (emulgator) yaitu : elektrolit, surfaktan, koloid hidrofil dan partikel padat halus. Pemilihan zat pengemulsi dalam suatu formulasi berdasarkan pertimbangan : 1. stabilitas selama penyimpanan, 2. jenis emulsi yang diinginkan dan 3. harga dari zat pengemulsi.
Elektrolit : kurang efektif. Contoh KCNS jika ditambahkan ke dalam air dengan konsentrasi rendah akan terbentuk dispersi encer M/A. Surfaktan : senyawa ini mengandung satu atau lebih gugusan hidrofil dan satu atau lebih gugusan hidrofob dalam molekul yang sama. Molekul amfifatik ini terabsorbsi secara kuat dan menunjukkan orientasi tertentu pada antar muka minyak / air.
Koloid hidrofil : protein, gom, amilum dan turunan dari zat sejenis dekstrin (metil selulosa dsb), polimer sintetik / polivinil alkohol. Senyawa ini diabsorbsi pada antar muka minyak / air. Partikel padat halus tidak larut : partikel ini akan teradsorbsi pada antar muka, karena daya / tegangan permukaan.
Gelatin
Bentonit Veegum
Koloida hidrofilik
Partikel padat Partikel padat
M/A
M/A M/A
Surfaktan
Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Bila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus non polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi M/A, sedangkan bila gugus non polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi A/M. Metoda yang digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB.
Gambar : adsorpsi molekul-molekul asam lemak (a) pada antar muka air udara dan (b) antarmuka air minyak
HLB
HLB (Hydrophilic Balance) dikemukakan oleh Griffin sebagai skala ukuran surfaktan. Makin tinggi harga HLB suatu surfaktan maka zat itu akan bersifat polar. Untuk membuat suatu sistem emulsi tertentu dengan HLB minyak yang tetap membutuhkan kombinasi dua emulgator dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi. Perhitungan dengan metode aligasi.
Span, ester sorbitan adalah lipofilik dan mempunyai nilai HLB yang rendah (1,8 8,6). Tween turunan polioksietilena dari Span adalah hidrofilik dan mempunyai nilai HLB yang tinggi (9,6 16,7). HLB dari sejumlah ester alkohol polihidrat dari asam lemak seperti Gliseril monostearate bisa diperkirakan menggunakan rumus :
HLB = 20 ( 1 - S / A)
S : bilangan penyabunan dari ester A : bilangan asam dari asam lemak
Davies juga telah menghitung HLB untuk zat aktif dengan memecah berbagai molekul surfaktan ke dalam gugus-gugus penyusunnya, yang masing-masing diberi angka gugus. Persamaan : HLB = (angka gugus hidrofilik) (angka gugus lipofilik) + 7 Contoh menghitung HLB Natrium lauril sulfat bila diketahui : angka gugus untuk SO4 Na + : 38,7 ; -CH- -CH2-CH3- =CH- : 0,475, persamaan menjadi HLB = 38,7 (0,475 x 12) + 7 = 38,7 5,7 + 7 = 40,0.
Tugas : Hitung HLB dari polioksietilena sorbitan monolaurat (Tween 20) untuk S = 45,5 dan A = 276 ? Hitung HLB dari : a. Asam Oleat ? b. Gliseril monostearat ? c. Polioksietilen sorbitan mono oleat ? d. Sorbitan mono stearat ? (di kertas folio bergaris)
Pembentukan emulsi
Proses emulsifikasi perlu memperhatikan parameter fisika dan kimia dari sistem secara keseluruhan. Parameter fisika
Panas : Peningkatan suhu akan menurunkan tegangan antar permukaan seperti halnya viskositas. Peningkatan suhu energi kinetik meningkat koalesensi. Ketidakstabilan ini terjadi pada emulsi yang disimpan pada suhu tinggi untuk waktu yang lama. Perubahan temperatur koefisien distribusi zat pengemulsi antara kedua fase terganggu terjadi migrasi pengemulsi.
Waktu : menunjukkan pengaruh yang komplek pada proses emulsifikasi. Pada tahap awal pengadukan selama proses emulsifikasi terbentuk tetesan, akan tetapi bila pengadukan dilanjutkan kemungkinan terjadi tumbukan antara tetesan yang lebih sering sehingga terjadi koalesensi. Sehingga penting menentukan waktu pengadukan yang optimum.
Kecepatan : kecepatan penambahan fasa cair dari 2 cairan yang tidak bercampur juga berperan. Pada emulsi M/A, kecepatan penambahan fasa minyak pada fasa air akan dapat mempengaruhi ukuran partikel yang mempengaruhi stabilitas emulsi yang terbentuk.
Parameter kimia
Stabilitas kimia : sifat inert merupakan persyaratan absolut dan aman merupakan kriteria utama dalam memilih komponen emulsi.
Ketidakstabilan Emulsi
Ketidakstabilan emulsi dapat terjadi sesudah pembentukan emulsi.
Ketidakstabilan yang umum terjadi adalah pembentukan krem (creaming), inversi fasa dan demulsifikasi.
Pembentukan krem
Pembentukan krem disebabkan adanya proses pengembangan globul yang terdispersi ke permukaan karena pengaruh gravitasi masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krem (dengan kadar lemak tinggi) dan emulsi yang lebih encer (dengan kadar lemak lebih rendah). Contohnya susu, adanya pemisahan krem ke permukaan susu sesudah didiamkan.
Inversi Fasa Bentuk ketidakstabilan emulsi yang terjadi secara tiba-tiba karena perubahan fasa M/A menjadi A/M atau sebaliknya. Terjadinya inversi fasa dapat disebabkan karena pengenceran yang terlalu cepat dan adanya mikroorganisme. Kerugian inversi fasa adalah terjadi perubahan viskositas dari sediaan tersebut.
Demulsifikasi (tahap breaking) Merupakan proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-masing komponen cair. Proses pemisahan dapat terjadi dalam 2 tahap yaitu : a. Mula-mula terjadi flokulasi globul terdispersi saling berikatan membentuk kelompok yang lebih besar (jika dikocok secara perlahan-lahan akan terdispersi kembali secara sempurna). b. Selanjutnya terjadi koalesensi, globul membentuk kelompok yang lebih besar yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat memisah (jika dikocok sulit terdispersi sempurna).
TUGAS
Sebutkan macam-macam anti oksidan dan pengawet yang digunakan untuk sediaan emulsi ? Berapa konsentrasi yang dianjurkan ? Jelaskan pemerian, kegunaan utama dan mekanisme kerjanya ? (di kertas folio bergaris)