Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat
berupa sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini pada saat ini makin
populer karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk
pemakaian luar.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua
cairan yang tidak mau bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata
dalam cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena distabilkan
oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan
faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu
emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang
dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan
adalah  metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)
Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB
dengan harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu
sering digunakan emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga
HLB tinggi.
Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan dengan membuat
suatu emulsi parafin dengan menggunakan kombinasi emulgator dan akan
dicari pada kombinasi emulgator dengan perbandingan berapa emulsi
parafin yang dibuat lebih stabil.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi HLB

H.L.B. adalah singkatan dari Hidrophiel-Lypophiel Balance. Nomor H.L.B.


diberikan bagi tiap-tiap surfaktan (s.a.a.). HLB merupakan angka yang
menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan
senyawa lipofilik (suka minyak). Semakin besar harga HLB berarti semakin
banyak kelompok senyawa yang suka air (hidrofilik). artinya, emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya dengan
kelompok senyawa yang suka minyak (lipofilik). Kegunaan suatu emulgator
ditinjau dari harga HLB-nya.
Daftar dibawah ini menunjukan hubungan nilai H.L.B. dengan bermacam-
macam tipe system.
Table.1.hubungan nilai HLB
Nilai H.L.B. Tipe system

3–6 A/M emulgator


7–9 Zat pembasah (wetting agent)
8 – 18 M/A emulgator
13 – 15 Zat pembersih (detergent)
15 – 18 Zat penambah pelarutan
(solubilizer).

Makin rendah nilai H.L.B. suatu surfaktan maka akan makin lipofil
surfaktan tersebut,sedang makin tinggi nilai H.L.B. surfaktan akan makin
hidrofil.

2
Baris nilai H.L.B. 1,8 – 8,6 seperti span dianggap lipofil dan umumnya
membentuk emulsi A/M, sedang Tween ada dalam baris nilai 9,6 – 16,7
dianggap hidrofil dan umumnya membentuk emulsi M/A.
a. Perhitungan Nilai H.L.B.
Rumus I
A % b = (x – HLB b) / (HLB a – HLB b) x 100 %
B % a = ( 100% – A%)
Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

Cara menghitung nilai H.L.B dari campuran surfaktan.

Contoh : R/ Tween 80 70% H.L.B. = 15


Span 80 30% H.L.B. = 4,5
Perhitungan:
Tween 80 = 70% x 15 = 10,5
Span 80 = 30% x 4,5 = 1,35
HLB campuran = 11,85

3
Tabel nilai H.L.B. yang diperlukan oleh zat yang bisa di pakai dalam emulsi
Nama zat Emulsi A/M Emulsi M/A Solubilizing
Acid.Stearcium 6 15 -
Alkohol Cetylicus - 15 -
Alcohol Stearylicus - 14 -
Lanolini anhydrous 8 10 -
Minyak biji kapas 5 10 -
Minyak esensial - - 15-18
Paraffinum liquidum 5 12 -
Vitamin dalam - - 15-18
minyak
Vaselinum 5 12 -
Cera alba 4 12 -

Cara menghitung: H.L.B. yang diperlukan dari campuran zat yang akan
diemulsikan:
Contoh membuat Lotion tipe M/A:

R/ Paraffini liquid 35
Lanolini 1
Alcoholi Cetylici 1
Emulgator 7
Aqua 56

4
Fase campuran minyak = 35% + 1% + 1% = 37%
Nilai H.L.B. yang diperlukan untuk mengemulsi tipe M/A:
Paraffinum Liquidum 35/37 x 12 = 11,4
Lanolinum 1/37 x 10 = 0,3
Alcoholi Cetylicus 1/37 x 15 = 0,4 +
Nilai H.L.B. yang diperlukan dari emulgator = 12,1

Maka kombinasi emulgator yang mempunyai H.L.B. 11-13 akan


memberi hasil emulsi yang baik.
Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5-20% dari berat fase minyak.
Alat yang digunakan membuat emulsi dengan surfaktan ialah:
1. Homogenizer
2. Colloid mills
3. Pengaduk mekanik

R/ Paraffini Liq. 70 R/ OI.Iecoris Aselli 100


Sol.Agar-agar (1,5%) 20 Glycerini 30
Aqua 30 Sol.Agar-agar (1,5%) 25
Span 20 2 Aqua 50
Tween 20 2 Span 20 2
Nipagin qs. Tween 20 2
S.emulsum Petrolagar Ol.Citri qs.
Nipagin qs.

b.CARA MENENTUKAN H.L.B. IDEAL DAN TIPE KIMIA SURFAKTAN.


Caranya dapat dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya
sederhana.Ini apabila kebutuhan H.L.B.bagi yang akan di emulsi tidak
diketahui. Ada tiga fase :

5
Fase I
Menentukan H.L.B. yang diperlukan secara kira-kira. Dibuat 5 macam
atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktan,
dengan klas kimia yang sama,misalnya campuran Span 20 dan Tween 20.
Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh H.L.B.kira-
kira. Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan
mengurangi atau menambah emulgator.

Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai H.LB.di sekitar H.L.B.yang
diperoleh dari fase I. Dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang
terbaik,maka diperoleh nilai H.L.B.yang ideal.

Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai H.L.B. yang ideal (Lihat
fase II) dengan menggunakan bermacam-macam surfaktan atau
campuran surfaktan.
Dari emulsi yang paling baik,dapat diperoleh campuran surfaktan
mana yang paling baik (ideal).
Stabilitas Emulsi
1. Jika didiamkan tidak membentuk agregat
2. Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan
membentuk emulsi lagi
3. Jika dikocok akan homogen kembali.
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut:

6
1. Flokulasi dan creaming
“Creaming” merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis
cairan, di mana masing-masing lapis mengandung fase dispers yang
berbeda. Nama cream berasal dari peristiwa pemisahan sari susu dari
susu (milk). Sari susu tersebut dapat dibuat casein,keju dan
sebagainyal.
2. Koalesen dan pecahnya emulsi (craking atau breaking) Creaming
adalah proses yang bersifat dapat kembali,berbeda dengan proses
Cracking
(pecahnya emulsi)yang bersifat tidak dapat kembali,.
Pada creaming,flokul fase dispers muda di dispersi kembali dan
terjadi campuran homogen digojok perlahan-lahan sedang
pada cracking,penggojokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi
kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.
3. Inversi, adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi
M/A ke tipe A/M atau sebaliknya.

2.2.Bahan-bahan pengemulsi (emulgator)


A. Definisi emulgator
emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan
antarmuka antar minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan
fase terdispersi.
a.Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang  rumit.
Dapat digolongkan menjadi tiga  golongan yaitu :

7
1.  Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
          Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe
o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat
dirusak bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini
harus selalu ditambah bahan pengawet.

a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi
yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu     kerja gom sebagai
koloid pelindung (teori plastis film)
      terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup
kecil sedangkan masa mudah dituang       (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom
arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras
dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat
disebutkan : 

      Lemak-lemak padat : PGA  sama banyak dengan lemak padat


Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi  dengan air
panas 1,5 X  berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin.
Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
      Minyak atsiri :  PGA sama banyak dengan minyak atsiri

8
      Minyak lemak  : PGA  ½  kali   berat minyak, kecuali oleum ricini  karena
memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi
cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh :  Oeum amygdalarum

      Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam  minyak lemak
Kedua minyak dicampur  dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom  ( ½ x myk lemak  +  aa x  myk atsiri + aa x zat padat )

      Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :


Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati satu.
Gom sebanyak ¾  kali  bahan obat cair.

      Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.

      Oleum Iecoris Aseli


Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak. 

b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk
memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth
sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH
4,5 – 6.
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.

                                                                
c. Agar-agar

9
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya
zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom
arab.
Sebelum  dipakai agar-agar  tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila 
suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel).
Biasanya digunakan 1-2 %

d. Chondrus
Sangat baik dipakai  untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup
rasa  dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa  1-2 %.

    Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin  (golongan  protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.
Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak  menguap dua kali  beratnya.

b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe  w/o
dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini

10
akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan
kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

  Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum


Merupakan senyawa  anorganik  yang terdiri dari garam - garam
magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk
adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak  1
%. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel.
Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

b.Emulgator buatan
1.    Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit.
Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung
dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium,
merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal
sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.

2.    Tween 20 : 40 : 60 : 80

3.    Span   20 : 40 : 80

11
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
           Anionik        :    sabun alkali, natrium lauryl sulfat
          Kationik       :    senyawa ammmonium kuartener
           Non Ionik     :    tween dan span.
           Amfoter        :    protein, lesitin.

2.3. Cara pembuatan emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat
dijelaskan :

1.  Metode gom kering atau metode kontinental.


Dalam metode ini zat pengemulsi  (biasanya gom arab) dicampur
dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris.


Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya
larut)  agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu  baru diencerkan dengan
sisa air.

3.  Metode botol atau metode botol forbes.


Digunakan untuk minyak menguap dan  zat –zat  yang bersifat minyak 
dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan
ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air,  tutup botol
kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air
sedikit demi sedikit sambil dikocok. 

12
Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi :

1. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada
terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk
bekerja sebelum pengocokan berikutnya

2. Mixer, blender
Blender dilengkapi dengan pengadukan pisau, melalui pengadukan
dengan kecepatan tinggi akan memberikan energi kinetik yang dapat
menggerakkan cairan dalam wadah sehingga dapat mendispersikan fase
dispersi ke dalam medium dispersinya. Selain itu blender juga dapat
menghomogenkan campuran dan memperkecil ukuran partikel. Dengan
adanya pengadukan mengakibatkan terjadinya tumbukan antarpartikel
dispers. Bila tumbukan terjadi terus-menerus maka terjadi transfer massa
sehingga ukuran partikel menjadi semakin kecil. Ukuran partikel yang kecil
biasanya sukar homogen karena gaya kohesivitasnya tinggi sehingga
cendrung memisah. Namun kelemahan alat ini adalah muah terbentuk
buih/busa yang dapat menggangu pengamatan selanjutnya. Penggunaan
emulgator hidrokarbon akan membuat makromolekul dari hidrokarbon
terpotong-potong sehingga dapat mempengaruhi kestabilan emulsi yang
terbentuk (Lieberman HA & Lachmann, 1994).

13
Gambar.blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam
ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi ,
akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.

3.Homogeniser

Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers


kemudian meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya
meningkatkan viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya ”creaming”. Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan
dimana cairan tersebut dipaksa melalui suatu celah yang sangat sempit lalu
dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbuhkan pada peniti-peniti metal
yang ada di dalam celah tersebut. Homogenizer umumnya terdiri dari pompa
yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu
lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup penghomogenan yang
terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat. Ketika tekanan
meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara
katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan
dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk
menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik. Cara kerja
homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel
rata-rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan

14
temperatur emulsi sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA &
Lachmann, 1994).

Gambar . Homogenizer

Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran


dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
4.Colloid Mill
Colloid mill berguna untuk penggilingan, dispersi, homogenisasi dan
merusak aglomerat dalam pembuatan pasta makanan, emulsi, coating, salep,
krim, pulp, minyak, dll. Fungsi utama dari colloid mill adalah untuk
memastikan kerusakan aglomerat atau dalam kasus emulsi untuk
menghasilkan tetesan halus yang berukuran sekitar 1 mikron. Bahan yang
diproses diisi oleh gravitasi untuk dipompa sehingga lewat di antara elemen
rotor dan stator dimana ia mengalami gaya geser dan hidrolik tinggi. Bahan
dibuang melalui gerbong dimana ia dapat diresirkulasi untuk perlewatan
kedua, biasanya untuk bahan yang memiliki kepadatan lebih tinggi dan isi
serat cakram beralur berbentuk kerucut. Terkadang pengaturan pendinginan
dan pemanasan juga ditentukan dalam penggilingan ini yang tergantung pada
jenis bahan yang diproses. Kecepatan rotasi rotor bervariasi dari 3.000-
20.000 rpm dengan jarak kemampuan penyesuaian yang sangat halus antara
rotor dan stator bervariasi dari 0.001-0.005 inci tergantung pada ukuran
alat. Colloid mills memerlukan pengisian air yang banyak, cairan dipaksa
melalui celah sempit dengan aksi sentrifugal dan jalur spiral. Dalam
penggilingan ini hampir semua energi yang diberikan diubah menjadi panas
dan gaya geser terlalu dapat meningkatkan suhu produk. Oleh karena itu,

15
sebagian besar colloid mills dilengkapi dengan jaket air dan itu adalah juga
diperlukan untuk mendinginkan bahan sebelum dan setelah melewati
penggilingan (Bhatt & Agrawal, 2007).

Gambar 14. Colloid mills

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang


dapat diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh  derajat dispersi yang
tinggi cairan dalam cairan

Cara Membedakan Tipe Emulsi


    Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu    :

1.  Dengan  pengenceran fase.


Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan
prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan
emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2.    Dengan pengecatan/pemberian warna.


Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut
dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya  (dilihat dibawah
mikroskop)

16
Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe
w/o, karena sudan III larut dalam minyak
Emulsi +  larutan metilen blue  dapat memberi warna biru pada emulsi tipe
o/w karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah 
maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti
emulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik


Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt
lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan
menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi  tipe o/w, dan akan
mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

2.4. Kestabilan emulsi


Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah
ini :

1.    Creaming  yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible  artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.

2.   Koalesen dan cracking  (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi  partikel rusak dan butir minyak akan

17
koalesen(menyatu).Sifatnya    irreversible ( tidak bisa diperbaiki).  Hal ini
dapat terjadi karena :
      Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
      Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

4. Inversi  adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe 


emulsi w/o menjadi o/w atau sebaliknya.  Sifatnya irreversible.

2.5. Wadah dan kemasan emulsi

Suatu bahan steril yang dimaksud untuk pengobatan mata atau telinga,
kecuali yang disiap segera sebelum diserahkan atas resep dokter. Harus
dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, di buat dari bahan khusus
(pembungkus yang buram) yang mempunyai sifat menahan cahaya atau
dengan melapisi wadah tersebut.

18
Gambar2.1

19
Gambar 2.2

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang
tidak tercampur, biasanya air dan minyak, di mana cairan yang satu
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini, bergabung (koalesen)
dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling
penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator
bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir
tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah
terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan disperse sebagai fase
terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dan
A/M dimana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak
begitupun sebaliknya.

B. Saran
Diharapkan Mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan
emulsi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ansel C.Howard. 2008. Pengantar bentuk sediaan farmasi Ed.IV. UI Press


departemen Kesehatan RI, 1995.Farmakope Indonesia,edisi IV, Jakarta
Anief. Moh.1987. Ilmu meracik obat. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press.
.  Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen    Kesehatan
Republik Indinesia: Jakarta.
Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta
Ditjen POM. (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 474,
509
Helmiawati, Yusi. 2009. Modul Praktikum Resep Kelas XI. Purwakarta

22

Anda mungkin juga menyukai