Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN STRUKTUR

AKTIVITAS SENYAWA PENEKAN


SISTEM SARAF PUSAT
Penekan sistem saraf pusat

Senyawa yg dapat menghambat aktivitas sistem saraf pusat


Penakan sistem saraf pusat


Anestetika sistemik

Sedatifa dan hipnotika

Releksan pusat

Antipsikotik

Antikejang
Anestetik Syw. Yg dapat menekan aktivitas

fungsional sistem SSP sehingga

a menyebabkan hilangnya kesadaran,


menimbulkan efek amalgesik dan
relaksasi otot serta menurunkan

Sistemik aktivitas refleks


Struktur kimia, sifat fisika dan efek farmakologis golongan anestetika sistemik sangat
bervariasi

Aktivitas anestetika menekna SSP secara tidak selektif dan aktivitasnya lebih ditentukan
O/ sifat kimia fisika dan buka oleh interaksinya dgn reseptor khas

Anestetika sistemik termasuk gol. Senyawa yg berstruktur tidak khas


SEDATIF-HIPNOTIKA

 Senyawa yg dpt menekan SSP sehingga menimbulkan efek sedasi lemah


sampai tidur pulas

Menimbulkan sedasi (keadaan terjadinya penurunan
kepekaan terhadap rangsanagn drluar karena ada

Sedatif ●
penkanaan SSP yg ringan
Digunakan u/ menekan kecemasan yg diakibatkan
o/ketegangan emosi dan tekanan kronik yg disebbakan o/
faktor sosiologis

Hipnotik Dalam dosis besar, sedatif berfungsi


sebagai hipnotika (tidur pulas)


Digunakan u/ pengobatan gangguan
a

tidur seperti insomina


Struktur-aktivitas

 Aktivitas dgn mempengaruhi fungsi pengaktifan retikula, rangsang pusat tidur


dan menghambat fungsi pusat arousal
 Berstruktur tdk khas, dan kerjanya dipengaruhi o/ sifat kimia fisika
Dua gambaran struktur:
1. Mempunyai gugus yg dapat melibatkan ik. Hidrogen
2. Mempunyai gugus yg dpt menurunkan tetapan dielektrik air
RELAKSAN PUSAT

 Senyawa kimia yg dapat menekan fungsi SSP dan menimbulkan relaksasi otot
rangka (otot bergaris)
 Digunakan u/meningkatkan relaksasi otot rangka, pd keadaan kekejangan
atau spasme dan u/pengobatan tetanus
 Berfungsi u/membantu istirahat, fisioterapi dan mengurangi berbagai keluhan
akibat kekejangan otot rangka
Aktivitas

 Bekerja secara sentral pd otak dan saraf tulang belakang


ANTIPSIKOTIK

 Menghasilkan efek penekan SSP secara selktif yaitu memberikan efek sedasi
kuat tanpa menurunkan kesadaran atau menekan pusat vital, meskipun dlm
dosis besar
 Digunakan u/pengobatan gangguan kejiwaan yg berat, seperti skizofrenia
 Tidak menyembuhkan tetapi hanya meringkan penyakit
Aktivitas

 Mempengaruhi pusat dopaminergik yaitu dgn bekerja sebagai antagonis pd


reseptor dopamin, memblok dopamin sehingga tdk dpt berinteraksi dgn
reseptor.
 Pemblokan tersebut terjadi pd pra dan postsinaptik reseptor dopamin
sehingga kadar dopamin dlm tubuh meningkat dan menyebabkan terjadinya
efek antipsikotik
ANTIKEJANG

 Senyawa kimia yg secara selektif dpt menekan SSP dan digunakan untuk
mengontrol dan mencegah serangan tiba2 dr epilepsi tanpa menimbulkan
depresi pernapasan
 Mempunyai struktur yg tidak khas , efek farmakologisnya dipengaruhi o/sifat
kimia fisika dan bukan karena pembentukan kompleks dgn reseptor
ANESTETIK LOKAL

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh


tertentu tanpa disertai kehilangan kesadaran atau kerusakan
fungsi kontrol saraf pusat dan bersifat reversibel.
Obat anestesi lokal terutama berfungsi untuk mencegah atau
menghilangkan sensasi nyeri dengan memutuskan konduksi
impuls saraf yang bersifat sementara
Persyaratan anestetik lokal

1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara


permanen
2. Batas keamanan harus lebar
3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan
setempat pada membran mukosa
4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk
jangka waktu yang yang cukup lama
5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
stabil terhadap pemanasan
Struktur kimia
Senyawa ester (-COOC-)
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anastesi lokal
sebab pada degradasi dan inanaktivasi di dalam tubuh, gugus
tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya
kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan
golongan amida. Anestesi lokal yang tergolong dalam senyawa
ester adalah kokain, benzokain (amerikain), ametocain,
prokain (Novocain), tetrakain (pontocain), kloroprokain
(nesacaine). Senyawa ester dihidrolisis oleh plasma
kolinesterase membentuk para aminobenzoik acid yang
merupakan senyawa alergen.
Senyawa amida (-NHCO-)
Lidokain (xylocaine,lignocaine), mepivacaine
(carbocaine), prilokain (citanest), bupivacain
(marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine),
ropikaine (naropine), levobupivacaine (chirocaine).
SENYAWA amida dimetabolisme oleh hati membentuk
produk yang sangat rendah potensinya dalam memicu
reaksi alergi.
Fisikokimia
 Sifat fisikokimia anestesi lokal berkorelasi dengan beberapa sifat klinis
1. Lipid/Water solubility ratio, menentukan ONSET OF ACTION. Semakin
tinggi kelarutan dalam lemak akan semakin tinggi potensi anestesi local.
2. Protein Binding, menentukan DURATION OF ACTION. Semakin tinggi
ikatan dengan protein akan semakin lama durasi nya.
3. pKa, menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa. Makin
rendah pKa makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Anestetik lokal
dengan pKa tinggi cenderung mempunyai mula kerja yang lambat.
Jaringan dalam suasana asam (jaringan inflamasi)akan menghambat
kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih lama. Hal
tersebut karena suasana asam akan menghambat terbentuknya asam
bebas yang diperlukan untuk menimbulkan efek anestesi.
Mekanisme kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium, mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium,
sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi
konduksi saraf.
Konsentrasi minimal anastetika lokal dipengaruhi oleh: ukuran, jenis dan
mielinisasi saraf. Mula kerja bergantung pada beberapa factor, yaitu: pKa
yang mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi
meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan
mula kerja cepat.
Lama kerja dipengaruhi oleh: ikatan dengan protein plasma, karena reseptor
anestetika local adalah protein yang dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
serta dipengaruhi oleh ramainya pembuluh darah perifer di daerah
pemberian.

Anda mungkin juga menyukai