Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Disusun Oleh:

Dosen Pengajar:
Dian Agnesia S.Gz.,MPH

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELIMA PERSADA
GRESIK
2017-2018
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
keseluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia merupakan suatu keadaan dimana tubuh kekurangan sel darah
merah sehat. Sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh, jika sel darah merah berkurang, maka
aliran oksigen di dalam tubuh akan berkurang. Kurangnya aliran oksigen ke
otak dan seluruh tubuh mengakibatkan orang mengalami anemia dan sering
kali merasa pusing, lesu, lemah, letih, lelah, lunglai dan sakit kepala.
Anemia pada kehamilan dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan zat besi
dan asam folat, anemia pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan
janin dalam kandungan. Menurut Ridwan (2012), memaparkan pada masa
kehamilan, volume darah ibu hamil bertambah. Ketika hamil, tubuh ibu
akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Saat usia
kehamilan cukup bulan, volume darah ini akan bertambah 40-45 persen
dibandingkan sebelum hamil. Akibatnya, anemia fisiologis akan terjadi pada
kehamilan trimester pertama dengan jumlah kadar hemoglobin sebesar 10-
12 gram per desiliter. Ini akan diidentifikasi sebagai anemia kehamilan
karena kadar hemoglobin kurang dari 11 gram per desilite, sehingga tubuh
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (Hb). Ibu hamil dengan anemia beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR, Prematur dan beresiko kematian bayi dan dapat
juga berakibat perdarahan pada saat persalinan.

.
2.2 Assesmen
Anemia kehamilan dapat terjadi karena sebagian besar ibu hamil
memiliki pengetahuan kurang, paritas dan jarak kehamilan yang berdekatan,
umur Ibu, status KEK Ibu, serta tidak patuhnya minum tablet Fe.
Ibu hamil yang mengalami anemia proporsinya lebih besar terjadi
pada ibu dengan pengetahuan kurang (76,5%). Hal ini diketahui bahwa ibu
yang memiliki pengetahuan kurang tidak tahu cara mengatasi anemia karena
kurangnya informasi yang didapat dan sumber informasi yang kurang.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau
merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan.
Paritas beresiko lebih banyak mengalami anemia pada ibu hamil
dibandingkan responden dengan paritas tidak beresiko. Hal ini dikarenakan
paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat besi
pada ibu hamil. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan hidup. Menurut
Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami kehamilan dan melahirkan
semakin berisiko anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini
disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang ada
di dalam tubuhnya. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabilatidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi, karena selama hamil zat-zat gizi akan berbagi untuk ibu
dan janin yang dikandungnya. Semakin sering seorang wanita melahirkan
maka semakin besar risiko kehilangandarah dan berdampak pada penurunan
kadar Hb. Setiapkali wanita melahirkan, jumlah zat besi yang hilang
diperkirakan sebesar 250mg (wikjosastro, 2005). Hal yang sama ditemukan
oleh Rohas (2010) yaitu bahwa ibu hamil dengan paritas tinggi berisiko 33,0
kali untuk anemia.
Umur dari Ibu dapat mempengaruhi terjadinya anemia. Umur ibu yang
beresiko lebih banyak mengalami anemia pada ibu hamil dibandingkan Ibu
dengan umur yang tidak beresiko. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas
35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20
tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini.
Status KEK juga dapat menunjukkan hubungan sebab akibat dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Status KEK dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada ibuhamil 2,8 kali dibandingkan dengan ibu hamil tidak KEK.
Ibu hamil yang mempunyai ukuran lila yang berisiko KEK mempunyai
peluang 4,455 kali menderita anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang
tidak mempunyai resiko.
Ibu hamil yang mengalami anemia proporsinya lebih besar terjadi
pada ibu yang tidak patuh meminum tablet Fe (82,4%) dibandingkan dengan
ibu yang patuh meminum tablet Fe (40,7%). Ketidakpatuhan ibu hamil
meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk
terkena anemia. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh efek samping yang
kurang nyaman dirasakan oleh ibu ketika mengkonsumsi tablet Fe, seperti
mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Padahal suplementasi besi atau pemberian
tablet Fe itu begitu penting, karena merupakan salah satu upaya penting
dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia
kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah
anemia karena kekurangan asam folat.

2.3 Intervensi Gizi Yang Dapat Dilakukan


Melalui program suplementasi tablet tambah darah secara cuma-cuma,
ibu hamil diberikan 90 tablet yang mesti diminum selama masa kehamilan
sampai masa nifas. Tablet ini berisi 60 miligram zat besi dan 0,25 miligram
asam folat. Setiap ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi secara teratur tablet
zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, karena pada wanita hamil
cenderung mengalami defisiensi baik zat besi maupun folat.
2.4 Evaluasi dan monitoring
Konsumsi tablet zat besi yang diberikan selama hamil menunjukkan
hubungan sebab akibat dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Meskipun
Ibu telah diberi tablet zat besi tambah darah ini, masih adanya ibu hamil
yang masih terkena anemia. Hal ini dikarenakan tergantung kepatuhan
masing-masing dari Ibu dalam konsumsi tablet zat besi. Konsumsi zat besi
<30 butir/bulan dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil 3 kali lebih
cepat terjadi dibandingkan ibu hamil dengan konsumsi zat besi ≥ 30
butir/bulan (CI 95% : OR = 1,59-5,80). Ditemukannya teori yang
mendukung, Menurut teori Wiknjosastro,dkk (2005) keperluan akan zat
besi pada kehamilan akan bertambah terutama pada trimester akhir, pada
proses pematangan sel darah merah zat besi diambil dari transferin plasma
yaitu cadangan besi dalam serum. Apabila cadangan plasma tidak cukup
maka akan mudah terjadi anemia. Hal yang sama ditemukan oleh Buana
(2004), ibu hamil yang mendapatkan / mengkonsumsi tablet besi <30
tablet/bulan mempunyai peluang 2,286 kali untuk menderita anemia
dibanding ibu hahamil yang mengkonsumsi tablet besi >30 tablet/bulan.
Anemia dapat teratasi jika kadar hemogloblin (Hb) diperbaiki. Tablet
suplemen zat besi belum tentu bermanfaat menambah kadar Hb dalam tubuh
apalagi jika tidak dikonsumsi dengan tambahan asupan lainnya. Zat besi,
baru akan membentuk Hb jika ibu hamil juga mengonsumsi cukup protein.
Dengan kata lain, untuk mengatasi anemia, ibu hamil perlu mendapat
asupan zat besi ditambah protein yang cukup. Selain itu, ibu hamil juga
perlu cukup asupan vitamin C untuk menghindari anemia. Alasannya,
vitamin C dapat membantu proses penyerapan zat besi yang sudah diasup
tubuh. Ibu hamil juga sangat penting mengkonsumsi makanan yang
mengandung sumber zat besi.
Untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil meminum tablet Fe,
petugas atau tenaga kesehatan kesehatan melakukan home visit ke setiap
rumah ibu hamil untuk memsatikan ibu hamil rutin meminum tablet Fe dan
memberikan penyuluhan tentang pentingnya tablet Fe terhadap kehamilan
ibu
Sebagai tenaga kesehatan perlunya melakukan kegiatan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang bahaya penyakit anemia pada ibu hamil
dengan meningkatkan penyuluhan pada setiap kesempatan melalui media
lain berupa leaflet, brosur, buku petunjuk secara baku. Dikarenakan
besarnya dampak anemia bagi ibu hamil terhadap kehamilan, persalinan,
nifas dan hasil konsepsi, maka diharapkan ibu selalu berusaha
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan tentang anemia pada ibu
hamil, serta diharapkan ibu juga melakukan penatalaksanaan pencegahan
anemia pada ibu hamil untuk mencegah dan mengurangi resiko anemia pada
kehamilan, persalinan, nifas dan hasil konsepsi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran
Mengingat masih banyaknya mahasiswa yang belum mengetahui
tentang
maka diharuskan kepada seluruh mahasiswa untuk mempelajari dan
memahami makalah ini dengan sebaik-baiknya, karena di dalam makalah ini
mencakup

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai