Anda di halaman 1dari 45

KONSEP PENYAKIT DIABETES GESTASIONAL

A. Definisi Diabetes Gestasional


Gangguan kronik yang ditandai dengan hiperglikemia, yang disertai
abnormalitas utama pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Pasien diabetes
memiliki kecenderungan mengalami penyakit ginjal, okular, neurologi, neurologi,
dan penyakit kardiovaskular prematur. Kira-kira 3 dari 100 kehamilan.
Diabetes “gestasional” mengisyaratkan bahwa gangguan ini dipicu oleh
kehamilan, mungkin akibat perubahan-perubahan fisiologis berlebihan pada
metabolism glukosa. Penjelasan alternative adalah bahwa Diabetes Gestasional adalah
Diabetes awitan dewasa atau tipe 2 yag terungkap atau muncul selama kehamilan.
Sebagai contoh, Harris (1988) mendapatkan bahwa prevalensi intoleransi glukosa
yang tidak terdiagnosis pada wanita tidak hamil antara usia 20 dan 44 tahun hamper
identik dengan prevalensi diabetes gestasional. Catalano dkk. (1999) mengevaluasi
perubahan-perubahan longitudinal dalam kepekaan terhadap insulin, respon insulin,
dan produksi glukosa endogen pada wanita dengan uji toleransi glukosa normal dan
pada mereka yang mengalami diabetes gestasional sebelum dan selama kehamilan.
Mereka mendapatkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional mengalami kelainan-
kelainan dalam metabolism glukosa yang khas untuk diabetes tipe 2.
Pemakaian istilah diagnostic diabetes gestasional dianjurkan untuk
mengkomunikasikan perlunya peningkatan surveyland dan untuk meyakinkan wanita
yang bersangkutan tentang perlunya pemeriksaan lebih lanjut postpartum.
Kemungkinan kematian janin pada diabetes gestasional yang diterapi dengan benar
tampaknya tidak berbeda dengn kemungkinan tersebut pada populasi umum (Metzger
dan coustan, 1998). Kekhawatiran perinatal adalah pertumbuhan janin yang
berlebihan yang dapat menyebabkan trauma lahir. Yang paling penting, lebih dari
separo wanita yang diabetes gestasional akhirnya mengalami diabetes overt dalam 20
tahun berikutnya, dan semakin banyak bukti bahwa anak-anak mereka rentan
mengalami diabetes dan kegemukan dikemudian hari. Karena keterkaitan yang erat
dengan kegemukan, upaya-upaya pencegahan sulit dilakukan.
Walau sudah dilakukan riset selama lebih dari 30 tahun, belum ada
kesepakatan mengenai pendekatan optimal terhadap penapisan untuk Diabetes
Gestasional. Masalah-masalah utama adalah apakah perlu dilakukan penapisan

1
universal atau selektif, serta ambang uji glukosa 50 g mana yang sebaiknya digunakan
untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko mengidap Diabetes Gestasional
(Bonomo dkk., 1998;Danilenko-Dixon dkk., 1999).
Sejak tahun 1980 telah dilakukan empat lokakarya konferensi internasional
tentang Diabetas Gestasional yang dilangsungkan di Chicago, dan ke empatnya
mengusahakan kenyataan consensus tentang penepisan Diabetes (Metzgar dan
Coustan 1998 ). Pada lokakarya yang paling akhir, tahun 1997, rekomendasi-
rekomendasi sebelumnya untuk penapisan universal diganti menjadi penapisan
selektif dengan menggunakan petunjuk yang diperlihatkan pada tabel 51-3.
Dianjurkan agar penapisan untuk Diabetes Gestasional dilakukan antara minggu ke-
24 sampai 28 pada wanita yang tidak diketahui memperhatikan intoleransi glukosa
pada usia kehamilan yang lebih dini. Evaluasi ini dapat dilakukan dalam satu atau dua
tahap. Pada prosedur dua tahap, dilakukan pemberian glukosa 50 g per oral yang di
ikuti oleh uji toleransi diagnostik dengan glukosa 100g per oral apabila hasil melebihi
konsentrasi glukosa plasma yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada pendekatan satu
tahap, dilakukan uji langsung dengan 100 g glukosa tanpa didahului glukosa 50 g.
Apabila digunakan metode dua tahap, dilakukan pengukuran glukosa plasma 1
jam setelah pemberian 50 g glukosa tanpa memandang waktu hari itu atau saat makan
terakhir. Kadar 140 mg/dl (7,8 mmol/1) atau lebih tinggi akan mengidentifikasi 80
persen wanita dengan Diabetes Gestasional. Penggunaan nilai 130 mg/dl (7,2 mmol/1)
atau akan lebih meningkatkan hasil menjadi lebih dari 90 persen; namun,20 sampai 25
persen wanita akan memberi hasil uji positif dibandingkan dengan 14 sampai 18
persen apabila digunakan ambang 140 mg/dl atau lebih. Kriteria yang dianjurkan
untuk interpretasi uji toleransi glukosa 100g diagnostic diperluhatkan pada Tabel
berikut ini :

Glukosa Plasma (mg/dl)


Waktu Pengukuran National Diabetes Data Carpenter dan Coustan
Group (1979) (1982)
Puasa 105 95
1 jam 190 180
2 jam 165 155
3 jam 145 140

2
Gabbe dkk. (1998) menyurvei para ahli kebidanan yang berpraktik di Amerika
Serikat dan mendapatkan bahwa 96 persen melakukan penapisan Diabetes
Gestasional terhadap semua wanita hamil, bianya antara minggu ke 25 dan 29.
Demikian juga , Owen dkk. (1995) menyurvei program residensi Obstetri dan
Ginekologi dan mendapatkan bahwa 97 persen melakukan penepisan universal antara
minggu ke 24 dan 28. American College Of Obstetricians ad Gynecologists
(1995)menyimpulkan bahwa penapisan selektif mungkin cocok pada situasi klinis
tertentu dan penapisan universal pada situasi yang lain.
Reproduksibilitas hari demi hari uji penapisan 50 g juga telah di teliti
(Espinosa de los Monteros dkk., 1993). Walaupun 90 persen dari hasil pemeriksaan
yang normal dapat di ulang pada hari berikutnya, hanya 83 persen hasil abnormal
yang dapat di ulang. Murphy dkk. (1994) memelajari akurasi dan presisi Reflectance
Photometer (Accu-Check III)sebagai penapis. Dalam pemakaian glukometer, perlu
dilakukan pendefinisian ulang syarat pemeriksaan serta nilai ambang untuk hasil
abnormal. Tampaknya kita sebainya menghindari pemakaian alat ini.

B. Etiologi
1. Metabolisme glukosa pada kehamilan
a. Janin menggunakan glukosa dari aliran darah ibu pada kecepatan konstan.
Wanita yang hamil mungkin mengalami gejala hipoglikemia.
b. Gula darah puasa (GDP) normal pada kehamilan adalah 65 mg/dl.
c. Gula darah satu jam pascaprandial meningkat setelah 20 minggu karena
peningkatan hormon tertentu yang bersifat antagonis terhadap insulin dan
membuatnya kurang efektif.
 Laktogen plasenta manusia (human placental lactogen)
 Kortisol
 Estrogen
 Pogesteron
2. Kebutuhan insulin berubah selama kehamilan.
a. Pada 20 minggu pertama kehamilan, kebutuhan insulin menurun karena :
Bayi menggunakan glukosa dari aliran darah ibu pada kecepatan konstan,
meskipun hormon yang menetralkan kerja insulin belum diproduksi dalam
jumlah yang signifikan.

3
b. Mual dan muntah biasa terjadi sehingga asupan makanan ibu kurang dari
normal.
c. Terdapat peningkatan kebutuhan insulin pada 20 minggu terakhir. Bila
pangkreas ibu tidak memproduksi insulin tambahan ini,glukosa dari
makanan yang ibu makan tidak dapat digunakan oleh se-sel ibu yang
mengakibatkan hipeglikemia dan ketosis.
3. Efek pada janin
a. Karena hiperglikemia pada ibu penderita diabetes, pangkreas bayi
terstimulasi menjadi hiperinsulinisme yang meningkatkan sintesis
glikogen,lipogenesis, dan sintesis protein, mengakibatkan makrosomia.
b. Pada ibu mungkin relatif asimtomatik karena ibu hamil sering mengeluhkan
lapar, haus, dan poliuria. Namun tanpa terapi, janin dalm keadaan terancam.
Selain makosomia,terdapat peningkatan insidens komplikasi perinatal,
seperti: Bayi lahir mati, Trauma lahir, dan Hipoglikemia neonatal

Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai intoleransi.

Risiko Rendah. Pemeriksaan glukosa darah tidak diperlukan secara rutin


apabila semua karakteristik berikut ditemukan:

- Berasal dari kelompok etnik yang prevalensi Diabetes Gestasionalnya rendah.

- Tidak ada anggota keluarga dekat (first-degree relative) yang mengidap


Diabetes.
- Usia kurang dari 25 tahun.
- Berat sebalum hamil normal.
- Tidak ada riwayat kelainan metabolism glukosa.
- Tidak memiliki riwayat obstetric yang buruk.

Resiko rata-rata. Lakukan pemeriksaan glukosa darah pada minggu ke 24-28


dengan menggunakan salah satu dari berikut :
- Risiko rata-rata wanita keturunan Hispanik,Afrika,Pribumi,Amerika,Asia selatan
atau Timur.

4
- Risiko tinggi wanita yang jelas kegemukan,jelas memiliki riwayat Diabetes tipe 2
pada anggota keluaga,riwayat Diabetes Gestasional atau glukosuria.

Resiko Tinggi. Lakukan pemeriksaan glukosa darah sesegera mungkin,


Apabila Diabetes Gestasional tidak terdiagnosis, pemeriksaan glukosa darah harus di
ulangi pada minggu ke 24-28 atau setiap saat pasien memperlihatkan gejala atau tanda
yang mengarah ke hiperglikemia.
Kabohidrat dengan parahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui
sejak hamil. Definisi ini berlaku tanpa memandang apakah digunakan terapi insulin
atau tidak. Tak diragukan lagi, sebagian wanita dengan Diabetes Gestasional sudah
menderiata Diabetes Overt yang belum terdeteksi. Sheffield dkk.(2000) mempelajari
hasil pada 1190 wanita diabetik yang melahirkan di Parkland Hospital antara tahun
1991 dan 1995. Mereka mendapatkan bahwa wanita dengan hiperglikemia puasa yang
didianosis sebelum gestasi 24 minggu memparlihatkan hasil kehamilan yang serupa
dengan wanita di kelas B sampai FR. Temuan ini menunjukkan bahwa hiperglikemia
puasa pada awal kehamilan mungkin lebih mencerminkan Diabetes Overt dari pada
Diabetes Gestasional. Bartha dkk. (2000) juga mendapatkan bahwa wanita yang
didiagnosis Diabetes Gestasional pada awal kehamilan adalah sub kelompok berisiko
tinggi.

C. Gambaran klinis
1. Klasifikasi
Diabetes diklasifikasikan sebagai tipe 1 ( bergantung Insulin ) atau tipe 2
(tidak tergantung insulin) berdasarkan apakah pasien memerlukan Insulin eksogen
untuk mencegah ketoasidosis. Beberapa ciri pembeda antara tipe 1 dan tipe 2
diperhatikan di table 51-1.
Diabetes tipe 1 adalah jenis yang diperantarai oleh sistem imun dan timbul
timbul pada orang yang cecara genetik rentan. Predisposisi ini lebih bersifat
permisif dari pada kausal dan penyakit mungkin dipicu oleh suatu infeksi virus.
Terjadi Insulitis inflamatorik disertai sebukan limfositik pada islet. Kemudian,
terjadi stimulasi imunologik antibodi terhadap sel –β. Membran sel kemudian
menjadi rentan terhadap antibodi sitotoksik autoimun, yang menyebabkan
5
kerusakan sel dan timbulnya Diabetes. Genetika Diabetes tipe 1 bersifat
kompleks,tetapi terhadap kesepakatan umum bahwa dijumpai suatu keterkaitan
dengan kompleks histokompatibilitas HLA-D yang terletak di kromosom 6. Pada
Diabetes tipe 1, angka penularan vertikel rendah. Selain itu, angka kejadian
bersama untuk Diabetes pada kembar monozigot kurang dari 50 persen, dan bukan
mendekati 100 persen seandainya Diabetes hanya disebabkan oleh factor genetik
(Foster,1998).
Tabel 51-1. Beberapa ciri umum Diabetes Melitus Bergantung Insulin (tipe
1)dan tidak bergantung Insulin (tipe 2).

Karakteristik Tipe 1 Tipe 2


(Bergantung Insulin) (Tidak Bergantung Insulin)
Lokus genetika Kromosom 6 Tidak diketahui
Usia saat awitan Biasanya < 40 tahun >40 tahun
Habitus Normal sampai kurus Gemuk
Insulin Plasma Rendah sampai tidak ada Normal sampai tinggi
Glukagon Plasma Tinggi, dapat ditekan Tinggi,resisten
Komplikasi akut Ketoasidosis Koma hiperosmolar
Terapi Insulin Resfonsif Responsif/resisten
Suifonilurea Tidak resfonsif Responsif

Diabetes tipe 2 yang tidak bergantung insulin tidak memiliki keterkaitan HLA.
Penyakit memperlihatkan kejadian familial dan angka kejadian bersama pada
kembar monozigot adalah 100 persen. Hampir 40 persen saudara kandung dan
sepertiga keturunanya akan mengalami gangguan toleransi glukosa atau Diabetes
yang nyata (Foster, 1998).Patofisiologinya adalah kelainan sekresi insulin perifer
yang di picu oleh kegemukan menyebabkan kelelahan sel –β.

Diabetes adalah penyulit medis tersering pada kehamilan. Pasien dapat di


pisahkan menjadi mereka yang diketahui mengidap Diabetes sebelum hamil
(Gestasional ). Pada tahun 1998, total 103.691 wanita Amerika. Mengalami
kehamilan dengan penyulit Diabetes, yang mencerminkan 2,6 persen dari seluruh
kelahiran hidup ( Ventura dkk.,2000 ). Diperkirakan bahwa 90 persen dari semua
kehamilan yang mengalami penyulit Diabetes disebabkan oleh Diabetes
Gestasional. Dengan demikian, pada tahun 1998, sekitar 10.000 wanita Amerika

6
dengan Diabetes Overt, dan 90.000 dengan diabetes gestasional, melahirkan janin
hidup.

a. Kelas A: Gestasional
 DM yang ditimbulkan oleh kehamilan, didiagnosis berdasarkan pada tes
toleransi glukosa (TTG) yang abnormal
 Gula darah kembali normal setelah kehamilan berakhir
 Sebesar 20% pasien dengn berat badan rata-rata dan 60% pasien dengn
kelebihan berat badan disertai diabetes gestasional akan mengalami
diabetes melitus di kemudian hari
b. Kelas B: DM, awitan saat dewasa
 Awitan setelah usia 20 tahun
 Lamanya kurang dari 10 tahun
 Tidak ada bukti penyakit vaskular
c. Kelas C: DM, awitan saat remaja.:Lamanya 10-19 tahun, Tidak ada bukti
terdapat penyakit vaskular
d. Kelas D: DM, awitan masa kanak-kanak
 Awitan dibawah usia 10 tahun
 Lamanya lebih dari 20 tahun
 Kalsifikasi pembuluh darah pada laki-laki
 Retinopati benigna
 Hipertensi

KLASIFIKASI SELAMA KEHAMILAN

Tabel 51-2 menyajikam suatu klasifikasi yang dianjurkan oleh American


College Of Obstetricians and Gynecologists.

Tabel 51-2 Klasifikasi Diabetes yang menjadi penyulit kehamilan

Kelas Awitan Glukosa Glukosa 2 jam Terapi


Plasma Postprandial
Puasa
A1 Gestasional <150 mg/dl <120 mg/dl Diet

7
A2 Gestasional >150 mg/dl >120 mg/dl Insulin
Kelas Usia Awitan Durasi (thn) Penyakit vascular Terapi
(thn)
B Diatas 20 <10 Tidak ada Insulin
C 10-19 10-19 Tidak ada Insulin
D Sebelum 10 >20 Retinopati jinak Insulin
F Semua Semua Nefropati Insulin
R Semua Semua Retonopati Proliferatif Insulin
H Semua Semua Jantung Insulin

Pada tahun 1986. Klsifikasi ini diganti pada tahun 1994 karena,menurut
American CollageOf Obstetricians and Gynecologists,”Klasifikasi tunggal yang
didasarkan pada ada atau tidaknya pengendalian metabolik yang baik pada ibu serta ada
atau tidaknya vaskulopati diabetik pada ibu lebih bermanfaat”. Pada klasifikasi tahun
1986, wanita yang didiagnosis Diabetes Gestasional dibagi lagi berdasarkan derajat
hiperglikemianya. Secara spesifik,mereka dengan hiperglikemia puasa (105 mg/dl atau
lebih) dimasukkan ke kelas A. Sekitar 15 persen wanita dengan Diabetes Gestasonal
akan menunjukkan hiperglikemia puasa (Sheffield dkk.,2000). Wanita dalam kelas B
sampai H, yang sesuai dengan klasifikasi White (1978), mengalami Diabetes Overt
sebelum hamil. Sistem White menekankan bahwa kerusakan end-organ, terutama mata,
ginjal, dan jantung, memiliki efek yang besar pada hasil kehamilan.

2. Riwayat
a. Riwayat diabetes dalam keluarga
b. Dua atau lebih incidens abortus spontan
c. Bayi lahir mati atau kematian neonatus yang tidak dapat dijelaskan
d. Melahirkan seorang bayi yang mengalami makrosomia (>4,5 kg)
e. Melahirkan seorang bayi yang mengalami anomaly congenital
f. Polihidramnion pada kehamilan sebelumnya
g. Gangguan hipertensi pada kehamilan sebelumnya
h. Predisosisi terjadi infeksi,terutama ISK da vaginitis monilia
3. Factor pendukung pada kehamilan saat ini:
a. Obesitas – setiap kondisi berikut:
Pertambahan berat badan lebih dari 30% pada awal kehamilan
Berat badan pasien mencapai 91 kg setiap saat kehamilan
8
Tambahan berat badan >23kg
b. Glikosuria
c. Polihidromnion
d. Hipertensi
e. Kehamilan kembar
f. Sering mengalami infeksi,terutama ISK dan vaginitis monilia

D. Diagnosis
1. Lima puluh persen diabetes kelas A dapat dapat didiagnosis melalui riwayat
berikut:
a. Terdapat satu atau lebih factor predisposisi
b. Tanda dan gejala diabetes mellitus:
 Poliuria (keluaran urin berlebihan)
 Polidipsia (haus yang berlebihan)
 Polifagia (lapar yang berlebihan)
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, terutama asupan
makanan dalam jumlah besar. Atau mungkin terlihat penambahan berat
badan tanpa sebab yang jelas meskipun asupan makanan dalam jumlah
normal
 Kelemahan
2. Sebesar 50% sisanya dapat didiagnosis melalui uji laboratorium.
a. Glikosuria yang tidak berhubungan dengan asupan karbohidrat terjadi pada
dua keadaan berurutan, memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Satu dari sepuluhwanita tersebut termasuk diabetes kelas A.
c. Sisanya 9 dari 10 wanita mengalami glikosuria saat kehamilan yang terkait
dengan penurunan ambang ginjal terhadap glukosa.
 GDP dan GD2PP,gula darah 1 jam setelah pemberian 50 g glucola, dan
3 jam TTG merupakan uji laboratorium lain untuk mengkaji
metabolism karbohidrat. Kadar yang abnormal didiagnosis sebagai
diabetes.
 Bola dilakukan pada kehamilan 20 minggu, 60-80% wanita dengan
diabetes kelas A,akan terdeteksi.

9
 Bila dilakukan pada 26 minggu kehamilan, suatu kasus dengan
persentase yang lebih besar dapat terdeteksi
 Bila hanya satu uji yang dapat dilakukan, 24-26 minggu kehamilan
adalah waktu pemeriksaan yang optimum.
3. Diabetes didiagnosis berdasarkan 2 kadar GDP atau lebih, yaitu 105 mg/dl atau
lebih, 2 peningkatan nilai TTG atau lebih, atau setelah 1 jam pemberian glucola
diatas 200 mg/dl.

Kriteria diagnostik

Belum ada kesepakatan internasional tentang uji toleransi glukosa yang


optimal untuk toleransi glukosa 75 g oral 2 jam dan pedekatan ini sering digunakan di
Eropa (Weiss dkk.,1998). Di Amerika Serikat, uji toleransi glukosa 100 g oral 3 jam
yang dilakukan setelah puasa selama masih merupakan standar (American College Of
Obstetricians and Gynecologists,1994). Catalano dkk. (1993) mendapatkan bahwa uji
100 g 3 jam tidak menunjukkan hasil positif lagi pada 25 persen waanita apabila
diulang 1 minggu setelah pemeriksaan pertama.Mereka menganggap bahwa hal ini
disebabkan oleh meningkatnya glukoneogenesis yang di perantarai oleh norepinefrin
akibat stress ibu pada pemeriksaan awal.

Dengan demikian, belum ada kesepakatan mengenai nilai ambang glukosa


untuk mendiagnosis Diabetes Gestasional. Kadar plasma yang dianjurkan oleh
American College of Obstetricians and Gynecologists(1994) dipertimbangkan pada
Tabel 51-4. Anjuran ini memungkinkan penggunaan data normatif yang dianjurkan
oleh Nasional Diabetes Data Group (1979) serta oleh Carpenter dan Coustan (1982).
Diagnosis Diabetes Gestasioanal umumnya dibuat berdasarkan salah satu set criteria
apabila dua nilai terpenuhi atau terlampaui.Namun, Schwartz dkk.(1999)
menyarankan bahwa penggantian criteria National Diabetes Data Group dengan
kriteria Carpenter dan Coustain akan meningkatkan jumlah wanita hamil yang
terdiagnosis Diabetes Gestasional sebesar 54 persen. Hal ini akan meningkatkan biaya
namun tidak banyak berefek pada prevalensi makrosomia,yang merupakan hasil akhir
terpenting. Menurut survey oleh Owen dkk.(1995),77persen program spesialisasi
menggunakan kriteria Nasional Diabetes Data Group (1979),dan 96 persen
mengharuskan dua atau lebih kadar abnormal. Kriteria Diagnostik ini juga digunakan

10
di Parkland Hospital.American Diabetes Association (1999) tampaknya menyetujui
kedua pendekatan di atas untuk menapis atau mendiagnosis Diabetes Gestasional.

E. Penatalaksanaan
1. Uji laboratorium
a. Uji urine setiap kunjungn rutin prenatal
b. Bila terdapat glikosuria, tanyakan kepada pasien tentang asupan karbohidrat
murni,baru-baru ini.
c. Bila ditemukan riwayat glikosuria dan diet positif glikosuria:
1) Anjurkan perlunya menghindari karbohidrat murni.
2) Periksa kembali pada kunjungan berikutnya.
d. Bila glukosuria yang tidak berhubungan dengan diet ditemukan lebih dari dua
kali, jadwalkan salah satu pemeriksaan GDP dan gula darah 2 jam
pascaprandial (GD2PP) atau gula darah 1 jam setaelah pemberian glucola 50 g
(lihat poin A-3 dibawah).
2. Pada semua pasien hamil, programkan pemeriksaan gula darah setelah pemberian
Glukola atau GD2PP setelah 50 g atau 100 g diet tinggi karbohidrat untuk pasien
yang tidak berespons terhadap pemberian dosis 50 g.
a. Lebih dianjurkan antara 24 minggu dan 28 minggu kehamilan.
b. Segera lakukan uji tersebut untuk keadaan berikut:
1) Riwayat bayi yang lahir mati atau kematian neonatus tanpa sebab yang
jelas
2) Riwayat diabetes gestasional
3) Saudara kandung atau orang tua dengan diabetes tergantung – insulin
4) Dua episode glikosuria berurutan yang tidak berhubungan dengan asupan
karbohidrat
5) Dugaan kuat adanya diabetes, berdasarkan dua atau lebih factor
predisposisi, adanya gejala atau keduanya
3. Minta TTG 3 jam dan hemoglobin A1C bila didapatkan salah satu hasil abnormal
dari GDP, GD2PP atau 1 jam setelah pemberian 50 g Glocola, seperti penjelasan
no 2 diatas. Hasil dianggap abnormal bila:

11
a. GDP:>120 mg glukosa/100 ml plasma.
b. Postprandial 2-jam: >120 mg/dl
c. Satu jam setelah pemberian glucola: 50 g> 140 mg/dl.
d. TTG:
1) GDP:>105 mg/dl
2) Satu jam:>190 mg/dl
3) Dua jam:>165 mg/dl
4) Tiga jam:>145 mg/dl
4. Diagnosis dibuat berdasarkan TTG yang abnormal.
a. Bila TTG abnormal, pasien harus dirujuk untuk penatalaksanaa medis.
b. Bila TTG sedikit abnormal ( dua nilai abnormal, tidak ada nilai diatas 200
mg/dl), konsultasikan dengan dokter. Penatalaksanaan kolaborasi mungkin
untuk dilakukan. Tindakan yang biasa dilakukan : Atur diet diabetic 2200-
2400 kalori. Rujuk ke ahligizi. Kiat-kiat diet
1) Konsumsi 150-200 g karbohidrat (carbohydrate, CHO)per hari.
a) Konsumsi hanya CHO komplesk: pati, roti, pasta, buncis, kentang.
b) Hindari semua karbohidrat murni: makan sedikit buah-buahan.
c) Bagi porsi makanan sama rata sepanjang hari; makan kudapan dan
makanan pokok yang biasa dikonsumsi. Makan 2/7 CHO saat pagi,
2/7 saat makan siang, 2/7 saat makan malam dan 1/7 sebelum tidur.
2) Konsumsi 100-150 g protein/hari
3) Konsumsi 45-90 g lemak per hari atau sekitar 35% kaloi total.
5. Penatalaksanaan berkelanjutan
a. Bila memungkinkan, rujuk untuk pemantauan glukosa/ urine dirumah.
b. Jadwalkan pasien untuk GDP dan GD2PP setelah 2 minggu menjalani diet.
Makanan yang diberikan setelah uji GD2PP harus makanan khusus untuk
penderita diabetes,bukan makanan tinggi karbohidrat. Bila gula darah normal,
pasien dapat melanjutkan penatalaksanaan-mandiri dengan sedikit pengarahan.
Sekitar 2/3 wanita berada dalam kategori ini.Bila gula darah abnormal,
konsultasikan. Rujukkan kedokter mungkin diindikasikan.Hitung ketat
aktivitas jain mulai 30 minggu kehamilan. Lakukan uji nonstres tiap minggu
setelah 32-34 tiap minggu kehamilan, dua minggu sekali setelah 36 minggu
kehamilan.

12
c. Rencanakan pelahiran bayi pada 37-39 minggu kehamilan, sebelum ukuran
bayi terlalu besar terlalu besar.

PENATALAKSANAAN.

Wanita dengan Diabetes Gestasional dapat dibagi menjadi dua kelas


fungsional, bergantung pada kadar glukosa puasa mereka. Terapi insulin biasanya
dianjurkan apabila pinatalaksanaan diet standar tidak secara konsisten
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 105 mg/dl atau glukosa
plasma 2 jam postprandial kurang dari 120 mg/dl (American College of Obstettricians
and Gynecologists, 1994). Apakah insulin harus digunakan untuk wanita dengan
derajat hiperglikemia puasa lebih rendah yaitu 105 mg/dl atau kurang tidak jelas
karena tidak ada uji klinis terkontrol untuk mengidentifikasi sasaran glikemia yang
ideal untuk mencegah risiko pada janin. Namun, Fourth International Workshop
Canference on Gestational Diabetes (Metzger dsn coustan, 1998) menganjurkan
bahwa kadar glukosa kapiler ibu dipertahankan 95 mg/dl atau kurang pada keadaan
puasa. American Diabetes Association (1999) merekomendasikan terapi insulin
apabila penatalaksanaan gizi gagal mempertahankan glukosa darah puasa sebesar atau
kurang dari 95 mg/dl atau kadar glukosa darah posprandial sebesar atau kurang dari
120 mg/dl.

DIET. Penyuluruhan gizi merupakan landasan utama dalam penatalaksanaan.


Tujuan terapi ini adalah :

1. Untuk memberikan zat gizi yang diperlukan bagi ibu dan janinnya.
2. Untuk mengendalikan kadar glukosa.
3. Untuk mencegah ketosis akibat kelaperan.

Asupan kalori harian dan pertambahan berat badan selama hamil dianjurkan
bagi wanita dengan Diabetes Gestasional diperlihatakan pada tabel 51-5.
Rekomendasi ini berkaitan dengan wanita yang diterapi dengan insulin serta restriksi
diet. Pembatasan kalori yang yang signifikan menjadi 1200 samapai 1800 kkal/hari
telah diteliti pada wanita kelebihan berat badan dengan Diabetes Gestasioanal
(Dornhorst dkk.,1991). Bagi wanita dengan obesitas, asupan sekitar 1800 kkal/hari
terbukti mengurangi hiperglikemia dan trigliserida plasma tanpa meningkatkan
ketonuria (franz dkk., 1994). Major dkk (1998) meneliti pembatasan karbohidrat pada

13
wanita-wanita yang beratnya dengan rata-rata 92,5 kg saat melahirkan dan
melaporkan bahwa pendekatan ini menyebabkan perbaikan pengendalian glukosa,
penurunan kebutuhan akan insulin, dan penurunan insiden makrosomia. Walaupun
pertambahan berat ibu dan makrosomia janin mungkin berkurang, keamanan
pendekatan ini belum diketahui pasti , dan tidak dianjurkan oleh American College Of
Obstetricians and Gynecologists (1994).

OLAH RAGA. Pasien bebas melakukan program olah raga apa pun.
Jovanovic-Peterson dkk. (1989) membuktikan bahwa suatu program latihan
pengondisian kardiovaskular memperbaiki kontrol glikemik apabila dibandingkan
dengan diet saja. Olah raga yang sesuai adalah yang menggunakan otot-otot tubuh
bagian atas atau tidak banyak menimbulkan stress mekanis pada daerah badan selama
latihan (Durak dkk., 1990). Diperkirakan bahwa saat tubuh bagian bawah dijauhkan
dari muatan olah raga dengan pembebanan , dosis olah raga dapat ditingkatkan
dengan aman sehingga sistem kardiovaskular dapat dilatih tanpa menimbulkan
ketakutan akan timbulnya gawat janin. Jovanivic Peterson dan Peterson (1990)
melaporkan bahwa latihan kardiovaskular untuk tubuh bagian atas tersebut
menurunkan kadar glukosa darah. Efek olah raga pada kadar glukosa mulai muncul
setelah 4 minggu berolah raga.

Tabel 51-5. Asuhan kalori harian dan pertambahan berat selama hamil yang
dianjurkan pada wanita dengan Diabetes Gestasional dengan dan tampa insulin.

Berat saat ini dalam Asupan kalori harian Pertambahan berat yang
kaitannya dengan berat tubuh (kka/kg) dianjurkan selama kehamilan
ideal (pon)
<80 - 90% 36 – 40 28 – 40
80 – 120% (ideal) 30 25 – 35
120 – 150% 24 15 – 25
>150% 12 – 18 15 – 25

INSULIN . Sebagian besar dokter – 93 persen menurut Owen dkk. (1995)


memulai terapi insulin pada wanita Diabetes Gestasional apabila hiperglikemia puasa
yang lebih dari 105 mg/dl menetap setelah terapi diet. Biasanya pemberian insulin
mengharuskan pasien dirawat inap agar dosis dapat dititrasi dengan aman dan pasien

14
dapat didikan untuk melakukan sendiri penyuntikan dan pengukuran kadar glukosa
kapiler.

Para pakar berbeda pendapat tentang terapi insulin pada Diabetes. Dosis total
20 sampai 30 unit yang diberikan sehari sekali sehari-sebelum sarapan- marupakan
terapi awal yang paling sering digunakan. Dosis total biasanya di bagi menjadi dua
pertiga insulin kerja sedang dan sepertiga insulin kerja singkat.

Sekali terapi insulin dimulai,perlu dimaklumi bahwa tingkat glikemia yang


diperlukan untuk mengurangi penyulit Diabetes Gestasional pada janin dan neonatus
belum diketahui pasti. De Veciana dkk. (1995) memiliki secara acak 66 wanita
dengan hiperglikemia puasa (Diabetes Gestasional kelas A2) dan mendapat terapi
insulin untuk surveilan glukosa menggunakan konsentrasi glukosa kapiler darah baik
preprandial maupun postprandial (1 jam setelah setiap kali makan) yang diukur
dengan glukometer . pemantauan glukosa postprandial terbukti lebih superior
dibandingkan dengan preprandial karena pengendalian glukosa darah secara
signifikan membaik disertai penurunan3 versus 21 persen), makrosomia (12 versus 42
persen). Namun, bansal dkk.(1996) mempertanyakan kesimpulan ini, kerana wanita
yang dianalisis memperlihatkan kadar glukosa puasa prapenelitian yang konsisten
dengan Diabetes overt.

Insulin profilaktit yang diberikan untuk mengurangi penyulitan yang berkaitan


dengan makrosomia pada wanita dengan euglikemia puasa (kelas A1) belum terbukti
bermanfaat. Langer dkk. (1994) mengkaji 23 laporan sejak tahun 1979 sampai 1993
dan mendapatkan bahwa tidak terjadi perbaikan hasil pada neonatus dengan semua
pendekatan pinata laksanaan yang ada, termasuk insulin profilaktik yang diberikan
kepada ibu. Sampai saat ini baru terdapat tiga penelitian teracak. Thompson dkk.
(1990) memiliki secara acak 108 wanita dengan Diabetes Gestasional untuk
melakukan diet saja atau diet plus insulin dan memperlihatkan penurunan berat lahir
yang bermakna pada kelompok yang mendapat insulin. Sebaiknya, Nordlander dkk.
(1989) memiliki secara acak 261 wanita dengan Diabetes Gestasional untuk
melakukan diet saja atau diet plus insulin dan tidak menemukan adanya manfaat
terapi insulin bagi neonatus. Garner dkk. (1997) memiliki secara acak 300 wanita
dengan Diabetes Gestasional untuk mengontrol glukosa secara ketat versus menjalani

15
perawatan obstetric rutin.Terapi intensif tidak banyak berefek pada berat lahi, trauma
lahir, pelahiran dengan tindakan, atau penyulit neonatus.

Langer dkk. (1994) menangani 1145 wanita dengan Diabetes Gestasional


dengan suatu pendekatan”intensif” yang dipandu dengan pengukuran glukometer
tujuh kali sehari. Tujuanya mencakup kadar glukosa puasa antara 60 dan 90 mg/dl dan
kadar postprandial kurang dari 120 mg/dl.Sebaiknya, 1316 wanita lainya dalam
kelompok penatalaksanaan “konvensional” memiliki tujuan pengendalian glukosa
yang sama, tetapi tanpa glukometer karena instrument yang kurang memadai. Wanita
pada kedua kelompok menjalani pemantauan glukosa selama rata-rata 12 minggu dan
setiap kelompok studi jumlah pengukuran glukosa setara sekitar 350 per pasien.
Walaupun rata-rata kadar glukosa tidak berada antara kelompok penatalaksanaan
“intensif”dan “konvensional”, makrosomia, seksio sesarea, dan distosia bahu secara
bermakna berkurang pada wanita yang mendapat penanganan intensif.

OBAT HIPOGLIKEMIA ORAL. Obat- -obat penurun kadar glukosa oral


tidak dianjurkan bagi wanita hamil oleh American Diabetes Association (1999).
Langer dkk. (1999) memiliki secara acak 257 wanita dengan Diabetes Gestasional
untuk mendapat terapi insulin atau gliburid. Kadar mendekati normoglikemik sama-
sama tercapai dengan baik pada penerima terapi insulin/ gliburid. Tidak dijumpai
penyulit neonatus yang berkaitan dengan pemberin obat hipoglikemik oral.

PENATALAKSANAAN OBSTETRIS. Secara umum, wanita dengan


Diabetes Gestasional yang tidak memerlukan insulin jarang membutuhkan pelahiran
dini atau intervensi lain (American Diabetes college Of Obstetricians and
Gynecologists, 1992). Tidak ada kesempatan mengenal apakah pemeriksaan janin
antepartum perlu dilakukan, dan apabila demikian, kapan pemeriksaan tersebut
dimulai pada wanita tanpa hiperglikemia yang berat (Metzger dan Coustan, 1998).
Hal ini didasarkan pada riseko kematian janinyang rendah.Induksi elektif
dibandingkan dengan persalinan spontan, untuk mencegah distosia bahu masih
controversial pada wanita yang janinnya didiagnosis menderita makrosomia secara
ultrasonografis. Conway dan langer (1996) mendapatkan bahwa pelahiran elektif
mengurangi angka distosia bahu dari 2,2 menjadi 0,7 persen. Sebaliknya, Combs dkk.
(1993) serta Adasheck dkk. (1996) tidak mendapatkan adanya manfaat. Namun,
wanita yang memerlukan terapi insuli untuk hiperglikemia puasa biasnya menjalani

16
pemeriksaan terhadap janinnya dan ditangani seolah-olah mereka mengidap Diabetes
Overt.

KONSEKUENSI POSTPARTUM. Fourth Workshop Conference


menganjurkan agar wanita yang didiagnosis mengidap Diabetes Gestasional
menjalani evaluasi dengan uji toleransi glukosa oral 75 g pada 6 sampai 12 minggu
setelah pelahiran. Kriteria untuk menginterpretasikan hasil uji ini diperlihatkan pada
tabel 51-6. Wanita yang uji 75 g-nya normal harus diperisa ulang paling tidak setiap 3
tahun (American Diabetes Association, 1999). Walaupun tindak lanjut pascapartum
pada wanita yang didiagnosis mengidap Diabetes Gestasional telah dianjurkan
sepanjang tahun 1990, laporan-laporan tentang kepatuhanya baru tersedia baru-baru
ini. Kaufmann dkk. (1999) meneliti angka kepatuhan dokter dan pasien selama
periode tindak lanjut post partum 5 tahun pada 66 wanita dengan Diabetes
Gestasional. Kepatuhan sangat kurang dan hanya 30 persen dari para wanita tersebut
dilaporkan menjalani uji toleransi glukosa 2 jam setiap tahun walaupun resiko
mengidap Diabetes adalah 60 persen pada meraka yang di uji secara tahunan.

Berbagai rekomendasi untuk tindak lanjut post partum ini didasarkan pada
kemungkinan bahwa wanita dengan Diabetes Gestasional berkembang menjadi
Diabetes Overt dalam 20 tahun setelah melahirkan sebeser 50 persen (O’Sullivan,
1982). Apabila selama kehamilan terjadi hiperglikemia puasa, Diabetes lebih
mungkin menetap postpartum. Sebagai contoh,pada para wanita dengan kadar glukosa
puasa 105 sampai 130 mg/dl,43 persen terbukti menderita Diabetes Overt (Metzger
dkk., 1985). Apabila glukosa puasa melebihi 130 mg/dl selama hamil, 86 persen akan
mengalami Diabetes Overt. Demikian juga, Dacus dkk. (1994) serta Greenberg dkk.
(1995) juga menyimpulkan bahwa terapi insulin selama kehamilan, dan terutama
sebelum 24 minggu, merupakan predictor Diabetes setelah kkehamilan yang kuat.

Wanita dengan Diabetes Gestasional tidak saja beresiko menderita Diabetes


tipe 2 postpartum, tetapi juga penyulit kardiovaskular yang berkaitan dengan kelainan
lemak serum, serta hipertensi dan kegemukan abdomen. Pallardo dkk. (1999)
mengevaluasi faktor resiko penyakit kardiovaskular pada 788 wanita dengan Diabetes
Gestasional 3 sampai 6 bulan postpartum. Derajat intoleransi glukosa postpartum
secara bermakna berkaitan dengan kegemukan, kadar trigliserida plasma, dan
hipertensi. Hasil-hasil ini mengisyaratkan bahwa identifikasi wanita dengan Diabetes

17
Gestasional juga mengidentifikasi mereka yang berisiko menderita penyakit
kardiovaskular.

Kekambuhan Diabetes Gestasional pada kehamilan berikutnya tercatat pada


20 dari 30 wanita yang di laporkan oleh Philipson dan super (1989). Wanita
kegemukan lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan toleransi glukosa pada
kehamilan berikutnya. Dengan demikian, perubahan prilaku gaya hidup, termasuk
pengendalian berat badan dan olah raga di antara dua kehamilan, dapat menjadi
strategi yang bermanfaat untuk mencegah kekembuhan Diabetes Gestasional serta
Diabetes tipe 2 pada usia selanjutnya (Pan, 1997). Yang menarik, hasil parinatal pada
wanita dengan riwayat Diabetes Gestasional tetapi uji toleransi glukosanya normal
saat kehamilan berikutnya tidak bertambah baik dalam kaitanya dengan berat lahir,
makrosomia, rute pelahiran, dan penyulit neonatus (Danilenko-Dixon dkk.,2000).

Kontrasepsi oral dosis rendah dapat digunakan dengan aman oleh wanita yang
baru mengalami Diabetes Gestasional. Angka Diabetes berikutnya pada pemakai
kontrasepsi oral tidak berbeda secara bermakna dari mereka yang tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal.

TABEL 51-6 Evaluasi pascapartum untuk Intoleransi Glukosa pada wanita


denga Diabetes Gestasional.

Glukosa Plasma pada Uji Toleransi Glukosa Oral 75 g, 2 jam (mg/dl)

Waktu Pemeriksaan Tidak Ada Diabetes Gangguan Toleransi Diabetes


Glukosa

Puasa <115 <140 ≥140

½ 1, 1 ½ jam Semua <200 1 pemeriksaan ≥200 1 pemeriksaan ≥200

2 jam <140 140 - 199 ≥200

F. Komplikasi ( jarang ditemukan pada diabetes kelas A)


1. Ibu

18
a. Polihidramnion biasa terjadi tanpa sebab yang tidak diketahui ; keadaan ini
dapat berkembang menjadi ketuban pecah dini (KPD), kegawatan napas.
b. Kemungkinan terjadi preeklamsia meningkat empat kali.
c. Infeksi lebih sering terjadi dan mungkin menjadi lebih berat.
d. Seksio sesaria lebih umum terjadi karena makrosomia janin, kegawatan janin,
dan kondisi yang memburuk pada minggu terakhir kehamilan.
e. Lebih sering terjdi perdarahan pascapartum.
f. Komplikasi vascular (mis., retinopati proliferasi dan nefropati), khususnya
individu yang sudah lama menderita diabetes.
2. Janin
a. Kematian janin intrauterus: insidens 3-12%
b. Morbiditas neonates,Insidens 4-7%..Penyebab:
1) Hiperbilirubinemia: kemungkinan akibat prematuritas
2) Makrosomia: dapat menyebabkan cedera lahir bila pelahiran pervagina
3) Hipoglikemia: akibat putus hubungan yang tiba-tiba dari ibu hiperglikemia
4) Hipokalsemia: akibat asfiksia, prematuritas, atau berbagai macam
kemungkinan lan.
5) Gawat nafas idiopatik: factor-faktor yang menyebabkan
(a) Insidens bedah sesar yang tinggi
(b) Desakan pelahiran sebelum cukup bulan untuk mengurangi mortalitas
(c) Bayi diabetic membuat jenis surfaktan yang berbeda dan kurang
efisien. Rasio lesitin/sfingomielin (L/S) yang normalnya
mengindikasikan kematanga paru pada rasio 2:1, mungkin tidak
reliable.
c. Morbiditas janin: sebesar 5-10% janin pada kelas A mengalami malformasi
congenital dan 3% lainnya normal; kelainan yang umum terjadi adalah defek
septum ventrikel dan gangguan saraf.

EFEK PADA IBU DAN JANIN.Telah terjadi pergeseran penting dalam focus
mengenai efek merugikan diabetes gestasional pada janin. Yang utama, tidak seperti
pada wanita yang diabetes over, anomalin janin tidak meningkat (Reece dan Hobbins,
1986). Demikian juga, meski kehamilan pada wanita dengan diabetes overt lebih
beresiko mengalami kematian janin, bahaya ini tidak tampak pada mereka yang hanya
mengalami hiperglikemia postprandial; kelas A, (Lucas dkk, 1993). Sebaliknya

19
diabetes gestasional dengan peningkatan glukosa puasa (kelas A 2) dilaporkan
berkaitan dengan janin lahir mati yang tidak diketahui sebabnya seperti pa da diabetes
overt (Jhonstone, dkk; 1990) .American Diabetes Assosiation (1999a) menyimpulkan
bahwa hiperglikemia puasa (>105 mg/dl) mungkin berkaitan dengan peningkatan
resiko kematian janin selama 4-8 minggu terakhir gestasi. Efek merugikan pada ibu
mencakup peningkatan frekuensi hipertensi dan perlunya SC .

MAKROSOMIA. Titik focus perinatal adalah menghindari pekahiran sulit


akibat makrosomia, disertai trauma lahir karena distosia bahu. Kecuali otak, sebagian
besar organ janin dipengruhi oleh makrosemia yang sering (tetapi tidak selalu)
menjadi cirri khas janin dari wanita diabetic. Modanlou dkk. (1982) serta MC Farland
dkk. (2000) mengamati bahwa bayi makrosomik dari ibu diabetic secara
antropometris berbeda dari bayi besar untuk usia kehamilan lainnya. Secara spesifik,
mereka yang ibunya mengidap diabetes mengalami pengendapan lemak berlebihan
dibahu dan badan, sehingga mengalami distosia bahu. Demikian juga, Brenstein dan
catalano (1994), dengan menggunakan ukuran ketebalan lipatan kulit subklapula dan
trisep, mendapatkan bahwa bayi gemuk dari ibu diabetic lebih sering memerlukan SC
atas indikasi disproporsi sevalopelvic. Untungnya, distosia bahu jarang terjadi,
bahkan pada wanita dengan diabetes gestasional. Sebagai contoh, Magee dkk. (1993)
mendiagnosis distosia pada tiga % wanita dengan diabetes kelas A1 tidak ada dari
bayi-bayi ini yang menderita cedera plexusbrakialis.

Makrosomia pada bayi-bayi ini sesuai dengan asosiasi yang sudah lama
diketahui hiperinsulinemia janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu, yang
akhirnya akan merangsang pertumbuhan somatic berlebihan. Demikian juga,
hiperinsulinemia pada janin dapat memicu hipoglikemia dalam beberapa menit
setelah lahir.Insiden sangat bervariasi bergantung pada ambang yang digunakan untuk
mendefinisikan hipoglikemia neonates yang segnifikan. Menurut American Diabetes
Association (1995), kadar yang kurang dari 35 mg/dl pada bayi aterm adalah
abnormal.Kadar yang lebih rendah dianggap abnormal pada janin preterm, karena
simpanan glikogen belum mencapai kadar aterm. Magee dkk.(1993) melaporkan
bahwa 4 persen bayi dari wanita dengan Diabetes Gestasional memerlukan terapi
glukosa intervena untuk hipoklikemia.

20
Terdapat banyak bukti bahwa insulin dan insulin-like growth factor I (IGF-I,
faktor pertumbuhan mirip-insulin I) dan II (GF-II) berperan dalam mengatur
pertumbuhan janin. Insulin disekresikan oleh sel-sel β pankreas janin terutama selama
paruh kedua gestasi, dan dianggap merangsang pertumbuhan somatic dan
pengendapan lemak. Faktor-faktor pertumbuhan ini, yang secara struktural adalah
polipeptida mirip-proinsulin,diproduksi oleh hampir semua organ janin dan
merupakan perangsangan kuat diferensiasi dan pembelahan sel. Verhaeghe dkk.
(1993) mengukur konsentrasi insulin dan faktor pertumbuhan seperti insulin (C-
peptida) dalam serum tali pusat sepanjang gestasi pada wanita tanpa Diabetes dan
mendapatkan bahwa kadar berkolerasi dengan berat lahir. Bayi besar untuk usia,
kehamilan mengalami peningkatan faktor-faktor tersebut secara signifikan.

Dibandingkan dengan intoleransi glukosa,kegemukan ibu merupakan faktor


resiko independen dan lebih penting untuk memiliki bayi beser pada wanita dengan
Diabetes Gestasional (Leonardi dan Bottoms, 1996; Lucas dkk.,1993). Selain itu,
kegemukan ibu sendiri merupakan faktor perancu penting dalam diagnosis Diabetes
Gestasional. Johnson dkk. (1987) melaporkan bahwa 8 persen dari 588 wanita yang
beratnya lebih dari 125 kg mengalami Diabetes Gestasional dibanding kurang dari 1
persen pada wanita dengan berat kurang dari 100 kg. London dkk. (1994) serta Zhang
dkk. (1995) mendapatkan bahwa risiko untuk Diabetes Gestasional meningkat pada
wanita dengan kegemukan di badan.

21
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DIABETES
GESTASIONAL

A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas mungkin menurun atau melambat
pada diabetes durasi lama. Edema, peningkatan TD.

2. Eliminasi
Dapat mengalami riwayat pielonefritis, infeksi saluran perkemihan berulang
(ISK), nefrofati.

3. Makanan/cairan
Polidipsi, polifagia.
Mual muntah.
Obesitas; penambahan BB berlebihan atau tidak adekuat (klien dengan DMG
biasanya gemuk, klien IDDM biasanya tidak gemuk seeblum kehamilan)
Nyeri tekan abdomen
Dapat mengeluh mengalami hipoglikemia, glikosuria.

4. Keamanan
Integritas/sensasi kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena
injeksi insulin yang sering.
Kerusakan penglihatan/retinopati mungkin ada.
Riwayat gejala-gejala infeksi dan/atau budaya positif terhadap infeksi, khususnya
perkemihan atau vagina

5. Seksualitas
Tinggi fundus mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia
gestasi (hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin)
Riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion, anomali
kongenital, lahir mati tidak jelas

22
6. Interaksi Sosial
Masalah/faktor sosioekonomik dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Ketidakadekuatan atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung jawab
(dapat secara negatif mempengaruhi kontrol diabetik)

7. Penyuluhan/pembelajaran
Berat badan klien saat lahir kemungkinan 4 kg atau lebih
Dapat mengeluh masalah/perubahan baru pada stabilitas diabetes

8. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin glikosida (HbA 1c) menunjukkan kontrol diabetik (HbA 1c) lebih besar
dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan,membuat janin pada beresiko anomali
kongenital).
Kadar glukosa serum acak: menentukan kontrol diabetik segera
Kadar keton urine: menentukan status nutrisi
Budaya urine: mengidentifikasi ISK asimptomatik
Protein dan klirens kreatinin (24 jam): memastikan tingkat fungsi ginjal, khusus
pada diabetes durasi lama
Tes fungsi teroid: menentukan data dasar dan atau mengidentifikasi yang
menyertai hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
Hemoglobin/ hematoktit (Hb/Ht) : dapat menunjukkan anemia
Kadar trigliserida dan kolesterol: mungkin meningkat
Kadar estriol: menandakan tingkat fungsi plasenta
Tes toleransi glukosa (GTT): meningkatkan pada gestasi minggu ke-20 atau 28
Albumin glikosida: mengukur; skrin terhadap DMG. (bila hasil skiring positif,
GTT dan Tes Challenge glukosa harus dilakukan pada gestasi minggu ke-24
sampai 28, untuk memeriksa diabetes gestasional).
Elektrokardio gram (EKG) : dapat menunjukkan perubahan fungsi kardiovaskular
pada diabetes durasi lama
Kultur vagina: mungkin positif untuk kandida albikan (infeksi monilia)
Tes non stres (NST): dapat mendemonstrasikan penurunan respon janin pada
aktivitas maternal.
Seri ultrasonografi: menentukan adanya makrosomia atau retardasi pertumbuhan
intra uterus (IUGR)

23
Kontraktion stres test (CST) , oksitosin Challenge Test (OCT) : hasil positif
menandakan insufisiensi plasenta.

Amniosentesis : memastikan maturitas paru janin dengan menggunakan rasio


Lessitin terhadap spingomielin (L/S) atau adanya postfatidilgliserol (pg)
Kritria profil biofisik (BPP) : mengkaji kesejahteraan/maturitas janin.

9. Perioritas Keperawatan
a. Menentukan kontriol diabetik segera dan sebelum minggu ke-8
b. Mengevaluasi kesjahteraan klien/janin terus-menurus
c. Mencapai dan mempertahankan normoglikemik (Euglikemia)
d. Memberikan informasi yang tepat bagi klien atau pasien

24
B. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Ketidakseimbanga Klien dapat: Mandiri :
n Nutrisi : kurang Mempertahankan Timbang berat badan Penambahan berat
dari kebutuhan 24-30 bb pada klien setiap badan adalah kunci
tubuh berhubungan masa pranatal, kunjungan penunjuk untuk
dengan atau yang tepat pranatal.anjurkan memutuskan
ketidakmampuan untuk BB sebelum klien memantau penyesuaian kalori
untuk kehamilan. berat badan secara
mengabsorbsi Mempertahankan periodik antara
nutrien glukosa darah puasa kunjungan
(FBS) antara 60-
100 mg/dl, dan 1 Kaji masukan kalori Membantu dalam
jam prospandial dan pola makan mengevaluasi
tidak lebih dari 140 dalam 24 jam pemahaman klien
mg/dl. tentang menaati
Mengungkapkan aturan diet
pemahaman
tentang aturan Tinjau ulang atau Kebutuhan
tindakan individu berikan informasi metabolisme janin
dan kebutuhan mengenai perubahan atau maternal
pemantauan diri yang diperlukan membutuhkan
yang sering setelah pada perubahan besar
diberikan penatalaksanaan ; selama gestasi,
informasi. misal , gantikan agen memerlukan
oral menjadi insulin pemantauan ketat
bila tidak dilakukan dan adaptasi.
sebelum konsepsi, Penelitan
gunakan hanya menunjukkan
insulin humulin, antibodi terhadap
pemantauan sendiri insulin terhadap
kadar glukosa serum plasenta,
pada sedikitnya 6x menyebabkan berat

25
sehari (mis: sebelum badan janin tidak
dan sesudah setiap tepat . penggunaan
makan ), dan insulin manusia
menurunkan menurunkan
karbohidrat pada diet antibody ini.
Penurunan
karbohidrat sampai
kurang dari 40% dari
kalori yang dicerna
menurunkan derajat
puncak glukosa
posprandial atau
hiperglikemia.
Karena kkehamilan
menghasilkan
intoleransi
karbohidrat berat
pada pagi hari ,
makan pertama harus
sedikit, dengan
Tinjau ulang sedikit karbohidrat.
pentingnya makan
dan kudapan yang Makan sedikit dan
teratur ( mis: makan sering menghindari
3 kali/4 kudapan ) hiperglikemia
bila menggunakan postprandial dan
insulin. ketosis
puasa/kelaparan
Perhatikan adanya
mual dan muntah,
khususnya pada Mual dan muntah
trimester pertama dapat menyebabkan
difesiensi
karbohidrat, yang
26
dapat menimbulkan
metabolisme lemak
dan terjadinya
Kaji pemahaman ketosis.
tentang efek stres
pada diabetes. Stres dapat
Berikan informasi meningkatkan kadar
tentang glukosa,
penatalaksanaan menciptakan
stres dan relaksasi. fluktuasi kebutuhan
(rujuk pada MK: insulin
kehamilan resiko
tinggi)

Anjurkan klien
metoda finger stick
untuk memantau Kebutuhan insulin
glukosa sendiri sehari dapat dinilai
dengan bderdasarkan temuan
menggunakan strip glukosa serum
enzim dan meter periodik.
reflektan. Minta
klien
mendemonstrasikan
prosedur ini.

Anjurkan
pemantauan keton
urin pada saat Ketidakcukupan
terjaga dan bila masukan kalori
rencana makan atau ditunjukkan dengan
kudapan ketonuria,
diperlambat. menandakan
kebutuhan terhadap
27
peningkatan
karbohidrat atau
tambahan kudapan
ekstra pada rencana
diet (mis, adanya
kekambuhan
ketonuria pada saat
terjaga mungkin
dibatasi dengan satu
gela susu pada jam
03.00 pagi)
Tinjau
ulang/diskusikan Hipoglikemia
tanda dan gejala mungkin lebih tiba-
serta kepentingan tiba atau berat pada
hipoglikemia atau trimester pertama,
hiperglikemia karena peningkatan
penggunaan glukosa
dan glikogen oleh
klien dan
perkembangan janin,
serta kadar rendah
dari insulin antagonis
laktogen plasenta
manusia (HPL).
Instruksikan klien
untuk mengatasi Penggunaan jumlah
hipoglikemi besar karbohidrat
asimptomatik, bila sederhana untuk
ini terjadi, dengan mengatasi
satu gelas susu hipoglikemia
sebanyak 8 oz dan menyebabkan nilai
ulangi dalam 15 glukosa darah
menit bila kadar meningkat.
28
glukosa serum tetap Kombinasi kompleks
dibawah 70 mg/dl karbohidrat dan
protein
mempertahankan
normoglikemia lebih
lama dan membantu
mempertahankan
stabilitas glukosa
darah sepanjang hari.
Kolaborasi
Diskusikan dosis, Pembagian dosis
jadwal dan tipe mempertimbangkan
insulin kebutuhan basal
maternal dan ratio
waktu makan
terhadap makanan,
dan memungkinkan
kebebasan dalam
penjadwalan makan.
Sesuaikan diet atau
regimen insulin Kebutuhan metabolik
untuk memenuhi pranatal berubah
kebutuhan individu selama trimester, dan
penyesuaian
ditentukan oleh
penambahan berat
badan dan hasil tes
laboratorium.
Rujuk pada ahli diet
terdaftar pada diet Diet spesifik pada
individu dan individu perlu untuk
konseling pertanyaan mempertahankan
mengenai diet normoglikemia dan
untuk mendapatkan
29
penambahan berat
badan yang
diinginkan
Pantau kadar
glukosa serum pada Insiden abnormalitas
kunjungan awal, janin dan bayi baru
kemudian sesuai lahir menurun bila
indikasi dengan kadar FBS direntang
kondisi klien antara 60 dan 100
mg/dl, kadar
prepandial antara 60
dan 105 mg/dl, 1 jam
postprandial tetap
rendah 140 mg/dl,
dan 2 jam
postprandial kurang
dari 120 mg/dl
Tentukan hasil
HbA1c setiap 2-4 Memberikan
mgg keakuratan gambaran
rata-rata kontrol
glukosa serum
selama 60 hari
sebelumnya. Kontrol
glukosa serum
memerlukan waktu 6
minggu untuk stabil
Siapkan untuk
perawatan di rumah Mordibitas bayi
sakit bila diabetes dihubungkan pada
tidak terkontrol hiperinsulinemia
janin karena
2 Risiko Gangguan Klien akan: hiperglikemia
hubungan ibu / Tetap normotensif. maternal.
30
janin berhubungan Mempertahankan Mandiri:
dengan gangguan normoglikemi Perhatikan
metabolisme selama kehamilan. klasifikasi White Klien
glukosa(mis. Bebas dari untuk diabetes . kaji diklasifikasikan
Diabetes) komplikasi (mis. derajat kontrol sebagai D,E, atau F
Infeksi, pemisahan diabetik (kriteria adalah berisiko tinggi
plasenta). pederson) terhadap komplikasi,
seperti pada
kehamilan klien
dengan tanda-tanda
prognosa yang jelek
(prognostically bad
signs of
pregnancy[PBSP])
Pantau terhadap
tanda dan gejala Distensi uterus
persalinan praterm berlebihan karena
makrosemia atau
hidramnion dapat
mempredisposisikan
klien pada persalinan
awal
Bantu klien untuk
memantau glukosa Memungkinkan
arah dirumah, yang keakuratan tes urin
dilakukan minimal 6 yang lebih besar
kali/hari karena ambang ginjal
terhadap glukosa
menurun selama
kehamilan
Kaji terhadap atau
pantau adanya Klien diabetik
edema cenderung kelebihan
retensi cairan dan
31
HKK karena
perubahan vaskular.
Beratnya perubahan
vaskular sebelum
kehamilan
mempengaruhi luas
dan waktu awitan
HKK

Identifikasi kejadian Kejadian


hipoglikemia yang hipoglikemik paling
terjadi di rumah sering terjadi pada
trimester ketiga,
karena aliran glukosa
darah dan asam
amino yang kontinu
Kaji dan tinjau ulang pada janin, dan untuk
adanya tanda dan menurunkan HPL.
gejala ISK pada Muntah dapat
klien menimbulkan ketosis

Deteksi awal ISK


Jadwalkan dapat mencegah
pemeriksaan pielonefritis, yang
oftamologi selama dianggap
trimester pertama memperberat
pada semua klien, persalinan prematur
dan pada trimester
kedua dan ketiga bila
klien kelas D atau di
atasnya
Latar belakang
Kaji pengetahuan retinopati dapat
tentang proses dan berlanjut selama
32
tindakan terhadap kehamilan, karena
penyakit dari keterlibatan vaskular
klien/pasangan, berat. Terapi
termasuk hubungan koagulasi laser dapat
antara diet, latihan, memperbaiki kondisi
penyakit, stres dan klien dan
kebutuhan insulin menurunkan fibrosis
optik.

Klien dengan
Tinjau ulang diabetes sebelumnya
pentingnya dirumah atau DMG berisiko
dilakukan terhadap ambilan
pemantauan terhadap glukosa yang tidak
serum glukosa efektif dalam sel,
dengan penggunaan
menggunakan lemak/protein untuk
meteran reflektan energi secara
dan strip enzim, dan berlebihan, dan
kebutuhan untuk dehidrasi selular saat
sering mengukur air dialirkan dari sel
(paling sedikit oleh konsentrasi
6x/hari), sesuai hipertonik glukosa
indikasi. dalam serum.
Demonstrasikan Kehamilan
prosedur, kemudian mengubah kebutuhan
observasi insulin secara drastis
demonstrasi ulang dan memerlukan
oleh klien kontrol yang lebih
ketat

Tinjau ulang alasan Pengukuran glukosa


menghindari obat darah sering
hipoglikemik oral, memungkinkan klien
33
meskipun telah mengenali dampak
digunakan oleh klien diet dan latihannya
kelas A, untuk pada kadar glukosa
mengontrol diabetes serum dan
selama kehamilan meningkatkan
kontrol ketat
terhadap kadar
glukosa. Meskipun
insulin tidak
melewati plasenta,
agen hipoglikemik
oral dapat dan
potensial
3 Resiko membahayakan janin
ketidakstabilan Klien dapat: , memerlukan
kadar glukosa Berpartisipasi perubahan
darah berhubungan dalam penatalaksanaan
kurang informasi penatalaksanaan diabetik
manajemen diabetes selama Mandiri:
diabetes kehamilan. Berikan informasi
gestasional Mengungkapkan tentang cara kerja Perubahan metabolik
pemahaman dan efek merugikan pranatal
tentang prosedur, dari insulin. Bantu menyebabkan
tes laboratorium, klien untuk belajar kebutuhan insulin
dan aktivitas yang melakukan berubah . pada
melibatkan pemberian injeksi, trimester pertama,
pengontrolan pompa insulin, atau kebutuhan insulin
diabetes. sprei nasal (teknik rendah, tetapi
Mendemonstrasika pengalaman) sesuai menjadi dua kali dan
n kemahiran indikasi kemudian empat kali
memantau sendiri lipat selama trimester
dan pemberian kedua dan ketiga
insulin setelah Jelaskan
diajarkan /dibrikan penambahan berat Pembatasan kalori
34
informasi.. badan normal pada dengan akibat
klien ketonemia dapat
menyebabkan
kerusakan janin dan
menghambat
penggunaan protein
optimal
Berikan informasi
tentang kebutuhan Klien harus latihan
program latihan setelah makan untuk
ringan (secara membantu mencegah
teratur, 20 menit hipoglikemia dan
setelah makan). menstabilkan
Ingatkan untuk penyimpangan
berhenti latihan bila glukosa, kecuali
glukosa melebihi terjadi peningkatan
300 mg/dl glukosa berlebihan,
dimana latihan dapat
meningkatkan
ketoasidosis
Berikan informasi
mengenai dampak Peningkatan
kehamilan pada pengetahuan dapat
kondisi diabetik dan menurunkan rasa
harapan masa datang takut tentang
ketidaktahuan,
meningkatkan
kemungkinan
kerjasama, dan dapat
membantu
menurunkan
komplikasi janin/
maternal
Diskusikan
35
bagaimana supaya Penting untuk
klien dapat mencari pertolongan
mengenali tanda- medis awal untuk
tanda infeksi menghindari
komplikasi
Anjurkan klien
mempertahankan Bila ditinjau ulang
pengkajian harian di oleh praktisi pemberi
rumah terhadap perawatan, catatn
kadar glukosa serum, harian klien dapat
dosis insulin, membantu bagi
diet,latihan, reaksi, evaluasi dan
perasaan umum perubahan terapi
tentang sejahtera,
dan pemikiran lain
yang berhubungan

Berikan nomor
anggota tim Klien perlu
kesehatan untuk dyakinkan bahwa
dihubungi pertanyaan akan
dijawab dan masalh
akan dihadapi
dengan segera dalam
24 jam sehari.
Tinjau kadar Hb/Ht.
Berikan informasi Anemia lebih
diet tentang sumber- diperhatikan pada
sumber zat besi dan klien dengan diabetes
kebutuhan suplemen yang ada
zat besi sebelumnya,karena
peningkatan kadar
glukosa
menggantikan
36
oksigen pada
molekul Hb,
mengakibatkan
penurunan kapasitas
Bantu klien pembawa oksigen
/keluarga untuk
pemberian glukagon. Adanya gejala-gejala
Instruksikan klien hipoglikemia
untuk menyertainya (diaforesis, sensasi
dengan susu 8 oz, kesemutan, palpitasi)
kemudian periksa dengan kadar
ulang kadar glukosa glukosa dibawah 70
dalam 15 menit mg/dl memrlukan
intervensi segera.
Penggunaan
glukagon sebagai
kombinasi susu
dapat meningkatkan
kadar glukosa serum
tanpa resiko berbalik
menjadi
hiperglikemia.
4 Resiko tinggi Klien dapat: Glukagon juga
cedera terhadap Menunjukkan bermanfaat selama
janin reaksi NST secara periode morning
berhubungan normal dan sickness/ muntah bila
dengan oxytocin challenge masukan makanan
peningkatan kadar test (OCT) negatif Mandiri: dibatasi dan kadar
glukosa dan/atau test stres Tentukan klasifikasi glukosa serum turun
kontraksi (CST). white terhadap
Mengalami term diabetes; jelaskan
penuh, dengan klasifikasi dan Janin kurang berisiko
ukuran tepat makna pada bila klasifikasi white
terhadap usia klien/pasangan adalah A, B, C. Klien
37
gestasional. dengan klasifikasi D
atau di atas yang
mengalami masalah
ginjal atau asidotik
Kaji kontrol diabetik atau HKK berisiko
klien sebelum tinggi.
konsepsi
Kontrol ketat (kadar
HbA1c normal)
sebelum konsepsi
membantu
menurunkan risiko
mortalitas dan
Kaji gerakan janin anomali kongenital
dan DJJ setiap
kunjungan sesuai
indikasi. Anjurkan Terjadinya
klien untuk secara insufisiensi plasenta
periodik dan ketosis maternal
menghitung/mencata mungkin secara
t gerakan janin mulai negatif
kira-kira gestasi mem[pengaruhi
minggu ke-18, gerakan janin dan
kemudian setiap hari DJJ.
dari gestasi minggu
ke-34

Pantau tinggi fundus


setiap kunjungan

Bermanfaat untuk
mengidentifikasi pola
pertumbuhan
abnormal
38
(makrosomia atau
IUGR, kecil atau
Pantau urin terhadap besar terhadap usia
keton gestasi [SGA/LGA])

Kerusakan SSP yang


tidak dapat
diperbaiki atau
kematian janin dapat
terjadi sebagai akibat
Berikan informasi dari ketonemia
dan kuatkan maternal, khusunya
prosedur untuk pada trimester ketiga
pemantauan glukosa
dan penatalaksanaan Penurunan mortalitas
diabetik di rumah. dan komplikasi
mordibitas janin
/bayi baru lahir dan
anomali kongenital
dihubungkan dengan
kadar FBS optimal
antara 70 dan 95
mg/dl, dan kadar
glukosa postprandial
2 jam kurang dari
120 mg/dl.
Pemantauan yang
sering perlu untuk
mempertahankan
tentang yang dekat
ini dan menurunkan
Pantau adanya HKK insiden hipoglikemia
( edema, proteinuria, atau hiperglikemia
peningkatan tekanan janin.
39
darah)
Kira-kira 12-13%
dari diabetes
berkembang menjadi
gangguan hipertensi
karena perubahan
kardiovaskular
berkenaan dengan
diabetes. Kelainan ini
secara negatif
Berikan informasi mempengaruhi
tentang efek diabetes perfusiplasenta dan
yang mungkin pada status janin
pertumbuhan dan
perkembangan janin Pengetahun
membantu klien
membuat keputusan
tentang melaksankan
aturan dan dapat
Tinjau ulang meningkatkan kerja
prosedur dan sama
rasional untuk NST
setiap minggu
setelah gestasi Aktivitas dan
minggu ke-30 NST gerakan janin
dua kali seminggu merupakan pertanda
setelah gestasi baik dari
minggu ke-36 kesejahteraan janin.
Tingkat aktivitas
Diskusikan menurun sebelum
rasional/prosedur terjadi perubahan
untuk melaksanakan pada DJJ
OCT/CST setiap
minggu pada gestasi CST mengkaji
40
minggu ke-30 perfusi oksigen dan
sampai ke-32 nutrien plasenta pada
janin. Hasil positif
menandakan
insufisiensi plasenta,
dimana pada kasus
ini mungkin
Tinjau ulang memerlukan
prosedur dan kelahiran melalui
rasional untuk pembedahan
amniosentesis
dengan Maturitas paru janin
menggunakan rasio adalah kriteria yang
L/S dan adanya pg. digunakan untuk
menentukan apakah
kelangsungan hidup
mungkin untuk
terjadi bila fungsi
maternal/plasenta
terganggu sebelum
term.hiperinsulinemi
a menghambat dan
mempengaruhi
surfuktan ; karena
nya, pada klien
diabetik, tges
terhadap adanya pg
lebih akurat daripada
Kolaborasi: menggunakan rasio
Kaji HbA1c setiap 2- L/S.
4 mgg sesuai
indikasi Insiden bayi
malformasi secara
kongenital meningkat
41
pada wanita dengan
kadar HbA1c tinggi
(lebih tinggi dari
8,5%) pada awal
kehamilan atau
sebelum konsepsi.
Kaji kadar albumin
glikosilat pada Tes serum untuk
gestasi minggu ke- albumin glikosilat
24 sampai ke-28, menunjukkan
khususnya pada glikemia lebih dari
klien dengan beberapa hari dan
kategori resiko dapat meningkatkan
tinggi (riwayat bayi penerimaan seperti
makrosomik, DMG alat skrining bagi
sebelumnya, atau DMG karena ini
riwayat DMG tidak melibatkan
keluarga positif) pembebanan glukosa
ikuti dengan GTT yang potensial
bila hasil positif membahayakan
seperti pada GTT.
HbA1c tidak cukup
sensitif sebagai alat
skrining untuk DMG

Dapatkan kadar Insiden kerusakan


serum alfa- tuba neural lebih
fetaprotein pada besar pada klien
gestasi minggu ke- diabetik daripada
14 sampai 16 nondiabetik,
khususnya bila
kontrol sebelum
kehamilan sudah
buruk.
42
Siapkan untuk
ultrasonografi pada USG bermanfaat
gestasi minggu ke-8, dalam memastikan
ke-12, ke-18, ke-28, tanggal gestasi dan
dan ke-36 sampai mampu mengevaluai
ke-38 sesuai indikasi IUGR

Lakukan NST dan


OCT/CST dengan Mengkaji
tepat kesejahteraan janin
dan keadekuatan
perfusi plasenta
Tinjau ulang kadar
klirens kreatinin Terdapat sedikit
periodik paralel antara
kerusakan vaskular
ginjal dan kerusakan
aliran darah uterus
Dapatkan sekuensial
serum atau spesimen Meskipun kadar
urinarius 24 jam estriol tidak
terhadap kadar digunakan sesering
estriol setelah gestasi sekarang, penurunan
minggu ke-30 kadar dapat
menunjukkan
penurunan fungsi
plasenta,
menimbulkan kem
ungkinan IUGR dan
lahir mati
Bantu bila perlu
dengan pengkajian Memberikan skor
BPP untuik mengkaji
43
kesejahteraan/resiko
janin
Bantu dengan
persiapan kelahiran Membantu menjamin
janin pervagina atau hasil positif untuk
melalui pembedahan neonatus. Insiden
bila hasil tes lahir mati meningkat
menandakan secar bermakna pada
penuaan dan gestasi lebih dari
insufisiensi plasenta minggu ke-36.
Makrosemia sering
menyebabkan
distosia dengan
sefalopelvis
disporposi (CPD)

C. Evaluasi
No.
Diagnos Evaluasi
a
1 Klien dapat:
Mempertahankan 24-3 0 lb pada masa pranatal, atau yang tepat untuk BB
sebelum kehamilan.
Mempertahankan glukosa darah puasa (FBS) antara 60-100 mg/dl, dan 1 jam
prospandial tidak lebih dari 140 mg/dl.

44
Mengungkapkan pemahaman tentang aturan tindakan individu dan kebutuhan
pemantauan diri yang sering.

2 Klien akan:
Tetap normotensif.
Mempertahankan normoglikemi.
Bebas dari komplikasi (mis. Infeksi, pemisahan plasenta).

3 Klien dapat:
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan aktivitas
yang melibatkan pengontrolan diabetes.
Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.

4 Klien dapat:
Menunjukkan reaksi NST secara normal dan oxytocin challenge test (OCT)
negatif dan/atau test stres kontraksi (CST).
Mengalami term penuh, dengan ukuran tepat terhadap usia gestasional.

45

Anda mungkin juga menyukai