Anda di halaman 1dari 3

SOP AFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Dosen:

Taty Ponidjan, M. Kep, Ns, Sp.Kep.An.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

KEZIA ERINA SASIANG

KISTANIA LINGMEI PANGEMANAN

KEVIN WAHONGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV

MANADO 2020
SOP AFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Pengertian Afiksia pada BBL adalah sebuah kondisi ketika bayi tidak
mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan
berlangsung.
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam mencegah komplikasi dan
kematian bayi baru lahir karena gagal nafas.
Prosedur 1. Alat
a. Radiant warmer / dengan pemancar panas (lampu)
b. Meja datar
c. Kain bayi
d. Bantalan bahu
e. Balon dan sungkup resusitasi
f. Oksigen
g. Pipa oksigen
h. Stetoskop
i. Laringoskop dengan baterai cadangan
j. Laringoskop dengan daun lurus
k. Pipa ET (Endotracheal Tube)
l. Stilet
m. Pipa penghisap
2. Bahan
a. Plester dan gunting
b. Tempat sampah infeksius
c. Larutan klorin
Langkah - Langkah 1. Begitu bayi lahir tidak menangis maka bidan / perawat
melakukan langkah awal yang terdiri dari:
 Hangatkan bayi dibawah radiant warmer/pemancar
panas (lampu).
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan
menggunakan bantalan bahu.
 Isap lendir dari mulut kemudian hidung.
 Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan
menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki
dan mengganti kain yang basah dengan yang kering.
 Reposisi kepala bayi.
 Nilai bayi : usaha nafas, warna kulit dan denyut
jantung.
2. Bila bayi tidak bernafas bidan / perawat melakukan
Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan memakai balon dan
sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40 – 60 kali
per menit.
3. Bidan / perawat menilai usaha nafas bayi dan denyut
jantung.
4. Bila belum bernafas dan DJ: 60x/mnt lanjutkan VTP
dengan kompresi dada terkoordinasi selama 30 detik.
5. Bidan / perawat melakukan kolaborasi dengan dokter.
6. Dokter melakukan pemasangan pipa ET untuk terapi
medikamentosa (epinefrin).
 Luruskan trakea dan optimalkan pandangan
 Nyalakan lampu dan pegang laringoskop dengan
tangan kiri
 Stabilkan kepala bayi dengan posisi sedikit tengadah,
O₂ aliran bebas tetap diberikan.
 Dorong daun laringoskop, angkat seluruh daun,
jangan hanya ujungnya dan jangan mengungkit.
 Cari tanda anatomis.
 Pemberian epinefrin jika DJ <60x/mnt dengan dosis
melalui ET 0,5 s/d 1ml/kgBB.

KAPAN HARUS MERUJUK:


 Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum
untuk ibu resiko tinggi/komplikasi
 Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap
dan kemampuan melakukan pemasangan ET dan
pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan
respon terhadap tindakan resusitasi, maka segera
lakukan rujukan.
 Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat
dirujuk, maka dilakukan tindakan paling optimal di
puskesmas dan berikan dukungan emosional kepada
ibu dan keluarga.
 Bila sampai dengan 10 menit bayi tidak dapat
dirujuk, jelaskan kepada orang tua tentang prognosis
bayi kurang baik dan pertimbangkan manfaat
rujukan untuk bayi. Apakah bayi dapat memperoleh
perbaikan keadaan jika dirujuk atau justru dapat
memperparah keadaan bayi.

KAPAN MENGHENTIKAN RESUSITASI:


Resusitasi dinilai tidak berhasil jika bayi tidak bernafas
spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif selama 10 menit.

Ruslaini Leni. 2016. SOP Afiksia Pada Bayi Baru Lahir.[online].


https://id.scribd.com/document/325813921/4-Sop-Afiksia-Pada-Bayi-Baru-Lahir,
diakses pada tanggal 3 Agustus 2020.

Anda mungkin juga menyukai