Anda di halaman 1dari 15

BEBERAPA KAJIAN TENTANG PENELITIAN KEPUSTAKAAN SEBAGAI ACUAN

PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR/KTI DAN SKRIPSI MAHASISWA


POLTEKKES KEMENKES MANADO TAHUN 2020.

SEBAGAIMANA EDARAN DIREKTUR AKIBAT DAMPAK DARI WABAH VIRUS


COVID 19, NOMOR. PP.09.01/1/132/2020 TENTANG EDARAN HASIL RAPAT
PIMPINAN (POINT 4) YAITU MENGARAHKAN PENELITIAN KTI DAN SKRIPSI
MAHASISWA UNTUK TAHUN 2020 KE STUDI KEPUSTAKAAN/LITERATUR.

TULISAN INI SEBAGAI BAHAN KAJIAN UNTUK MENUNTUN PRODI/JURUSAN


DALAM MEMBUAT TEKNIS PENULISAN PENELITIAN STUDI KEPUSTAKAAN
BAGI MAHASISWA DAN DAPAT DIKEMBANGKAN SESUAI KAJIAN DARI
PRODI/JURUSAN.

(Oleh: Pudir 1 yang diambil dari berbagai sumber; Dilengkapi salah satu contoh artikel
penelitian Studi Kepustakaan)

PENDAHULUAN

Penelitian Kepustakaan atau Riset Kepustakaan meskipun bisa dikatakan mirip tapi
sebenarnya berbeda dengan istilah studi kepustakaan di salah satu BAB (biasanya berada di
BAB II) dalam laporan hasil penelitian (skripsi). Umumnya istilah Studi Kepustakaan
digunakan dalam ragam istilah oleh sebagian ahli penelitian. Diantara istilah lain studi
kepustakaan yang dikenal adalah kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan
teori, telaah pustaka (literature review) dan tinjuan teoritis.
Penelitian Kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya
tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian Kepustakaan merupakan
metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara pengamatan (bentuk observasi)
secara mendalam terhadap tema yang diteliti untuk menemukan ‘jawaban sementara’ dari
masalah yang ditemukan di awal sebelum penelitian ditindaklanjuti. Dengan kata lain
Penelitian kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisi
sumber data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian Kepustakaan.

Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya


berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum
dipublikasikan. Contoh-contoh penelitian semacam ini adalah penelitian sejarah, penelitian
pemikiran tokoh, penelitian (bedah) buku dan berbagai contoh lain penelitian yang berkait
dengan kepustakaan. Menurut Mardalis Penelitian Kepustkaan salah satunya bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
di ruangan perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah
sejarah dan lain-lainnya. Pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan
dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan. Masih
menurut Mardalis, penelitian ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-data
sekunder. Namun I Made Wirartha berpendapat lain, menurutnya “Penelitian kepustakaan
dapat dilakukan di perpustakaan atau di tempat lain selama ada sumber bacaan yang relevan.” 
Penelitian tidak hanya metode mengumpulkan data saja, tetapi perlu aspek-aspek lain seperti
rumusan masalah, landasan teori/kajian pustaka, analisis data, dan pengambil kesimpulan
1
guna menemukan keutuahan dalam hasil penelitian. Ditinjau dari ruang lingkupnya perbedaan
penelitian lapangan dengan penelitian kepustakaan adalah penelitian lapangan lebih sedikit
dari penelitian lapangan. Selain itu penelitian kepustakaan merupakan kajian literatur yaitu
menelusuri penelitian yang terdahulu untuk dilanjutkan atau dikritisi sehingga penelitian tidak
dimulai dari nol. Penelitian jenis ini salah satunya memuat beberapa gagasan atau teori yang
saling berkaitan secara kukuh serta didukung oleh data-data dari sumber pustaka. Sumber
pustaka sebagai bahan kajian dapat berupa jurnal penelitian ilmiah, disertasi, tesis, skripsi,
laporan penelitian ilmiah, buku teks yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya,
makalah, laporan/kesimpulan seminar, catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi
terbitan pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Beberapa data-data pustaka tersebut dibahas
secara mendalam dan teliti, dalam rangka sebagai pendukung atau penentang gagasan atau
teori awal untuk menghasilkan kesimpulan.Selain bersumber dari teks bentuk cetak yang
berupa tulisan atau catatan-catatan yang berupa huruf dan angka, penelusuran pustaka dapat
juga melalui bentuk piringan optik,  melalui komputer atau data komputer.  Dengan kata lain
penelitian kepustakaan bisa juga dalam bentuk digital. Dan bias juga bersumber dari film
(hasil rekaman), gambar, dokumen, dan arsip-arsip sejarah. Kesimpulan penelitian
kepustakaan salah satunya dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan data/informasi dari
berbagai sumber pustaka kemudian diolah dan disajikan dengan cara baru untuk memperoleh
kepentingan yang baru. Penelitian pustaka hendaknya dilakukan dimulai dari infromasi yang
umum, baru kemudian diperoleh dari informasi yang lebih spesifik.  Penelitian kepustakaan
sebaiknya menggunakan sumber acuan pustaka yang menggunakan sumber primer, berasal
dari hasil laporan penelitian ilmiah, seminar hasil penelitian, dan jurnal-jurnal penelitian. 
Sumber atau referensi primer adalah referensi yang didapat langsung dari sumber aslinya,
bukan pendapat dari sumber primer yang dikutip oleh orang lain dalam sebuah karya tulis.
Sehingga akan nampak keontetikan hasil karya tulis tersebut, karena lebih dekat dengan
‘sesuatu’ yang akan diteliti tersebut, atau dengan kata lain mencari objek penelitian kajian
pustaka dari sumber pertamanya atau tangan pertama yang belum mengalami pencampuran
dari sumber ke dua atau tangan ke dua. 

Hampir semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering


membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap memerlukan
penelusuran pustaka. Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada fungsi, tujuan  dan atau
kedudukan studi pustaka dalam masing-masing riset tersebut. Dalam riset pustaka,
penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsi-fungsi  persiapan kerangka
penelitian, mempertajam metodelogi  atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat
sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya tanpa
melakukan riset lapangan

PERMASALAHAN DALAM PENELITIAN KEPUSTAKAAN

Biasanya dalam penelitian kepustakaan memiliki permasalahan teknis yang berkaitan dengan
pencarian sumber data, pengumpulan data, dan dalam menganalisis data. Hal ini bisa terjadi
karena terjadi kesenjangan jarak dan waktu antara peneliti dan sumber penelitian. Sehingga
dalam pemilihan tema atau bahkan judul sering dijumpai kendala, misalnya tema tersebut
sangat menarik diteliti sebagai penguat atau penolak teori yang sudah ada. Biasanya dalam
mencari referensi yang sesuai dengan judul sangat sulit ditemukan. Dan dalam pencarian
sumber data primer sangat sulit untuk mengaksesnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
2
membuat tema (judul) lebih mudah dari pada mencari sumber datanya, terutama sumber data
primer. Karena dalam penelitian kualitatif bisa terjadi pergeseran bahkan berbeda total antara
teori awal yang menjadi modal awal peneliti dengan temuan data. Sehingga judul/tema
penelitian harus tunduk pada data yang ditemuikan.

Berikut beberapa kesalahan atau permasalahan yang mungkin dilakukan saat melakukan
Telaah Pustaka:
a.    Terlalu fokus dalam mengumpulkan Pustaka
Terlalu fokus mencari dan menelusuri dapat  menyebabkan peneliti tidak mulai menulis
laporan penilitian bahkan mungkin membuat fokus pada topik penelitian menjadi
berubah. Langkah yang ideal adalah kumpulkan bahan pustaka, baca dan dilanjtukan
dengan menelaahnya.
b.    Sumber Pustaka kurang terpecaya
Biasanya sumber pustaka yang bisa dikatakan kurang ‘memuaskan’ adalah terutama bila
menemukan sumber dari Internet atau buku/jurnal yang merupakan hasil terjemahan. 
Seringkali sumber internet dapat diakses dalam waktu terbatas.  Karena itu, sangat
penting mencatat tanggal saat mengakses pustaka tersebut.  Pada beberapa kasus,
makalah/penelitian yang ditulis dan diterbitkan di internet tidak benar-benar dapat
ditelusuri penanggungjawabnya. Langkah yang paling baik adalah menghubungi
penulisnya (misalnya melalui e-mail).
c.    Minimnya wawasan tema yang diteliti
Minimnya wawasan dan keterbatasan peneliti dalam memaknai data bisa terjadi karena
peneliti sangat minim dalam membaca literatur-literatur ilmiah, terutama yang berkaitan
dengan tema penelitian. Minimnya wawasan membaca bisa menyebabkan terjadinya
salah pemahaman (presepsi) dalam menganalisa sumber data penelitian.
d.    Sistematika pembahasan tidak tersistem dengan baik
Peneliti hanya mengumpulkan literatur-literatur yang sesuai dengan tema, kemudian
menggabungkan menjadi satu. Tapi tanpa mengadakan analisa lebih lanjut mana sumber
data otentik yang bisa untuk dikembangkan dan mana sumber data sekunder sebagai
tambahan untuk dijadikan penjelas. Sehingga ini akan menyebabkan hasil penelitian yang
semakin melebar (bias) dan bisa terjadi ketidak fokusan dalam membahas. Riset pustka
bukanlah hanya sekedar urusan membaca kemudian mencatat literatur melainkan suatu
metode yang terperinci dan teliti.

Variabel, Teori dan Hipotesis dalam Penelitian Kepustakaan

1.    Variabel Penelitian Kepustakaan


Variabel merupakan unsur, aspek, dan bagian tertentu dari judul/tema/masalah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif variabel bersifat tidak baku (kaku).

2.    Teori Penelitian Kepustakaan


Sub BAB teori penelitian kepustakaan menjelaskan tentang berbagai teori yang didapat,
kemudian dianalis dan dikembangkan dalam format pemikiran penulis/peniliti lalu
dikritisi atau sebaliknya didukung.

3.    Hipotesis dalam Penelitian Kepustakaan

3
Perumusan hipotesis adalah salah satu komponen sangat penting dalam sebuah penelitian.
Hipotesis menyatakan hubungan (tema/judul) apa yang digali atau ingin diteliti. Hipotesis
adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh
karena itu hipostesis dalam penelitian Kepustakaan perlu ada, sebelum pencarian pustaka
(sumber data) dilakukan, untuk membuka asumsi awal agar peneliti mempunyai modal
awal sebelum penelitian tindak lanjut.

Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Penyusunan Laporan.

1.    Pengumpulan Data Penelitian Kepustakaan


Penelitian kualitatif dalam penggalian data harus secara mendalam. Dalam melakukan
pengumpulan data, peneliti harus tunduk  (disesuaikan) dengan jenis penilitian. Karena
penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitiain kualitatif maka biasanya sumber data
utamanya adalah manusia dan benda-benda empiris yang sesuai dengan tema penelitian.
Berdasarkan sumber buku Mestika Zed (2008:81) metode penelitian kepustakaan Edisi 2,
untuk membantu dalam penelitian dengan riset kepustakaan atau bagaimana mencari
referensi yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Miliki ide umum tentang topik penelitian
2. Cari informasi pendukung
3. Pertegas fokus (perluas/persempit) dan organisasikan bahan bacaan
4. Cari dan temukan bahan yang diperlukan
5. Reorganisasikan bahan dan membuat catatan penelitian (paling sentral)
6. Review dan perkaya lagi bahan bacaan
7. Reorganisasikan lagi bahan/catatan dan mulai menulis.

2.    Analisis Data Penelitian Kepustakaan


Penelitian Kualitatif merupakan jenis penelitian yang kaya dengan analisis data untuk
memaknai sumber data yang telah ada, salah satunya menggunakan reduksi data
kemudian melakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika, estetika, dan
etika.
Nilai pustaka ditentukan oleh sifat kebaruan pustaka dan luasnya publikasi pustaka.
Internet memungkinkan pencarian informasi berkait dengan topik menjadi sangat mudah.
Informasi (data) tersedia dalam berbagai format, oleh karena itu dalam  memilih sumber
pustaka harus teliti sesuai dengan tema penelitian.   Sumber pustaka disusun dari yang
nilainya  paling tinggi anatara lain:
1.    Jurnal Ilmiah
2.    Makalah/Prosiding Konferensi/Seminar
3.    Working Paper
4.    Publikasi Pemerintah
5.    Thesis dan Disertasi (tidak dipublikasikan)
6.    Buku Teks
7.    Bahan Referensi: Ensiklopedia, Kamus.

3.    Penyusunan Laporan


Dalam penyusunan laporan kualitatif harus sistematis atau runtut dalam ‘menceritakan’
(memaparkan) datanya, sehingga terjadi kesinambungan antara dari BAB pertama sampai
4
BAB terakhir. Seperti halnya membuat novel, yang mana terjadi kesatuan integral cerita
antara dari paragraph pertama hingga terakhir.

GAMBARAN KERANGKA ISI PENELITIAN KEPUSTAKAAN (dapat


dikembangkan)

(Bagian Awal dan Akhir lainnya sama dengan Pedoman Penulisan KTI dan Sripsi
Poltekkes Kemenkes Manado)

JUDUL :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka menggunakan minimal 5 Artikel/jurnal ditambah sumber lainnya.

Hipotesis Penelitian

D. BAB III : METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian : Studi kepustakaan


b. Variabel Penelitian
c. Prosedur Penelitian
d. Sumber Data
e. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
f. Teknik Analisis Data

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

5
Contoh: ARTIKEL PENELITIAN STUDI KEPUSTAKAAN:

STUDI KEPUSTAKAAN MENGENAI LANDASAN TEORI DAN PRAKTIK


KONSELING EXPRESSIVE WRITING

LIBRARY RESEARCH OF THE BASIC THEORY AND PRACTICE OF


EXPRESSIVE WRITING COUNSELING

Abdi Mirzaqon T.

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Email : tsalits9@gmail.com

Dr. Budi Purwoko, S.Pd., M.Pd

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Email : budiwoko@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi landasan teori dan praktik konseling
sebagai alternatif pendekatan konseling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kepustakaan. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni metode
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Untuk menjaga
ketepatan pengkajian dan mencegah kesalahan informasi dalam analisis data maka dilakukan
pengecekan antar pustaka dan membaca ulang pustaka serta memperhatikan komentar
pembimbing.

Hasil penelitian ini adalah terelaborasinya landasan teori dan praktik konseling secara
utuh meliputi, : 1) Latar belakang berkembangnya konseling Expressive Writing, 2) Konsep
utama konseling Expressive Writing, 3) Tujuan dari konseling Expressive Writing, 4) Fungsi
dan peran konselor dalam konseling Expressive Writing, 5) Pengalaman konseli dalam proses
konseling Expressive Writing, 6) Hubungan antara konselor dan konseli dalam konseling
Expressive Writing, 7) Teknik dan prosedur konseling Expressive Writing, dan 8) Hasil
penelitian penerapan konseling Expressive Writing, dan 9) Proses konseling Expressive
Writing dalam menangani kasus.

Kata Kunci: Studi Kepustakaan, Expressive Writing.

Abstract
6
This research conduct aims to elaborate the basic theory and practice of counseling.
The method of this research was using library research. Data collection technique used in
this research was documentation. Data analysis technique used in this research was content
analysis. To maintained the conservation of the assessment process and checked between
literatures and re-read the literatures had been considering the advisor’s comment.

Result of this research is the elaboration of basic theory and practice of counseling as
alternative approach, which includes, : 1) the developing background of Expressive Writing
counseling, 2) key concept of Expressive Writing counseling, 3) therapeutic goals of
Expressive Writing counseling, 4) counselor’s function and role in Expressive Writing
counseling, 5) client’s experience in Expressive Writing counseling, 6) relationship between
counselor and client in Expressive Writing counseling, 7) counseling techniques and
procedures of Expressive Writing counseling, 8) experiment research’s result of Expressive
Writing counseling, and 9) Expressive Writing counseling process in Case.

Keyword: Library Research, Expressive Writing.

7
PENDAHULUAN

Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika interaksi psikis


dengan lingkungan, keluarga dan teman. Ketika berinteraksi tidak jarang manusia
menghadapi permasalahan, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai dengan
permasalahan yang kompleks. Permasalahan - permasalahan tersebut muncul karena
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Permasalahan tersebut menuntut untuk segera diselesaikan
agar tidak menjadi beban dalam diri individu dan kehidupannya, tidak terkecuali juga dengan
peserta didik. Permasalahan bagi peserta didik timbul baik dari intern maupun ekstern yang
kedunya sangat menggangu proses belajar atau pembelajaran peserta didik. Permasalahan
yang timbul pada individu tidaklah hanya sebatas yang bisa diungkapkan. Banyak
permasalahan yang tidak dapat diungkapkan. Cara yang dapat dilakukan selain
mengungkapkan masalah yang dialaminya kepada orang lain yakni dengan menuliskan
masalah yang dialaminya.

Menulis sendiri memiliki arti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau
menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai
ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain,
melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung. (Pranoto, 2004; 9).
Sedangkan menurut Mc Crimmon (dalam Slamet, 2008:141) MenuliS merupakan kegiatan
menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan
jelas.Banyak manfaat yang didapatkan dengan menulis. Menulis juga dapat dijadikan sebagai
sarana untuk membuat suasana hati dan pikiran tenang seperti ketika seseorang mencurahkan
hatinya dalam buku Diary ataupun surat untuk seseorang yang ia percaya untuk curhat.
Menulis juga dapat dijadikan sarana konseling dalam hal ini adalah teori konseling
Expressive Writing (EW) atau bisa dikatakan dengan teori konseling Menulis Ekspresif.

Tanpa disadari oleh banyak orang bahwa penerapan teori konseling ini telah mereka
terapkan sendiri. Akan tetapi penerapan yang mereka lakukan belumlah benar-benar bisa
dikatakan teori konseling Expressive Writing (EW) karena masih belum sesuai dengan yang
seharusnya. Banyak orang yang menuliskan pengalaman mereka dengan ekspresif akan tetapi
bukan untuk konseling. Berbicara tentang teori konseling Expressive Writing (EW) maka
kurang pas jika kita tidak membahas teori konseling itu sendiri.

Teori konseling merupakan suatu model yang digunakan oleh para ahli dan praktisi
dalam bidang konseling untuk memadukan atau menggabungkan realitas pengalaman-
pengalaman dengan ide-ide (pemikiran) tentang penjelasan ymag masuk akal tentang praktek
konseling atau tentang bagaimana suatu proses konseling seharusnya dilaksanakan.
Atau singkatnya teori konseling merupakan “peta” preses konseling serta apa yang harus
dilakukan oleh konselor untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Hackney & Cormeir ,
2000).

8
Teori konseling sendiri terbagi menjadi berbagai aliran yang dipercaya oleh tokoh-
tokoh dunia. Dengan beragamnya jenis aliran teori konseling yang ada didunia juga
mempengaruhi kondisi di Indonesia. Setiap perguruan tinggi yang memiliki jurusan
bimbingan dikonseling terutama pada perguruan tinggi negeri banyak teori yang dipelajari
berbeda antara satu perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi negeri yang lain. Contoh
teori konseling yang sering dibahas diperguruan tinggi negeri yakni teori Psikoanalisa,
Psikologi Individual, Person Centered, Gestalt, CBT dan REBT Eksistensial Humanistik,
Post-Modern (yang sering dibahas adalah SFBT dan Naratif) serta masih banyak lagi. Masih
banyak juga teori konseling yang ada didunia dan masih belum dikenal oleh kalangan banyak
mahasiswa ataupun guru BK yang ada di Indonesia. Salah satunya teori yang mungkin masih
asing ditelinga yakni teori konseling Ekspressive Writing (EW). Didalam teori konseling
Expressive Writing (EW) ini banyak terdapat keterampilan yang dapat menunjang proses
konseling khususnya untuk siswa atau masyarakat yang sulit untuk mengungkapkan pikiran
atau perasaannya lewat bercerita atau berbicara dengan konselor. Karena teori ini lebih
menekankan konseli untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya lewat menulis.

Teori-teori yang dipelajari di Unesa, UNY dan UPI menunjukkan bahwa kurang
dipelajarinya teori konseling Ekspressive Writing (EW) dalam beberapa universitas tersebut.
Hal ini menjadi salah satu hal yang mendorong dilakukannya studi kepustakaan
mengenai konseling Ekspressive Writing (EW). Tidak hanya pembahasan yang kurang akan
tetapi faktor kurang adanya literatur terutama yang berbahasa indonesia menjadi faktor lain
kurangnya pembahasan akan teori konseling Expressive Writing (EW) dibeberapa univesitas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun dan mendeskripsikan kajian
mengenai: 1) Latar belakang perkembangan konseling Expressive Writing (EW), 2) konsep
utama konseling Expressive Writing (EW), 3) tujuan konseling Expressive Writing (EW), 4)
fungsi dan peran konselor dalam konseling Expressive Writing (EW), 5) pengalaman konseli
dalam proses konseling Expressive Writing (EW), 6) hubungan antara konselor dan konseling
dalam konseling Expressive Writing (EW), 7) teknik dan prosedur konseling Expressive
Writing (EW), 8) hasil penelitian mengenai penerapan konseling Expressive Writing (EW),
dan 9) proses konseling Expressive Writing (EW) dalam penanganan kasus.

METODE

Jenis Penelitian

Pada penelitian ini kami menggunakan jenis/ pendekatan penelitian yang berupa Studi
Kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan
dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang
ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb
(Mardalis:1999. Studi kepustakaan juga dapat mempelajari beberbagai buku referensi serta
hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono:2006). Studi kepustakaan juga berarti teknik
pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta
berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan (Nazir:1988).
Sedangkan menurut ahli lain studi kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi serta
9
literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang
pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono:2012).

Prosedur Penelitian

Metode penelitian kepustakaan ini digunakan untuk menyusun konsep mengenai


Expressive Writing (EW) yang nantinya dapat digunakan sebagai pijakan dalam
megembangkan langkah-langkah praktis sebagai alternatif pendekatan konseling.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau
(2002) adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan topik
2. Eksplorasi informasi
3. Menentukan fokus penelitian
4. Pengumpulan sumber data
5. Persiapan penyajian data
6. Penyusunan laporan

Sumber Data

Sumber data yang menjadi bahan akan penelitian ini berupa buku, jurnal dan situs
internet yang terkait dengan topik yang telah dipilih. Sumber data penelitian ini terdiri dari 5
buku dan 14 jurnal tentang konseling Expressive Writing (EW).

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal
dan sebagainya (Arikunto, 2010).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar check-list klasifikasi bahan
penelitian, skema/peta penulisan dan format catatan penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi
(Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid dan dapat
diteliti ulang berdasarkan konteksnya (Kripendoff, 1993). Dalam analisis ini akan dilakukan
proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah berbagai pengertian hingga
ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005).

Untuk menjaga kekelan proses pengkajian dan mencegah serta mengatasi mis –
informasi ( Kesalahan pengertian manusiawi yang bisa terjadi karena kekurangan penulis
pustaka) maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan memperhatikan komentar
pembimbing (Sutanto, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

10
Hasil

1. James W. Pennebaker merupakan tokoh pencetus Expressive Writing pada tahun


1987 dengan fokus pada menulis kejadian mengenai trauma.
2. Expressive Writing merupakan
sebuah kebebasan menulis konseli yang digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan yang dialaminya dengan tujuan pengentasan masalah yang dialami
konseli.

3. Tujuan dari Expressive Writing yakni individu atau konseli dapat berubah ketahap
yang lebih baik dari sebelumnya baik secara fisik maupun mental dalam mengurangi
stress maupun kebiasaan buruk yang dilakukan.
4. Konselor atau terapis memiliki peran sebagai pemberi arahan atau instruksi sehingga
konseli dapat mencapai tujuan yang telah dibuat sebelum konseling dilaksanakan.
5. Konseli dalam konseling Expressive Writing diharapkan dapat menjadi pribadi yang
terbuka paling tidak pada dirinya sendiri melalui tulisan yang dibuatnya.
6. Hubungan konselor dan konseli pada Expressive Writing yakni konselor merupakan
pemberi arahan atau instruksi sedangkan konseli merupakan pemegang penuh cerita
yang akan dituliskannya.
7. Prosedur dalam Expressive Writing biasanya dilakukan selama 3 sampai 5 hari
dengan durasi 15 sampai 30 menit setiap pertemuan. Sedangkan tahapan yang
dilakukan berdasarkan 4 tahapan akan tetapi bisa dikembangkan dan disesuaikan
tergantung kebutuhan.
8. Hasil penelitian Expressive Writing menunjukkan bahwa kegunaan dalam
menurunkan stress yang dialami konseli.
9. Proses konseling Expressive Writing dalam penyelesaian kasus yang berfokus pada
keadaan stress yang dialami konseli.

Pembahasan

Landasan teori dan praktik konseling Expressive Writing tersusun dalam hasil kajian
diatas yang merujuk pada komponen-komponen landasan teori dan praktik konseling dari
corey, yang meliputi : 1) Latar belakang dan perkembangan teori Expressive Writing, 2)
Konsep utama dari Expressive Writing, 3) Tujuan konseling Expressive Writing, 4)Fungsi
dan peran konselor Expressive Writing, 5) Pengalaman konseli dalam konseling Expressive
Writing, 6) Hubungan konselor dan Konseli dalam konseling Expressive Writing, 7) Prosedur
Expressive Writing, 8) Penelitian dari penerapan Expressive Writing dan 9) Proses konseling
Expressive Writing, yang mengacu pada komponen-komponen landasan teori dan praktik
konseling dalam Flanagan & Flanagan (2004), Fall dkk (2004) dan Corey (2008) serta
masukan dari dosen pembimbing.

Dalam proses mengkaji kepustakaan tentang konseling Expressive Writing ini kami
menemui beberapa kendala yakni literatur yang diperlukan sulit untuk ditemukan, sumber

11
kajian yang digunakan kebanyakan mengutarakan hal yang bersifat tersirat sehingga
membuat pembahasan kurang mendalam. Oleh karena itu dalam pembahasan kajian dalam
sub bab yang ada kami mengambil dari penjelasan yang ada baik yang bersifat tersurat
maupun tersirat.

Kajian mengenai konsep utama konseling Expressive Writing yaitu bagaimana


seorang individu menulis menurut teori dan konsep Expressive Wriing (EW). Sumber pustaka
yang digunakan untuk mengkaji konsep utama dari Expressive Writing (EW) yakni buku
yang ditulis oleh Person dan Wilson (2009); Elbow (2000); dan jurnal yang dituliskan oleh
Corter dan Petrie (2008); Foulk dan Houver (1996); Pennebaker (1997); Sindoro (2016);
Wibawa (2016).

Kajian tujuan Expressive Writing (EW) berisi mengenai hal yang akan dicapai oleh
konseli setelah menjalani konseling Expressive Writing (EW). Sumber pustaka yang
digunakan untuk mengkaji tujuan Expressive Writing (EW) yakni buku yang ditulis oleh
Pearson dan Wilson (2009); Elbow (2000); Baraitser (2014); dan jurnal yang ditulis oleh
Ruttgens (2014); Imannawati (2013); A’yuni (2016); Herdiani (2012); Susanti dan
Supriyantini (2013); Young, Rodriguez dan Neighbors (2013); Wibawa (2016); Fitria dkk
(2016).

Kajian mengenai fungsi dan peran konselor berisi mengenai tugas yang dilakukan oleh
konselor selama proses konseling Expressive Writing (EW). Sumber pustaka yang digunakan
dalam mengkaji fungsi dan peran konselor dalam Expressive Writing (EW) yakni buku yang
ditulis oleh Pearson dan Wilson (2009); Elbow (2000); White dan. Davis (2011); Adams
(2013); dan jurnal yang ditulis oleh Corter dan Petrie (2008); Foulk dan Houver (1996);
Honeychurch (1990); Conniff (2007).

Kajian mengenai pengalam konseli dalam proses konseling Expressive Writing (EW)
berisi tentang perubahan yang dialami oleh konseli setelah menjalani proses konseling.
Sumber pustaka yang digunakan oleh untung mengkaji pengalaman konseli dalam proses
konseling Expressive Writing (EW) yakni buku yang ditulis oleh Pearson dan Wilson (2009);
Baraitser (2014); dan jurnal yang ditulis oleh Imannawati (2013); A’yuni (2016);Young,
Rodriguez dan Neighbors (2013).

Kajian mengenai hubungan antara konselor dan konseli dalam konseling Expressive
Writing (EW) berisi tentang bagaimana hubungan yang seharusnya terjadiantara konselor
dan konseli pada praktik konseling Expressive Writing (EW) agar proses konseling dapat
berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sumber yang digunakan dalam
mengkaji hubungan antara konselor dan konseli dalam konseling Expressive Writing (EW)
yakni buku yang ditulis oleh Pearson dan Wilson (2009); White dan Davis (2011); Adams
(2013); dan jurnal yang ditulis oleh Velasco dan Gonzales (1999); Ruttgens (2014); Susanti
dan Supriyantini (2013).

12
Kajian mengenai teknik dan prosedur Expressive Writing (EW) berisi tentang
pembahasan mengenai berbagai macam teknik serta prosedur yang dilakukan dalam
melaksanakan konseling Expressive Writing (EW). Sumber yang digunakan dalam mengkaji
teknik dan prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan konseling Expressive Writing (EW)
yakni buku yang ditulis oleh White dan Davis (2011); dan jurnal yang ditulis oleh Velasco
dan Gonzales (1999); Ruttgens (2014); Imannawati (2013); Murti dan Hamidah (2012);
Pennebaker (1997); Susanti dan Supriyantini (2013); Sindoro (2016); Bond dan Pennebaker
(2012); Rahmawati (2014); Wibawa (2016); Conniff (2007); Fitria dkk (2016).

Kajian mengenai hasil penelitian yang dilakukan mengenai teori Expressive Writing
(EW) berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitin itu dapat
menginterpretasi serta mengatasi permasalahan penelitian mengenai Expressive Writing
(EW). Sumber pustaka yang digunakan yakni jurnal yang ditulis oleh Velasco dan Gonzales
(1999); Maria, Pedron dan Cornoldi (2007); Imannawati (2013); Murti dan Hamidah (2012);
Sindoro (2016); Young, Rodriguez dan Neighbors (2013).

Kajian mengenai contoh analisis kasus dalam sudut pandang Expressive Writing (EW)
pada setting sekolah. Sumber pustaka yang digunakan dalam menganalisis kasus yakni
berasal dari jurnal yang ditulis oleh Susanti dan Supriyantini (2013); Fitria dkk (2016).

Saran

1. Untuk studi kepustakaan selanjutnya

a. Lebih dipersiapkan mengenai ketersediaan literatur seperti buku, artikel, jurnal dan
literatur lainnya sehingga dalam proses pengerjaan studi kepustakaan dapat
membahas teori secara mendalam.
b. Lebih dipesiapkan kondisi fisik serta mental karena dalam penelitian studi
kepustakaan lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk dan menghadap
layar serta buku yang membuat kondisi mata harus dipersiapkan dan dijaga.
2. Untuk penelitian selanjutnya
a. Hasil dari penelitian ini hanya berupa kajian awal mengenai landasan teori dan
praktik Expressive Writing (EW) sehingga diperlukan adanya tindak lanjut yang
lebih mendalam dalam membahas landasan teori dan praktik Expressive Writing
(EW).
b. Dalam penelitian selanjutnya dapat memanfaatkan penelitian studi kepustakaan
mengenai landasan teori dan praktik Expressive Writing (EW) ini dengan membuat
penelitian pengembangan ataupun penerapan dengan rujukan pustaka mengenai
landasan teori dan praktik Expressive Writing (EW).

DAFTAR PUSTAKA

Airha. 2012. Studi kepustakaan. (Online). (http://phairha.blogspot.co.id/2012/01/studi-


kepustakaan.html, Diakses pada tanggal 25 Maret 2017, Pukul 15.45 WIB)

13
Dwi, Gabriel. 2015. Manfaat Menulis Ekspresif. (Online).
(https://www.gabrieldwi.we b.id/manfaat-menulis-ekspresif/, diakses pada tanggal 4 Februari
2017, Pukul 15.31 WIB)

Faruq, Amar. 2011. Pengertian teorikonseling. (Online). (http://amarfaruqspd.blogsp


ot.co.id/2011/12/pengertian-teori-konseling.html, diakses pada tanggal 5 Febriari 2017, Pukul
15.50 WIB)

Krippendoff, Klaus. 1993. Analisis Isi:Pengantar Teori dan Metodologi.Jakarta: Citra


Niaga Rajawali Press.Prastowo, Andi 2012. Metode PenelitianKualitatif dalam Prespekti
Rancangan Penelitian.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Prayitno dan Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta. PT Rineka
Cipta

Sabarguna, B.S.2005. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI

Press Staff UNY. - . Silabus Teori dan TeknikKonseling. (Online)


(httpstaff.uny.ac.idsitesdefaultfilesSilabi%20TTK-pdf_0.pdf diakses pada 25 Oktober 2016)

Staff UPI. - . Silabus Teori Konseling Individual. (Online


(httpsilabus.upi.eduDirektori FIP Bimbingan_dan_KonselingTeori%20Konseling
%20Individual.pdf diakses pada 25 Oktober 2016)

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konselingdi Sekolah dan Madrasah(berbasis


integrasi).Jakarta;PT.Raja Grafindo PersadaUnesa. 2013 Buku Pedoman
Universitas Negeri Surabaya Fakultas IlmuPendidikan. Surabaya: Unesa.

Unesa. 2015. Buku Pedoman Universitas Negeri SurabayaFakultas Ilmu Pendidikan.


Surabaya: Unesa.

Wikipedia. 2014. Konseling. (Online). (https://id.wikipedia.org/wiki/Konseling,


diakses pada tanggal 5 Februari 2017, Pukul 12.25 WIB)

Wikipedia. 2016. Writin Therapy.(Online). (https://en.wikipedia.org/wiki/Writing_


therapy, diakses pada tanggal 5 Februati 2017, Pukul 12.40 WIB)

14
15

Anda mungkin juga menyukai