Anda di halaman 1dari 3

Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

No. Dokumen : 444/01.a/PKMDA/I/2023


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 5 Januari 2023
Halaman : 1/3
Puskesmas dr. Fatimah
DasanAgung NIP.19850127 201101 2 015
1. Pengertian Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara Spontan dan teratur
segera setelah lahir.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Mencegah komplikasi dan
kematian bayi baru lahir karena gagal nafas
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Dasan Agung nomor 01 tahun 2017 tentang Jenis
Pelayanan yang disediakan
4. Referensi PPGDON, Depkes RI, 2008
5. Prosedur Persiapan alat
1. Radiant warmer/dengan pemancar panas (lampu)
2. Meja datar
3. Kain bayi
4. Bantalan bahu
5. Balon dan Sungkup resusitasi
6. Oksigen
7. Pipa oksigen
8. Stetoskop
9. Laringoskop dgn baterai cadangan
10. Laringoskop dengan daun lurus
11. Pipa ET
12. Stilet
13. Pipa penghisap
14. Plester dan gunting
15. Tempat sampah infeksiosus
16. Larutan klorin

6. Langkah- 1. Petugas memperhatikan begitu bayi lahir tidak menangis maka lakukan
langkah langkah awal yang terdiri dari:
 Hangatkan bayi dibawah radiant warmer/pemancar panas /lampu
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan menggunakan bantalan
bahu
 Isap lendir dari mulut kemudian ke hidung
 Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung
atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan
yang kering.
 Reposisi kepala bayi
 Nilai bayi : usaha nafas,warna kulit,dan denyut jantung.
2. Petugas memperhatikan bila bayi tidak bernafas, lakukan Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40-60 kali per menit.
3. Petugas menilai usaha nafas bayi dan denyut jantung
4. Petugas memperhatikan bila bayi belum bernafas dan DJ: 60x/mnt
lanjutkan VTP dengan kompresi dada terkoordinasi selama 30 detik.
5. Petugas melakukan penilaian pada bayi : usaha nafas,warna kulit, dan
denyut jantung
6. Petugas melakukan Pemasangan pipa ET untuk terapi medikamentosa
(epinefrin)
 Luruskan trakeadan optimalkan pandangan
 Nyalakan lampu dan pegang laringoskop dengan tangan kiri
 Stabilkan kepala bayi dengan posisi sedikit tengadah, O2 aliran
bebas tetap diberikan.
 Dorong daun laringoskop,angkat seluruh daun,jangan hanya
ujungnya dan jangan mengungkit.
 Cari tanda anatomis.
 Pemberian epinefrin jika DJ<60x/mnt dengan dosis melalui ET 0,5
s/d 1ml/kgBB.

KAPAN HARUS MERUJUK:


 Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu resiko
tinggi/komplikasi
 Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan
melakukan pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak
memberikan reSPOn terhadap tindakan resusitasi,maka segera lakukan
rujukan
 Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka
dilakukan tindakan paling optimal di Puskesmas dan berikan dukunga
emosional kepada ibu dan keluarga.
 Bila sampai dengan 10menit,bayi tidak dapat dirujuk,jelaskan kepada
orang tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangkan
manfaat rujukan untuk bayi,apakah bayi dapat memperoleh perbaikan
keadaan jika dirujuk atau justru dapat memperparah keadaan bayi.
KAPAN MENGHENTIKAN RESUSITASI:
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
Bayi tidak bernafas SPOntan dan tidak terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif selama 10 menit.

7. Bagan Alir
Langkah Awal Resusitasi

Ventilasi Tekanan Positif


(VTP)

VTP dengan kompresi


dada

Nilai

8. Hal-hal yang 1. Ketersediaan alat resusitasi


perlu
diperhatikan
9. Unit Terkait
10. Dokumen 1. Informed consent
Terkait 2. Catatan tindakan
11. Rekaman
Historis
Perubahan No. Yang Isi Perubahan Tanggal mulai
diubah diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai