Anda di halaman 1dari 5

RESUSITASI BAYI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


445/ 04. / 531.518.2 /2016 0 1/1
RSUD dr. Abdoer Rahem
Ditetapkan oleh;
Direktur
STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL 15 Maret 2016
dr. TONY WAHYUDI, M.Kes
NIP. 19630210 199011 1 001
PENGERTIAN Resusitasi bayi adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap bayi pada
masa transisi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin
sehingga bayi dapat beradaptasi dengan baik terhadap kehidupan
ekstrauterin.
TUJUAN Untuk mendapatkan tindakan resusitasi yang optimal terhadap bayi yang
baru lahir.
KEBIJAKAN
SK Direktur RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo Nomer :
445/04.02/431.518.2/2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Maternal Perinatal.
PROSEDUR 1. Pastikan :
 Bayi bernafas/menangis atau tidak
 Tonus otot baik atau tidak

2. Persiapan alat dan obat-obatan


a. Alat penghisap
b. Alat sungkup dan resusitasi
c. Alat intubasi: Laringoskop, pipa endotrakeal, stilet, gunting,
sarung tangan.
d. Obat-obatan: Epinephrine, Nalokson hidroklorid, Volume
expanders: NaCl 0,9 %, ringer laktat, Natrium Bikarbonat.
e. Lain-lain: Alat pemancar panas, stetoskop, spuit, jarum
infuse, kapas alkohol, plester, sonde lambung, kateter
umbilikus.
3. Langkah Awal:
a. Hangatkan
 Cegah bayi baru lahir kehilangan panas

b. Letakkan bayi di bawah alat pemancar panas, tutup kepala


bayi dengan topi.
c. Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau
apabila ruangan sangat dingin anjurkan menutup bayi dengan sehelai
plastik tipis yang tembus pandang.

4. Atur posisi bayi dalam posisi yang benar.


 Letakkan bayi telentang di alas yang datar dan sedikit keras, kepala
lurus dan leher sedikit ekstensi.

 Letakkan handuk atau selimut atau kain yang digulung di bawah bahu
bayi, sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

5. Bersihkan jalan napas.


 Miringkan kepala bayi agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di farings bagian
belakang.

 Bersihkan mulut lebih dahulu agar cairan tidak teraspirasi dan isapan
pada hidung akan menimbulkan pernapasan megap-megap (gasping).
 Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi, lakukan pengisapan dari
trakea dengan menggunakan pipa endotrakheal (pipa ET).

6. Keringkan bayi sambil lakukan rangsang taktil, dengan mengusap


daerah dada dan punggung bayi, serta kaki bayi, bila perlu tepuk
telapak kaki bayi.
7. Atur kembali posisi bayi seperti semula.
8. Nilai bayi, meliputi:
 Usaha bernapas.
 Frekuensi denyut jantung.
 Warna kulit.
9. Nilai usaha bernapas.
 Apabila bayi bernapas spontan dan memadai, dilanjutkan
dengan menilai frekuensi denyut jantung.
 Apabila bayi mengalami apnu atau sukar bernapas (megap-
megap atau gasping) dilakukan rangsangan taktil dengan
menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau
menggosok-gosok punggung bayi sambil memberikan oksigen
berkonsentrasi 100% berkecepatan paling sedikit 5liter/menit.
 Apabila setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas
rangsangan taktil, mulailah pemberian VTP (Ventilasi Tekanan
Positif).
10. Nilai frekuensi denyut jantung bayi.
 Penilaian frekuensi denyut jantung bayi akan dilakukan
apabila pernapasan spontan normal teratur.
- Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah
denyut jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh
frekuensi jantung per menit.
- Apabila frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100/menit dan bayi
bernapas spontan teratur, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
- Apabila frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100/menit, walaupun
bayi bernapas spontan, menjadi indikasi untuk dilakukan VTP.
- Apabila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus segera
siberikan pada saat yang sama VTP dan kompresi dada dimulai.
11. Menilai warna kulit.
- Penilaian warna kulit baru dilakukan apabila bayi bernapas spontan
dan frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100 x/menit.
- Apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan.
- Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan.
Sianosis perifer disebabkan oleh peredaran darah yang masih lamban,
antara lain karena suhu ruangan bersalin yang dingin, bukan karena
hipoksemia.
12. Ventilasi tekanan positif (VTP).
- VTP dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan
sungkup dan tabung.
- Kecepatan ventilasi 40-60 kali/menit.
- Tekanan ventilasi untuk napas pertama 30-40 cm H2O, setelah napas
pertama membutuhkan tekanan 15-20 cm H2O.
- Suara napas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara
napas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat
ventilasi yang benar.
- Apabila dengan tahapan di atas dada bayi masih tetap kurang
berkembang, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal (ET).
13. Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP.
- Frekuensi denyut jantung bayi dinilai sosial selesai melakukan
ventilasi 15-20 detik pertama.
- Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
 Lebih dari 100 kali/menit.
 Antara 60-100 kali/menit.
 Kurang dari 60 kali/menit.
- Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 kali/menit.
Bayi mulai bernapas spontan. Dilakukan rangsangan untuk untuk
merangsang frekuensi dan dalamnya pernapasan. VTP dapat
dihentikan dan oksigen arus bebas diberikan. Kalau wajah bayi
tampak merah, oksigen dapat dikurangi secara bertahap.
 Apabila pernapasan spontan dan adekuat tidak terjadi, VTP dilanjutkan!

 Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100


kali/menit, VTP
dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung.
 Apabila frekuensi denyut jantung bayi <60 kali/menit dimulai kompresi
dada bayi, VTP dilanjutkan. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen
yang diberikan benar 100%. Segera dimulai kompresi dada bayi.
 Pasang kateter orogastrik.
11. Kompresi dada.
 Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada di
bawah garis khayal yang menghubungkan kedua puling susu
bayi, hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus.
 Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90
kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3 : 1). Dengan demikian
kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan 1/2 detik
untuk ventilasi 1 kali.
12. Berikan obat-obatan, apabila :
 Frekuensi jantung bayi < 60 x/menit setelah melakukan
ventilasi tekanan positif secara efektif selama selama 30
detik dan dilanjutkan VTP dan kompresi dada secara
terkoordinasi selama 30 detik.
 Dosis Epinephrine : 0,1 - 0,3 ml/kg BB larutan 1:10.0000
(setara 0,01-0,03 mg/kg BB) diberikan intravena (IV)
secepat mungkin, kemudian bilas dengan larutan garam
fisiologis 0,5-ml agar dapat mencapai sirkulasi darah.
 Bila pemberian melalui pipa endotrakeal, dosis epinephrine
diberikan 0,3-1 ml/kg BB, kemudian lakukan VTP untuk
mendistribusikan obat ke paru agar diabsorbsi.
 Periksa kembali frekuensi jantung bayi 30 detik setelah
pemberian epinephrine dengan tetap melanjutkan VTP dan
kompresi dada.
 Bila tidak terjadi peningkatan frekuensi jantung, ulangi
pemberian epinephrine tiap 3 – 5 menit. Dosis ulangan
harus melalui intravena bila memungkingkan dan pastikan
terjadi pertukaran udara dengan baik yang terlihat dari
gerakan dada dan terdengar suara nafas pada dua sisi.
 Pertimbangkan pemasangan endotrakeal dan pastikan pipa
tetap berada di trakea selama kegiatan resusitasi
kardiopulmonal.
 Bila bayi terlihat pucat, terbukti ada kehilangan darah dan
respon resusitasi tidak baik, pikirkan kemungkinan
kehilangan cairan.
13. Hentikan resusitasi kardiopulmonal apabila setelah 20 menit
tindakan resusitasi dilakukan tidak ada respon dari bayi.
14. Beri motivasi kepada keluarga tentang keadaan bayi dan tindakan
yang sudah dilakukan.
15. Bila bayi menunjukkan respon resusitasi dengan nafas spontan dan
denyut jantung yang adekuat, maka perawatan bayi dilanjutkan
dengan pemasangan alat bantu nafas CPAP atau ventilasi mekanik
sesuai indikasi dan persetujuan dokter penanggung jawab pasien
(SpA).
UNIT TERKAIT 1. R. Seroja (Neonatologi)
2. R. Seruni (VK)
3. R. IBS
4. IGD

Anda mungkin juga menyukai