Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

RESUSITASI NEONATUS

SOP No. Kode : Ksr. 032.1/11/ Ditetapkan Oleh :


UPTD WTK/ / /2022
PUSKESMAS Terbitan : 01 Kepala UPTD Puskesmas
WATUKAPU No. : 00 Watukapu
Revisi
Tanggal :
Terbit MATEUS JAWA
Halaman : ¼ NIP.198609202010011022

Pengertia Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen


n dancurah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantungdan alat vital lainnya
Tujuan 1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan otak
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkanoksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri
Referensi Buku Panduan Praktisi Pelayanan Maternal Neonatal Tahun 2015
Modul Pelatihan Midwifery Update tahun 2021
Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Watukapu Nomor: Ksr 032.1/11/WTK/
/ /2022 tentang pelayanan KIA dan KB di UPTD Puskesmas
Watukapu
Prosedur 1. Persiapan alat
 Tempat resusitasi datar, keras, bersih, kering dan hangat
 Alat pemanas siap pakai
 Oksigen
 Alat penghisap lendir
 2 helai kain / handuk
 Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil/bantul kecil
 Alat sungkup dan balon resusitasi
 Alat intubasi: laringoskop dengan lidah, lampu dan batrai,
pipa endotrakeal, gunting dan sarung tangan
 Obat-obatan: epinefrin, bicarbonat natrikus 4.2%
 Jam atau pencatat waktu
2. Pelaksanaan
Sambil melakukan langkah awal Beritahu ibu dan keluarganya
bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernafas
dan minta keluarga mendampingi ibu.Langkah awal perlu
dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik) secara umum 6
langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru
lahir.
a. Jaga bayi tetap hangat
 Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga
tempat meletakkan bayi hanya.
 Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau
dekat perineum dan selimuti bayi dengan kain tersebut,
potong tali pusat.
 Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah
alat pemancar panas tubuh dan kepala bayi dikeringkan
dengan menggunakan handuk dan selimut hangat (apabila
diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda
pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap dari
trakea).
b. Atur posisi bayi
 Baringkan bayi terlentang di alas yang di atas dengan
kepala didekat penolong
 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu
terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
c. Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
 Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di mulut
dan tidak difaring bagian belakang.
 Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud,Cairan
tidak teraspirasi
 Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan
megap-megap
 Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi
harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan
menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
d. Keringkan dan rangsang bayi
 Keringkan bayi mulai dari mulut kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan rangsangan ini dapat
memulai pernafasan bayi atau pernafasan lebih baik.
 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah
ini :
 Menepuk atau menyentil telapak kaki
 Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi
dengan telapak tangan.
e. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering
yang baru
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian
muka dan dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat
diteruskan
  Atur kembali posisi terbalik kepala bayi sedikit ekstensi
f.  Lakukan penilaian bayi.
 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-
megap atau tidak bernafas
 Pada tahap ini apabila bayi bernapas normal dan LDJ >100
x/menit, lanjutkan perawatan pasca resusitasi dengan
tetap mengawasi kemungkinan timbulnya distress napas
atau sianosis sentral persisten tanpa distress napas.
 Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui
persentuhan kulit ibu-bayi.
 Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya
 Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, laju denyut
jantung (LDJ) < 100 x/menit, segera lakukan tindakan
ventilasi tekanan positif (VTP).
g. Ventilasi Tekanan Positif
 Pasang Sungkup: Pasang sungkup agar menutupi mulut
dan hidung bayi
 Ventilasi percobaan (2 x)
1) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
2) Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa memulai bernafas dan sekaligus
menguji apakah jalan nafas terbuka dan bebas.
3) Lihat apakah dada bayi mengembang, bila tidak
mengembang maka :
a) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah
benar
b) Perksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak
terjadi kebocoran
c) Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan
atau lendir
 Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)
a) Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air sebanyak 20
kali dalam 30 detik.
b) Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30
detik tindakan.
h. Lakukan penilaian
 Bila bayi sudah bernapas normal, LDJ >100 x,menit,
hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan
pasca resusitasi
 Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, LDJ <100
x/menitlanjutkan ventilasi
 Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30
detik berikutnya.
 Evaluasi hasil ventilasi setiap 30 detik
 Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidakbernafas
atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai bernapas
normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan
seksama, berikan asuhan pasca resusitasi.
 Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan
ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik
berikutnya dan nilai hasilnya setiap 30 detik.
i. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2
menit di ventilasi.
j. Minta keluarga membantu persiapan rujukan
k. Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan
l. Bila bayi tidak dirujuk:
 Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
 Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi
jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit
diresusitasi akan mengalami kerusakan otak. Sehingga
akan menderita kecacatan yang berat/meninggal.
Unit Rawat inap
terkait

Anda mungkin juga menyukai