Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (O36.4)


Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists
yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam 17 rahim pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
1. Pengertian (definisi) pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati
(Saifuddin,2008).

Gejala jika kematian janin terjadi diawal kehamilan, mungkin tidak akan
ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami
2. Anamnesis (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan
selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam
jangka waktu yang cukup lama.

1. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
2. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3. Pemeriksaan Fisik 3. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
5. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.
Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi :

1. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop


laeneck, alat dopler).
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin
berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).
3. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung,
dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

5. Diagnosis Kerja KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

Solutio Plasenta

6. Diagnosis Banding Ruptur Uteri

Gawat Janin

Pemeriksaan yang paling penting untuk kematian janin dalam rahim meliputi:
otopsi janin, pemeriksaan plasenta, tali pusat, dan selaput
7. Pemeriksaan Penunjang
USG Kandungan.
Pada trimester dua, dilatasi dan kuretase dapat ditawarkan. Induksi persalinan
dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih lanjut, apabila dilatasi dan
kuretase tidak dapat dilakukan, atau bedasarkan kondisi pasien.

Induksi persalinan menggunakan misoprostol secara vaginal merupakan cara


yang aman dan efektif pada pasien dengan riwayat SC dengan irisan uterus
transversal sebelum umur kehamilan 28 minggu.

Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera
dikeluarkan secara:

1. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.


2. Persalinan anjuran:
a. Dilatasi serviks dengan batang laminaria Setelah dipasang 12-24 jam
kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai
terjadi pengeluaran janin dan plasenta.
b. Dilatasi serviks dengan kateter folley.
i. Untuk umur kehamilan > 24 minggu.
ii. Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis
8. Tata Laksana : diluar kantong amnion.
iii. Diisi 50 ml aquades steril.
iv. Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol,
ujung tali diberi beban sebesar 500 gram.
v. Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500
ml, mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit
sampai his adekuat.
c. Infus oksitosin
i. Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks,
dinilai dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih
berhasil.
ii. Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai
8 tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.
d. Induksi prostaglandin
i. Dosis : Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg,
diulang 4-5 jam. Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im
400 mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai
0,625 mg/ml dalam infus.
ii. Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien


9. Edukasi : (Hospital Health selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan
Promotion) dapat lahir pervaginam.

Outcome
10. Prognosis Komplikasi : diharapkan minimal/tidak ada
Kesembuhan : diharapkan sempurna

11.Tingkat Evidens Faktor risiko yang paling berperan untuk kematian janin
dalam rahim antara lain: ras kulit hitam non hispanik, A
nulipara, usia maternal tua, dan obesitas

Pada wanita dengan risiko rendah dengan kematian janin A


dalam rahim memiliki rekurensi kehamilan janin dalam
rahim sebesar 7,8-10,5/1000 dengan sebagian besar kasus
terjadi pada umur kehamilan sebelum 37 minggu

Risiko untuk kematian janin dalam rahim untuk kehamilan


berikutnya adalah sebesar dua kali lebih besar pada wanita
yang pernah melahirkan bayi IUGR dengan umur kehamilan A
kurang dari 32 minggu dibandingkan dengan wanita yang
pernah mengalami kematian janin dalam rahim

Pemeriksaan yang paling penting untuk kematian janin


dalam rahim meliputi: otopsi janin, pemeriksaan plasenta, C
tali pusat, dan selaput, serta karyotyping

Amniosentesis memberikan hasil terbaik pada kehamilan


A
yang tidak akan segera diterminasi

Apabila fasilitas dan ahli tersedia, Doppler arteri uterine


dapat dilakukan pada umur kehamilan pada umur kehamilan II A
17-22 minggu membantu pemeriksan USG dalam memeriksa
pasien dengan risiko hasil kehamilan yang buruk

Wanita dengan Doppler arteri uterine positif harus


menjalani:
III C
Skrining dobel marker bila usia kehamilan di bawah 18
minggu
Doppler arteri uterine ulangan pada umur kehamilan 24-26
minggu, bila hasilnya tetap positif maka harus dirujuk ke III C
bagian MFM untuk manajemen lebih lanjut
Doppler arteri umbilical tidak perlu dilakukan sebagai alat
skrining pada kehamilan normal, karena terbukti tidak IA
bermanfaat pada kelompok tersebut

Doppler arteri umbilical sebaiknya dilakukan untuk penilaian


sirkulasi plasenta janin pada wanita hamil dengan kecurigaan
kelainan pada plasenta. Pemeriksaan Doppler arteri umbilical
IA
dipertimbangkan pada saat:

Pada saat dicurigai adanya hambatan pertumbuhan janin


Selama follow up untuk kecurigaan adanya kelainan plasenta
Tergantung pada factor klinis lain, pengurangan, tidak ada,
maupun pembalikan aliran end diastolic arteri umbilical
merupakan indikasi untuk fetal surveilans lebih lanjut atau
terminasi. Apabila persalinan ditunda untuk pematangan
II 1B
paru-paru bayi menggunakan pemberian glukokortikoid pada
maternal, fetal surveilans internsif hingga persalinan
disarankan pada pasien dengan janin yang mengalami
pembalikan arah end diastolic arteri umbilikal

Pada trimester dua, dilatasi dan kuretase dapat ditawarkan. B


Induksi persalinan dapat dilakukan pada usia kehamilan yang
lebih lanjut, apabila dilatasi dan kuretase tidak dapat
dilakukan, atau bedasarkan kondisi pasien

Induksi persalinan menggunakan misoprostol secara vaginal


merupakan cara yang aman dan efektif pada pasien dengan
B
riwayat SC dengan irisan uterus transversal sebelum umur
kehamilan 28 minggu

Dosis rejimen untuk administrasi misoprostol vagina dijelaskan dalam


literatur untuk pematangan serviks dan induksi persalinan trimester kedua
dan ketiga IUFD kisaran 50-400 mikrogram diberikan setiap 3 sampai 12 jam
dengan rute bervariasi administrasi. Semua telah terbukti memiliki efek
klinis.
Namun demikian, dasar bukti saat ini mendukung kesimpulan bahwa
aplikasi yang paling tepat adalah per vagina. (Tingkat I, rekomendasi kuat)
Untuk IUFD 13-26 minggu
Tempatkan tablet jauh di dalam vagina.
 Mulailah dengan dosis:
o 200 mcg jika kematian janin terjadi antara 13 dan 17 minggu
kehamilan '. (Tingkat I, rekomendasi kuat)
o 100 mcg jika kematian janin terjadi antara 18 dan 26 minggu
kehamilan '. (Tingkat I, rekomendasi kuat)
o Ulangi dosis setiap 6 to12 jam untuk total 4 dosis. (Tingkat I,
rekomendasi kuat) Jika program pengobatan pertama tidak
menyebabkan kontraksi efektif dosis berikutnya dapat dua kali
12.Tingkat Rekomendasi lipat sebagai berikut:
13-17 minggu: 400 mcg
18 dan 26 minggu: 200 mcg (Level IV)
o Jika ekspulsi tidak terjadi perlakuan yang sama dapat diulang
pada hari berikutnya. Dosis harian maksimum tidak boleh
melebihi:
 13-17 minggu: 1600 mcg
 18-26 minggu: 800 mcg
IUFD di atas 26 minggu
 Jika serviks belum matang, masukkan 25-50 mcg misoprostol ke
fornix vagina posterior.
 Jika perlu, ulangi setiap 3 sampai 6 jam untuk total 4 dosis
 Jika program pengobatan pertama tidak menyebabkan kontraksi efektif
dosis berikutnya dapat dua kali lipat menjadi 50 atau 100 mcg
 Jika ekspulsi tidak terjadi perlakuan yang sama dapat diulang pada hari
berikutnya.
 Pemberian oksitosin, jika perlu, bisa dimulai setelah 4 jam setelah
pemberian dosis terakhir misoprostol.
13.Penelaah Kritis

14.Indikator Ibu sehat bebas Infeksi.

1. 3 - 5 hari (tergantung usia kehamilan, tindakan operatif atau Induksi, tindakan


15. Lama Hari Rawat lain, dan komplikasi lainnya).
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,
16.Kepustakaan Casey BM, Sheffield JS. William Obstetrics 24th Edition 2014;

Anda mungkin juga menyukai