Gejala jika kematian janin terjadi diawal kehamilan, mungkin tidak akan
ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami
2. Anamnesis (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan
selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam
jangka waktu yang cukup lama.
1. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
2. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3. Pemeriksaan Fisik 3. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
5. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.
Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi :
Solutio Plasenta
Gawat Janin
Pemeriksaan yang paling penting untuk kematian janin dalam rahim meliputi:
otopsi janin, pemeriksaan plasenta, tali pusat, dan selaput
7. Pemeriksaan Penunjang
USG Kandungan.
Pada trimester dua, dilatasi dan kuretase dapat ditawarkan. Induksi persalinan
dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih lanjut, apabila dilatasi dan
kuretase tidak dapat dilakukan, atau bedasarkan kondisi pasien.
Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera
dikeluarkan secara:
Outcome
10. Prognosis Komplikasi : diharapkan minimal/tidak ada
Kesembuhan : diharapkan sempurna
11.Tingkat Evidens Faktor risiko yang paling berperan untuk kematian janin
dalam rahim antara lain: ras kulit hitam non hispanik, A
nulipara, usia maternal tua, dan obesitas